Anda di halaman 1dari 23

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,radiasi dan arus listrik. Berat dan
ringannya luka bakar tergantung pada jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman
dan lokasi luka bakar yang terjadi (Suriadi, 2004). Luka bakar merupakan trauma yang
berdampak paling berat terhadap fisik maupun psikologis, dan mengakibatkan
penderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang
tinggi (Moenajat, 2003). Menurut WIjaya & Putri (2013), salah satu penyebab luka bakar
adalah arus listrik. Luka bakar listrik terjadi karena panas yang digerakan dari energi
listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC) yang dihantarkan
melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage
dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan penyebab paling umum
kecacatan dan kematian di seluruh dunia (Ardabili, dkk., 2016). Dan merupakan
penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua
atau lanjut usia (Rahayuningsih, 2012).
Ardabili, dkk. (2016) melaporkan bahwa insiden total luka bakar telah terjadi
diperkirakan sekitar 2,4 juta kasus di berbagai negara yang berbeda, 650.000 dan75.000
diantaranya memerlukan perawatan segera dan rawat inap. Hasdianah & Suprapto (2014)
menjelaskan bahwa hingga tahun 2004, 11 juta kasus luka bakar memerlukan perawatan
medis di seluruh dunia dan menyebabkan 300.000 kematian. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 500.000 cedera luka bakar yang mendapatkan perawatan medis setiap
tahunnya. Sedangkan luka bakar karena lsitrik menyebabkan sekitar 1.000 kematian per
tahun. Sekitar 90% luka bakar terjadi di negara berkembang, secara keseluruhan hampir
60% dari luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat
kejadian11,6 per100.000 penduduk. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai
kejadian luka bakar, ini disebabkan karena tidak semua rumah sakit di Indonesia
memiliki unit pelayanan luka bakar. dr I Nyoma Putu Riasa (Ketua Perhimpunan Luka
Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia) (2015) menyatakan bahwa sepanjang 2012-
2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar di 14 rumah sakit besar di Indonesia
(www.republika.co.id). Sedangkan di Sumatera Barat, berdasarkan data yang penulis
dapatkan dari ruangan rawat inap Luka Bakar RSUP DR. M.Djamil Padang pada tanggal
21 September 2017, didapatkan pada tahun 2014 kasus luka bakar mencapai 89 orang,
pada tahun 2015 mencapai 106 kasus, pada tahun 2016 mencapai 86 kasus, dan kasus
luka bakar dari awal Januari sampai Agustus 2017 mencapai 60 orang, 21 orang
diantaranya adalah kasus luka bakar listrik.
Luka bakar merupakan kejadian trauma yang menyakitkan dan sering melemahkan,
serta tidak nyaman untuk pasien. Penderita luka bakar menggambarkan rasa sakit sebagai
gejala umum terburuk dan menyiksa (Carrougher, dkk., 2006 dalam Bikmoradi,dkk.,
2016). Tan,dkk (2010) menyatakan bahwa rasa sakit akibat luka bakar sering terjadi
karena kerusakan kulit atau karena perawatan untuk mengganti balutan saat perawatan
luka. Nyeri merupakan gejala luka bakar yang sudah terjadi sejak awal terjadinya luka
bakar dan bisa berlanjut sampai penyembuhan luka (Smeltzer&Bare,2002)
Dari latar belakang di atas penulis bermaksud untuk melakukan asuhan keperawatan
secara tepat pada pasien luka bakar.

2. Tujuan.
a. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
b. Tujuan Khusus
1). Mampu mendeskripsikan konsep dasar luka bakar.
2). Mampu mendeskripsikan pengkajian pasien luka bakar.
3). Mampu mendeskripsikan diagnose keperawatan pasien luka bakar.
4). Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pasien luka bakar.
5). Mampu mendeskripsikan evaluasi terhadap tindakan keperawatan pasien luka
bakar.

3. Manfaat.
1. Bagi penulis
Dapat melaksanakan dan memperdalam keterampilan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus luka bakar.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai pustaka dan bahan pertimbangan dalam menyusun materi
pembelajaran tentang ilmu keperawatan khususnya asuhan keperwatan pada luka
bakar.
3. Bagi rumah sakit
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperwatan khususnya pada
pasien luka bakar.
4. Bagi perawat
Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita luka bakar
dengan benar.
5. Bagi pasien dan keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapat kepastian tentang penyakit luka bakar dan cara
perwatan luka bakar dengan benar.
B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep medis
a. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber air panas seperti api, air Panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
(Smeltzer, suzanna, 2002)
Cara menghitung luas luka bakar berdasarkan rule of nine:
- Pada orang dewasa
 Kepala & leher : 9%
 Dada depan dan perut : 18%
 Punggung atas & bawah : 18%
 Tangan kanan depan & belakang : 18%
 Tangan kiri depan & belakang : 18%
 kaki kanan depan & belakang : 18%
 kaki kiri depan & belakang : 18%
 Genital : 1%
- Pada bayi dan anak-anak
 Kepala & leher : 21%
 Dada depan dan perut : 13%
 Punggung atas & bawah : 13%
 Tangan kanan depan & belakang : 10%
 Tangan kiri depan & belakang : 10%
 kaki kanan depan & belakang : 13,5%
 kaki kiri depan & belakang : 13,5%
 pantat : 5%
 Genital : 1%

b. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik.
Luka bakar dapat disebabkan oleh:
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik
5. Luka bakar karena radiasi
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) kondisi jaringan tubuh membeku
dan rusak oleh paparan suh rendah
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi,
sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

c. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan sampai 44°C tanpa kerusakan
bermakna. Kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperature. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan
dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elktrolit. Pada luka bakar kestensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbungan jaringan massif di intersitial
menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit,
timbul ketidkmampuan menyelanggarakan transportasi ke jaringan, kondisi ini
dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler
peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal
ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi
yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi
gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro
yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler,
hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan
organ multi system.

d. Manifestasi klinik
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a) Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidal dijumpai bulae
- Nyeri karena uung-ujung saraf teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b) Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi
- Dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
c) Luka bakar derajat III
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan
- Tidak dijumpai bulae
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. karena kering letaknya lebih
rendah dari disbanding kulit sekitar
- Terjadi koagulasi proteinpada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar
- Tidak dijumpai rasa nyeri, hilang sensasi oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan atau kematian
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
luka
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American burn association menggolongkan luka bakar menjadi 3 kategori:
a) Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas >25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada
anak-anak
- Luka bakar fullthickness >20%
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka bakar
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b) Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak
- Luka bakar fullthickness <10%
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
c) Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefenisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah:
- Luka bakar dengan < 15% pada orang dewasa dan <10% pada anak-anak
- Luka bakarfullthickness <2%
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki
- Luka tidak sirkumfer
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur

e. Komplikasi
- Bukas luka, kondisi ini bias disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut yang
berlebihan akibat luka bakar
- Hipotermia, kondisi yang berbahya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi sangat
rendah akibat luka bakar
- Gangguan bergerak, hal ini bisa terjadi ketika luka luka bakar membuat jaringan
tubuh, seperti kulit atau otot menjadi lebih pendek dan kencang
- Infeksi, infeksi kulit akibat luka bkar dapat berkembang menjadi infeksi infeksi
dalam aliran darah, hingga sepsis
- Gangguan pernapasan, kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup udara
atau asap saat kebakaran
- Kehilangan banyak cairan tubuh, kondisi ini dapat menimbulkan kurangnya
cairan dalam pembulah darah dan menurunkan tekanan darah

f. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium : Hb, Ht, leucosit, thrombosit, gula darah, elektrolit, kreatinin,
ureum, protein, albumin, hapusan luka, urine lengkap, AGD (bila diperlukan)
2. Rontgen : foto thorax, dan lan-lain
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlkan pada luka bakar >30%
dewasa dan >20% pada anak
g. Penatalaksanaan
- Pertolongan pertama
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala
2. Singkirkan baju, perhiasandan benda-benda lan yangmembuat efek torniket,
karena jaringan jaringan yang terkena luka bakar akan segera udem
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
ataumenyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Akan tetapi, cara ini tidak tepat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun.
- Resusitasi cairan
- Penggantian darah
- Perawatan luka bakar
- Nutrisi
- antibiotik
- control rasa sakit
h. Pathway

Bahan kimia Termis Radiasi Listrik petir

LUKA BAKAR

 Gangguan citra tubuh


 Defisiensi
Biologis Psikologis
pengetahuan
 Ansietas

Pada wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa Keracunan gas


penguapan
 Resiko infeksi
Eoedema laring CO mengikat gas
 Nyeri akut
Peningkatan
 Kerusakan integritas
pembuluh darah
Obstruksi jalan nafas HB tidak mampu kulit
mengikat O2
Ekstravasasi cairan
Gagal nafas
Hipoksia otak

Tekanan onkotik
 Pola nafas tidak efektif menurun

Cairan intravaskuler Hipovolemik &


menurun hemokonsentrasi

 Kekurangan volume
cairan
 Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan ke otak
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengkajian Identitas klien
2) Pengkajian luas luka bakar, metode rule of ine’s system
3) Pengkajian system tubuh
- Aktivitas / istirahat, penurunan kekuatan dan ketahanan otot, keterbatasan
rentan gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus
- Sirkulasi, hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas
yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
dan dingin
- Integritas ego; pengungkapan masalah tentang keluarga, pekerjaan,
keuangangan, kecacatan, adanya ansietas, ketergantungan, menyangkal dan
menarik diri
- Eliminasi; haluaran urin menurun / tak ada selama fase darurat, warna
mungkin hitam atau kemerahan
- Makanan / cairan; edema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
- Nyeri / kenyamanan; keluhan berbagai nyeri, misalnya luka bakar derajat
pertama secara ekstrem, sensitive untuk disentuh, ditekan, perubahan suhu.
Luka bakar derajat dua, tergantung pada keutuhan ujung saraf. Luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.

b. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi (luka bakar)
2. Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
3. Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan
4. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
c. Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi (luka bakar)
- Manajemen nyeri
 Observasi
- Identifikasi, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan, penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
- Pemberian analgetik
 Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgetik
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah analgetik
- Monitor efektifitas analgetik
 Terapeutik
- Diskusikan jenis analgetik yang disukai untuk mencapai analgetik
optimal
- Pertimbangkan penggunaan infuse continue, atau bolus untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgetik untuk mengoptimalkan respon
pasien
- Dokumentasikan respon terhadap efek analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
 Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik
2. Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
a) Perawatan integritas kulit
 Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
 Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum / minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan / alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
 Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
b) Perawatan luka bakar
 Observasi
- Identifikasi penyebab luka bakar
- Identifikasi durasi terkena luka bakar
- Monitor kondisi luka
 Terapeutik
- Gunakan teknik aseptic selama merawat luka
- Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri & berlebihan
- Bersihkan luka dengan steril
- Gunakan model dressing sesuai kondisi luka
- Berikan suplemen vitamin dan mineral
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori & protein
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotic
3. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor status oksigen pasien
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Berikan terapi oksigen bila diperlukan
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
4. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan tiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
d. Implementasi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi (luka bakar)
- Manajemen nyeri
 Observasi
- Identifikasi, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan, penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
- Pemberian analgetik
 Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgetik
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah analgetik
- Monitor efektifitas analgetik
 Terapeutik
- Diskusikan jenis analgetik yang disukai untuk mencapai analgetik
optimal
- Pertimbangkan penggunaan infuse continue, atau bolus untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgetik untuk mengoptimalkan respon
pasien
- Dokumentasikan respon terhadap efek analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
 Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik
2. Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
a) Perawatan integritas kulit
 Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
 Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum / minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan / alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
 Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
b) Perawatan luka bakar
 Observasi
- Identifikasi penyebab luka bakar
- Identifikasi durasi terkena luka bakar
- Monitor kondisi luka
 Terapeutik
- Gunakan teknik aseptic selama merawat luka
- Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri & berlebihan
- Bersihkan luka dengan steril
- Gunakan model dressing sesuai kondisi luka
- Berikan suplemen vitamin dan mineral
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori & protein
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotic
3. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor status oksigen pasien
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Berikan terapi oksigen bila diperlukan
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
4. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan tiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan

e. Evaluasi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi (luka bakar)
Evaluasi intervensi : Setelah dilakukan intervensi napas dalam, nyeri yang
dirasakan pasien dapat berkurang atau menghilang
2. Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
Evaluasi intervensi : Setelah dilakukan intervensi napas dalam, nyeri yang
dirasakan pasien dapat berkurang atau menghilang
3. Ketidakefektifan pola napas b/d depresi pusat pernapasan
Evaluasi intervensi : setelah diberikan pemasangan o2, pasien merasa sesak
berkurang
4. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
Evaluasi intervensi : setelah diberikan intervensi, infeksi dapat dicegah
C. PENUTUP
Kesimpulan
Luka bakar merupakan respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu
panas yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan system metabolism tubuh.
Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan luas luka
bakar. Semakin luas cedera akan mempengaruhi respon sistemik baik kardiovaskuler,
pernapasan, kondisi cairan elektrolit, dan gastrointestinal. Penanganan yang cepat dan
tepat akan membantu memperkecil derajat luka. Perawatan luka bakar tertutup dan
terbuka membantu proses perbaikan luka.
DAFTAR PUSTAKA

R. sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

www. Scribd.com
LAPORAN PENDAHULUAN
“LUKA BAKAR”
DI RUANG ICU RS LABUANG BAJI MAKASSAR

NAMA : Siti Nurindahyana, S.kep


NIM : D. 18 06 059

Preceptor Klinik Preceptor Institusi

( ) ( )

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI NERS
TAHUN AJARAN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR
PADA Ny. “L” DENGAN DIAGNOSA MEDIS LUKA BAKAR
DI RUANG ICU RS LABUANG BAJI MAKASSAR

NAMA : Siti Nurindahyana, S.kep


NIM : D. 18 06 059

Preceptror Klinik Preceptor Institusi

( ) ( )

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI NERS
TAHUN AJARAN 2019

Anda mungkin juga menyukai