Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di
dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan
menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan
pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah
satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta kematian di
seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari
seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian per
tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005
terjadi dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian
akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal
karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030
(Parkway Cancer Centre, 2011).
Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%
kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6%
diantaranya kurang dari 40 tahun. Pada tahun 2008, 48.034 orang di Inggris
didiagnosis dengan kanker payudara dan 11.728 orang meninggal karena
kanker payudara pada 2009 (Cancer Research UK, 2011). Kasus tertinggi di
dunia pada tahun 2008 terdapat di Perancis dengan tingkat kejadian sebesar
99,7% atau sebanyak 51.012 kasus (ChartBin, 2011). Pada tahun 2008 di
Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2% atau sebanyak 39.831
kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk (ChartBin, 2011).
Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan pada bulan
April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052
atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000
penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health
Profile, 2011).

1
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di
Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada
stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang
baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin,
yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI). Keterlambatan deteksi dini
ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang
deteksi dini kanker payudara (Indonesian Cancer Fondation, 2011)
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena
rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi
yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu
rentang usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu potensinya
dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

a. Payudara
Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh
bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia.
Payudara memiliki tiga fungsi, yaitu menyusui, peranan seksual, dan fungsi
lain.11 Selain pada wanita, pria juga memiliki payudara, sampai pada usia
pubertas (11-13 tahun) payudara pada pria dan wanita adalah sama, karena pada
masa pubertas hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi perkembangan
payudara.pada wanita, perkembangan payudara sangat aktif dan pada pria
kelenjar dan duktus mamae kurang berkembang. Organ payudara pada wanita
berperan dalam sistem reproduksi, dimana fungsi utamanya adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi.12 Payudara pada wanita memiliki kelenjar susu yang
dapat memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi, meskipun kelenjar
yang menghasilkan air susu juga terdapat pada pria, tetapi normalnya kelenjar
susu tersebut tetap tidak berkembang sempurna.

b. Kanker
Kanker adalah suatu kondisi ketika sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga pertumbuhan dari sel tersebut menjadi tidak
normal. Penyakit ini dapat tumbuh pada semua bagian dalam tubuh manusia.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastasis) pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya
dapat mengakibatkan kematian.
Kanker terjadi bila sel – sel abnormal dalam tubuh membelah diri tanpa
terkendali. Sel – sel tersebut dapat menyerang jaringan di dekatnya, atau

3
berpindah ke lokasi yang jauh dengan memasuki sistem peredaran darah atau
sistem limfatik. Pertumbuhan sel dapat disebut sebagai kanker, jika memenuhi 4
kriteria, diantaranya:
1) Clonality, pada umumnya kanker berasal dari sebuah sel punca (stem cell) yang
kemudian membelah dan membentuk sel – sel serupa, lalu membentuk
sekelompok sel ganas.
2) Otonomi, sistem biokimia sel tidak dapat dikendalikan secara normal.
3) Anaplasia, diferensiasi sel secara normal tidak ada lagi.
4) Metastatis, sel – sel menyebar ke jaringan tubuh lain.16

c. Kanker payudara
Kanker payudara atau Carcinoma mamae merupakan kanker ganas pada
payudara atau salah satu payudara. Kanker ini adalah suatu penyakit neoplasma ganas
yang berasal dari parenchyma (bagian organ yang produktif). Sedangkan dr. Rozi
Abdullah menyebutkan, kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Kanker payudara disebabkan
oleh adanya kerusakan pada materi genetik sel yang kemudian bersentuhan dengan
bahan kimia yang mempercepat pembiakan sel yang diperlukan untuk berkembang
menjadi sel kanker yang lebih ganas.
Keganasan dari kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian
terbesar pada wanita, walaupun kanker payudara dapat menyerang kelompok pria.
Namun, pada pria mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan pada wanita
menjadi sangat penting. Karena bagi wanita, payudara merupakan salah satu organ
penting yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kecantikan.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Pathological Based Registration di Indonesia menyatakan, kanker payudara
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Pernyataan
tersebut berdasarkan Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data

4
Histopatologik; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

2.2. Jenis Kanker Payudara


a. Berdasarkan sifat serangannya, kanker payudara terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Kanker Payudara Invasif
Sel kanker merusak saluran serta dinding kelenjar sel susu, juga
menyerang saluran lemak dan jaringan konektif yang ada di sekitarnya.
2) Kanker payudara non infasif
Sel kanker tidak menyerang lemak dan jaringan konektif disekitarnya,
kanker ini cenderung terkunci pada saluran susu. Kanker payudara non
invasif yang paling umum adalah ductal carsinoma in situ (DCIS).

b. Berdasarkan tingkat prevalensinya dibagi menjadi dua, yaitu :


1) Jenis kanker payudara yang paling umum terjadi, diantaranya :
a) Lobular carsinoma in situ (LCIS)
Kanker ini memperlihatkan pertumbuhan jumlah sel yang jelas,
berada dalam kelenjar susu. Penderita kanker jenis ini, dimonitor dengan
ketat setiap empat bulan sekali oleh dokter dengan uji klinis payudara.
Pencegahan lain yang dapat dilakukan dengan memberikan terapi obat dan
sebagai usaha preventif dilakukan pengangkatan payudara.
b) Ductal Carcinoma in situ (DCIS)
Ductal carcinoma In Situ adalah tipe kanker payudara non-invasif
yang paling umum terjadi, dan seringkali terdeteksi pada mammogram
sebagai timbunan kalsium dalam jumlah kecil (microcalcifications). Dengan
deteksi dini, rerata tingkat bertahan hidup penderita hampir mencapai 100%,
dengan catatan, kanker tidak menyebar dari saluran susu ke jaringan lemak
payudara dan bagian tubuh yang lain.

5
c) Infiltrating lobular carcinoma (ILC)
Infiltrating lobular carcinoma atau disebut juga invasive lobular
carcinoma. Kanker ini mulai terjadi dalam kelenjar susu atau lobules payudara,
tetapi sering menyebar ke bagian tubuh lain. Terjadi sekitar 10-15% dari
seluruh kejadian kanker payudara.

d) Infiltrating ductal carcinoma (IDC)


Juga dikenal sebagai invasive ductal carcinoma. Kanker ini terjadi
dalam saluran susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang
jaringan lemak payudara hingga kemungkinan terjadi pada bagian tubuh lain.
IDC merupakan tipe kanker payudara yang paling umum terjadi, karena
terdapat 80% kasus dari seluruh kasus kanker payudara.

2.3 Jenis kanker yang jarang terjadi, diantaranya :

a) Mucinous carcinoma
Disebut juga colloid carcinoma merupakan jenis yang jarang terjadi,
terbentuk dari sel kanker yang memproduksi mucus/lendir.

b) Medullary carcinoma
Merupakan jenis kanker invasif yang membentuk satu batas yang tidak
lazim antara jaringan tumor dan normal. Jenis kanker ini hanya sekitar 5%
dari seluruh kejadian kanker payudara.

c) Tubular carcinoma
Kanker payudara jenis ini ditemukan hanya sekitar 2% dari
keseluruhan kejadian. Tubullar carcinoma merupakan satu tipe khusus dari
kanker payudara invasif, dan biasanya memiliki angka kesembuhan yang
cukup baik dibanding jenis kanker payudara lain.

6
d) Inflamatory Breast cancer
Hanya ditemukan sekitar 1% dari keseluruhan kejadian kanker
payudara, akan tetapi perkembangan dari kanker ini sangat cepat. Kanker
jenis ini memiliki kondisi dimana payudara terlihat meradang (merah dan
hangat) dengan adanya cekungan dan atau pinggiran yang tebal yang
disebabkan adanya penyumbatan pembuluh limfe kulit pembungkus payudara
oleh sel kanker.

e) Phylloides tumor
Jenis ini berkembang dalam jaringan konektif payudara serta dapat
ditangani dengan operasi pengangkatan tumor. Jenis ini dapat bersifat ganas
maupun jinak dan sangat jarang terjadi.

f) Paget’s disesase of the nipple


Jenis kanker payudara ini berawal dari saluran susu kemudian
menyebar ke kulit aerola dan puting. Pada kanker payudara ini, kulit payudara
akan pecah – pecah, memerah, mengkoreng, dan mengeluarkan cairan.

2.4 Faktor Risiko Kanker Payudara

Kanker payudara dapat disebabkan dari bermacam – macam faktor, diantaranya :


a. Umur
Wanita dengan usia yang semakin tua akan lebih berisiko daripada
wanita yang memiliki usia muda.19 Penelitian yang dilakukan oleh Haslinda
(2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur
dengan kanker payudara, dimana wanita dengan umur ≥ 50 tahun memiliki
risiko 8,5 kali lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan
wanita yang umurnya < 50 tahun.

7
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker payudara akan
memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker payudara. Sebagai
contohnya, risiko terkena kanker payudara seorang perempuan yang memiliki
ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara akan meningkat
1,5 – 3 kali.

c. Umur menarce
Wanita dengan umur menarche lebih awal akan memiliki risiko lebih
tinggi.Penelitian yang dilakukan Lindra pada tahun 2010 menunjukkan
peningkatan risiko 6,6 kali lebih besar pada wanita dengan umur menstruasi
<12 tahun.

d. Terapi sulih estrogen


Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun sedikit
meningkatkan risiko kanker payudara dan risikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama.

e. Status perkawinan
Wanita yang belum menikah akan memiliki risiko terjadinya kanker
payudara lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menikah. Hal
ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli bahwa pada wanita yang
menikah akan mengalami aktivitas reproduksi pada saat kehamilan atau
laktasi hormon (hormon yang berperan besar adalah estrogen dan
progesteron).

f. Riwayat kanker sebelumnya


Wanita yang sebelumnya pernah memiliki riwayat kanker (utamanya
kanker payudara dan kanker ovarium) meningkatkan risiko kejadian kanker
payudara. Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya kemungkinan

8
besar akan mendapatkan kanker payudara pada sisi yang lain, hal ini terjadi
karena payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Wanita yang memiliki riwayat
pernah menderita kanker ovarium kemungkinan akan terkena kanker
payudara.
Rini (2005) melalui penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa
wanita yang memiliki riwayat kanker payudara sebelumnya memiliki risiko
4,02 kali lebih besar terkena kanker payudara lagi, sedangkan wanita dengan
riwayat kanker ovarium sebelumnya memiliki risiko 5,33 kali lebih besar

g. Paritas
Nullipara atau seseorang yang tidak memiliki anak dapat
meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara karena lebih lama
terpapar dengan hormon estrogen dibandingkan wanita yang memiliki anak.
Penelitian Desiyani menunjukkan risiko kanker payudara pada wanita
nullipara (tidak memiliki anak) lebih besar karena lebih lama terpapar dengan
hormon estrogen dibandingkan wanita yang memiliki anak.

i. Obesitas

Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan.


Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obesitas.18 Seperti pada penelitian Lindra yang menyebutkan, wanita dengan
obesitas memiliki risiko 4,49 kali lebih besar terkena kanker payudara
daripada yang tidak obesitas.

j. Hormonal
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan
sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika

9
tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya
meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah
mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

k. Menyusui
Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil
dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui sebab dengan menyusui
paparan terhadap estrogen dapat dikurangi yang merupakan salah satu
penyebab kanker payudara.

4. Gejala Kanker Payudara


Gejala klinik yang dapat digunakan sebagai warning signs kanker
payudara, diantaranya :
a. Keluhan adanya benjolan pada sekitar payudara.
b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
c. Adanya discharge/sekret yang keluar dari puting susu.
d. Perubahan warna atau rasa kulit payudara (seperti kulit jeruk).

Gejala – gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu :

a. Benjolan atau massa di ketiak


b. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau
berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
c. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu
maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
d. Payudara tampak kemerahan
e. Kulit di sekitar puting susu bersisik
f. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
g. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
h. Pemakaian kontrasepsi/KB hormonal

10
5. Stadium Kanker Payudara
Penyebaran penyakit kanker payudara terbagi beberapa stadium, antara lain :
a. Stadium I (stadium awal)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25cm dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. pada stadium ini
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa
ada atau tidaknya metastase pada bagian tubuh lain harus dilakukan di
laboratorium.

b. Stadium II (stadium lanjut)


Kanker sudah lebih besar dari sebelumnya dan terjadi metastase pada
bagian ketiak. Pada stadium ini kemungkinan untuk sembuh hanya 30-40%
tergantung pada luasnya penyebaran kanker. Pada stadium I & II dapat
dilakukan operasi untuk mengangkat sel kanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran, yang kemudian dilkukan penyinaran untuk memastikan ada atau
tidaknya sel kanker yang tertinggal.

c. Stadium III (stadium lanjut)


Sel kanker cukup besar dan telah menyebar ke seluruh tubuh. pada
stadium ini, kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Pengobatan pada
stadium ini sudah tidak ada artinya lagi, tetapi biasanya pengobatan yang
dilakukan adalah penyinaran dan kemoterapi, yaitu pemberian obat melalui
cairan infus yang dapat membunuh sel kanker. Cara lain yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengangkat payudara yang sudah parah melalui operasi. Namun
demikian, usaha tersebut hanya untuk mengkambat proses perkembangan sel
kanker dalam tubuh, serta meringankan kesakitan penderita semaksimal
mungkin.

11
6. Stategi Skrinning
Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri bila dilakukan secara
rutin, seorang wanita dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi
wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk
melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari pertama menstruasi. Bagi
wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara
rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan atau akhir bulan).

b. Mammografi.
Pada pemeriksaan mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk
menemukan daerah yang terdapat sel abnormal pada payudara. Para ahli
menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun
keatas mammogram dilakukan setahun sekali.

c. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan)
dengan benjolan padat.

d. Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.

7. Pencegahan kanker payudara


Pencegahan kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insidensi dan
secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah

12
promosi kesehatan dan deteksi dini. Adapun strategi pencegahan yang dapat
dilakukan, yaitu :

a. Pencegahan primer
Pencegahan primer yang dapat dilakukan dengan promosi kesehatan
pada orang sehat sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari faktor risiko.
Selain itu dapat melakukan deteksi dini SADARI, serta melaksanakan pola
hidup sehat untuk mencegah kanker payudara.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara, dengan melakukan deteksi dini berupa skrinning
melalui mammografi yang diklaim memiliki akurasi 90%. Namun, keterpaparan
terus – menerus pada mammografi pada wanita sehat tidak baik, karena
merupakan salah satu risiko terjadinya kanker payudara, sehingga mammografi
harus dilakukan dengan pertimbangan.

c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat, penderita sesuai
dengan stadium kanker dengan tujuan mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan
penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi penyakit
serta meneruskan pengobatan

13
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN

3.1. Kasus Kanker Payudara


Ny. H bekerja sebagai petani berumur 46 tahun dengan berat badan 44,5 kg
dan tinggi badan 151 cm. Mengeluh nyeri pada payudara sebelah kiri, wajah terlihat
pucat, bengkak pada payudara sebeah kiri, hasil laboratorium awal masuk rumah sakit
pada tanggal 4 April Hb= 4,4 mmHg, Leukosit= 24,5 , Eritrosit= 2,27 , Hematocrit=
16,7. Lalu tanggal 8 April didapatkan hasil laboratorium Hb= 8,6 mmHg, Leukosit=
18,1 , Eritrosit= 3,31 , dan Hematocrit= 27,4 . Kebiasaan pasien makan 3x sehari,
makan cemilan 1x sehari, tidak mengalami alergi atau pantangan, pasien suka makan
buah jeruk, kurang suka makan pisang, sering makanan yang di panggang dan tidak
suka makan sayur. Asupan makanan sebelum masuk rumah sakit baik. Tentukan
kebutuhan zat gizi dan Ncp pasien !

