Anda di halaman 1dari 19

TUGAS IBM 2 (MODUL 6.

2)

DENTAL IMPLANT

JANNETTE LAZIA
2012-11-081
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO
(BERAGAMA)
2015
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1 SEJARAH IMPLAN GIGI 3


2.2 DEFINISI IMPLAN GIGI 6
2.3 INDIKASI DAN KONTRA-INDIKASI PEMASANGAN
IMPLAN GIGI 8
2.4 KLASIFIKASI IMPLAN GIGI 9

DAFTAR PUSTAKA 15
3

BAB I

PENDAHULUAN

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses


penuaan secara alami. Kehilangan gigi tetap pada pasien dewasa tanpa
penggantian gigi yang hilang berpengaruh besar pada penampilan dan rasa
percaya diri seseorang. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang dan gingiva,
kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan gangguan estetik, fungsi
pengunyahan dan fonetik. Selain itu dapat terjadi gangguan keseimbangan organ
mastikasi dalam mulut, seperti migrasi gigi tetangga, ekstrusi gigi antagonis,
keghilangan kontak, karies, resesi gingival dan poket periodontal yang
mengakibatkan masalah kesehatan gigi dan mulut yang lebih kompleks.1,5

Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan aplikasi gigi tiruan
lepasan baik sebagian maupun lengkap, gigi tiruan cekat (crown and bridge) dan
implan gigi. Gigi tiruan lepasan adalah gigi tiruan yang dapat di lepas-pasang.
Namun, kekurangan gigi tiruan ini ialah masih dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman pada pasien, dan kemungkinan gigi tiruan hilang, patah, atau tertelan.
Gigi tiruan jembatan (bridge) adalah gigi tiruan cekat yang dibuat dengan
mengecilkan gigi tetangga dari gigi yang hilang untuk dipasangi mahkota tiruan
sebagai penyangga mahkota tiruan gigi yang hilang tersebut. Namun kekurangan
dari bridge kadang dapat merusak gigi tetangga yang digunakan sebagai gigi
penyangga, karena bagian dibawah mahkota tiruan tersebut sulit untuk
dibersihkan oleh pasien, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi dan
kegoyangan dari gigi penyangga tersebut.2,5

Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari gigi tiruan tersebut, sekitar


tahun 1960-an, berkembanglah teknologi yang mampu berfungsi untuk
menggantikan gigi asli dengan cara menanam material (logam titanium) ke dalam
tulang rahang yang bertujuan untuk menggantikan akar gigi asli yang hilang, lalu
menunggu sampai terjadinya proses penyatuan material tersebut dengan tulang
2

rahang (osteointegrasi) kemudian di atasnya di buatkan sambungan (abutment)


untuk memegang mahkota tiruan dan proses ini di kenal dengan nama implant
gigi.

Implan gigi merupakan suatu alat yang ditanam secara bedah ke dalam
jaringan lunak atau ke dalam tulang rahang agar gigi tiruan dapat dipasang di
atasnya. Pada gigi asli terdapat dua bagian, yaitu akar gigi yang tertanam di dalam
tulang dan mahkota gigi yang tampak di permukaan oklusal. Untuk teknologi
implan gigi memiliki bagian yang masuk ke dalam tulang dan menggantikan akar,
sehingga masalah perbedaan tekanan jaringan pendukung hampir tidak ada.
Sedangkan gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan jembatan tidak memiliki akar yang
bisa tertanam di dalam tulang rahang.2,3

Implan gigi mempunyai manfaat fungsional sehinga pengunyahan pasien


dapat kembali sempurna dan estetika senyum pasien menjadi lebih baik dengan
susunan gigi yang mirip dengan gigi aslinya. Implan gigi juga lebih rigid dan
stabil sehingga nampak lebih alami dan mempunyai kekuatan gigitan yang lebih
baik. Namun, kekurangan dari alat ini adalah proses pemasangannya
membutuhkan beberapa kali kunjungan, harganya yang relative mahal dan
pembuatannya membutuhkan keterampilan khusus dari operator.2,3

Metode implan gigi juga tidak dianjurkan untuk dilakukan pada anak-
anak, lebih tepat dilakukan pada pasien dewasa atau ketika pertumbuhan tulang
sudah selesai.2
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Implan Gigi

Dental implant telah dikenal sejak beberapa tahun yang silam, dan
mengalami kemajuan pesat sejak tahun 1987. Di negara-negara maju, pemasangan
dental implant merupakan prosedur bedah yang rutin dikerjakan pada prakter
dokter gigi seperti halnya pencabutan gigi.8

Implan gigi pertama kali diperkenalkan sejak tahun 1967 oleh guru besar
dalam bidang Orthopaedic, Prof Ingle Brånemark dari Swedia. Selanjutnya para
ilmuwan Barat melakukan pengembangan untuk memperbaiki bentuk dan bahan
yang digunakan. Sejak tahun 1980-an diperkenalkan implan gigi yang terbuat dari
bahan logam titanium dan telah memperlihatkan hasil cukup menggembirakan
dengan dasar tolok ukur setelah lima tahun terpasang, masih dapat bertahan di
dalam rongga mulut sekitar 85-100%.7,8

Implan gigi biasanya di bagian permukaan luarnya mendapat tambahan


bahan lain yang bertujuan mendapatkan hubungan atau penyatuan maksimal
dengan tulang rahang yang dikenal dengan istilah Osseointegration. Implan gigi
masa kini berdasarkan Konfrensi The North American Dental Proffesion di
Toronto tahun 1982 adalah berdasarkan konsep osseointegration yaitu penyatuan
antara bahan impan dengan tulang.5,7

Menurut Branemark (1987), implan dengan metoda proses penyatuan


material logam dengan tulang rahang (oseointegrasi) dapat digunakan untuk
mengatasi pasien tidak bergigi pada semua tingkatan resorpsi, bahkan pada
keadaan resorpsi yang ekstrim dan diskontinuitas rahang atas dan rahang bawah
dengan bantuan grafting pada tempat implan dipasang.6

Penelitian membuktikan bahan ini aman digunakan, dapat diterima oleh


tubuh manusia dalam pengertian tidak ditolak oleh tubuh sebagai benda asing
2

ataupun memberikan reaksi negatif, serta mempunyai kemampuan beradaptasi


maksimal dengan tulang dan jaringan lunak lainnya seperti gusi di dalam mulut.
Proses pembuatan implan gigi dilakukan dengan sistim pencairan logam pada
suhu sangat tinggi di dalam ruangan hampa udara.7

Implan gigi terdiri atas dua bagian yaitu bagian supra struktur dan bagian
infra struktur. Bagian infra struktur tertanam dalam tulang rahang dan berfungsi
untuk menggantikan akar gigi dan supra struktur yang menonjol pada jaringan
mukosa dan diatasnya dibuatkan sambungan (abutment) yang berfungsi
menggantikan mahkota gigi untuk menghasilkan penjangkaran yang dapat
meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan diatasnya.2,4,6

Pada gigi asli terdapat dua bagian, yaitu akar gigi yang tertanam di dalam
tulang dan mahkota gigi yang tampak di permukaan oklusal. Untuk teknologi
implan gigi memiliki bagian yang masuk ke dalam tulang dan menggantikan akar,
sehingga masalah perbedaan tekanan jaringan pendukung hampir tidak ada.
Sedangkan gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan jembatan tidak memiliki akar yang
bisa tertanam di dalam tulang rahang.2,3

Apabila implan digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang pada


pasien dengan kehilangan sebagian gigi, baik kehilangan satu gigi maupun
seluruh gigi, maka dalam prosedur pemasangannya dapat tanpa melibatkan gigi
lain. Beda dengan gigi tiruan konvensional (gigi tiruan lepasan dan cekat),
walaupun pergantiannya hanya satu gigi, tetapi pemasangannya melibatkan gigi
lainnya. Hal ini menguntungkan dilihat dari segi estetik, karena tidak mengganggu
keadaan gigi asli tetapi mengembalikan gigi yang hilang.6

Sedangkan pada kehilangan seluruh gigi, implan gigi di dalam tulang


rahang berfungsi sebagai penyanggah gigi tiruan lepas agar lebih stabil
kedudukannya di dalam rongga mulut. Pencekatan pada implan gigi dilakukan
dengan sistem penggunaan klip retensi, bila retensi untuk memberikan stabilitas
gigi tiruan yang sangat membantu dalam pengucapan untuk fungsi fonetik dan
mastikasi.7
7

Secara umum pemasangan dental implant dilakukan 2-2.5 bulan setelah


pencabutan gigi, dimaksudkan karena luka pada tulang bekas pencabutan gigi
telah sembuh dan tulang baru yang sehat telah terbentuk sehingga dental implant
akan dapat dipasang dengan baik. Hal ini dimaksudkan, dental implant dapat
terpasang dengan baik di tulang dan dapat diperoleh primary stability, yaitu
terpasangnya dental implant secara kencang pada tulang rahang di awal
pemasangan. Primary stability diperlukan agar proses penyatuan antara dental
implant dengan tulang rahang melalui proses yang disebut
dengan osseointegration.dapat berlangsung dan proses ini akan berjalan dalam
kurun waktu antara 2-2.5 bulan setelah dental implant terpasang. Setelah dental
implant mengalami osseointegrasi, tahapan selanjutnya adalah pemasangan
mahkota gigi yang didahului dengan pemasangan bagian di atas dental implant
yang disebut dengan abutment implant.8

