Anda di halaman 1dari 52

i

DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………..…… i
Daftar Isi …………………………………………………………..…… ii
PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
PETUNJUK BELAJAR ……………………………………...................... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ………...................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN.......................................................... 2
URAIAN MATERI……………………………........................................... 2
A. Tektonisme ……………………….. ............................................................ 2
1. Pengertian Tektonisme............................................................................ 2
2. Teori Terjadinya Gerakan pada Litosfer........................................ 2
3. Jenis-Jenis Gerakan Tektonik ....................................................... 9
B. Vulkanisme……………………………………………………………… 11
1. Pengertian Vulkanisme…………………………………………….. 11
2. Material Hasil Erupsi Gunung Api……………………………….. 16
3. Klasifikasi Bentuk Erupsi Vulkanik………………………………. 19
4. Perubahan Morfologi Gunung api………………………………… 24
5. Gejala pasca vulkanik……………………………………………….. 28
6. Hubungan antara Lempeng Tektonik dan Vulkanisme……………… 29
7. Persebaran Vulkanisme Di Dunia…………………………………. 30
8. Dampak keberadaan vulkanisme terhadap kehidupan manusia. 32
C. GEMPA BUMI DAN TSUNAMI……………………………………… 34
1. Pengertian Gempa Bumi…………………………………………… 34
2. Beberapa istilah dalam Seismologi……………………………...… 34
3. Gelombang Gempa Bumi………………………………………….. 37
4. Jenis Gempa Bumi………………………………………………….. 38
5. Skala Kekuatan Gempa…………………………………………. 39
6. Menentukan Letak Episentrum………………………………….. 41
7. Persebaran Gempa di Dunia............................................................ 42
8. Tsunami…………………………………………………………….. 43
RANGKUMAN……………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 49

ii
BIDANG KAJIAN :
LITOSFER DAN DINAMIKANYA

MODUL 10 : TENAGA ENDOGEN

PENDAHULUAN
Tenaga endogen memiliki sifat yang membangun permukaan bumi.Munculnya rangkaian
pegunungan dan gunung api di permukaan bumi, punggungan dasar samudera (mid oceanic
ridge) dan pemekaran dasar samudera diakibatkan oleh adanya tenaga endogen. Tenaga
endogen akan menentukan bentuk permukaan bumi, hidrologi, litologi/batuan, kesuburan
tanah,dan lain-lain. Semua itu akan sangat berpengaruh terhadap karakteristik kehidupan, baik
tumbuhan, hewan, maupun manusia di suatu wilayah. Dengan mempelajari tenaga endogen,
Anda juga akan dapat mengidentifikasi wilayah-wilayah di permukaan bumi yang rawan
terhadap ancaman bencana, utamanya bencana geologi. Dalam modul ini juga disertakan
pembahasan mengenai tsunami, karena bencana ini telah banyak menelan korban di Indonesia
yang munculnya dipicu oleh gempa bumi.Oleh karena itu memahami materi tenaga endogen
dalam studi geografi merupakan suatu keharusan.
Modul 10 ini membahas mengenai tenaga endogen.Di dalamnya juga memuat tugas
untuk mengobservasi bentuk-bentuk tenaga endogen yang telah bekerja di wilayah Anda.Pada
akhir modul terdapat tes formatif yang harus dikerjakan.Skor yang diperoleh dari soal-soal
formatif tersebut menggambarkan penguasaan materi modul 10 mengenai tenaga endogen.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Untuk memperkaya penguasaan materi, sebaiknya Anda mengkaji materi yang relevan
dari sumber-sumber yang lain.
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini dan cocokkan dengan
kunci jawaban yang tersedia. Belajar Anda diangap tuntas jika minimal skor yang
saudara peroleh 70 (minimal 7 soal harus dijawab dengan benar).
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul berikutnya

1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Dalam substansi keilmuan, setiap guru Geografi wajib menguasai pengetahuan Geografi yang
setara dengan pengetahuan Geografi yang dikuasai oleh Sarjana Geografi.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


Peserta mempunyai pengetahuan tentang tenaga endogen yang meliputi tektonisme,
vulkanisme, dan seisme.

URAIAN MATERI
Tenaga endogen adalah tenaga atau gaya geologi yang berasal dari dalam bumi, yaitu
meliputi tektonisme, vulkanisme, dan gempa bumi atau seisme.

A. Tektonisme
1. Pengertian Tektonisme

Tektonisme adalah gerakan-gerakan lapisan penyusun kerak bumi. Adanya


tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya pergeseran, pengangkatan, lipatan, dan
patahan pada kerak bumi. Tektonisme merupakan salah satu tenaga endogen yang
terpenting, yaitu sebagai sumber utama terjadinya dinamika pada litosfer yang berasal
dari dalam. Vulkanisme dan gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh tenaga
tektonik.

2. Teori Terjadinya Gerakan pada Litosfer

Ada beberapa teori yang berusaha untuk menjelaskan terjadinya dinamika litosfer,
antara lain sebagai berikut.

a. Teori Kontraksi
Merupakan teori tertua yang mencoba menjelaskan terjadinya pegunungan di
permukaan bumi. Teori ini dikemukakan oleh James Dana dan Elie De Beaumont
yang menjelaskan terjadinya relief di permukaan bumi(Wirjodihardjo,1952). Mereka
menyatakan bahwa tubuh bumi telah lama mengalami pendinginan di permukaannya,
namun di bagian dalam masih merupakan substansi cair pijar yang panas.Karena bumi
terus mendingin, maka bagian inti bumi mengalami penyusutan, sedangkan bagian

2
kulit bumi tetap tidak berubah karena sudah membeku. Akibat penyusutan tersebut,
kerak bumi menjadi longgar dari intinya sehingga timbul gaya tangensial yang
mengakibatkan terbentuk pengerutan di bagian permukaan. Inilah yang menyebabkan
terjadinya pegunungan lipatan di permukaan bumi. Bumi diandaikan sebagai buah apel
yang jika bagian dalamnya mengering akan menyebabkan keriput di permukaannya.

b. Teori Laurasia-Gondwana
Teori ini dikemukakan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor yang
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi ada dua benua, yaitu Laurasia dan
Gondwana yang masing-masing terletak di kedua kutub bumi. Kedua benua kemudian
bergerak secara lambat menuju Ekuator dan kemudian terbentuklah benua-benua di
permukaan bumi seperti saat ini. Benua gondwana meliputi Amerika Selatan, Afrika,
Australia dan anak benua India, sedangkan Eropa, Asia, dan Amerika Utara termasuk
benua Laurasia (Gambar 1).

Gambar 1: Benua Laurasia dan Gondwana.


http://www.riseearth.com/2011/12/gondwana-supercontinent-fragments-
of.html

c. Teori Pergeseran Benua (Continental Drift Theori)


Dikemukakan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa pada awalnya di
bumi terdapat satu benua yang disebut Pangea.Kemudian secara perlahan benua ini
pecah karena mengalami pergeseran ke arah ekuator dan ke arah barat. Gerakan ke

3
arah ekuator disebabkan oleh gaya sentrifugal akibat bumi berotasi dan gerakan ke
arah barat akibat gerakan bumi ketika berotasi dari arah barat ke timur (Gambar No 2).

Gambar 2: Pergeseran benua dari jaman Perm sd sekarang.


(http://creationwiki.org/Continental_drift)

d. Teori Konveksi
Teori ini mengemukakan bahwa di bawah lapisan kerak bumi, yaitu pada
lapisan astenosfer terdapat arus yang memutar (arus konveksi).Arus konveksi ini

4
mempengaruhi litosfer yang ada di atasnya.Bahkan arus konveksi ini ada yang sampai
di dasar laut dan membentuk punggungan dasar samudera atau mid oceanic
ridge.Adanya arus konveksi ini menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak
rata.Pada puncak mid oceanic ridge lava masih terus mengalir dari dalam menyebar
ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi yang baru.

Gambar3: Arus konveksi pada bagian dalam bumi


(https://survivingdisasters. wikispaces.com/Causes+of+Earthquake)

Arus konveksi terjadi karena adanya pemanasan secara terus menerus dari inti
bumi terhadap lapisan mantel yang ada di atasnya. Bagian mantel yang dekat dengan
inti bumi menjadi lebih panas daripada bagian atas. Akibatnya bagian mantel yang
dekat dengan inti bumi menjadi ringan sehingga terapung dan membentuk arus menuju
bagian atas. Sebaliknya mantel yang dekat dengan lithosfer menjadi dingin dan lebih
berat dan tenggelam kembali menuju inti bumi. Proses ini terjadi secara terus menerus
sehingga membentuk arus konveksi. Arus konveksi ini secara sederhana dapat
dianalogikan dengan air yang direbus seperti yang dapat diamati pada Gambar No 4.

5
Gambar4: Arus konveksi yang tterbentuk pada air yang dipanasi

e. Teori Pemekaran Dasar Samudera.


Teori pemekaran dasar samudera (Sea
Sea Floor Spreading)
Spreading dikemukakan oleh
Harry H.Hess. Teori ini menjelaskan bahwa bagian kerak bumi di dasar samudra
mengalami pemekaran sebagai akibat gaya tarikan ((tensional
tensional force)
force yang digerakan
oleh arus konveksi yang ada pada astenosfer. Akibat
Akibat gaya tarikan tersebut terbentuklah
rekahan pada dasar samudera. Melalui rekahan tersebut magma mengalir ke kedua
sisinya dan membentuk kulit bumi yang baru.Ekspedisi Glomar Challenger tahun 1968
memnunjukkan bukti baru tentang terjdinya pergeseran dasar laut dari arah mid
oceanic ridge ke arah dua sisinya (Gambar No 5).

