Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

PKMRS PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG


IV Lt.2 PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Oleh:

Kelompok Manajemen Gerbong 4

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

PKMRS PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG


IV Lt.2 PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Penanggung Jawab

Vika Fernanda
183.0100

Mengetahui,

Surabaya, 11 April 2019

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Dwi Priyantini.,S.Kep.,N.,M.Si. Agustina S,S.Kep.Ns.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan paripurna, untuk mencapai tujuan serta menumbuh kembangkan peran
serta melalui perubahan perilaku yang positif bagi pasien dan tenaga ksehatan di
rumah sakit memerlukan berbagai upaya penyuluhan kesehatna, salah satunya
melalui kegiatna penyluhan kesehatna masyarakat rumah sakit atau PKMRS.
Penyuluhan kesehatna masyarakatn rumah sakit adalah upaya penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan di rumah sakit. Tujuannya agar individu, kelompok
dan masyarakat di lingkungan rumah sakit tahu akan hidup sehat, mau dan
mampu mempraktekkannya, serta berpartisipasi dalam upaya kesehatna yang ada.
PKMRS dimulai sejak pasien masuk Rumah sakit , pengalaman pertamam pasti di
Rumah Sakit berusaha mengguggah kesadaran dan minat pasien serta keluarganya
untuk berperan serta secara positif dalam usaha penymbuhan dan pencegahan
penyakit. Karena itu penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dair program pleyanan rumah sakit. PKMRS di beberapa Rumah
Sakit memang sudah dilaksanakan sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak
sistematik dan tidak terorganisis secara terarah melainkan hanya berdasarkan
minat dan kesempatan yang dimliki oleh beberapa petugas kesehatan.
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson 2010). PPOK
merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang menyebabkan 26.000
kematian/tahun di Inggris. Prevalesinya adalah ≥ 600.000. Angka ini lebih tinggi
di negara maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah, dan
pada manula (Davey, 2012). The Asia Pacific CPOD Roundtable
Group memperkirakan jumlah penderita PPOK sedang berat di negara-negara
Asia Pasific mencapai 56,6 juta penderita dengan angka pravalensi 6,3 persen
(Kompas,2017). merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor
resiko seperti faktor pejamu yang di duga berhubungan dengan kejadian PPOK
semakin banyaknya jumlah perokok kususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat
kerja Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 2008
PPOK menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia
sedangkan pada tahun 2010 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker (WHO, 2010). Hasil survey penyakit tidak menular
oleh direktorat jenderal PPM dan Pl di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (jawa
barat, jawa tengah, jawa timur, lampung dan sumatra selatan) pada tahun 2011 ,
menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan
(35%), diikuti asma brokial (33%), kanker paru (30%) dan lainya (2%) (depkes RI
2011).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan
Profesi Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya akan melaksanakan PKMRS
berdasarkan konsep model praktek keperawatan profesional metode primary
nursing di ruang IV Paru Lt.2 RSAL Dr. Ramelan Surabaya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit
diharapkan keluarga pasien dapat memahami tentang penyakit PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik) .

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Keluarga dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, penyebab,
jenis penyakit serta cara penanganan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik)
2. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang menderita PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik dengan karakteristik
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Gold, 2011).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia
Anderson : 2010)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan
asma bronchiale (S Meltzer, 2011)
P P O K adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Bruner & Suddarth, 2012).
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan
ireversibel, terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya
(Snider, 2013).

2.2. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik
adalah sebagai berikut:
1) Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai
dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut
(Bruner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus
influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari
paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan
untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar
mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi
mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua
kali ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental
ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula
mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh
saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami
kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-
paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar,
hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi
perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan
PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka
terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit
memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya
karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju
penyakit cor pulmonal dan CHF.
2) Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran
dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
(Bruner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh
bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan
ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3) Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang
meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang
disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas
(Bruner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada
terasa berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea

2.3. Tanda dan Gejala PPOK


Menurut Mansjoer (2010) tanda dan gejala pada penderita PPOK adalah:
 Batuk.
 Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulent atau
mukopurulen.
 Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan untuk
bernapas.
 Dada terasa berat
 Pernafasan lambat
 Nadi cepat

2.4. Cara Penanganan PPOK


a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan
b. Obat-obatan
c. Terapi Oksigen
d. Pemasangan alat bantu napas
e. Nutrisi (Diit TKTP)
f. Perawatan di Rumah Sakit

2.5. Cara Pencegahan kekambuhan dan pencegahan terjadinya PPOK


a. Hindari merokok
b. Hindari konsumsi alkohol
c. Menghindari lingkungan yang polusi
d. Gunakan penutup hidung (masker) saat bekerja ditempat berpolusi /
tercemar
e. Minum obat secara teratur
f. Pola hidup bersih dan sehat

2.6. Cara Perawatan


a. Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan secret (dahak)
encer.
b. Mengurangi sekresi lender.
Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan sekret encer.
c. Pengeluaran sekresi bronkial dengan cara: postural drainage, clapping,
vibrasi dan latihan batuk efektif.
 Postural drainage
Pengeluaran sekret dengan prinsip gravitasi bumi
Caranya: Posisikan klien sesuai bagian paru yang mengandung banyak
sekret (untuk membersihkan paru kanan maka klien miring kiri dan
begitu jg sebaliknya), lanjutkan dengan prosedur clapping dan
vibrasi, lakukan 10-15 menit.
 Clapping dan vibrasi
Caranya: Atur posisi klien, duduk atau miring. Menepuk punggung
dengan kedua tangan masing-masing sisi 30 kali tepukan, sampai
ada rangsangan batuk. Vibrasi dilakukan dengan cara melakukan
getaran-getaran lembut disamping depan cekungan iga saat klien
menarik napas dalam.
 Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan latihan batuk yang mengeluarkan secret
(Kusyati, 2012).
Caranya: Anjurkan klien menarik napas dalam, tahan selama 3 detik
dan batukkan. Sekret ditampung dalam sputum pot.

Postural drainase, clapping, vibrasi dan batuk efektif dilakukan secara


berurutan sebagai suatu paket manajemen pengeluaran sekret.

NERS
NERS Ruang IV Paru
A9
A9
Lantai 2
BAB 3
PRE PLANNING

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari / tanggal : Jum’at, 12 April 2019
Pukul : 10.00 WIB
Pelaksana : Perawat Pelaksana
Topik : PKMRS PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Tempat : Ruang Tunggu Pasien
Sasaran : Keluarga Pasien

3.2 Pengorganisasian
Penyaji : Zhakiyah Saraswati
Moderator : Fita Fauziyyah
Observer : Dina Windiarti
Fasilitator I : Riza Agustin
Fasilitator II : Sumirna Serkincinsia T.
Pembimbing Akademik : Dwi Priyantini., S.Kep.,Ns.,MSc.
Pembimbing Klinik : Agustina S., S.Kep.Ns.

3.3 Metode dan Media


Metode :
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

Media :
1. Materi disampaikan secara lisan
2. Poster
3. leaflet
3.4 Susuan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
1. Memberi salam. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan. Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan.
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan teratur. Tanya Jawab
Materi :
1. Pengertian PPOK
2. Klasifikasi PPOK
3. Tanda dan gejala PPOK
4. Cara penanganan PPOK
5. Cara Pencegahan kekambuhan
dan pencegahan terjadinya
PPOK
6. Cara perawatan PPOK
3 10 menit Evaluasi : Feedback
1. Menyimpulkan inti penyuluhan.
2. Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan.
3. Memberi kesempatan kepada
klien untuk bertanya.
4. Memberi kesempatan kepada
klien untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan.
4 5 menit Penutup : Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan.
2. Menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu yang
telah di berikan kepada peserta
3. Mengucapkan salam

1.7 Setting
Keterangan :
: Keluarga Pasien

: Perawat Pelaksana

3.8 Kriteria Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan (Poster dan leaflet)
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP

2) Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
c. disampaikan
d. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan

3) Evaluasi Hasil Akhir


Diharapkan peserta penyuluhan dapat:
a. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang pengertian PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
b. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang penyebab PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
c. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang tanda dan gejala dari
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
d. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang jenis PPOK (Penyakit
Paru Obstruktif Kronik)
e. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang penanganan pasien
dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
f. Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang pencegahan PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Dasar. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Somantri, Irman. 2011. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan PPOK
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth. Volume 2 Ed 8. Jakarta EGC
LEMBAR ABSENSI

PKMRS PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG IV Lt.2 PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

No. Nama TTD

Anda mungkin juga menyukai