(catatan: terjadinya osseointegrasi dental implant dan tulang disekitarnya


merupakan penentu keberhasilan pemasangan suatu dental implant)8

Pada banyak kasus pemasangan dental implant dapat dilakukan segera


setelah pencabutan gigi dan dapat diperoleh hasil yang baik dalam pencapaian
osseointegrasi. Teknik pemasangan dental implant semacam ini disebut dengan
Immediate implant placement (bahwa luka di tulang rahang bekas pencabutan
gigi secara natural akan terisi oleh pertumbuhan tulang baru, sehingga bila
dental implant dipasang segera setelah pencabutan gigi, maka jaringan tulang
disekeliling soket gigi akan juga tumbuh disekeliling dental implant seperti
halnya pada luka bekas pencabutan gigi normal sehingga dengan sendirinya
dental implant tersebut akan tertutup oleh pertumbuhan tulang baru tersebut).8

Dengan demikian teknik ini dapat dipakai sebagai teknik pemasangan


dental implant dengan mempertimbangan akan memperpendek waktu kunjungan
ke dokter dibandingkan apabila dental implant dipasang menunggu luka bekas
pencabutan gigi dibiarkan sembuh dahulu baru kemudian dental implant
dipasang.8
2

Pada banyak kasus, pemasangan dental implant dapat dilakukan pada


kasus emergensi (misalnya: kehilangan gigi oleh karena sesuatu hal (mis:
kecelakaan) dimana gigi harus dilakukan pencabutan dan dental implant dapat
segera dipasang melalui teknik immediate dental implant placement.8

Immediate dental implant placement tidak diindikasikan pada luka bekas


gigi yang mengalami infeksi. Sangat baik bila dilakukan pada gigi-gigi anterior
atau gigi depan dan sebaiknya sangat dipertimbangkan untuk dipasangkan gigi-
gigi posterior atau gigi geraham.8
9

2.2 Definisi Implan Gigi

Implan gigi (dental implant) adalah suatu alat yang terbuat dari logam metal
berbentuk menyerupai akar gigi dan biasanya mempunyai ulir di bagian luar,
dipasang dengan cara menanam material tersebut secara bedah ke dalam jaringan
lunak atau ke dalam tulang rahang (rahang atas atau bawah) berfungsi untuk
menggantikan akar gigi asli yang hilang di dalam mulut. Sistem ini diperkenalkan
sesuai perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang ilmu kedokteran gigi,
untuk mengembalikan estetik, fungsi mastikasi, serta fungsi fonetik pada waktu
berbicara.7

Keuntungan implan gigi adalah restorasi tersebut sangat menyerupai gigi asli
karena tertanam di dalam jaringan sehingga memberikan manfaat fungsional
sehinga pengunyahan pasien dapat kembali sempurna dan estetika senyum pasien
menjadi lebih baik dengan susunan gigi yang mirip dengan gigi aslinya. Implan
gigi juga lebih rigid dan stabil sehingga nampak lebih alami dan mempunyai
kekuatan gigitan yang lebih baik.9
2

Pada prinsipnya implan gigi memerlukan bahan yang dapat diterima jaringan
tubuh, cukup kuat dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa di
atasnya.9

Menurut Boskar (1986) dan Reuther (1993), syarat implan gigi adalah sebagai
berikut :9

1. Biokompatibel
Yang dimaksud dengan biokompatibel adalah non toksik, non alergik, non
karsinogenik, tidak merusak dan mengganggu penyembuhan jaringan
sekitar serta tidak korosif.
2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan
3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi
4. Elastisitasnya sama atau hampir sama dengan jaringan sekitar
5. Dapat dibuat dalam berbagai bentuk

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan Implan


11

Indikasi pemasangan implan gigi adalah :9

1. Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang cukup.


2. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik.
3. Pasien yang kehilangan semua atau sebagian gigi geliginya, akan tetapi
sulit memakai gigi tiruan konvensional akibat adanya koordinasi otot
mulut yang kurang sehingga stabilitas gigi tiruan sulit tercapai atau adanya
refleks muntah sehingga sulit memakai gigi tiruan.
4. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan gigi tiruan.

