PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini derajat kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia masih belum memuaskan.
Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang menjadi salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan khususnya di
bidang kesehatan. Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung
normal.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 menunjukan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini
menurun pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, angka ini
masih tinggi jika dibandingkan dengan AKIdi negara tetanggadi Asia Tenggara. Angka ini
20-30 kali besar dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Tingginya AKI di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal yang lebih dikenal dengan istilah 4 terlalu dan 3
terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan , terlalu banyak,
terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pertolongan, serta
terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Secara berturut-turut,
penyebab kematian ibu adalah pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
Komplikasi massa nifas (8%), emboli (5%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%),
persalinan macet/partus lama (5%), dan penyebab lain (11%).
Pelaksanaan berbagai program kesehatan tersebut sangat membutuhkan sumber
daya manusia yang kompeten agar dapat mencapai tujuannya, terutama bidan. Bidan
berperan penting sebagai ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan karena
merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai
sasaran program. Oleh sebab itu, bidan perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya,
salah satunya dengan meningkatkan pemahaman asuhan kebidanan mulai dari wanita
hamil hingga nifas serta asuhan kebidanan untuk kesehatan bayi.
Kehamilan merupakan suatu kondisi yang normal, namun memerlukan pengawasan
supaya tidak berubah menjadi yang abnormal. Pemeriksaan kehamilan dengan rutin
merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh ibu yang sedang hamil agar merka
dapat mejalankan kehamilannya dengan normal dan janin yang dikandungnya dalam
keadaan baik .Maka dari itu perlunya pengawasan dan pendidikan yang diberikan oleh
seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil. Di dalam pemeriksaan kehamilan petugas
kesehatan mengarahkan dan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus dilakukan
seorang ibu hamil agar janin nya tetap sehat dan terjadi kelahiran normal bagi bayi.
Pengawasan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan ditujukan untuk
menyiapkan baik fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan dan kelahiran serta
menemukan kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini sehingga dapat diobati
secepatnya. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan
angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin.
Pengawasan dan pemeriksaan pada masa kehamilan dapat dilakukan dengan
antenatal care lengkap dengan cara:
a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal empat kali, satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III untuk
memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat mendeteksi
secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
b. Melakukan anamnesis meliputi pengkajian data subjektif, data kebidanan,
pengetahuan informasi kebidanan atau KIE, data kesehatan, data kebiasaan
sehari-hari, data psikologis, data psikososial dan data sosial budaya.
c. Melakukan pemeriksaan head to toe peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap sistem tubuh pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan yang tepat bagi klien.
d. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan
atas (LILA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan
yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat
badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit menghasilkan rata-rata
berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan kematian bayi, pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan janin dalam rahim. Menurut Mufdlilah (2009b) yang dikutip dari
Cunningham dkk (1997), pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari
berat badan ibu sebelum hamil,, jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan
atas <23,5cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
e. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga
gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urine positif, pandangan kabur
atau oedema pada ekstremitas atas.
f. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dilakukan secara rutin dengan tujuan
mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat
janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap
terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat
mempengaruhi terjadinya kematian maternal.
g. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan denyut jantung
janin untuk menentukan asuhan selanjutnya.
h. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus
neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
i. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30
minggu.
j. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami/keluarga hendaknya
selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi untuk meyakinkan bahwa
tablet zat besi betul-betul diminum.
k. Pemeriksaan urin jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan
penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
l. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi dan nutrisi ibu selama hamil,kebutuhan zat besi selama hamil,
tanda bahaya kehamilan dan janin, ketidaknyamanan selama hamil, persiapan
persalinan, pencegahan komplikasi persalinan (P4K), dll. Sehingga ibu dan
keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan,
mengetahui informasi tentang kehamilan.
m. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/ keluarga pada trimester
III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang
menyenangkan, persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk.
n. Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan dan
mencatat semua temuan pada kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
o. Merencanakan mengikuti keluarga berencana (KB) setelah bersalin.