Gambar 5: Sea-floor
floor-spreading
(https://www.quora.com/What
https://www.quora.com/What-does-the-process-of-sea
sea-floor-spreading-
entail)

6
Penelitian mengenai umur batuan di sekitarmid oceanic ridge mendukung
kebenaran terjadinya pemekaran dasar samudera. Hal ini dibuktikan bahwa umur
batuan hasil luapan magma, semakin jauh dari mid oceanic ridge, semakin tua
umurnya.

f. Teori Lempeng Tektonik


Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker yang merupakan
penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya (Teori Pergeseran Benua, Teori Konveksi,
dan Teori Pemekaran Dasar Samudera).Teori ini menjelaskan bahwa kerak bumi
mengapung di atas lapisan astenosfer.Karena adanya aliran arus konveksi, maka
bagian kerak bumi di atasnya terseret mengikuti arah arus konveksi tersebut.Itulah
sebabnya maka selalu terjadi pergeseran pada kerak bumi. Akibat pergeseran tersebut
adalah terjadinya gerakan lempeng kerak bumi yang saling menjauh, berpapasan,
atau bertabrakan.

Salah satu teori yang dewasa ini banyak digunakan untuk menjelaskan
terjadinya tenaga endogen adalah teori tektonik lempeng. Teori ini mengasumsikan
bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini selalu
bergerak sebagai akibat dari pengaruh gerakan arus konveksi yang ada pada lapisan
mantel.

Aliran arus yang berada di bawah lithosfer bisa berpapasan, bertabrakan, atau
saling menjauh. Arus konveksi ini dapat menyeret lapisan kerak bumi yang ada di
atasnya, sehingga menimbulkan berbagai bentuk dipermukaan bumi, seperti retakan,
celahan, patahan, lipatan, maupun pengangkatan.

Adanya arus konveksi yang menyeret lapisan kerak bumi di atasnya


mengakibatkan bentuk dan posisi tempat-tempat dipermukaan bumi selalu berubah.
Bentuk permukaan bumi seperti yang ada pada saat ini terjadi dari sebuah benua yang
sangat besar yang dinamakan Pangea atau super continent. Sebagai akibat adanya
gerakan lempeng tektonik, benua tersebut terpecah belah sebagaimana benua-benua
yang ada pada saat ini.

7
Gambar 6: Arus konvesi, mid oceanic ridge dan subduksi
http://maggiesscienceconnection.weebly.com/plate-tectonics-
earthquakes--volcanoes.html

Gerakan lempeng-lempeng tektonik masih terus terjadi sampai saat ini. Ada
enam lempeng besar yang masing-masing lempeng terdiri atas lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng besar tersebut adalah Lempeng Erasia, Afrika,
Amerika, Pasifik, Hindia-Australia, dan Antartika. Lempeng-lempeng tektonik yang
ada di bumi dan arah gerakannya dapat dilihat pada Gambar No 7.

Gambar 7: Lempeng tektonik di dunia dan arah gerakannya


(http://www.limaeasy.com/earthquakes-in-peru/earthquakes-info)

8
Pembentukan permukaan bumi dan fenomena pada litosfer yang diakibatkan
oleh adanya arus konveksi dapat dilihat pada Gambar No 8.

Gambar 8: Gerakan lempeng tektonik dan fenomena pada litosfer yang ditimbulkan.
(https://stephenjensenpoetry.files.wordpress.com/2015/07/plate
(https://stephenjensenpoetry.files.wordpress.com/2015/07/plate-
tectonics.jpg)

3. Jenis-Jenis
Jenis Gerakan Tektonik

Adanya tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya pengangkatan,


penurunan, lipatan, dan patahan. Pada kerak bumi fenomenaa tersebut membentuk
pegunungan, perbukitan, punggungan, maupun celah yang dalam.
dalam Ada beberapa
bentuk lipatan seperti terliha
terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 9: Bentuk-bentuk
bentuk lipatan pada lapisan batuan.

9
Bagian puncak lipatan dinamakan antiklin dan lembahnya disebut sinklin.
Kumpulan antiklin dinamakan antiklinorium. Adanya pelapukan dan pengikisan,
puncak lipatan (antiklin) belum tentu merupakan bagian paling tinggi dan sebaliknya
sinklinal belum tentu merupakan bagian yang paling rendah dari suatu bentang lahan.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar No 10.

Gambar 10: Sinklinal yang secara mrfologis terlihat sebagai punggungan.


(https://thenaturalhistorian.com/2014/07/12/nh-notes-bent-rock-on-display-the-
sideling-hill-road-cut/)

Patahan pada lapisan batuan dapat disebabkan oleh beberapa gaya yang berupa
tarikan, tekanan, dan robekan. Gaya dan bentuk patahan (sesar) yang dibentuk dapat
dilihat pada Gambar No 11.

(1)

10
(2)

(3)

Gambar11: (1) Sesar Normal, (2) Sesar Sungkup, (3) sesar mendatar (Tarbuck, 1998)

Orogenesis, atau proses pembentukan pegunugan terjadi karena adanya


tektonisme yang menyebabkan terjadinya patahan dan lipatan. Pembentukan
pegunungan merupakan proses yang relatif cepat dan wilayah yang terangkat tidak
terlalu luas. Penangkatan kerak bumi yang meliputi wilayah relatif luas dan terjadi
secara perlahan-lahan di sebut epirogenesis.

B. VULKANISME
1. Pengertian Vulkanisme
Vulkanisme adalah gerakan magma dari daam bumi menuju permukaan
bumi.Dalam perjalanannya magma dapat mencapai permukaan dan sebagian lagi
menyusup di pada kerak bumi.Magma yang dapat mencapai permukaan bumi disebut
dengan ekstrusi dan yang menyusup di dalam kerak bumi disebut intrusi.

Lapisan kulit bumi terluar dikelilingi oleh batuan yang disebut kerak bumi.
Dibeberapa tempat di permukaan bumi dijumpai adanya masa cair pijar yang meleleh
keluar dari dalam bumi, baik melalui suatu pipa maupun rekahan pada kerak bumi.
Magma adalah merupakan peleburan persenyawaan silikat pijar yang mengandung

11
banyak gas, persenyawaan tersebut antara lain terdiri dari SiO2, Al, Ca, Mg, K, Na, Fe,
CO2, H2, HCL dan lain-lain. Magma ini memiliki sifat mudah beregrak dengan suhu
berkisar antara 900° sampai 1.100°C.Magma terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
dan mantel bagian atas. Meski dapat dipastikan bahwa di dalam bumi terdapa substansi
magma, namun tidak berarti bahwa pada lithosfer secara keseluruhan terdiri dari
substansi tersebut.

Dulu orang mengira bahwa panas pada magma berasal dari sisa-sisa panas bumi,
karena bumi terbentuk dari bagian matahari yang terlepas dan membentuk planet.
Pendapat yang lebih maju menyatakan bahwa panas pada magma berasal dari unsur-
unsur mineral radio aktif yang ada pada litosfer. Ketika mineral radio aktif mengalami
peluruhan (decay), akan menghasilkan panas yang mampu melelehkan batuan di
sekitarnya.

Sebagai mana telah di sebutkan pada bab sebelumnya, lithosfer terdiri dari dua
lapisan utama, yaitu sial dan sima. Sial menempati lapisan paling atas dari lithosfer yang
sebagian besar terdiri persenyawaan silisium dan aluminium dengan berat jenis antara
2,7 sampai 2,8. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi.Di bagian benua lapisan
sial jauh lebih tebal dibandingkan dasar laut.Dibagian benua lapisan sial dapat mencapai
ketebalan puluhan kilometer, sedang di dasar samudra lapisan tersebut sangat
tipis.Lapisan sial berada mengapung di atas lapisan sima.Lapisan sima sebagian besar
terdiri dari persenyawaan SiO2 dan Mg dengan berat jenis sekitar 3 atau lebih. Lapisan
sial berkomposisi granit dan lapisan sima berkomposisi basalt. Pada lapisan sial inilah
terutama terdapat ruang-ruang tempat magma berada yang disebut waduk magma atau
reservoir magma yang merupakan sumber utama dari aktivitas vulkanik.

Dibawah lithosfer terdapat sebuah jalur yang disebut substratum.Substratum ini


sebagai mana sima, sebagian besar juga berkomposisi SiO2 dan Mg. Bedanya adalah
lapisan sima terutama terdapat dalam bentuk kristalin, sedangkan substratum terdiri dari
substansi amorf.Substansi amorf ini berada dalam temperature yang sangat tinggi.

Gerakan pada litosfer dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan


termodinamik pada substaratum.Hal ini mengakibatkan substansi yang bersifat amorf

12
tadi berubah menjadi cair pijar. Perubahan tersebut disertai meningkatnya volume dan
pelepasan gas antara lain CL, HCl, CO2, H2S, H2SO3, CH4 dan N2. Bahan cair pijar
tersebut kemudian mengisi ruang-ruang dalam litosfer dan membentuk dapur
magma.Karena mengandung gas, magma tersebut berada dalam tekanan yang tinggi.
Oleh karena itu jika terdapat bagian litosfer yang lemah, misalnya karena adanya
patahan atau rekahan, maka magma akan cenderung untuk keluar permukaan bumi.

Jika waduk magma terletak dangkal maka tekanan gas menghancurkan kerak
batuan yang ada diatasnya dengan suatu ledakan.Akibatnya magma ikut tertekan dan
dihamburkan keluar.Peristiwa ini dapat dibandingkan dengan sebotol minuman soft
drink yang setelah dikocok, tutupnya dibuka secara tiba-tiba. Cairan sotf drink tersebut
akan tersembur keluar karena dorongan gas yang ada dalam botol yang terlepas ketika
cairan tadi dikocok.

Kedalaman dapur magma pada umumnya berkisar antara 10-140 Km, sedangkan
substratum yang dapat dianggap sebagai induk magma terletak pada kedalaman 100 Km
dari permukaan bumi. Pada dapur magma yang dalam, yaitu pada 40-100 Km dari
permukaan bumi dengan tekanan sebesar 20.000-25.000 atmosfer, gas-gas yang ada
pada magma tidak mampu mengatasi litosfer yang ada diatasnya. Oleh karena itu,
disamping tekanan gas diperlukan juga gaya tektonik yang dapat menyebabkan
lemahnya struktur kerak bumi ditempat tersebut, misalnya terjadinya patahan atau
rekahan. Rekahan atau patahan pada kerak bumi adalah merupakan tempat –tempat yang
ideal bagi keluarnya magma ke permukaan bumi.