Kontra indikasi pemasangan implan gigi :9

1. Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan keras
2. Luka ekstraksi yang baru
3. Pasien dengan penyakit sistemik
4. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implant
5. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruksism, merokok dan alcohol
6. Pasien dengan kebersihan mulut yang jelek

2.4 Klasifikasi Implan Gigi

Implan dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori, antara lain :9


2

1. Berdasarkan bahan yang digunakan.

Bahan yang digunakan untuk implan gigi, antara lain :

a) Logam

Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian


Stainless Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel,
pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak
dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan
untuk kerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan
logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat dari
logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium
yang telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian
strukturnya.

b) Keramik

Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang
memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar
implan, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah
bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.

c) Polimer dan komposit

Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian
dan penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada
bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang
sensitif terhadap formasi sterilisasi.

2. Berdasarkan penempatannya dalam jaringan.

Menurut lokasi tempat implan ditanam, maka implan gigi terdiri dari :

a) Implan subperiosteal
13

Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali
diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. Implan ini tidak ditanam ke
dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah
periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang
hebat, apabila pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian
protesa atau pada kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah
mentalis. Implan ini memerlukan teknik insersi dua tahap. Penggunaan implan
subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa
keberhasilannya dalam lima tahun tidak mencapai 75%. Implan ini juga tidak
dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi
asli.
2

b) Implan endosteal

Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan


periosteum, sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implan ini mempunyai
tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implan endosteal

diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa


diperantarai jaringan lunak. Popularitas implan endosteal semakin meningkat,
terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan.

Laporan-laporan menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15


tahun apabila teknik bedah dan perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik.
Ditinjau dari teknik bedahnya, implan endosteal terdiri dari teknik insersi satu
tahap dan insersi dua tahap. Pada teknik satu tahap, pembedahan hanya dilakukan
sekali sehingga tonggak abutment menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai.
Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi
pertama untuk meletakkan implan pada tulang rahang. Setelah masa
penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk pemasangan abutment.

c) Implan transosteal atau transosseous


15

Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya


digunakan pada rahang bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan

memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.

3. Berdasarkan pilihan perawatan

Pada tahun 1989, Misch melaporkan bahwa terdapat lima pilihan perawatan
berdasarkan prostetik pada implan. Dari kelima pemilihan perawatan tersebut tiga
yang pertama merupakan protesa cekat (FP), dimana ia boleh disekrupkan atau
disemenkan. Protesa cekat diklasifikasikan berdasarkan jumlah struktur jaringan
keras dan lunak yang diganti.

Dua lagi merupakan protesa lepasan (RP) yang diklasifikasikan berdasarkan


kekuatannya :

 FP-1 : Protesa cekat, hanya mahkota gigi yang diganti; tampak seperti gigi
asli
 FP-2 : Protesa cekat; mahkota dan sebagaian dari akarnya tampak normal
pada sebagian oklusal tetapi mengalami elongasi pada sebagian gingiva.
2

 FP-3 : Protesa cekat; menggantikan mahkota yang hilang dan warna


gingiva sebagian dari ruang edentulus; protesa yang paling sering
digunakan adalah gigi palsu dan gingiva akrilik, tetapi boleh dibuat dari
porselen atau logam
 RP-4 : Protesa lepasan; dukungan overdenture sepenuhnya oleh implan.
 RP-5 : Protesa lepasan; dukungan overdenture oleh jaringan lunak dan
implan.

4. Penatalaksanaan Faktor Resiko Dalam Pemasangan Implan

a) Rencana perawatan

Dokter gigi harus memahami dan berkomunikasi dengan pasien bahwa


pemasangan implan tidak selamanya sukses. Faktor yang bisa mempengaruhi
keberhasilan perawatan implan ini harus dipertimbangkan sejak tahap rencana
perawatan, termasuk resiko operasi, potensi kegagalan dan desain protesa pada
restorasi akhir.

b) Kondisi sistemik pasien

Kondisi medis dan terapi dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan


implan gigi, dan melalui pemeriksaan secara menyeluruh kondisi medis pasien
sebelum pemasangan implan sangat penting untuk dipertimbangkan. Misalnya,
diabetes melitus bukan merupakan kontra indikasi pemasangan implan, tetapi
diabetes melitus harus berada dalam keadaan terkawal dan pasien harus
memahami bahwa tahap keberhasilan pada pasien diabetes melitus mempunyai
persentase sedikit lebih rendah jika dibandingkan pada pasien non diabetes.
Osteoporosis merupakan satu lagi kondisi yang bisa mempengaruhi pada
pemasangan implan. Kualitas tulang pada daerah implan harus dievaluasi secara
teliti pada pasien ini.