Peran bidan dalam pengawasan dan pemeriksaan kehamilan yaitu meliputi:
a. Melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu hamil (Ante Natal Care)
b. Melakukan asuhan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin (Post Natal Care)
c. Menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan neanatal)
d. Mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin di wilayah kerja
puskesmas.
e. Memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan kebidanan.
f. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada wanita usia
subur (WUS).
g. Melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil risiko tinggi (bumil
risti)
h. Mengupayakan diskusi audit maternal perinatal (AMP) bila ada kasus kematian
ibu dan bayi.
i. Melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu pelayanan
puskesmas.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik melakukan berjudul “Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil di Puskesmas Wedi”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan urutan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah:
Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil di Puskesmas Wedi.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan menggunakan
menejemen asuhan kebidanan menurut Varney H,1997.
2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian.
b. Interpretasi data.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi masalah.
d. Tindakan segera.
e. Rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional.
f. Pelaksanaan asuhan kebidanan.
g. Mengevaluasi keefektivan asuhan yang diberikan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis;
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil.
2. Manfaat aplikatif;
a. Institusi
Hasil asuhan kebidanan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pemberian asuhan pada ibu hamil di Puskesmas Wedi.
b. Manfaat bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam asuhan
kebidanan pada ibu hamil.
c. Klien dan masyarakat
Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dini penyulit yang
mungkin timbul pada masa hamil,sehingga memungkinkan segera mencari
pertolongan untuk mendapatkan penanganan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Konsep Dasar
a. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan normal adalah keadaan ibu sehat, tidak ada riwayat obstertic buruk.
Dengan ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal (Saefudin, 2010).
b. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir
dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravida, sedangkan manusia didalamnya disebut embrio (minggu-minggu
awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk
pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum
pernah hamil dikenal sebagai gravida 0 (cermin dunia kedokteran No.139, 2010
/Wikipedia Bahasa Indonesia).
c. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan
ketiga dimulai dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9 (Saifudin, 2007).
d. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan
lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 27 sampai
36 minggu disebut kehamilan prematur (Prawirohardjo, 2007).
e. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, pelayanan atau asuhan
antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan
ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Prawirohardjo,
2007).
b. Proses terjadinya kehamilan
a. Ovulasi
Ovulasi terjadi ketika sel telur (ovum) keluar dari sarangnya (ovarium=indung
telur), ceritanya begini: di dalam ovarium terdapat kantung-kantung (folikel) yang
berisi cairan dan sel telur, pada suatu ketika folikel menjadi matang kemudian
pecah maka keluarlah sel telur yang ada di dalamnya tadi. Ovulasi ini normalnya
terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi dan rata-rata terjadi sekitar dua
minggu sebelum periode (siklus) mens berikutnya.
b. Kenaikan Hormon
Setelah telur meninggalkan folikel, folikel berkembang menjadi sesuatu yang
disebut korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon yang membantu
menebalkan lapisan rahim, untuk mempersiapkan ketika terjadi proses
kehamilan nantinya.
c. Telur Berjalan ke Tuba Fallopi
Setelah telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba falopi. Sel telur tinggal di sana
selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi. Semua ini
terjadi, rata-rata, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir
atau masa ini disebut juga dengan masa subur. Telur memiliki hanya 12 sampai
24 jam sedangkan sperma bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran
reproduksi wanita. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa masa subur wanita itu
lamanya 4 hari, yakni hari ke 12 – 16 dihitung dari hari pertama menstruasi.
d. Jika sel telur tidak dibuahi
Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka tidak terjadi
proses kehamilan dan sel telur akan bergerak menuju rahim (uterus) kemudian
hancur. Kadar hormon yang dihasilkan korpus luteum tadi kembali normal
sehingga lapisan rahim yang menebal tadi menjadi luruh, inilah yang disebut
dengan menstruasi atau haid.
e. Fertilisasi (pembuahan)
Jika salah satu sel sp*rma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur yang
telah menanti, maka terjadilah fertilisasi (pembuahan), proses kehamilan dimulai
dari sini. Sel telur akan mengubah dirinya sehingga tidak ada sp*rma lain bisa
masuk (membuahi). Pada saat pembuahan, gen bayi dan jenis kelaminnya
ditetapkan pada saat itu juga. Jika yang membuahi sp*rma yang berkromosom
Y, maka jadi anak laki-laki. Jika yang membuahi berkromosom X, maka jadi
anak perempuan.
f. Implantasi
Telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam Tuba Fallopi selama sekitar tiga
sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, zigot mulai
membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio) sangat cepat
menjadi banyak sel. embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan
melalui tuba falopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel
dan tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (lahan subur), inilah
yang disebut implantasi (penanaman). Beberapa wanita mengalami spotting
atau sedikit bercak pendarahan selama satu atau dua hari sekitar waktu
implantasi. Lapisan rahim semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug lendir
sampai bayi lahir. Dalam minggu pertama, hormon yang disebut human
chorionic gonadotropin (hCG) dapat ditemukan dalam darah. Hormon ini dibuat
oleh sel-sel yang akhirnya menjadi plasenta. Hormon beta-hCG inilah yang
dideteksi pada tes pack atau tes kehamilan.
c. Pertumbuhan dan perkembangan hasil kontrasepsi
Pertumbuhan embrio bermula dari lempeng embrional (embrional plate)
kemudian berdiferensiasi menjadi 3 lapisan, yaitu eksodermal, mesodermal, dan
endodermal. Ruang amnion akan tumbuh pesat mendesak exocoeloma,
sehingga dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas di ruang amnion dan
mudigah menjadi padat disebut body stalk yang merupakan jembatan antara
embrio dan dinding trofoblas, yang kelak akan menjadi tali pusat (Prawihardjo,
2007). Dalam referensi Prawirohardjo (2007). Perkembangan embrio antara lain :
1. Sperma membuahi ovum kemudian hasil konsepsi menjadi morulla
masuk untuk menempel ± 11 hari setelah konsepsi.
2. Minggu ke- 4/ bulan ke-1 : Dari embrio, bagian tubuh pertama
muncul adalah tulang belakang, otak
dan syaraf, jantung, sirkulasi darah dan
pencernaan terbentuk.
3. Minggu ke-8/ bulan ke-2 : Perkembangan embrio lebih cepat,
jantung mulai memompa darah.
4. Minggu ke-12/ bulan ke-3 : Embrio berubah menjadi janin. Denyut
jantung janin dapat dilihat dengan
pemeriksaan USG, berbentuk manusia,
gerakan pertama dimulai, jenis kelamin
sudah bisa ditentukan, ginjal sudah
memproduksi urine
5. Minggu ke-16/ bulan ke-4 : Sistem muskuloskeletal matang, sistem
syaraf terkontrol, pembuluh darah
berkembang cepat, denyut jantung janin
terdengar lewat dopler, pankreas
memproduksi insulin.
6. Minggu ke-20/bulan ke-5 : Verniks melindungi tubuh, lanugo
menutupi tubuh, janin membuat jadwal
untuk tidur, menelan dan menendang.
7. Minggu ke-24/bulan ke-6 : Kerangka berkembang cepat,
perkembangan pernafasan dimulai.
8. Minggu ke-28/bulan ke-7 : Janin bernafas, menelan dan mengatur
suhu, surfactant mulai terbentuk diparu-
paru, mata mulai buka dan tutup, bentuk
janin 2/3 bentuk saat lahir.
9. Minggu ke-32/bulan ke-8 : Lemak coklat berkembang di bawah
kulit, mulai simpan zat besi, kalsium dan
fosfor.
10. Minggu ke-38/bulan ke-9 : Seluruh uterus digunakan bayi sehingga
tidak bisa bergerak banyak, antibody ibu
ditransfer ke bayi untuk mencapai
kekebalan untuk 6 bulan pertama
sampai kekebalan bekerja bayi bekerja
sendiri.
Table 2.1
Tumbang janin
TinggiFundus
Usia
Menggunakan petunjuk-
Kehamilan Dalam cm
petunjuk badan
12 minggu - Teraba di atas simfisis
pubis
16 minggu - Ditengah, antara simfisis
pubis dan umbilicus
20 minggu 20 cm ( 2cm) pada umbilikus
22-27 minggu Usia kehamilan -
dalam minggu = cm
(2 cm)
28 minggu 28 cm (2 cm) Ditengah antara
umbilikus dan prosesus
sifoideus
29-35 minggu Usia kehamilan -
dalam minggu = cm
36 minggu 36 cm (2cm) Pada prosesus sifoideus
d. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil trimester I,II,III.
a. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000 gram
saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi
menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin(Manuaba, 2010)
b. Ovarium
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematanga folikel ditunda. Biasanya
hanya satu corpus luteum kehamilan dapat ditemukan di dalam ovarium wanita
hamil dan hanya berfungsi maksimal sampai 6-7 minggu pertama kehamilan dan
selanjutnya fungsinya menurun sampai akhirnya pada minggu ke-16 kehamilan
fungsinya digantikan oleh plasenta untuk menghasilkan estrogen dan
progesterone.
c. Vagina dan Perineum
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit
dan otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda
chadwick yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan
hiperemia, serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat
stimulasi estrogen (Aprillia, 2010)
d. Payudara
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 179), pada awal
kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak.
Seletah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman,
dan tegak. Areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola
akan membesar dan cenderung menonjol keluar.
e. SirlukasiDarah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi). Sel
darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai
anemia fisiologis (Manuaba, 2010; h. 93).
f. SistemRespirasi
Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma.
Fungsi respirasi juga mengalami peru-bahan. Respirasi rate 50% mengalami
peningkatan, 40% pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15–20%
diatas kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprillia, 2010; h. 71-72).
g. SistemPencernaan
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 185), seiring dengan
makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser. Perubahan yang
nyata terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus. Mual
terjadi akibat penurunan asam hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta
konstipasi akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang
saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul.
Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi dan
peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesa-ran uterus.
h. SistemPerkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua,
terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan
metabo-lisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah
(Manuaba, 2010; h. 94).
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruhmelanophore stimulating hor-mone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
(khloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan meng-hilang
(Manuaba, 2010, 94)
j. Metabolisme
Menurut Manuaba (2010, 95) perubahan metabolisme pada kehamilan:
Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, teru-tama pada trimester
ketiga.
Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi
145 mEq per liter disebabkan hemo-delusi darah dan kebutuhan mineral yang
diperlukan janin.
Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.
Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau
sebutir telur ayam sehari.
Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-tukan tulang janin
Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.
Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil akan bertambah antara
6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan 0,5 kg/ minggu.
k. Perubahan Fisiologi Sistem Kekebalan pada Ibu Hamil
Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh, kadar
immunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah . Imunoglobulin G atau IgG
merupakan komponen utama dari imunoglobulin janin di dalam uterus dan
neonatal dini. IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang dapat menembus
plasenta sehingga immunitas pasif akan diperoleh oleh bayi. Kekebalan ini dapat
melindugi bayi dari infeksi selanjutnya.
l. Perubahan pada Sistem Pencernaan
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan dipengaruhi oleh peningkatan
hormon progresteron dan tekanan uterus yang membesar terhadap organ
saluranpencernaan
Perubahan Sistem Pencernaan Yang Dirasakan Ibu Hamil :
Trimester I
Rasa mual baik yang sedang maupun berat dengan atau tanpa terjadinya
muntah setiap saat siang ataupun malam. Apabila terjadi pada pagi hari sering
disebut “Morning Sickness”. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari
mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya
(ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita
tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi
lainnya adalah “Pica” (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat
defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi.
Trimester II dan III
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus
yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut
khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral. Wasir
(Hemorrhoid) cukup sering pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi
dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena hemorrhoid.
Panas perut (heart burn) terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke
dalam esophagus bagian bawah.
m. Perubahan Sistem Muskoloskeletal
Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal dipengaruhi baik secara
hormonal dengan efek relaksasi jaringan persendian juga secara postural dari
berpindahnya pusat gravitasi.
Perubahan Sistem Muskuloskeletal Yang Dirasakan Ibu Hamil
Trimester II & III
Hormon progresteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi jaringan ikat
dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan,
proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pubik melunak
menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat
tulang coccigis bergeser ke arah belakang sendi panggul yang tidak stabil, pada
ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara
bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen
sehingga untuk mengkompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke
belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan
dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa dan lemah dialami oleh anggota
badan atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan fleksi anterior leher
dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris
dam medianus (Crisp dan DeFrancesco, 1964). Ligament rotundum mengalami
hipertropi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri
pada ligament tersebut.
n. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular merupakan kompensasi dari
pemenuhan kebutuhan yang meningkat untuk pemenuhan nutrisi dengan adanya
janin. Selain itu pengaruh hormonal terhadap pembuluh darah ikut berperan
dalam beberapa perubahan yang terjadi.
Perubahan Sistem Cardiovaskuler Yang Dirasakan Ibu Hamil :
1. Trimester I
Pada akhir trimester I mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta
bertambahnya kardiac output. Hidung tersumbat/berdarah
karena pengaruh hormon estrogen dan progresteron terjadi pembesaran
kapiler, relaksasi otot vaskuler serta peningkatan sirkulasi darah.
2. Trimester II & III
Terjadi Edema dependen kongesti sirkulasi pada exstrimitas bawah karena
peningkatan permeabilitas kapiler dan tekanan dari pembesaran uterus pada
vena pelvik atau pada vena cava inferior.Gusi Berdarah karena trauma
terhadap gusi yang karena pengaruh hormon estrogen sangat vaskuler,
percepatan pergantian pelapis ephitel gusi dan berkurangnya ketebalan ephitel
tersebut.Hemorrhoid akibat tekanan uterus terhadap vena hemorrhoidal.
Hipotensi supinasi karena terbloknya aliran darah di vena cava inferior oleh
uterus yang membesar apabila ibu pada posisi tidur terlentang.Timbul spider
nevi dan palmar erythema kareana meningkatnya aliran darah ke daerah
kulit.Varises pada kaki dan vulva karena kongesti vena bagian bawah
meningkat sejalan tekanan karena pembesaran uterus dan kerapuhan
jaringan elastis karena pengaruh hormon estrogen.
k. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil
Seperti pada perubahan fisiologis, perubahan psikologis pada ibu hamil juga
mengalami perubahan jika dibandingkan dengan keadaan sebelum hamil.
Perubahan psikologis pada ibu hamil dapat di bagi dengan melihat waktu
kehamilan yaitu Trimester I, Trimester II, dan Trimester III.
Perubahan psikologis pada ibu hamil terbagi atas tiga periode di atas (Trimester
I Trimester II, dan Trimester III). Masing-masing periode membawa perubahan
sendiri-sendiri
Trimester I
Pada trimester I atau bulan-bulan pertama ibu akan merasa tidak berdaya dan
merasa minder karena ibu merasakan perubahan pada dirinya.
Segera setalah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat,
menyebabkan mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan pembesaran
payudara.
Mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil.
Hasrat unt melakukan hubungan seks pada trimester pertama berbeda2,
kebanyakan wanita hamil mengalami penurunan pada periode ini.
Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.
Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga dan ketidakstabilan
emosi dan suasana hati.
Trimester II
Pada trimester II ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk tubuh yang
semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan merasa suami
tidak memperhatikan lagi.
Ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan timester I karena nafsu
makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual muntah sehingga ibu lebih
bersemangat.
Pada TM II biasanya ibu lebih bisa menyesuaikan diri dengan kehamilan selama
trisemester ini dan ibu mulai merasakan gerakan janinnya pertama kali.
Ibu sudah mulai merasa sehat dan mulai bisa menerima kehamilannya.
Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.
Libido dan gairah seks kemungkinan meningkat.
Trimester III
Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat
itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.
Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadinya persalinan.
Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping
itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan
perhatian yang khusus diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
membutuhkan kesenangan dari suami dan keluarga.
Pada TM III ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena janin membesar dan
perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar wanita mengalami klimaks
kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.
Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi yang tidak
normal dan semakin ingin menyudahi kehamilannya tidak sabaran dan resah.
Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan kelahiran
bayinya.
TrimesterII
a. Fase Pre Quickening
Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua,
ibu hamil mengevaluasi segala aspek yang telah terjadi selama hamil. Disini ibu
menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang
terjadi dan menjadikannya sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan
interaksi sosial dengan bayi yang akan dilahirkannya.
Perasaan menolak terhadap sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa
bersalah pada dirinya, kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut
normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang
terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari
penerima kaih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan
menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian bagi ibu hamil untuk
mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada anak-anak
yang akan dilahirkannya kelak.
b. Fase Post Quickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin jelas.
Ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi
peran baru sebagai seorang ibu. Terkadang perubahan ini bisa menyebabkan
kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu
yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Oleh sebab itu, ibu harus
diberikan pengertian bahwa dia tidak harus membuang segala peran yang
diterima sebelum masa hamilnya.
Bentuk-bentuk reaksi psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua
kehidupan psikologis ibu hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat
beradaptasi, perhatian mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan
seksual, keluarga, dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya,
serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat, dan meniru
peran ibu. Selain itu, ketergantungan ibu hamil kepada pasangan juga semakin
meningkat seiring dengan perkembangan kehamilannya.
a. Rasa Khawatir
Kadang kala ibu khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini
menyebabkan adanya peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda
persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan menghindari orang atau benda yang dianggap membahayakan bayi.
Ibu mulai merasa takut atas rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
saat melahirkan.
b. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa
nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi
dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa
kecemasan seperti ini terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.
c. Keinginan untuk Berhubungan seksual
Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi
untuk mengatasi ketidaknyamanan ialah peningkatan libido. Kebanyakan calon
orang tua khawatir jika hubungan seks dapat memengaruhi kehamilan.
Kekhawatiran yang paling sering diajukan ialah kemungkinan bayi diciderai oleh
penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.
Trimester III
Perubahan psikologis pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil
periode trimester terkesan lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari
trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan semakin
membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur
yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau kehidupan emosi
yang fluktuatif.
a. Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga
dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai
merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian
khusus yang diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari
suami, keluarga, dan bidan.
b. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan
biasanya gembira bercampur takut karena kehamilan telah mendekati
persalinan. Rasa kekhawatirannya terlihat menjelang melahirkan, apakah bayi
lahir sehat dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran (Sulistyawati,
2009).
f. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda Pasti Kehamilan
Terdengar denyut jantung janin (DJJ);
Terasa gerakan janin;
Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada gambaran
embrio;
Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu).
b. Tanda Tidak Pasti Hamil
Rahim membesar;
Tanda Hegar
Tanda Chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina, dan vulva
Tanda Piskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol
jelas kea rah pembesaran tersebut;
Braxton Hicks, bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah
berkontraksi
Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat;
Ballotement positif, jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut ibu dengan cara
menggoyang-goyangkan salah satu sisi, maka terasa “pantulan” di sisi lain;
Tes Urine kehamilan positif (tes HCG), tes urine dilakukan minimal setelah 1
minggu terjadi pembuahan. Tujuan dari pemeriksan ini adalah mengetahui kadar
hormone gonadotropin dalam urin. Kadar yang melebihi ambang normal,
mengindikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
c. Tanda Dugaan Hamil
Amenore/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid);
Nausea, anoreksia, emesis, dan hipersalivasi;
Pusing;
Sering buang air kecil/miksi
Obstipasi;
Hiperpigmentasi, striae, cloasma, linea nigra;
Varises;
Payudara menegang;
Perubahan perasaan;
BB bertambah.
a. Support keluarga
Suami
Mendampingi ibu selama proses kehamilan
Membantu menjaga kesehatan ibu
Menemani saat pemeriksaan kehamilan
Ikut serta dalam kegiatan rumah tangga
Penuh perhatian, sabar dan kasih sayang
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kehamilan ibu
Menyiapkan finansial dan kebutuhan ibu dalam kehamilan
Anak
Memperhatikan ibu
Ikut senang dengan kehmailan ibu
Membantu kelancaran kegiatan rumah tangga
Orang tua
Mendampingi ibu saat suami tidak bisa mendampingi
Memberikan ketenangan dan kasih sayang
Memberikan dukungan moril
Membantu kelancaran kegiatan rumah tangga sesuai dengan kemampuannya
Teman dekat / sahabat
Empati dengan kondisi kehamilan
Menjadi tempat bercerita
Menemani selama kehamilan
Memberi dukungan moral
Support tenaga kesehatan
Memberikan perhatian terhadap masalah dan perkembangan kehamilan ibu
Memberikan palayanan yang humanistik dan komprehensif
Menghargai pendapat dan keinginan ibu
Memberikan informed choise yang jelas
Cepat tanggap, peka dan cekatan
Sabar dalam memberikan pelayanan
Tempat pelayanan yang aman, nyaman, ramah dan menyenangkan
Memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
Rasa aman dan nyaman dalam kehamilan
Merasa dilindungi, diperhatikan dan disayang oleh keluarga
Ibu merasa kehamilan nya diterima oleh lingkungan
Kondisi fisik dan mental terjaga
Situasi sosial ekonomi yang kondusif
Kondisi kehamilan baik
b. Persiapan menjadi orang tua
Menurut Rubin seorang ibu hamil akan melalui beberapa tahap dalam
adaptasinya menjadi orang tua nanti. Tujuannya adalah:
Memastikan keselamatan ibu dan bayi dalam kehamilan
Memastikan penerimaan masyarakat atau lingkungan terhadap diri dan bayinya
kelak
Membangun identitas yang jelas tentang hubungan “ saya”( ibu) dan “kamu’
(bayi) sebagai suatu hubungan yang erat
Menggali makna dari masa transisi yang sedang dijalani, terutama makna
memberi dan menerima dalam hubungan ibu dan anak
Dari tujuan tersebut. Rubin mengelompokkan 3 tahap seorang ibu hamil dalam
melakukan persiapan menjadi orang tua:
Taking on : meniru dan bermain peran
Taking in : mencobakan dan berfantasi
Letting go : melakukan kegiatan nyata
c. Persiapan menjadi orang tua yang harus dilakukan:
Persipan fisik
Persiapan mental
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi ibu:
Kesiapan menerima kehamilan
Kemampuan mengontrol emosi
Keyakinan, sikap dan nilai yang dianut
Tingkat pengetahuan dan pendidikan
22 – 28 Minggu 24-25 cm
28 Minggu 26,7 cm
30 Minggu 29,5 – 30 cm
32 Minggu 31 cm
34 Minggu 32 cm
36 Minggu 33 cm
40 Minggu 37,7 cm
f. Pemeriksaan Hb ( T6 )
Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan
minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus
diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau
lebih.
g. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )
pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil spesimen
darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan
pengobatan dan rujukan..
h. Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine
mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.
i. Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil
positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya
DMG.
j. Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara untuk
Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6
Minggu.
k. Senam Hamil ( T11 )
l. Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah
malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai
mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
m. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus gangguan akibat
kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap
Tumbuh kembang Manusia.
n. Temu wicara / Konseling ( T14 )