Hubungan antara vulkanisme dan tektonisme memang sangat erat. Hal ini terbukti
bahwa gunung-gunung api yang sekarang masih aktif terutama terletak di daerah-daerah
yang pada zaman tertier mengalami pengangkatan, penurunan, retakan-retakan maupun
patahan-patahan secara intensif. Daerah tersebut terutama berpusat pada jalur Sirkum
Pasifik dan Jalur Mediteran. Bahkan batas dari cekungan pasifik dapat dianggap sebagai
Ring of fire dan lebih dari 75 % vulkan aktif didunia ini ditemukan disini.

13
a. Intrusi
Intrusi terbentuk jika magma dalam perjalanannya terjebak di dalam lapisan
kerak bumi dan kemudian membeku ditempat tersebut.Lapisan kerak bumi yang ada
disekitarnya dimasuki, diterobos atau diubah. Adanya pengerjaan proses eksogen,
badan intrusi tersebut kadang-kadang dapat tersingkap dipermukaan bumi. Bentuk
intrusi sangat bervariasi, hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis magma dan struktur
batuan yang ada pada tempat itu. Berdasarkan bentuknya intrusi dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1) Batolit
Intrusi ini terletak cukup dalam pada kerak bumi. Biasanya terbentuk bersamaan
dengan terjadinya pegunungan dan banyak terdapat dalam inti rantai pegunungan
dengan mengikuti struktur jalur pegunungan tersebut. Badan intrusi ini memiliki
bentuk yang tidak teratur dengan batas-batas tepi yang sangat curam dan
ukurannya sangat besar.Batolit yang terdapat di Alaska – British Columbia
memiliki ukuran luas sekitar 100.000 km persegi. Di Indonesia juga ditemukan
adanya batolit antara lain di pegunungan Schwaner dan masif Bangkunat di
Sumatera Selatan.

2) Stok
Adalah badan intrusi yang agak besar tetapi lebih kecil di banding batolit, luasnya
kurang dari 100 km persegi. Intrusi ini memiliki formasi, bentuk dan komposisi
yang sama dengan batolit.

3) Lopolit
Bentuk intrusi yang menyebar secara lateral searah dengan lapisan batuan yang
diintrusi membentuk cekungan di bagian atas menyerupai piring.

14
Gambar 12: Lopolit
(http://www.inftub.com/geografia/geologia/FORMAZIONE-DEI-
MAGMI-GIACITURA52484.php)

4) Phakolit
Adalah intrusi yang menyusup pada lapisan batuan yang berstruktur antiklin atau
sinklin. Dalam hubungannya dengan lapisan batuan di sektitarnya intrusi ini tetap
konkordan.

5) Lakolit
Adalah badan intrusi yang menyusup diantara lapisan batuan yang menyerupai
lensa cembung atau dome di bagian atas dan datar pada bagian dasarnya. Badan
intrusi ini memiliki diameter yang bervariasi, yaitu dari ratusan meter sampai
beberapa kilometer.Penyusupan konkordan dengan lapisan batuan
disekelilingnya, terdiri dari magma yang kental sehingga mampu mendorong
kerak batuan yang ada diatasnya.

6) Sill
Adalah intrusi yang terbentuk lempengan/lembaran tipis yang menyusup melalui
bidang yang relatif datar dan konkordan dengan lapisan batuan yang ada
disekitarnya. Ketebalannya bervariasi, yaitu dari beberapa senti meter sampai
puluhan meter.Magma pembentuk sill ini terdiri dari magma yang bersifat cair
sehingga mampu mengalir pada sela-sela lapisan batuan pada areal yang cukup
luas.Great Whin sill di Inggris utara luasnya sekitar 5000 km2.

7) Dike
Adalah intrusi yang menerobos dan memotong lapisan batuan secara vertikal dan
membentuk dinding batuan beku yang panjang dan sempit.

15
Gambar 13: Bentuk-bentuk Intrusi
https://volcanohotspot.wordpress.com/2017/07/06/batholith-
lopolith-sill-or-dike-intrusions-2/

b. Ekstrusi
Magma yang dalam perjalanannya sampai di permukaan bumi dinamakan
ekstrusi.Ekstrusi magma cair (bersifat basa) yang keluar melalui celah di permukaan
bumi bisa membentuk plato, yaitu plato basal, sedangkan yang keluar melalui
sebuah lubang kepundan akan membentuk gunung api. Gunung api merupakan
akumulasi hari hasil ekstrusi yang menyebabkan terbentuknya morfologi lebih tinggi
dari wilayah di sekitarnya.

2. Material Hasil Erupsi Gunung Api


Menurut wujudnya material vulkanik dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu
berupa material cair, padat dan gas

a. Material cair
Material ini berupa aliran lava saat sebuah vulkan bererupsi.Lava adalah magma yang
sudah sampai di permukaan bumi, sedangkan ketika masih di dalam bumi disebut
magma.Meskipun semua magma memiliki induk yang sama yaitu bersifat basaltis,
namun dalam perjalanan sejarahnya vulkan yang sama dapat menghasilkan jenis
magma yang berbeda. Hal ini di sebabkan adanya diferensiasi magma, yaitu proses
perubahan komposisi magma yang semula homogen menjadi berkomposisi lain. Salah

16
satu sebab terjadinya diferensiasi adalah asimilasi, yaitu proses peleburan batuan
disekitar dapur magma dan menyatu dengan magma yang meleburnya. Sebagai contoh
magma yang bersifat asam setelah mengalami asimilasi dengan batuan kapur tingkat
keasamannya menjadi berkurang. Sedangkan magma basa setelah berasimilasi dengan
pasir kwarsa akan berkurang tingkat kebasaanya.

Lava yang bersifat asam lebih kental sehingga sukar menyebar, sedangkan lava basa
bersifat cair, sehingga dapat mengalir dengan kecepatan tinggi tersebar sampai tempat
yang jauh. Arus lava semacam ini dapat mengalir mencapai sejauh 50 kilometer.

Jika lava yang keluar bersifat kental dan lama dalam keadaan cair liat, bagian
permukaan yang membeku akan dikerutkan oleh lava yang masih mengalir di
bawahnya. Akibatnya terbentuklah kerutan-kerutan yang menyerupai pintalan tali
sehingga dinamakan lava tali atau pahoehoe lava. Jika lava yang membeku di
permukaannya dihancurkan oleh arus yang masih mengalir di bagian dalam akan
mengakibatkan terbentuknya lava bongkah atau a a lava (Gambar No 14)

Gambar 14: Lava tali dan lava bongkah


https://www.youtube.com/watch?v=vJ94FmGgy24

Di samping lava, gunung api juga bisa menghasilkan lahar. Lahar dapat dibedakan
lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas adalah bercampurnya lava dan air yang ada di
danau kawah ketika gunung api bererupsi. Lahar ini berbahaya karena merupakan
aliran lumpur panas yang arusnya deras.Contohnya adalah vulkan kelud di Jawa Timur,
17
ketika kawahnya masih berupa danau, setiap kali meletus pasti menghasilkan lahar
panas.Danau kawah di gunung Kelud pada saat ini airnya relatif telah kering, karena
telah dibuat terowongan untuk mengalirkan air danau tersebut ke luar kawah.

Lahar dingin terjadi jika pada lereng suatu vulkan terdapat bahan-bahan yang gembur/
tidak berkonsolidasi seperti pasir dan abu hasil erupsi. Pada saat hujan lebat, bahan-
bahan ini akan jenuh air dan berubah menjadi lumpur. Karena gravitasi, lumpur
tersebut mengalir membentuk banjir menuruni lereng-lereng vulkan. Lahar dingin ini
sering terjadi di gunung Merapi Jawa Tengah.

b. Material padat atau Eflata


Material ini terdiri dari piroklastika dan berdasarkan ukurannya dapat di bedakan
menjadi beberapa macam, yaitu bom dengan garis tengah lebih dari 64 mm, lapili (4-64
mm), Abu vulkanik (0,25 – 4 mm), dan debu vulkanik (kurang dari 0,25 mm). Bahan-
bahan ini sering bercampur dengan fragmen-fragmen batuan yang berasal dari dinding
diatrema yang ikut terseret keluar ketika terjadi erupsi.Batuan ini dinamakan xenolit.

Di antara hasil Eflata, kadang-kadang ditemukan batu apung (pumice). Batu apung ini
terbentuk karena tiupan gas-gas (buih magma) yang membeku secara cepat pada saat
terlempar keudara. Akibatnya terbentuklah batuan yang sangat porous. Batu apung
dapat pula terjadi karena pendinginan yang mendadak dari lava yang menyebabkan
terbentuknya absidian (gelas vulkanik) yang menpunyai struktur amorf, pada
temperatur 980°C, obsidian dapat berubah jadi batu apung.
Magma yang terlempar ke udara mendingin dengan cepat membeku dengan bentuk
relatif membulat. Bulatan ini terjadi ketika magma terlempar ke udara pecah menjadi
berbagai ukuran dengan gerakan yang berputar dan jatuh di sekitar kepundan. Batuan
ini disbut aglomerat. Dalam letusan gunung api, bagian sisi lubang kepundan dan
bagian puncak ikut terlempar. Material ini membentuk akumulasi ffragmen-fragmen
batuan yang berbentuk runcing dan disebut breksi vulkanik. Aglomerat maupun breksi
vulkanik pada lereng gunungapi belum begitu kompak sehingga air hujan dapat
menghanyutkannya dan membentuk banjir lahar dingin.

18
c. Material vulkanik yang berbentuk gas
Gas vulkanik adalah merupakan motor pendorong dalam suatu erupsi gunung api.
Material vulkanik yang berupa gas di sebut ekskalasi. Gas-gas yang sering terdapat
pada gunung api antara lain Cl, HCl, C02, H2S, H2SO3, CH4, H2 dan lain-lain.