Kondisi kardiovaskular, kelainan pendarahan, dan kondisi sistemik lain


yang bisa mempengaruhi mekanisme penyembuhan tubuh juga harus diteliti
terlebih dahulu. Infeksi HIV, leukemia, sindroma Sjogren’s dan penyakit autoimun
lain yang memerlukan penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama
17

akan menghambat proses penyembuhan dan mempengaruhi infeksi bakteri. Pasien


yang mempunyai dua atau lebih kondisi sistemik ini memiliki resiko kegagalan
yang lebih tinggi. Adalah sangat penting untuk meninjau kondisi medis pasien
secara hatihati sebelum mempertimbangkan perawatan implan dan menjelaskan
kepada pasien bagaimana kondisi sistemik dapat mempengaruhi keberhasilan
perawatan.

c) Kondisi daerah implan

Pertimbangan yang paling penting dalam pemasangan implan ini adalah


kualitas dan kuantitas tulang serta bentuk alveolar ridge pada daerah implan.
Pemeriksaan radiografi dan klinis juga merupakan sesuatu yang penting dalam
melakukan penilaian dan untuk menemukan daerah implan dengan dukungan
tulang yang optimal. Dokter gigi juga harus hati-hati dalam mempertimbangkan
pengambilan keputusan apakah pemasangan implan dapat dilakukan segera
setelah ekstraksi.

d) Persetujuan tindakan medis

Setelah melakukan penilaian apakah pasien tersebut sudah memenuhi


kriteria untuk dapat dilakukan perawatan implan, persetujuan tindakan medis
harus diperoleh dari pasien sebelum perawatan dimulai. Suatu persetujuan
tindakan medis harus mencakup:

1. Jumlah dan lokasi implan yang telah direncanakan


2. Operasi tambahan jika perlu
3. Prosedur anastesi
4. Potensi resiko dari operasi dan anastesi
5. Desain protesa dan restorasi akhir

e) Pembuatan protesa

Pembuatan implan protesa memerlukan teknik keahlian yang khusus yang


berbeda dengan pembuatan protesa konvensional. Tujuan utama adalah untuk
mencapai fungsi dan estetik wajah dan gigi, maka perhatian yang khusus harus
2

diberikan dalam pemeliharaan implan dan restorasi akhir dalam mencapai


keberhasilan jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Diambil dari :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21344/4/Chapter%20I.pdf.
Diakses tanggal 12 Maret 2015.
2. Ratna, Ika. Drg., SpBM. Pengertian Gigi Implant atau Implant Dental. 05
April 2013. (Diakses tanggal 12 Maret 2015). Tersedia di:
https://drgikaratnaspbm.wordpress.com/2013/04/05/pengertian-gigi-
implan-atau-implan-dental/
3. Sulle, M.H.H., Machmud, E. Restorasi Impan Sistem Bone-Lock. 2003.
(Diakses tanggal 12 Maret 2015). Tersedia di:
https://id.scribd.com/doc/38003246/Jenis-Dental-Implant1-2003
4. Mozartha, Martha. Drg. Implan di Bidang Kedokteran Gigi. 2003.
(Diakses tanggal 12 Maret 2015). Tersedia di:
https://id.scribd.com/doc/38003246/Jenis-Dental-Implant1-2003
5. Karasutisna, T. (2004). “Implan Gigi Untuk Dokter Gigi Umum
(Diagnosis dan Implantasi)”. Makalah pada Universitas Padjajaran
Fakultas Kedokteran Gigi, Bandung. Tersedia di:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/10/pustaka_unpad_implan_gigi_untuk_dokter_gigi_
umum.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2015.
6. Karasutisna, T. (2004). “Implantasi Sistim Implan Gigi ITI”. Makalah
pada Universitas Padjajaran Fakultas Kedokteran Gigi, Bandung. Tersedia
di: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/10/pustaka_unpad_implantasi_sistim_implan_gigi-
_i-t-i.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2015.
7. Dentalroom. Sejarah Implan Gigi. 05 April 2013. (Diakses tanggal 12
Maret 2015). Tersedia di: http://www.dentalroom.web.id/sejarah-implan-
gigi/
19

8. D. Pramono, Coen. Prof., Drg., SU., Sp.BM(K). Dental Implant.


(Diakses tanggal 12 Maret 2015). Tersedia di:
https://id.scribd.com/doc/127018010/Dental-Implant
9. Anonymous. Diambil dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28589/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai