S55954-Diah Ayu Rianawati PDF
S55954-Diah Ayu Rianawati PDF
Balita
di Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
Tahun 2014
Diah Ayu Rianawati1, Sudijanto Kamso2
E-mail: diah.ayu.rianawati@gmail.com
ABSTRAK
Penumonia adalah salah satu penyebab mortalitas tertinggi pada balita sehingga penyakit ini
mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Tingginya angka kejadian pneumonia tidak terlepas dari
beberapa faktor resiko. Penelitian ini membahas tentang kejadian pneumonia pada balita serta faktor
yang berhubungan dengannya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross
sectional, jumlah sampel sebanyak 100 orang, dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pancoran Tahun
2014. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil uji statistik
multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita
adalah anggota keluarga yang merokok dengan nilai OR=10,304 (95% CI: 2,988 – 35,528), usia balita
dengan nilai OR=7,411 (95% CI: 2,406 – 22,828), ASI eksklusif dengan nilai OR=3,390 (95% CI:
1,201 – 9,571) dan sosial ekonomi orang tua dengan nilai OR=3,227 (95% CI: 0,987 – 10,556). Oleh
karena itu upaya promotif dan preventif tentang beberapa faktor tersebut harus lebih ditingkatkan
untuk menhindari terjadinya pneumonia pada balita.
ABSTRACT
Pneumonia is one of the causes of the highest mortality in infants so the desease gets more attention
from the goverment.The high incidence of pneumonia was not apart of some risk factors. This study
discusses the incidence of pneumonia in infants and factors associated with it. This study is a
quantitative with cross sectional design, total sample of 100 people, performed in the public health
center districts of Pancoran in 2014. Analysis of the relationship using the chi-square and regresi
logistics. Multivariate statistical tests results showed that the variables related with incidence of
pneumonia in infats is family members who smoke with OR=10,304 (95% CI: 2,988 – 35,528), age of
infants with OR=7,411 (95% CI: 2,406 – 22,828), exclusive breastfeeding with OR=3,390 (95% CI:
1,201 – 9,571), and parental sosioeconomic with OR=3,227 (95% CI: 0,987 – 10,556). Therefore
promotive and preventive efforts on several factors must be improved to avoid the occurrence of
pneumonia in infants.
Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab
kematian utama pada bayi dan anak balita di berbagai negara. Sebagian besar hasil penelitian
di negara berkembang menunjukkan bahwa 20 – 30% kematian bayi dan anak balita di
berbagai negara setiap tahun disebabkan karena menderita infeksi saluran nafas akut (ISPA).
Dua per tiga dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi usia 2 bulan
Tinjauan Teoritis
Balita
Balita adalah anak umur 1 tahun tepat sampai umur 5 tahun kurang 1 hari. Anak
umur 5 tahun tepat, tidak termasuk kelompok anak 1-5 tahun (Depkes, 2006). Masa lima
tahun pertama kehidupan anak (balita), merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka
masa balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan”
(window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period) (Kemenkes, 2010).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pada masa
balita kecepatan pertumbuhn mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan
motorik (gerak kasar dan gerak halus). Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa
balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak
memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dengan anak lainnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Faktor-
faktor tersebut di antaranya faktor internal (ras atau etnik, keluarga, umur, jenis kelamin,
kelainan genetik dan kelainan kromosom) dan faktor eksternal (faktor prenatal, faktor
persalinan, dan faktor pascanatal) (Depkes RI, 2006).
Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-
anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis
pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit lain
(Hockenberry dan Wilson, 2009). Menurut Hariadi, et al (2010) pneumonia adalah
peradangan parenkim paru dimana asinus yaitu unit fungsional paru-paru yang menjadi
tempat pertukaran gas terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
radang ke dalam interstitium dan secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan
kimia, radiasi, obat-obatan dan lain-lain.
Menurut UNICEF/WHO (2006) pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi
akut dari daerah saluran pernafasan bagian bawah yang secara spesifik mempengaruhi paru-
paru. Depkes RI (2007) mendefinisikan pneumonia sebagai salah satu penyakit infeksi
saluran pernafasan akut yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pneumonia adalah salah satu infeksi saluran
pernafasan akut pada daerah saluran pernafasan bagian bawah yang secara spesifik
merupakan peradangan pada parenkim paru yang lebih sering terjadi pada bayi dan awal
masa kanak-kanak. (Hartati, Susi. 2011).
Karakteristik Balita
Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko utama pada beberapa penyakit. Hal ini
disebabkan karena usia dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Anak-anak yang
berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak yang
berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh imunitas yang belum sempurna dan saluran
pernapasan yang relatif sempit (DepKes RI, 2004).
Jenis Kelamin
Dalam program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2
ISPA) dijelaskan bahwa laki-laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi kesakitan
pneumonia (Depkes RI, 2004). Penelitian di Uruguay dari tahun 1997-1998 terhadap
pneumonia yang dirawat di Rumah Sakit menunjukkan 56% penderita adalah laki-laki (Pirez
dalam Machmud, 2006). Menurut data statistik Rumah Sakit terdapat perbedaan proporsi
antara pasien laki-laki dan perempuan yang menderita pneumonia. Pada tahun 2004-2006,
dan 2008 proporsi penderita laki-laki lebih tinggi dari proporsi penderita perempuan
sedangkan tahun 2007 proporsi laki-laki lebih rendah dari proporsi perempuan. (Kemenkes,
2010).
Status Gizi
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB).
Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi secara
umum, sedang indikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis (akibat
kondisi yang berlangsung dalam waktu lama) dan indikator BB/TB menggambarkan status
gizi yang sifatnya akut (akibat keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek) atau
digunakan sebagai indikator kegemukan (Profil Kesehatan, 2008).
Pemberian Vitamin A
Program pemberian vitamin A setiap 6 bulan untuk balita telah dilaksanakan di
Indonesia. Vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan melindungi saluran
pernapasan dari infeksi kuman. Hasil penelitian Sutrisna di Indramayu (1993) menunjukkan
peningkatan risiko kematian pneumonia pada anak yang tidak mendapatkan vitamin A.
Namun, penelitian Kartasasmita (1993) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna insidens
dan beratnya pneumonia antara balita yang mendapatkan vitamin A dan yang tidak, hanya
waktu untuk sakit lebih lama pada yang tidak mendapatkan vitamin A.
Status Imunisasi
Dalam sejarah kedokteran imunisasi merupakan success-story program kesehatan
masyarakat yang paling menarik. Pemberian imunisasi juga dapat menurunkan risiko untuk
terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia
adalah imunisasi pertusis (ada dalam DTP), campak, Hib (Haemophilus influenzae type b),
dan Pneumococcus (PVC). Imunisasi membantu mengurangi kematian anak dari pneumonia
dalam dua cara. Pertama, vaksinasi membantu mencegah anak-anak dari infeksi yang
berkembang langsung yang menyebabkan pneumonia, misalnya Haemophilus influenzae tipe
b (Hib). Kedua, imunisasi dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan pneumonia
sebagai komplikasi dari penyakit (misalnya, campak dan pertusis).
Faktor Lingkungan
Tingkat Pendidikan Ibu
Di negara-negara berkembang terdapat petunjuk yang jelas tentang adanya
differensial tingkat kelangsungan hidup anak yang berkaitan dengan pendidikan ibu. Data
dari Amerika Latin, Afrika, dan Asia semuanya menunjukkan hubungan negatif antara
Desain atau metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey, dengan
pendekatan cross sectional. Analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif analitik.
Sebagai variabel independen adalah faktor resiko yang dimiliki balita dan variabel dependen
adalah kejadian penyakit pneumonia pada balita. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan pada bulan Februari – Mei 2014. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua balita usia 0-59 bulan yang datang untuk berobat ke poli MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit) di Puskesmas Kecamatan Pancoran tahun 2014.
Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang datang untuk
berobat ke poli MTBS di Puskesmas Kecamatan Pancoran dan terpilih menjadi sampel
selama periode waktu penelitian. Karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada pada
penulis, maka besarnya sampel minimal yang menjadi objek penelitian dihitung dengan
menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis beda proporsi 2 kelompok. Sehingga
diperoleh jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 37 sampel, dan
jumlah sampel penelitian untuk kedua kelompok adalah 74 sampel. Untuk menghindari drop
out responden, sampel ditambah menjadi 100 sampel. Sehingga sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 100 balita.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara
probability sampling jenis Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel yang dilakukan
secara acak sehingga setiap kasus dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar
untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Cara pencarian sampel yaitu dengan memberikan
kuesioner kepada orang tua balita yang sedang berobat di poli MTBS Puskesmas Kecamatan
Pancoran khususnya yang memiliki balita yang menderita batuk atau pilek. Kemudian
dilakukan penilaian kepada petugas untuk menentukan apakah balita tersebut menderita
pneumonia atau tidak. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh petugas
kesehatan di poli MTBS.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengolahan data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Tahapan dalam tekhnis
analisis data meliputi tiga tahapan, yakni: analisa univariat yang bertujuan untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel dependen dan variabel
independen, analisa bivariat yang bertujuan untuk melihat hubungan kemaknaan antara
variable dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji Chi Square dengan
derajat kepercayaan 95%, dan analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji regresi logistik, hal ini dikarenakan variabel dependen berbentuk variabel katagorik. Uji
statistik regresi logistik yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
variabel independen dengan variabel dependen yang bersifat kategorik dengan menggunakan
uji tingkat kepercayaan 95%.
Hasil Penelitian
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, yaitu hubungan signifikan
atau bermakna antara kejadian pneumonia dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti usia, pemberian ASI eksklusif, status gizi, status imunisasi, tingkat pengetahuan ibu,
sosial ekonomi, kepadatan hunian rumah, dan kebiasaan merokok anggota keluarga.
Diagnosa Medis
Variabel Bukan Jumlah OR P
Pneumonia
Independen Pneumonia (95% CI) value
N % N % N %
Usia Balita
≤ 12 Bulan 24 66.7 12 33.3 36 100 4.737
0.001
13 – 59 Bulan 19 29.7 45 70.3 64 100 1.972 – 11.377
ASI Eksklusif
Tidak 30 52.6 27 47.4 57 100 2.564
0.042
Ya 13 30.2 30 69.8 43 100 1.115 - 5.898
Status Gizi
Gizi Kurang 18 64.3 10 35.7 28 100 3.384
0.014
Gizi Baik 25 34.7 47 65.3 72 100 1.359 – 8.429
Imunisasi DPT dan Campak
Tidak Lengkap 21 61.8 13 38.2 34 100 3.231 0.012
Lengkap 22 33.3 44 66.7 66 100 1.367 – 7.638
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Kurang 21 53.8 18 46.2 39 100 2.068
0.122
Pengetahuan Baik 22 36.1 39 63.9 61 100 0.938 – 4.687
Sosial Ekonomi
Pendapatan Rendah 36 50.7 35 49.3 71 100 3.233 0.027
Pendapatan Tinggi 7 24.1 22 75.9 29 100 1.226 – 8.523
Analisis Multivariat
Untuk mendapatkan faktor yang paling dominan terhadap kejadian pneumonia,
maka dilakukan tahap pemilihan kandidat multivariat. Masing-masing variabel independen
dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji regresi logistik sederhana. Apabila hasil
bivariat menghasilkan p value < 0.25 maka variabel tersebut langsung masuk tahap
multivariat, akan tetapi jika dihasilkan > 0.25 maka variabel tersebut tidak dapat masuk ke
dalam tahap analisis multivariat. Hasil bivariat dari variabel independen dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa semua variabel Independen memiliki
nilai p value < 0.25, sehingga semua variabel masuk ke dalam model multivariat. Pembuatan
model multivariat dilakukan dengan cara semua variabel kandidat diujicobakan secara
bersama-sama dengan menggunakan uji regresi logistik. Penyusunan model awal multivariat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
10
Pembahasan
11
Hubungan Anggota Keluarga yang Merokok dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan signifikan antara
anggota keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p value
= 0.000 (p value < 0.05). Hasil analisis multivariate juga menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara adanya anggota keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel anggota keluarga yang
merokok yaitu 10,118 (95% CI: 3,033 – 33,749), artinya adanya anggota keluarga balita yang
merokok mempunyai resiko sebesar 10,1 kali lebih tinggi menderita pneumonia
dibandingkan dengan tidak adanya anggota keluarga balita yang merokok.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian di wilayah puskesmas Sidorejo
Kota Pagar Alam yang membuktikan bahwa ada hubungan signifikan antara keberadaan
anggota keluarga merokok dalam rumah dengan kejadian pneumonia. Hasil analisis regresi
logistik diperoleh nilai OR = 5,743, ini berarti balita yang tinggal di rumah dengan anggota
keluarga merokok dalam rumah berisiko 5,743 kali lebih besar dibanding dengan Balita yang
tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok (Nurjazuli, 2012).
Polusi asap rokok merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada balita. Bayi dan
anak balita mempunyai risiko yang lebih besar karena paru-paru bayi dan anak balita lebih
kecil dibanding orang dewasa, sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna,
akibatnya lebih mudah terkena radang paruparu.
12
13
Hubungan Status Gizi, Status Imunisasi, Pengetahuan Ibu, Sosial Ekonomi, dan
Kepadatan Hunian Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
Keadaan gizi balita dinilai berdasarkan indeks berat badan terhadap umur (BB/U),
dengan mengukur skor simpang baku (Z-score) sesuai standar WHO. Berdasarkan hasil
analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara status gizi balita dengan kejadian
pneumonia pada balita dengan nilai p value = 0.014 (p value < 0.05). Namun berdasarkan
hasil analisis multivariat, status gizi balita tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian pneumonia pada balita.
Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian di RSUD Pasar Rebo yang
menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara status gizi balita kurang dengan
kejadian pneumonia, responden yang memiliki status gizi kurang berpeluang untuk
terjadinya pneumonia sebesar 6,52 kali (95% CI: 2,28-18,63) dibanding responden yang
berstatus gizi baik (Hartati, 2011).
Selain itu berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hubungan yang signifikan
antara status imunisasi DPT dan Campak dengan kejadian pneumonia pada balita (p value =
0.012, p value < 0.05). Namun hasil analisis multivariat menunjukkan tidak adanya hubungan
yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hananto (2004) yang menyebutkan tidak
ada hubungan yang bermakna antara anak yang status imunisasi DPT dan Campak tidak
lengkap dengan anak yang status imunisasinya lengkap (p value = 0,529) dan peluang untuk
terjadi pneumonia pada anak yang status imunisasi DPT dan Campak tidak lengkap sebesar
1,16 kali (95% CI 0,73 – 1,84) dibanding dengan anak yang imunisasi DPT dan Campak
lengkap.
Hasil penelitian berikutnya diperoleh hasil uji chi square nilai p value = 0.122 (p
value > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita. Hasil analisis multivariat juga
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian
pneumonia pada balita.
14
Kesimpulan
15
Saran
Kepustakaan
Departemen Kesehatan RI. (2000). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) untuk penanggulangan pneumonia pada balita.
Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman pengendalian penyakit infeksi saluran
pernafasan akut. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes
RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Buku Saku : Pneumonia Balita Pedoman Kader. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman tatalaksana pneumonia balita. Jakarta: Depkes
RI.
Dinkes Provinsi DKI Jakarta. (2008). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008.
Jakarta: Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta.
Djaja, Satimawar, dkk. (2001). Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita, Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 29 No.I: 1
Hananto, Miko. (2004). Analisis Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia Pada Balita di 4 Provinsi di Indonesia (Analisis Data Survei Benefit
Evaluation Study/ BES Tahun 2001). [Tesis]. Depok : FKMUI
Hariadi, dkk. (2010). Buku ajar ilmu penyakit paru. Surabaya: Departemen Ilmu penyakit
paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Hartati, Susi. (2011). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia
pada Anak Balita di RSUD Pasar Rebo. [Tesis]. Depok : FIKUI
Herman. (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak
16
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjazuli, dkk. (2008). Faktor Risiko Dominan Kejadian Pnumonia Pada Balita (Dominant
risk factors on the occurrence of pneumonia on children under five years). Semarang:
FKM Universitas Diponegoro.
Purwana, Rachmadi. (1999). Partikulat Rumah Sebagai Faktor Resiko Gangguan
Pernapasan Anak Balita (Penelitian didaerah Pekojan, Jakarta). [Disertasi]. Depok:
FKMUI.
RISKESDAS. (2007). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta: Balitbang, Departemen
Kesehatan RI.
Riyadina, Woro. (1995). Pengaruh Paparan Rokok Terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan
Masyarakat No. 52, 1995, Jakarta.
Rudan, et al. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin
World Health Organization 86.
SDKI. (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Sigalingging, Ganda. (2011). KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PNEUMONIA
PADA ANAK DI RUANG MERPATI II RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN.
Medan: FIK Universitas Darma Agung.
Sugihartono, Nurjazuli. (2012). Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 11 No. 1 / April 2012
Sutrisna, Bambang. (1993). Faktor Resiko Pneumonia Pada Balita dan Model
Penanggulangannya. [Disertasi]. Depok: FKMUI.
WHO. (2013). Media centre : Pneumonia. Sumber:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/
WHO dan UNICEF. (2006).The Forgotten killer of children. New York: WHO
Yuwono, Tulus Aji. (2008). Faktor-faktor Lingkungan Fisik Rumah yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawunganten Kabupaten Cilacap. [Tesis]. Semarang: FKM UNDIP.
17