MADUKISMO YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pestisida
Disusun Oleh :
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yogyakarta atau banyak orang sering menyebutnya dengan kata Jogja adalah
salah satu provinsi di Indonesia dan termasuk salah satu dari 7 Daerah Istimewa selain
Aceh, Berau, Bulongan, Kalimantan Barat, Kutai, dan Surakarta, yang sampai sekarang
hanya tersisa 2 kota saja yaitu Yogyakarta dan Aceh. Pada hari pertama kunjungan kami
mengunjungi PG. MADUKISMO YOGYAKARTA dimana tempat ini merupakan
perusahaan pembuat gula Kristal dan spritus dari tebu yang menjadi komoditas utama
pada perusahaan ini, Perusahan Madukismo pernah berdiri menjadi perusahan berstatus
swasta pada tahun 1955-1962.
Tahun 1962-1966, PT. Madubaru diambil alih oleh Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN), Hal ini terjadi akibat gejolak politik yang
terjadi di Indonesia. Tahun 1966- 1984, PT Madubaru kembali menjadi perusahaan
swasta dengan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX sebagai Presiden Direktur.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyetujui dikelola kembali PT. Madubaru oleh
Pemerintah RI melalui Departemen Keuangan dan Departemen Pertanian pada tanggal 4
Maret 1984. Pemerintah RI menunjuk PT. Rajawali Nusantara Indonesia untuk
mengelola PT Madubaru yang disahkan dengan tanda tangan kontrak manajemen oleh
direktur utama PT RNI dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tanggal 24 Februari 2004,
PT Madubaru dikelola secara mandiri dan professional dengan saham terbesar dipegang
oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX sebesar 65% sedangkan sisanya dipegang oleh
Pemerintahan Republik Indonesia melalui PT. Rajawali Nusantara Indonesia I.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kunjungan ini yaitu, untuk menambah wawasan mahasiswa
tentang budidaya tanaman tebu, untuk mengetahui hama dan penyakit yang menyerang
tanaman tebu di PG. MADUKISMO YOGYAKARTA.
BAB II
PENDAHULUAN
Spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku gula adalah
Saccharum officinarum L., karena kandungan sukrosanya yang tinggi dan rendah
kandungan seratnya. Setyamidjaja dan Azharni (1992) menambahkan bahwa selain
Saccharrum officinarum L masih ada empat spesies tebu lain yang masih termasuk ke
dalam genus Saccharum, yaitu: Saccharum sinense, Saccharum barberi, Saccharum
spontaneum, dan Saccharum robustum. Tebu yang ditanam pada PG. MADUKISMO
YOGYAKARTA untuk di jadikan sebagai gula dan spiritus.
Adapun tebu memiliki morfologi, batang bagian luar merupakan kulit yang keras,
sementara bagian dalam yang lunak mengandung nira. Batnag tebu beruas-ruas dan
kedudukan ruas yang satu dengan yang lain tegak atau zig zag, bentuknya dapat
bervariasi sesuai varietasnya. Pada ruas tebu terdapat mata ruas, dimana mata ruas
tersebut adalah kuncup tebu yang terletak pada buku ruas batang dan terlindung oleh
pangkal pelepah. Batang tebu yang baik biasanya dengan tinggi 3 sampai 5 meter atau
bahkan lebih. Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar
tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumbuh dari mata tunas.
Sementara itu, akar stek adalah akar yang tumbuh dari cincin akar batang dan masa
hidupnya tidak lama. Daun tebu terdiri dari helai daun dan pelepah daun tanpa tangkai
daun. Daun berpangkal pada buku dan kedudukannya berseling kanan dan kiri. Pelepah
daun menutupi batang, sehingga buku tidak terlihat. Bunga tebu merupakan malai
berbentuk piramida dengan panjang 70 – 90 cm yang mengandung ribuan bunga kecil.
Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yakni tiga helai daun kelopak dan satu helai daun
tajuk bunga, tiga benang sari dan satu bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk
bulu–bulu. Bunga yang masak, benang sarinya panjang sehingga kepala sari
menggantung keluar dari tajuk bunga.
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili
Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus
Saccharum. Spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku
gula adalah Saccharum officinarum L., karena kandungan sukrosanya yang tinggi dan
rendah kandungan seratnya. Setyamidjaja dan Azharni (1992) menambahkan bahwa selain
Saccharrum officinarum L masih ada empat spesies tebu lain yang masih termasuk ke
dalam genus Saccharum, yaitu: Saccharum sinense, Saccharum barberi, Saccharum
spontaneum, dan Saccharum robustum. Tebu yang ditanam pada PG. MADUKISMO
YOGYAKARTA untuk di jadikan sebagai gula dan spiritus
Budidaya tanaman tebu meliputi : penetapan masa tanam, prsiapan lahan, persiapan
bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman. Peemelihraan tanaman serta pengendalian
hama dan penyakit. Hama yang menyeran pada tanaman tebu yaitu, penggerek pucuk tebu
yang dapat dikendalikan dengan insektisida carbofulan, hama uret yang menyerang pangkal
daun pecengahan dilakukan menggunakan insektisida yang bisa digunakan antara lain
Furadan 3 G (50 – 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby 10 G ( 30 kg/ha), serta
penyakit yang menyerang salah satunya adalah Penyakit pokahbung, pemberantasan untuk
tanaman ini yang telah diserang dengan cara disemprot bubur Bordo 1% seminggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA
PT. Perkebunan Nusantara XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT Perkebunan Nusantara
XI. Surabaya
Naruputro, A. 2010. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula
Krebet Baru, Pt. PG.. Rajawali I, Malang, Jawa Timur: Dengan Aspek Khusus
Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman.
Susila, W. R. 2007. Keterpaduan Jadwal Tanam dan Tebang Tebu. Informatika Pertanian . 16:
937-956. Sutardjo, E. R. M. 2002. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara.
Jakarta. 76 hal.