3. Klasifikasi Bentuk Erupsi Vulkanik


Bentuk erupsi vulkanik dapat dibedakan menjadi beberapa macam, hal ini tergantung
pada dasar klasifikasi yang dipakai. Berdasarkan bentuk lubang tempat keluarnya magma
kepermukaan bumi, erupsi vulkanik dapat dibedakan menjadi menjadi dua macam, yaitu
erupsi sentral dan erupsi linier.

a. Erupsi sentral
Pada erupsi ini, magma keluar kepermukaan bumi melalui sebuah pipa
kepundan.Luapan magma melalui pipa kepundan ini memiliki sifat erupsi yang
berbeda-beda.Berdasarkan sifatnya erupsi sentral dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu erupsi efusit, eksplosif dan erupsi campuran antara efusit dan eksplosif.

a. Erupsi Efusif
Pada erupsi ini, magma keluar dari lubang kepundan tanpa disertai ledakan.Hasil
erupsi semata-mata berupa lava. Erupsi efusif murni menghasilkan gunung api
yang berbentuk perisai atau aspit. Lava yang dikeluarkan dari erupsi ini terutama
bersufat cair encer sehingga dapat mengalir jauh dan menutupi daerah yang cukup
luas. Vulkan yang demikian banyak ditemukan di kepulauan Hawai.Bahkan
kepulauan tersebut memang terbentuk oleh vulkan-vulkan semacam itu yang
muncul dipermukaan samudera pasifik.Vulkan-vulkan tersebut antara lain Mauna
Loa, Kilauea, Mauna Lea, dan sebagainya. Vulkan Kilauea, tingginya kira-kira
4000 meter di atas permukaan air laut. Diukur dari dasar samodra pasifik tingginya
mencapai 10.000 meter dengan lereng yang sangat landai, yaitu berkisar antara 1 –
10.di Iceland juga terdapat erupsi efusif, tetapi hanya membentuk aspit yang kecil-
kecil, misalnya Kalkota Dyngya dengan ketinggian 500 meter dari dataran yang ada
disekitarnya.

19
b. Erupsi Eksplosif
Erupsi pada umumnya ditandai dengan ledakan yang keras.Bahan-bahan yang
dihasilkan terutama adalah piroklastika. Bentuk gunung api yang dihasilkan tidak
tinggi, yaitu hanya menyerupai tanggul yang melingakari kawah. Gunung api ini
disebut maar. Jika dasar dan dinding-dinding terdiri dari batuan yang impermeable,
maka kawah tersebut dapat terisi oleh air.Akibatnya terbentuklah genangan air pada
lubang bekas letusan gunung tersebut sehingga membentuk danau.Di Jawa Barat
danau seperti itu disebut ranu, di Jawa tengah di sebut telaga, dan di Jawa Timur
disebut ranu. Di Jawa Timur misalnya Ranu Klakah, di Jawa Tengah Telaga
Menjer, dan di Jawa Barat Situ Bagendit

c. Erupsi campuran
Suatu vulkan tidak selamanya memiliiki sifat erupsi yang sama. Banyak vulkan
yang memiliki erupsi yang berganti-ganti antara eksplosif dan efusif. Erupsi
semacam ini menghasilkan gunung api strato, yaitu gunung api yang strukturnya
berlapis-lapis, terdiri dari lava yang membeku berselang seling dengan bahan
piroklastika. Pada umumnya berbentuk kerucut sehingga memiliki lereng yang
lebih curam dari pada gunung api aspit. Menurut perkiraan 99% vulkan yang ada di
dunia terdiri dari vulkan strato.

Berdasarkan kekuatan tekanan gas dan derajat kecairan lava, Escher


mengklasifikasikan erupsi sentral menjadi beberapa tipe, yaitu :

a. Tipe hawai
Tipe ini bercirikan lava yang cair encer, dapur magma sangat ndangkal dan tekanan
gas yang rendah. Gunung api yang dihasilakan ber4bentuk perisai. Magma pada
kawah vulkan tetap berhubungan dengan udara luar.Contohnya adalah di Kilauea
terdapat danau lava dengan pulau-pulau lava yang telah membeku terapung di
atasnya.

b. Tipe Stroboli
Bercirikan lava yang cair encer, waduk magma dangkal dengan tekanan gas sedang
dan magmanya tetap berhubungan dengan dunia luar. Semburan gas yang membawa

20
magma dapat menimbulkan erupsi pendek menyerupai letusan yang menghasilkan
bom, lapili dan debu. Vulkan denga tipe letusan ini antara lain Stromboli, Visuvius,
dan Gunung Raung.

c. Tipe vulkano
Tipe letusan ini dapat dibagi menjadi dua macam , yaitu vulkano yang lemah
dan vulkano yang kuat. Tipe vulkano yang lemah bercirikan lava cair, waduk magma
dangkal dan tekanan gasnya sedang.Contohnya Vulkan Bromo dan Raung.Tipe
vulkano yang kuat bercirikan magma cair, waduk magma dalam dengan tekanan gas
yang tinggi.Contohnya Vulkan Visuvius dan Etna.Letusan tipe vulkano berupa
hembusan abu vulkanik berbentuk kembang kol yang disertai dengan lemparan bom,
lapili dan juga aliran lava.

d. Tipe Merapi
Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan tekanan gas yang
rendah, lava kental yang keluar dari pipa kepundan segera membentuk jarak
pembekuan pada bagian luarnya.Akibatnya terjadilah sumbat lava.Sumbat lava ini
pada bagian dalamnya masih tetap dalam keadaan cair.Pada saat terjadi peledakan,
sumbat lava dihembus dan dihancurkan oleh tekanan gas yang berasal dari dalam
oleh sksplotasi yang berulang-ulang.Erupsi ini menghasilakn awan panas yang
berhembus sepanjang jalur lereng vulkan.Awan panas ini disebut nuee
ardente.Sumbat lava yang berhembus dan hancur menghasilkan banjir batu pijar
yang meluncur menuruni lereng vulkan.

e. Tipe pelee
Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan tekanan gas yang
tinggi, sifat peledakannya kuat disertai penembakan gas kearah jurusan mendatar.
Studi mengenai peledakan ini diadakan pada montagne pelee di pulau Martinique,
salah satu pulau Antila kecil. Pada punca vulkan ini terdapat sumbat lava yang
mencuat membventuk jarum lava. Pada peledakan tanggal 8 mei 1902 terjadi
hembusan awan pijar dengan kecepatan 150 meter perdetik. Sehingga kota St.pierre
yang jaraknya 6 km darinpuncak gunung terhembus oleh awan pijar itu dalam waktu

21
40 detik. Seluruh penduduk kota tersebut tewas karena menghirup udara panas
yuang temperaturnya 210 -230 c.

Gambar 15: Tipe letusan gunungapi menurut Escher


(http://slideplayer.info/slide/4878018/)

f. Tipe St. Vincent


Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan tekanan gas
sedang.Di dalam kawah terdapat danau sewaktu erupsi, air danau kawah bercampur
dengan lava dan dimuntahkan keluar membentuk lahar.Setelah kawah menjadi
kosong, terjadi aktivitas pelemparan bom, lapili dan awan pijar.

22
g. Tipe Perret
Adalah tipe letusan vulkan yang paling hebat, ciri-ciri letusan ini yaitu lava cair,
waduk magma sangat dalam dengan tekanan gas yang sangta tinggi.Pada saat terjadi
erupsi terbentuk tiang gas yang sangat tinggi dengan bentuk bunga kol di bagian
atasnya. Tipe letusan ini mempunyai akibat yang merusak terhadap badan gunung
api, bahkan dapat menyebabkan terjadinya pembentukan kaldera. Ledakan vulkan
visuvius pada tahun 1906, krakatau pada tahun 1988 adalah merupakan contoh dari
ledakan tipe ini.

Tipe letusan gunung api menurut Escher dapat diihat pada gambar No. 15

b. Erupsi linier
Erupsi ini sering disebut sebagai Tipe Eslandia (Icelandic type).Dicirikan oleh
keluarnya magma basalt secara efusif melalui celah yang memanjang. Karena sifat
magma yang cair, dan luapan magma tersebut sering membentuk plato, yaitu plato
basalt.

Pada erupsi linier, magma keluar melalui rekahan pada kerak bumi.Pada
umumnya sebagian besar material yang dikeluarkan berupa lava yang bersifat cair, yaitu
dengan komposisi basalt. Erupsi ini dapat menghasilkan luapan magma yang tebal dan
meliputi daerah yang luas sehingga sering membentuk plato basalt luapan magma
semacam ini dapat dijumpai di beberapa daerah misalnya di india membentuk plato
deccan, Brazil, plato Columbia, Iceland, Afrika Selatan, dan lain-lain. Erupsi linier yang
sangat terkenal di dunia terdapat di Iceland, yaitu pada celah Laki.Dari celah yang
panjangnya 30 kilometer, magma yang bersifat cair meluap kepermukaan bumi dan
menutupi daratan seluas lebih dari 200.000 km persegi dengan ketebalan ribuan meter.

23
Gambar 16: Erupsi linier
(http://planetpedia.in/mountains/volcanoes.php)

4. Perubahan Morfologi Gunung api


Dari waktu ke waktu morfologi gunung api selalu mengalami perubahan.
Perubahan ini disebabkan oleh proses eksogen dan endogen. Pelapukan dan pengikisan
membentuk alur-alur erosi pada lereng-lereng gunung api. Alur-alur erosi ini semakain
berkembang menjadi lembah-lembah yang dalam dengan dinding-dinding terjal.Pada
kerucut vulkan alur-alur ini bentuknya menyerupai payung yang setengah di
kembangkan.Alur-alur ini disebut barranco. Pada vulkan-vulkan yang memiliki danau
kawah, sayatan-sayatan lembah pada lereng vulkan itu akan lebih di perdalam oleh
kikisan lahar pada saat terjadi erupsi sebagaimana yang terjadi pada Vulkan Kelud
(gambar No 17).

24
Gambar 17: Lembah dalam di lereng Gunung Kelud akibat kikisan aliran lahar.
https://blog.airpaz.com/id/menikmati-wisata-gunung-kelud-di-jawa-
timur/

Pada vulkan yang memiliki kawah, jika salah satu jurang dapat mencapai mulut
kawah, maka akan terbentuklah puncak yang menyerupai tapal kuda. Manakala jurang-
jurang yang lain telah mencapai puncak, maka kawah tersebut akan terkikis dan lenyap
sama sekali. Akibatnya terbentuklah puncak vulkan yang meruncing. Contohnya adalah
gunung Ringgit, gunung Salak dan gunung Batok.

Pada vulkan yang tidak aktif, biasanya terjadi pembekuan magma pada pipa
kepundan dan membentuk sumbat lava. Sumbat lava ini kadang-kadang sangat kuat
sehingga ketika vulkan aktif kembali, magma akan menerobos bagian-bagian yang lemah
dari vulkan itu. Akibatnya pada lereng yang lemah akan menjadi pusat erupsi baru dan
membentuk kerucut parasiter.

25
1. Eksplosi batu apung pertama. Kekuatan erupsi sedang,
neveau magma tinggi.

2. Eksplosi bertambah kuat. Neveau magma turun ke waduk


magma.

3. Puncak eksplosi sebagian material gunung api


ditembakkan ke atmosfer, sebagian besar melalui lereng
sebagai awan pijar. Karena tidak ada tahanan, puncak
kerucut mulai retak.

4. Karena tidak ada tahanan, puncak kerucut mulai runtuh ke


dapr magma.

5. Setelah beristirahat kerucut baru muncul di dasar kawah


dan bagian tepinya.

Gambar 18: Tahapan pembentukan kaldera menurut Bemmelen (Katili, 1963 dan
William, 1942)
Puncak vulkan yang telah terbentuk seringkali rusak akibat ledakan yang
hebat.Bahkan banyak di antaranya yang menghasilkan bentukan kaldera, yaitu kawah
yang sangat luas.Pada kaldera ini bisa muncul pusat-pusat erupsi baru dan membentuk
kerucut vulkan yang lebih kecil. Vulkan Bromo dan Batok yang muncul dari Kaldera
Tengger dan Vesuvius yang terdapat pada kaldera Somma, merupakan contoh dari
fenomena tersebut.Tahapan pembentukan kaldera dapat dilihat pada gambar 18.

Escher berpendapat bahwa terjadinya kaldera disebabkan oleh erupsi vulakanik


yang sangat eksplosif, yaitu tipe Perret.Tekanan gas yang sangat tinggi pada erupsi ini
menyebabkan dinding-dinding diaterma tertiup dan terkikis sehingga terbentuklah lubang
lebar menyerupai silinder dengan dinding-dinding yang sangat curam.Setelah erupsi
berhenti, maka dinding-dinding silinder runtuh dan mengisi dasar kawah.Akibatnya

26
terbentuklah depresi yang menyerupai mangkok.Pendapat Escher ini terkenal dengan
teori silinder peniupan perobohan.

Sebagaimana Escher, Bemmelen (1954) juga sependapat bahwa terjadinya


kaldera disebabkan oleh ledakan tipe Perret. Bedanya adalah Van Bemmelen berpendapat
bahwa pada pembentukan kaldera dapur magma terletak pada tempat yang dangkal. Pada
ledakan ini gas dari magma meniup lava menjadi debu halus.

Tiupan gas-gas magma dalam tekanan sangat tinggi menyebabkan dinding-


dinding ditrema terkikis dan menjadi lebar. Selama erupsi gas ini dasar erupsi menurun
hingga di dapur magma.Akibatnya terjadi pelebaran diaterma ke arah bawah dan
membentuk ruang kosong pada dapur magma bagian atas.Karena tidak ada penyangga,
dinding yang terdapat di atas dapur magma runtuh, dan terbentuklah kaldera. Danau Toba
di Sumatera Utara dan Kaldera Tengger di Jawa Timur terjadi melalui proses seperti ini.
Letusan Karakatau pada tahun 1880 yang sedemikian dahsyat menyebabkan terbentuknya
kaldera di dasar laut yang dalamnya 250 meter dengan garis tengah 7 km.

Gambar 19 : Peta Danau Toba (https://www.nature.com/articles/srep40624)

27
5. Gejala pasca vulkanik
Pada suatu saat aktivitas vulkanik di suatu tempat dapat berakhir.Karena tidak ada
lagi erupsi vulkanik, maka orang menyebutnnya sebagai gunungapi yang telah mati atau
padam.Gunung seperti itu dapat padam untuk selamanya, tetapi ada pula yang hanya
berhenti sejenak untuk kemudian aktif lagi.Gunung Galunggung di Jawa Barat sudah
beristirahat selama ratusan tahun, sehingga orang menganggapnya sudah padam.Namun
secara tiba-tiba gunung tersebut aktif lagi setelah istirahat panjang.

Pada gunungapi yang sudah tidak aktif, sering kali di temukan fenomena yang
disebut pasca vulkanik yang dapat digunakan sebagai indikator bahwa di tempat pernah
terdapat kegiatan gunungapi. Terdapat bermacam-macam bentuk pasca vulkanik, antara
lain berupa funarola, mata air panas dan geyser.

a. Fumarola
Fumarola berasal dari kata latin yang artinya asap. Tetapi secra lebih luas dapat di
artikan sebagai aktivitas gas pada gunung api yang sedang padam. Jika mengandung
gas belerang dinamakan solfara dan disebut mofet jika mengandung CO2. Fumarola
banyak ditemukan di Dieng Jawa Tengah (gambar No. 20).

Gambar 20: Fumarola di Dieng


(https://nasional.tempo.co/read/337585/jejak-letusan-dieng-dari-masa-ke-
masa)

28
b. Mata air panas, yaitu mata air yang temperaturnya lebih tinggi dari udara disekitarnya.
Salah satu contoh mata air panas terdapat di Pacet Mojokerto Jawa Timur.
c. Mata air mineral, yaitu mata air yang airnya mengandung mineral-mineral tertentu,
seperti belerang, atau mineral yang lain. Contohnya terdapat di Ciater Maribaya Jawa
Barat.
d. Geyser, yaitu pancaran air panas yang terjadi secara periodik. Contohnya di Yellow
Stone National Park, California (USA) (Gambar 21).

Gambar 21: Geyser di Yellowstone Nasional Park USA


(https://yellowstonenaturalist.com/geyserwatch/ugb/area1/old-faithful-
geyser/)

6. Hubungan antara Lempeng Tektonik dan Vulkanisme


Keberadaan gunung api di dunia sebagian besar terkait dengan gerakan lempeng
tektonik. Konsep tektonik lempeng menjelaskan bahwa kulit bumi terdiri dari beberapa
bagian lempeng. Lempeng-lempeng tersebut bergerak antara satu dengan yang lain di
atas astenosfer yang merupakan massa yang liat. Lempeng tektonik dibedakan menjadi
dua, yaitu lempeng benua dan lempeng samudera.Lempeng samudera memiliki sifat yang
lebih berat daripada lempeng benua.Lempeng samudera terutama tersusun dari sima,
sedangkan lempeng benua tersusun dari sial. Oleh karena itu, ketika kedua lempeng
tersebut saling mendekat dan bertemu, pada umumnya lempeng samudera akan
menunjam masuk ke bawah lempeng benua hingga lapisan astenosfer sepanjang jalur

29
bergempa yang disebut dengan benioff zone. Proses penunjaman (subduction) ini akan
menghasilkan jalur magmatik.

Pada jalur subduksi (penunjaman) lempeng samudera terhadap lempeng benua


mengakibatkan tekanan dan gesekan yang kuat di antara lempeng tersebut. Energi yang
timbul dari fenomena tersebut berakibat melelehnya batuan sehingga membentuk magma.
Magma yang di dalamnya mengandung gas memiliki tekanan yang tinggi, sehingga
ketika bagian kerak bumi di atasnya lemah, misalnya adanya patahan atau lipatan, magma
tersebut dapat menerobos ke permukaan bumi, dan dengan demikian terbentuklah
vulkanisme (Gambar No 22) .

Gambar22: Arus konveksi dan fenomena-fenomena kerak bumi yang


ditimbulkan.(Tarbuck, 1998)
Keterkaitan antara gerakan lempeng tektonik dengan keberadaan gunung api
dibuktikan dari persebaran gunung api yang sebagian besar berada di sepanjang jalur
subduksi di dunia.

7. Persebaran Vulkanisme Di Dunia


Persebaran vulkanisme, khususnya yang berupa gunungapi pada umumnya
memiliki persebaran yang teratur. Dari sekitar 600 buah gunungapi, sebagian besar
muncul di sepanjang tepian benua, dan lebih setengahnya berjajar melingkari Samudera

30
Pasifik. Rangkaian vulkan ini melalui Pegunungan Andes Amerika Tengah ke Mexico,
bagian barat Amerrika Serikat dan Canada, Alaska melalui pulau-pulau Aleut ke Asia.
Karena bentuknya yang melingkar, deretan gunungapi tersebut dinamakan ring of fire
(cincin api).

Zona vulkanik yang kedua, mengikuti jalur pegunungan lipatan muda Sirkum
Mediteran.Zone vulkanik ini membentuk jalur yang tidak begitu sempurna.Dari Laut
Tengah ke Asia Kecil, namun dari sini terganggu oleh jalur pegunungan tinggi yang
cukup panjang membentang di Asia.Jalur tersebut kemudian dapat di ikuti lagi ke
Sumtara, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kepulauan Maluku. Di Indonesia, gunung api
membentuk jalur sepanjang 7000 – 7.500 km dan lebar 50 – 200 km, mulai Aceh di
ujung barat sampai Halmahera di ujung timur.

Zona gunung api yang lain membentuk rangkaian gunungapi yang muncul dari
dasar laut dalam, misalnya yang terdapat di samudera Atlantik, yaitu di pulau-pulau
Azores, Canari, Tanjung Verdi, busur Antila, dan lain-lain. Di kontinen seperti Eropa dan
Afrika juga terdapat kegiatan gunung api. Di Eropa misalnya di dareah Eifel (Jerman),
Auvergne (Perancis), sedangkan di Afrika misalnya sebelah timur dan barat danau
Victoria, Nyassa, Abessinia dan Eritheria.Persebaran gunung api di dunia dapat dilihat
pada gambar No 25.

Gambar25:Peta Persebaran Gunungapi di Dunia


(http://cooklowery15.wikis.birmingham.k12.mi.us/Earth+Science)

31
Pada peta tersebut dapat diamati bahwa bahwa rangkaian gunungapi mengikuti
jalur pegunungan lipatan di sepanjang tepian Samudera Pasiffik, dari Indonesia bagian
timur, Filipina, Jepang, Kamchatka, Alaska, Kanada, Amerika Bagian barat, Meksiko,
Amerika Tengah, Pegunungan Andes, dan berlanjut sampai Kepulauan Melanesia dan
Selandia Baru. Di sebeah barat, rangkaian gunung api dapat ditemukan di sepanjang
pinggiran Benua Asia dan Afrika. Beberapa gunung api juga ditemukan mengikuti jalur
pegunungan lipatan muda, dimulai dari Laut Tengah, Asia Kecil dan akhirnya sampai di
Indonesia. Namun jalur gunungapi tersebut terpotong oleh jalur pegunungan tinggi di
Asia, yaitu Pegunungan Himalaya.

8. Dampak keberadaan vulkanisme terhadap kehidupan manusia.


Letusan gunung api sering menimbulkan bencana bagi manusia, menelan korban
jiwa, harta benda, dan merusak infrastruktur di suatu wilayah. Letusan gunungapi
Visuvius di Itali mengubur seluruh kota Pompeji dengan material vulkanik yang panas
dan menewaskan seluruh penduduknya. Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada
tahun 1988 juga banyak menimbulkan korban akibat tsunami yang ditimbulkannya.

Gambar 23: Banjir lahar dingin yang menerjang wilayah Kabupaten Magelang tahun 2011
(http://www.republika.co.id/indeks/hot_topic/banjir_lahar_dingin_merapi)

32
Gunung Merapi di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di dunia yang letusannya sering
menimbulkan korban. Bencana yang ditimbukannya terutama akibat awan panas dan
lahar dingin.Banjir lahar dingin dapat menghanyutkan lahan pertanian dan permukiman
(Gambar No 23)

Di samping akibat-akibat yang merugikan dari letusan gunung api, keberadaan


gunung api banyak memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia. Keuntungan
adanya gunung api di suatu wilayah, antara lain sebagai berikut.

a. Material yang dikeluarkan menghasilkan tanah yang subur.


b. Menghasilkan berbagai jenis bahan tambang.
c. Ketinggiannya menimbulkan hujan orografis.
d. Ketinggiannya menyebabkan terjadinya variasi iklim sehingga memperkaya jenis
tumbuhan di wilayah tersebut.
e. Sebagai salah satu sumber energi, yaitu panas bumi.
f. Potensial sebagai objek wisata.

Gambar 24: Panorana Kaldera Tengger dengan vulkan Bromo, Batok, dan Widaren di
bagian tengahnya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo)

33
C. GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan salah satu bentuk goncangan yang terjadi dipermukaan
bumi karena pergerakan dinamis litosferyang menciptakan gelombang seismiksebagai
akibat pelepasan energi dari dalam yang terjadi secara tiba-tiba. Sebagian besar gempa
terjadi karena proses tektonik. Menurut Simanjuntak (2004), goncangan gempa bumi
terjadi manakala dua lempeng kerak bumi atau lapisan batuan bergerak atau bergeser
saling melewati antara satu dengan lainnya. Gerakan dinamis bumi akan menimbulkan
getaran bumi yang dikenal dengan gelombang seismik.
Gempa bumi juga disebut even seismik. Titik pusat gerakan di permukaan bumi
yang merupakan pusat gelombang yang bergerak kesegala arah disebut episenter,
sedangkan pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum. Kawasan yang berpotensi
diguncang getaran gempa disebut lajur seismik.

2. Beberapa Istilah Dalam Seismologi


Ada beberapa istilah yang perlu dipahami dalam mempelajari gempa bumi, antara
lain sebagai berikut.

 Hiposentrum, adalah pusat/ sumber gempa yang terletak di dalam bumi.


 Episentrum/fokus, adalah titik atau garis pusat gempa yang terletak di permukaan
bumi, terletak tegak lurus di atas hiposentrum (Gambar No. 26).

/Hiposentrum

Gambar 26: Hiposentrum dan Episentrum


https://southaustralianearthquakes.wordpress.com/2015/05/31/how-are-
earthquakes-formed/

34
 Seismograf, adalah alat yang digunakan untuk mencatat getaran gempa.
Ada dua macamseismograf, yaitu Seismograf horizontal dan seismograf vertikal.
- Seismograf horizontal mencatat gelombang gempa pada permukaan bumi dengan
arah mendatar.
- Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang gempa pada
permukaan bumi dengan arah vertikal.

Gambar 27: Seismograf


(https://play.google.com/store/apps/details?id=ccom.oksedu.marksharks.m
iniApp.earthquake)

Gambar di atas menunjukkan prinsip bekerjanya seismograf, baik vertikal maupun


horizontal ketika sedang terjadi gempa bumi.Seismograf yang sesungguhnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 28: Seismograf yang sesungguhnya.

35
https://www.reference.com/science/difference-between-seismogram-
seismograph-74fedb9817ca0f7f

 Seismogram, adalah hasil pencatatan getaran gempa yang oleh seismograf.

Gambar 29: Seismogram yang menggambarkan gelombang primer, skunder dan


permukaan.
(https://samjshah.com/2008/07/30/earthquakes-richter-scale-and-
logarithms/seismogram-1/)

 Jarak fokus, adalah jarak antara episentrum dan hiposentrum (kedalaman gempa).
 Isoseis, adalah garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah dipermukaan bumi
yang mengalami getaran gempa bumi yang kekuatannya sama.
 Pleistosesis, adalah garis pada peta yang menggambarkan daerah-daerah yang
mengalami kerusakan paling hebat ketika terjadi gempa bumi.
 Homoseis, adalah garis pada peta yang menggambarkan daerah yang merasakan
getaran gelombang primer pada waktu yang sama.
 Getaran gempa, adalah getaran yang terjadi pada saat terjadinya gempa bumi. Getaran
gempa bumi berupa gelombang yang dapat merambat sebagaimana gelombang suara
atau gelombang air.Terkait dengan gelombang gempa ini ada beberapa istilah yang
harus dipahami, yaitu sebagai berikut.
- Jarak gelombang, yaitu jarak antara puncak gelombang yang satu dengan yang lain.
- Periode, yaitu waktu yang digunakan untuk menenpuh satu jarak gelombang secara
penuh.
- Amplitudo, yaitu jarak vertikal naik dan turunnya sebuah gelombang gempa.

36
3. Gelombang Gempa Bumi
Gelombang gempa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
 Gelombang primer (P),berupa gelombang getaran gempa yang merambat secara
longitudinal,berasal dari hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan
4 – 7 km/detik.
 Gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal,yaitu gelombang getaran gempa
yang merambat dari hiposentrum merambat kesegala arah dengan kecepatan 2 - 5
km/detik.
 Gelombang panjang (L)atau gelombang permukaan,yaitu getaran gempa yang
merambat di permukaan bumi, dengan kecepatan rambat lebih rendah.
Ketiga gelombang gempa bumi tersebut dan akibat yang ditimbulkannya dapat dilihat
pada gambar 30.

Gambar 30: Tiga Tipe Gelombang Gempabumi


(Tipehttps://socratic.org/questions/which-seismic-wave-travels-fastest)

Gelombang gempa bumi yang dapat menembus inti bumi hanya gelombang primer.
Gelombang ini ketika menembus inti bumi mengalami pembiasan. Akibatnya terdapat suatu
wilayah di permukaan bumi yang sama sekali tidak merasakan getaran gempa meskipun pada
saat itu sedang terjadi gempa besar. Wilayah tersebut dinamakan teduh seisma yang terbentang
antara 105° sd 140° dari episentrum (Gambar 31).

37
4. Jenis Gempa Bumi
Gempa bumi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, hal ini tergantung dari dasar
klasifikasi yang digunakan. Antara lain sebagai berikut
a. Menurut terjadinya dibedakan menjadi:
1) Gempa Vulkanik. Gempa ini terjadi karena adanya aktivitas gunung berapi, misalnya
ketika gunung api akan meletus dan pada saat meletus.
2) Gempa tektonik.Gempa ini terjadi karena adanya gerakan/ pergeseran lapisan kulit
bumi.Gempa ini merupakan gempa yang paling dahsyat.
3) Gempa runtuhan.Gempa ini terjadi karena bagian kulit bumi yang runtuh, misalnya
runtuhnya gua-gua di daerah kapur.
Dari tiga jenis gemba bumi tersebut yang paling sering terjadi adalah gempa bumi
tektonik. Gempa bumi tektonik sebagian besar diakibatkan oleh gerakan-gerakan lempeng
tektonik, terutama pada jalur subduksi lempeng samudera terhadap lempeng benua.

Gambar31:Rambatan Gelombang Gempabumi dan Zone Teduh Seisma/daerah bayangan gempa


(https://www.pmfias.com/earths-interior-seismic-waves-shadow-zone-p-waves-s-
waves-l-waves/)

38
b. Menurut kedalaman hiposentrum dibedakan menjadi:
1) Gempa dalam, jika hiposentrum terletak lebih dari 300 km di bawah permukaan
bumi.
2) Gempa sedang, jika hiposentrum terletak antara 100 - 300 km di bawah permukaan
bumi.
3) Gempa dangkal, jika hiposentrumnya terletak kurang dari 100 km di bawah
permukaan bumi.

Gambar32:Subduksi sebagai sumber gempabumi


http://sites.northwestern.edu/sethstein/earth-202-earths-interior/subduction-zone-
earthquakes/

5. Skala Kekuatan Gempa


Skala gempa dapat diukur melalui dua cara, yaitu secara eksak dan secara relatif.
Pengukuran skala gempa secara eksak menggunakan skala Richter, sedangkan pengukuran
secara relatif antara lain menggunaan skala Omori.Skala Richter didasarkan pada kekuatan
getaran gempa yang sesungguhnya, sedangkan pengukuran dengan skala Omori sifatnya
sangat relatif, karena didasarkan pada akibat yang ditimbulkannya.
Skala kekuatan getaran gempa berdasarkan skala Richterdi ukur dalam
magnitudo.Magnitudo gempa bumi dihitung berdasarkan besaran energi seismik yang
berasal dari sumber gempa.Besaran ini dihitung secara logaritmik yang didasarkan atas nilai

39
amplitudo. Semakin besar nilai amplitudo akan semakin tinggi pula magnitudonya.Skala
Richter didefinisikan sebagai logaritma dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam
satuan mikrometer dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa pada jarak
100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, kejadian gempa bumi pada seismograf yang
terpasang sejauh 100 km dari pusat gempa, tercatat amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm,
maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala
Richter.

Gambar 33: Cara menentukan magnitudo gemba bumi menurut Skala Richter
(http://mathcentral.uregina.ca/beyond/articles/earthquakes/richter.html)

Kekuatan getaran dalam skala Richter dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1: Kekuatan Getaran Gempa BumiMenurut Skala Richter.

Skala Efek Gempa


< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa
2.0-2.9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat
3.0-3.9 Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan
Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar.
4.0-4.9
Kerusakan tidak terlalu signifikan.
5.0-5.9 Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil. Umumya

40
Skala Efek Gempa
kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik
6.0-6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km
7.0-7.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas
8.0-8.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil
9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil
10.0-10.9 Terasa dan dapat menghancurkan sebuah benua
Dapat terasa di separuh sisi bumi. Biasanya hanya terjadi akibat tumbukan meteorit
11.0-11.9 raksasa. Biasanya disertai dengan gemuruh. Contohnya tumbukan meteorit di teluk
Chesepeak.
Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan meteorit di
12.0-12.9
semenanjung Yucatan, 65 juta tahun yang lalu yang membentuk kawah Chicxulub
Belum pernah terekam
> 13.0

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Skala_richter

Skala kekuatan getaran gempa oleh Omori dibedakan menjadi 7 derajat. Di Indonesia
skala Omori tersebut telah dimodifikasi oleh RW Van Bemmelen disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia (Katili, JA dan P. Marks.1963).Skala tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel: Skala kekuatan Getaran Gempa Bumi Omori yang Telah di Modifikasi oleh
Bemmelen untk Indonesia.

Skala Keterangan
I Getaran lunak, dirasakan banyak orang tetapi tidak oleh semua orang
II Getaran sedang, semua orang terbangun, disebabkan barang-barang pecah,
bunyi jendela dan pintu.
III Geratan agak kuat, jam didinding berhenti, pintu dan jendela terbuka.
IV Getaran kuat, gambar di dinding jatuh, retakan-retakan terlihat di dinding
V Getaran sangat kuat, dinding dan atap rumah runtuh.
VI Rumah-rumah yang kuat runtuh.
VII Kerusakan-kerusakan umum.
Sumber: Katili dan Marks

6. Menentukan letak episentrum


Salah satu cara untuk menentukan letak episentrum adalah dengan menggunakan rumus
Laska. Rumus Laska di dasarkan pada selisih datangnya gelombang primer (P) dan
gelombang sekunder (S).

41
Rumus LASKA:
= { (S - P) - 1} x 1 megameter
er

Keterangan: = jarak episentrum dengan stasiun pencatat gempa.


S – P = selisih waktu datangnya gelombang P dan S (dalam menit)
1 megameter = 1.000 km.

Menggunakan
enggunakan data hasil perhitungan dari tiga tempat
tempat pencatatan, lokasi episentrum
dapat diplot pada peta. Caranya adalah dengan membuat lingkaran pada peta dengan jari-jari
jari
sesuai hasil perhitungan jarak episentrum dari ketiga lokasi pencatatan sebagai titik
tengahnya. Titik pertemuan dari ketiga lingka
lingkaran
ran pada peta menunjukkan lokasi pusat gempa.

Gambar 34:: Cara menentukan letak episentrum


(http://peter
http://peter-mulroy.squarespace.com/how-do-we-locate
locate-the-epicenter-of-
an-earthquake/
earthquake/)

Untuk memudahkan pemahaman mengenai cara menentukan lokasi episentrum silahkan


kunjungi laman :https://www.yout
https://www.youtube.com/watch?v=694yaY2ylTg

7. Persebaran Gempa di dunia


Secara umum pusat-pusat
pusat gempa terletak pada punggungan tengah samudera dan pada
zone penunjaman lempeng samudera terhadap lempeng benua. Terhadap keterkaitan yang
signifikan antara tektonisme, vulkanisme,
vulkanisme, dan seisme. Terjadinya vulkanisme dan seisme,
terutama disebabkan oleh adanya tektonisme.

42
Gambar35:Peta Persebaran gempa bumi di dunia.
(http://eqseis.geosc.psu.edu/~cammon/HTML/Classes/IntroQuakes/Notes/plate_t
ect01.html)

Berdasarkan peta di atas dapat diketahui bahwa pusat-pusat gempa di dunia terutama
terletak pada zone subduksi dan jalur mid oceanic ridge. Di Indonesia, zone subduksi/
penunjaman tersebut antara lain terletak di dasar samudera Hindia di sebelah barat
Sumatera, selatan Jawa, Bali, Sumbawa, Timor, Maluku, Sulawesi utara, dan Irian Jaya. Oleh
karena itu sepanjang daerah tersebut merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempa.
Karena gerakan lempeng yang terus terjadi menyebabkan daerah tersebut pada suatu waktu
pasti akan terjadi gempa. Hanya saja mengenai kapan terjadinya gempa tersebut belum bisa
diramalkan. Itulah sebabnya maka gempa yang besar akan menimbulkan korban yang cukup
banyak karena tidak bisa diantisipasi terlebih dahulu

8. Tsunami
1. Pengertian
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang (nami)
pelabuhan (tsu). Dengan demikian tsunami diartikan bencana alam yang berupa
gelombang air laut yang menimpa daerah tempat kapal berlabuh. Bryant (2007),
menjelaskan bahwa tsunami merupakan gelombang air yang disebabkan oleh gangguan
yang berhubungan dengan kegiatan seismik, meletusnya gunung api, longsoran bawah
laut, tubrukan meterorit dengan samudera.

43
Tsunami tidak semata-mata disebabkan oleh gempa bumi, namun sebagian besar
tsunami terkait dengan terjadinya gempa bumi. Itulah sebabnya, maka dalam membahas
gempa bumi dipandang penting untuk membahas tsunami.

Gambar36:Proses terjadinya tsunami


(http://slideplayer.com/slide/3454127/)

Saroso (1996), menjelaskan bahwa tsunami diakibatkan oleh dua hal, yaitu sebagai
akibat dari gempa tektonik lempeng dasar samudera (95 %) dan akibat letusan gunung
api dasar laut (5 %). Tsunami adalah gejala susulan akibat gempa bumi yang
berepisentrum di laut. Gempa bumi juga menimbulkan suatu gejala seperti tsunami dalam
skala kecil yang disebut seiche, yaitu ayunan hantaman muka air danau atau waduk pada
pantai sekelilingnya akibat guncangan gempa bumi. Meskipun demikian perlu dipahami
bahwa tidak setiap gempa bumi di laut menimbulkan tsunami.
Tsunami dihasilkan (dibangkitkan oleh aktivitas seismik dari sumber yang tersebar
di sepanjang zona tumbukan lempeng tektonik (zona subduksi) dan patahan serta
aktivitas vulkanik dasar laut. RP Corner dalam Saroso (1996) menyatakan gempa bumi
yang diikuti oleh tsunami adalah gempa bumi yang memiliki amplitudo ekstrem dan
dapat dihubungkan dengan besaran atau magnetudo gempa dan deformasi dasar laut yang
dihasilkannya.

44
2. Klasifikasi tsunami
Berdasarkan sumbernya, tsunami dapat dibagi tiga bagian yaitu sebagai berikut.:

a. Tsunami yang dibangkitkan oleh adanya deformasi dasar laut yang berupa patahan.
b. Tsunami yang dibangkitkan oleh adanya aktivitas vulkanik gunung berapi di bawah
laut ataupun pulau gunung api.
c. Tsunami yang dibangkitkan oleh adanya longsoran di dasar samudera.
Tsunami merupakan sebuah gelombang, seperti halnya gelombang yang lain.
Terdiri dari panjang gelombang, periode dan tinggi gelombang. Tsunami memiliki
periode 100–2.000 detik (1,6 – 33 menit), yang disebut dengan cendela tsunami
(Bryant:2007). Gelombang dengan periode ini berjalan dengan kecepatan 600–900
km/jam (166-250 m/det) di bagian laut dalam, 100–300 km/jam (28-35 m/detik) di atas
paparan benua, dan 36 km/jam (10 m/det) di pantai. Karena terbatasnya kedalaman air
laut dan mekanika pembentukan gelombang oleh gempa bumi, panjang sebuah
gelombang tsunami, jarak antara puncak-puncak gelombang yang berturutan berkisar
antara 1—500 km. Panjang gelombang yang demikian panjang membuat tsunami
benar-benar berbeda dari gelombang badai.

Gambar 37: Hubungan antara kedalaman laut, kecepatan, dan panjang


gelombang tsunami
(http://www.bioedonline.org/slides/hot-topics/tsunami/)

Kebanyakan tsunami yang dihasilkan oleh gempa bumi besar berjalan dalam
rangkaian gelombang yang terdiri atas beberapa gelombang besar. Ketika berada di air
dalam, tingginya kurang dari 25 cm, namun di dekat pantai menunjukkanpeningkatan
tinggi gelombang secara tajam saat menuju air dangkal.

45
3. Ketinggian run up
Tsunami dikenal karena ketinggian gelombang di atas permukaan laut rata-rata
(run up height) yang dramatik. Tinggi run up tsunami sangat bervariasi. Gempa bumi
yang terjadi di lepas pantai Gisborne, New Zaeland pada tahun 1947 mengasilkan
gelombang run up setinggi 10 meter. Tsunami di Alaska tanggal 1 April 1946 dapat
menghanyutkan tiang radio yang berdiri 35 meter di atas permukaan laut, dan gempa di
Jepang tahun 1896 run up yang dihasilkan setinggi 38,2 meter (Bryant, 2007).
Berdasarkan tsunami yang terjadi di Aceh, gelombang tsunami ke arah darat menjangkau
perbukitan dan menyebabkan terjadinya singkapan batuan pada ketinggian 30 meter
(Sutikno dan Winaryo, 2005).
Hubungan antara magnitudo gempa bumi dan run up tsunami dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2: Hubungan antara Magnitudo Gempa Bumi dan Run Up

No Magnitudo Gempa bumi Run Up Maksimum (m)


(Skala Richter)
1 6,0 < 0,3
2 6,5 0,5 – 0,75
3 7,0 1,0 – 1,5
4 7,5 2,0 – 3,0
5 8,0 4,0 – 6,0
6 8,2 8,0 – 12,0
7 8,5 16,0 – 24,0
8 8,8 > 32 m
Sumber: Lida dalam Briyant (2007:141)
Penetrasi tsunami ke daratan jarak maksimum gelombang run up masuk ke
daratan pada pantai landai dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain besarnya
gelombang, morfologi pantai dan penutup daratan (Hills dan Mader dalam Bryant, 2007)
Untuk lahan yang telah tertutup bangunan di daerah pantai yang datar gelombang run
up setinggi 10 m dapat masuk di daratan sejauh 1,4 km. Namun tsunami dengan run up
setinggi 40 – 50 meter dapat masuk ke daratan sejauh 9 – 12 km. Hanya gempa bumi
besar, tanah longsor bawah laut, dan tabrakan meteorit dengan samudera yang dapat
menghasilkan ketinggian gelombang terakhir ini. Untuk tanaman pangan dan padang
rumput gelombang yang sama secara teoritis dapat masuk ke daratan empat kali lebih

46
jauh, yaitu sejauh 5,8 km untuk run up 10 m dan 36 – 49 km untuk run up setinggi 40 –
50 m.
Dampak tsunami dapat diminimalkan di dataran pantai dengan menanam banyak
pohon. Sebagai contoh tsunami setinggi 10 meter hanya dapat masuk ke darat sejauh 260
m melewati dataran pantai berhutan, sementara run up setinggi 40 – 50 m tidak dapat
bergerak masuk ke darat lebih dari 2,3 km melewati daerah tersebut.

4. Wilayah rawan tsunami di Indonesia

Gempa bumi yang episentrumnya berada di dasar laut potensial untuk


menimbulkan tsunami, terutama gempa bumi yang dibarengi patahan. Dasar laut yang
merupakan tempat terjadinya gempa bumi di Indonesia terutama terletak pada zone
penunjaman antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia dan zone penunjaman
antara lempeng Eurasia dengan lempeng Pasifik. Berdasarkan hal ini, maka daerah-
daerah yang rawan terhadap bencana tsunami adalah kawasan pantai yang berhadapan
dengan kedua zone tersebut. Wilayah di Indonesia yang rawan terhadap ancaman
bencana tsunami dapat dilihat pada Gambar No 38.

Gambar38: Peta wilayah di Indonesia yang potensial terhadap bencana tsunami


(http://www.tsunamiready.com/country/index.php?act=detail&p_id=1)

47
Jarak antara pusat gempa dengan garis pantai di wilayah Indonesia yang rawan
gempa tidak terlalu jauh. Dari waktu kejadian gempa bumi yang menimbulkan tsunami
hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di pantai. Tsunami yang
menerjang Banda Aceh hanya membutuhkan waktu kira-kira setengah jam sejak gempa
itu terjadi.

Data inventarisasi pantai rawan tsunami di Indonesia menurut Saroso (1996 : 2) antara
lain sebagai berikut.
1. Sumatera, meliputi:
- Aceh Utara dan Pantai Barat
- Pantai Barat Sumatera Utara dan Pulau Nias
- Pantai Barat Sumatera Barat
- Pantai Barat Bengkulu
- Pantai Lampung Selatan
2. Jawa, meliputi:
- Pantai Selatan Jawa Barat
- Pantai Selatan Cilacap dan DIY
- Pantai Selatan Jawa Timur
3. Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor
4. Kep. Maluku, meliputi: Ambon, Seram, halmahera dan Ternate
5. Papua, meliputi: Pantai Utara dan Barat Papua (Yapen, Manukwari)
6. Sulawesi, meliputi:
- Pantai barat Sulawesi Selatan dan Tengah
- Pantai Utara Sulawesi Utara
- Kepulauan Sangihe, Talaud dan Una-Una
7. Kalimantan, meliputi Pantai Timur Kalimantan Timur.

RANGKUMAN
Tenaga/ Gaya endogen merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi yang pada
umumnya memiliki sifat yang membangun terhadap relief permukaan bumi. Ada tiga bentuk
gaya endogen, yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisme atau gempa bumi. Tektonisme
menghasilkan patahan, lipatan, maupun pergeseran kerak bumi, sedangkan vulkanisme

48
menghasilkan intrusi dan ekstrusi. Ada beberapa bentuk intrusi, antara lain sill, lakolit, batolit,
dan dike, sedangkan ekstrusi membentuk plato basalt dan gunung api.
Ketika gunung api bererupsi ada tiga macam material yang dikeluarkan, yaitu berupa
gas, bahan padat dan bahan cair. Gunung api dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan,
antara lain berdasarkan bentuknya, sifat letusannya, bentuk lubang keluarnya magma, dan tipe
letusannya. Berdasarkan bentuknya ada tiga macam gunung api, yaitu strato, perisai, dan maar.
Berdasarkan lubang keluarnya magma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erusi sentral dan
erupsi linier. Lebih lanjut berdasarkan sifat letusannya, erupsi sentral dapat digolongkan tiga,
yaitu eksplosif, effusif, dan campuran. Escher mengklasifikasikan erupsi sentral menjadi
beberapa golongan, yaitu tipe Hawai, Stromboli, Vulkano, Merapi, Pelle, St Vincent, dan Perret.
Akibat pengaruh gaya endogen yang berupa letusan hebat dan gaya eksogen yang
berupa pelapukan dan pengikisan bentuk morfologi gunung api dapat berubah. Letusan dahsyat
tipe Perret akan menyebabkan terbentuknya kaldera. Pada akhir masa keaktifannya, pada gunung
api akan ditemukan gejala pasca vulkanik yang berupa solafatara, mofet, geyser, mata air panas,
dan mata air mineral. Bagi kehidupan manusia, keberadaan gunung api memberikan dampak
yang menguntungkan, sekaligus juga berpotensi menjadi ancaman bencana.
Berdasarkan proses terjadinya gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gempa
tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan, sedangkan ditinjau dari kedalaman
hiposntrumnya dapat dibedakan gempa dangkal, sedang, dan dalam. Jarak episentrum dapat
dihitung dengan rumus laska, dan dengan menggunakan hasil pengukuran sekurang-kurangnya
tiga tempat, lokasi episentrum dapat ditentukan menggunakan peta.
Hiposentrum yang terletak di dasar laut dapat menimbulkan tsunami.Daerah yang rawan
terhadap ancaman tsunami terutama sepanjang pantai yang berhadapan dengan zona subduksi.
Di Indonesia daerah rawan tersebut disepanjang pantai Sumatera bagian barat, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara bagian selatan, sepanjang pantai Sulawesi, Maluku, dan Papua bagian utara.

DAFTAR PUSTAKA
Adjat Sudradjat. TT.Seputar Gunungapi dan gempabumi.Jakarta: Adjat Sudradjat

Alzwar. M, H. Samodra, J.I. Tarigan. Pengantar Dasar Ilmu Gunung Api. Bandung: Nova.

49
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yokyakarta: Gajah
mada.

Bryiant, Edward.2007. Tsunami Bahaya yang Diabaikan (Terjemahan). Bandung: Pakar Raya.

Bemmelen, R.W. Van. 1949, The Geology of Indonesia. The Hague: Martinus Nijhhoff.

Bemmelen, R.W. Van. 1954, The Mountain Building. The Hague: Martinus Nijhhoff.

Christopherson, Robert W. 2000. Geosystems.Sixth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Doddy Setya Graha. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova

Hamilton, W.R. Woolley, A.R. Bishop, A.C. 1984. Mineral.Rocks and Fosil. U.K: The hamlyn
Publ. Group.

Katili, JA dan P. Marks.1963. Geologi. Jakarta: Departemen Urusan Research Nasional

Lange,O,M.Ivanova, N.Lebedeva. TT.General geology. Moscow: Foreign Languages Publishing


House.

Mulayaningsih, Sri. 2010. Pengantar Geologi Lingkungan. Yogyakarta.: Panduan.

Munir.Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Jakarta: Pustaka Jaya

Putnam. 1966. Geology. Newyork: Oxford University Press.

Saroso. 1996. Bencana Tsunami, Makalah dalam Lokakarya Mitigasi Bencana Gempabumi dan
Dampaknya, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Timur di Hotel Utami Surabaya
tanggal 14-17 September 1996.

Sukandarrumidi, Herry Zadrak Kotta, FW. Maulana.2014. Geologi Umum Bagian Pertama.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tarbuck, Edward J. and Frederick K. Lutgens. 1998. GEODe II - Geologic Explorations On Disk
. New Jersey: Tasa Graphic Arts, Inc. and Prentice Hall.

William, 1942, The Geology of Crater Lake National Park. Oregon: Carnege Inst. Of
Washington Publ.

Wirjodihardjo, Wisaksono. M. 1952. Ilmu Tubuh Tanah. Jilid 1 Ilmu Tubuh Bumi. Jakarta:
Noordhoff-Kolff N.V

50

Anda mungkin juga menyukai