A. Assesment
Identitas Pasien :
Nama : Ny. H
Umur : 46 Tahun
Berat Badan : 44,5 Kg
Tinggi Badan : 151 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan petani
Aktivitas : Sangat ringan

Antropometri :
Berat Badan = 44,5 Kg
Tinggi Badan = 151 cm
Lila = 20
IMT = BB/TB2

14
= 44,5/(1,51)2
= 19,52 Normal
BBI = ( TB – 100 ) - (10%) - ( TB – 100 )
= 151 – 100 - (10%) - 151 – 100
= 51 – 5,1
= 45,91 Kg

Biokimia :
- Tanggal 4 April 2019
Hb = 4,4 mmHg
Leukosit = 24,5
Eritrosit = 2,27
Hematocrit = 16,
- Tanggal 4 April 2019
Hb = 8,6 mmHg
Leukosit = 18,1
Eritrosit = 3,31
Hematocrit = 27,4

Klinis / Fisik :
Ny. A mengeluh pada payudaya sebelah kiri, wajah terlihat pucat, dan
bengkak pada payudara sebeah kiri

Dietary History / Riwayat Makan :


Pasien makan buah jeruk, kurang suka makan pisang, sering makanan yang di
panggang dan tidak suka makan sayur.

15
B. Nutrition Diagnosa
Domain Klinis :
NC.2.2.2. Perubahan nilai lab berkaitan dengan kanker payudara dan
anemia ditandai dengan kadar Hb = 8,6 mmHg ( menurun ) dan Leukosit =
18, 1 ( meningkat )

Domain Behavior :
NB.1.1.1. Kebiasaan makan yang kurang baik berkaitan baik dengan
kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi ditandai dengan tidak
suka mengkonsumsi sayur dan buah.

NB.1.1.1. Kebiasaan makan yang kurang baik berkaitan dengan


kanker payudara ditandai dengan suka mengkonsumsi makanan yang
dipanggang.

C. Intervensi Gizi
1. Kebutuhan Gizi
Energi = 1934,08 kkal
Protein = 114,75 gram
Lemak = 19,18 gram
Karbohidrat = 296,25 gram

2. Tujuan Diet
a) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan
penyakit serta daya terima pasien
b) Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara
berlebihan
c) Mengurangi rasa mual, mundah dan diare
d) Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap
makanan oleh pasien dan keluarganya

16
3. Jenis Diet : TKTP

4. Kebutuhan Zat Gizi

Kebutuhan Zat Gizi Sehari ( Harris Benedict )


AMB = 655 + (9.6 x 45.9) + (1.8 x 151) – (4.7 x 46)
= 655 + 440.64 + 271.8 – 216.2
= 1151.24 kkal

Energi = 1151.24 x FA x FS
= 1151.24 x 1.2 x 1.4
= 1934.08 kkal

Protein = 2.5 gr x 45.9 kg


= 114.75 gram (23.7%)

Lemak = 15% x 1934.08


9
= 19.18 gram

KH = 61.27% x 1934.08
4
= 296.25 gram

5. Syarat Diet

a. Energi tinggi menjadi 1934,08

b. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/Kg BB

17
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total

d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total

e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan


E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen

f. Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal

g. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril

h. Porsi makan kecil dan sering diberikan

6. Rute = Melalui Mulut


7. Frekuensi = 3x makanan utama dan 2x selingan
8. Bentuk Makanan= Makanan Biasa

18
3.2 Pembahasan

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai