Anda di halaman 1dari 4

TEKNOLOGI INFORMASI

PENUGASAN 1: RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pembimbing: Ns. Nurullya Rachma, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.Kom

Disusun oleh

YULI ALIFIANA RAHMAH

22020116120030

A.16-2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN JIWA

Menurut American Psychiatric Association tahun 2000, gangguan jiwa


adalah suatu sindrom, pola psikologis, atau perilaku yang terjadi pada seseorang
yang dikaitkan dengan distress seperti nyeri, atau disabilitas (kerusakan pada satu
atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian
yang menyakitkan, dan sangat kehilangan kebebasan. Klien dengan gangguan
jiwa biasanya memiliki masalah defisit perawatan diri, dan biasanya memiliki
stressor yang berat dan sulit ditangani, sehingga tidak mampu mengurus atau
merawat dirinya sendiri, seperti kebutuhan mandi, berpakaian, makan, minum,
buang air besar dan buang air kecil. (Seniaty dkk, 2015: 2)

Klien yang memiliki gangguan jiwa akan kehilangan harapan, sehingga


sebagian mereka tidak memerdulikan kesehatan dan perawatan diri mereka. Untuk
itulah perlu adanya pemulihan harapan klien pada penyakit jiwa. Hal ini begitu
dibutuhkan agar pemulihan pribadi dan pemeliharaan diri klien dapat dilakukan
secara mandiri dan dapat memulihkan motivasi atau harapan mereka. Dengan
adanya harapan, klien dengan gangguan jiwa bisa lebih menghargai dirinya,
sehingga perawatan diri tidak terabaikan. (Beate Schrank, 2012: 554-564)

Banyak dari penderita penyakit jiwa serius memiliki masalah terkait


kesehatan fisiknya, misalnya memiliki penyakit diabetes, penyakit pernapasan,
dan penyakit menular lainnya. Sehingga, klien dengan gangguan jiwa serius
memiliki tingkat kesakitan dan kematian yang lebih tinggi dari pada populasi pada
umumnya. Sehingga, perlu adanya perawatan diri, baik oleh perawat dan juga
dibantu oleh klien secara mandiri. Dengan adanya perawatan diri secara baik,
maka kesehatan fisik dan kesehatan jiwa klien akan lebih baik. Selain itu, perlu
adanya pelatihan profesional kesehatan, agar kesehatan fisik dan mental penderita
gangguan jiwa kronis dapat dipantau secara sistematis, sehingga kesehatan fisik
yang buruk pada penderita gangguan jiwa kronis dapat terhindari. (Debbie
Robson dkk,2007: 457-466)
Orang yang menderita penyakit jiwa serius sangat rentan dalam
pemenuhan menejemen diri akibat gejala kejiwaannya. Untuk itulah pengelolaan
diri bagi klien dengan penyakit kronis dibutuhkan sebagai strategi untuk
memperbaiki masalah kesehatan. Dalam suatu penelitian digunakan strategi dalam
pengelolaan diri terhadap klien dengan gangguan jiwa, yaitu dengan program
CDSM (Chronic Desease Self Management). Secara sistematis kegiatan ini
dilakukan untuk memantau kesehatan seseorang, meningkatkan kepatuhan
terhadap obat, memperbaiki efikasi sendiri dalam manajemen penyakit. Seperti
CDSM, untuk mendukung pemulihan kesehatan mental. Dibuat gerakan
pengelolaan diri secara mandiri atau disebut IMR (Illness managment or
recovery). IMR lebih fokus pada gejala psikiatri agar mampu melakukan
pengelolaan diri secara mandri, sedangkan CDSM fokus pada pengelolaan klien
dengan kondisi kronis. Pendidikan CDSM dapat menjadi strategi yang
menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan penyakit mental
yang serius dan kondisi pasien kronis. (Elizabeth Siantz,dkk , 2014: 233-244)

Defisit perawatan diri juga terjadi karena klien memiliki pengetahuan yang
rendah terkait ADL (Activity of Daily Living). Penelitian yang dilakukan Senity
Madalise dkk, membuktikan bahwa klien dengan gangguan jiwa perlu diberikan
pendidikan kesehatan tentang bagaimana melakukan perawatan diri yang baik dan
benar. (Senity Madalise, 2015:1-8).

Pemberian intervensi perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa


dapat meningkatkan personal hygine klien secara mandiri. Dibuktikan melalui
penelitian Novita Pinedendi dkk, bahwa sebelumnya tingkat kemandirian
personal hygine klien di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang berada
pada tingkat ketergantungan sedang (66,7%), ketergantungan berat (25,9%), dan
ketergantungan ringan (7,4%), kemudian setelah diberikan intervensi dan
diobservasi kembali, diperoleh peningkatan ketergantungan sedang (48,1%),
ketergantungan berat (18,5%), dan ketergantungan ringan (33,4%). Untuk itulah
perlu adanya asuhan keperawatan defisit perawatan diri, sehingga pasien dapat
memelihara personal hygine secara mandiri. (Novita Pinedendi, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Beate Schrank, V. B. (2012). Determinants, self-management strategies and


interventions for hope in people with mental disorders: Systematic search and
narative review. 554-564.

Debbie Robson, R. G. (2007). Serious Mental Illness and Physical Health


Problem : A Disscussion Paper. 457-466.

Elizabeth Siantz, M. P. (2014). Chronic disease self-management interventions


for adult with serious mental illness: a systematic riview of the literature. General
Hospital Psychiatry , 233-244.

Novita Pinedendi, J. V. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan


Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Personal Hygine pada Pasien di
RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado . 1-6.

Seniaty Madalise, H. B. (2015). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan


Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri) terhadap Pelaksanaan
ADL (Activity of Dayli Living) Kebersihan Gigi dan Mulut di RSJ Prof. Dr. V. L
Ratumbuysang Ruang Katrili. Volume 3.

Anda mungkin juga menyukai