Hasil Penelitian
1. Hasil Wawancara
a. Pengaruh Pemilik Kost dalam Mencegah Pergulan Bebas
Dalam paparan data penulis akan memaparkan hasil wawancara yang telah dilakukan
mencakup tentang bagaimana pandangan beberapa pemilik kos di Kota Malang terhadap
pengaruh pemilik kost dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Para
pemilik kos di Sukun, Kota Malang setuju dalam hal pemilik kost memiliki pengaruh
dalam mencegah pergaulan bebas. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai sebanyak
tiga pemilik kos yaitu Pak Yitno selaku pemilik kos jalan Pisang Candi, Sukun, Pak
Bambang selaku pemilik kos jalan Bandulan, Sukun, dan Bu Leli selaku pemilik kos
Mergan, Sukun.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diperoleh beberapa pendapat
mengenai pengaruh pemilik kost dalam mencegah pergulan bebas di kalangan mahasiswa.
Pada dasarnya kasus ini sudah menjadi keresahan di kalangan warga setempat. Oleh karena
itu penulis melakukan wawancara terhadap.para pemilik kos di Sukun, Kota Malang.
Sebagai pemilik kost selaku penanggung jawab apapun yang terjadi pada kostnya maka
para pemilik kost harus memiliki peran penting dalam melakukan pencegahan pergaulan
bebas di kalangan mahasiswa. Seperti yang disampaikan oleh Yitno1:
“saya rasa sangat berpengaruh dek, karena bagaimana pun pemilik kost lah yang
membuat aturan kost, dan agar aturan ditaati oleh mereka kita harus jalin hubungan
yang baik”.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Bambang2:
“sebenarnya pemilik kost juga harus perhatian mas, tapi juga kembali pada
mahasiswa sendiri, kadang kita sudah memberi nasehat tapi kita kan gak seterusnya
bisa mengawasi”.
Jadi pada kesimpulannya para pemilik kost di daerah Sukun, Kota Malang berpendapat
bahwa pemilik kost memiliki daya pengaruh dan peran penting dalam melakukan
1
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
2
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
3
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
pencegahan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Meskipun yang menjadi titik
perhatian bagi pemilik kost dalam melakukan pencegahan beraneka ragam, seperti halnya
yang dilakukan oleh Pak Yitno yang fokus terhadap keharusan mahasiswa menaai aturan
kost yang sudah dibuat, Pak Bambang yang memberikan nasehat, dan Bu Leli yang
mencoba mendekati mahasiswa secara intens untuk mempermudah memberikan arahan
pada mahasiswa agar terjauh dari pergaulan bebas.
Mengenai respon mahasiswa terhadap kebijakan yang dibuat pemilik kost untuk terjauh
dari perilaku pergaulan bebas, pemilik kost berpendapat sebagai berikut:
Menurut Yitno4:
“Disini baik-baik saja dek, cuman mungkin pernah ada satu yang berontak pengen
ngajak teman lawan jenisnya masuk ke dalam kost dengan alasan kerja kelompok,
tapi setelah saya bicara baik-baik, ya syukur dia bisa mengerti”.
4
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
5
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
6
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
terjadi perilaku pergaulan bebas di kalangan mahasiswa pada lingkungan kost. Mengenai
hal ini para pemilik kost memiliki masing-masing pendapat. Menurut Yitno7 sebagai
berikut:
“Ya pas ada momen gitu saya kasih nasehat ke anak-anak dek, seperti pas makan
bareng gitu, mereka saya suruh ingat-ingat jasa orang tua dirumah, biar mereka
tidakterjerumus pada hal pergaulan bebas yang marak saat ini, selebihnya diluar
kost saya percaya pada mereka”
Sebagaimana yang kita ketahui dari hasil wawancara pada Pak Yitno, beliau selaku
pemilik kost mencoba menarik perhatian mahasiswa dengan cara membaur sebisa
mungkin, serta tak luput diberikannya nasehat-nasehat agar mahasiswa terjauh dari
perilaku pergaulan bebas. Hal ini berbeda dengan pendapat Bambang8 yang lebih
menekankan pada ketaatan terhadap aturan, beliau berpendapat sebagai berikut:
“Saya titik beratkan agar semua taat aturan mas, kalau gak boleh bawa lawan jenis
ya apapun alasannya gak boleh, kalau melanggar ada konsekuensi tersendiri sesuai
kesepakatan diawal dulu”
Pendapat Leli9 terkait hal ini sejalan dengan Yitno, beliau berpendapat sebagai
berikut:
“Pertama ya saya sebagai pemilik kost terlebih dahulu harus mengenal akrab sama
mahasiswa yang kost disini, setelah itu mungkin baru bisa saya berikan nasihat-
nasihat mas tentang bahayanya pergaulan bebas”
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir semua pemilik kost
mencoba untuk mempererat hubungan terlebih dahulu sebelum hendak melakukan
pencegahan pergaulan bebas kepada mahasiswa. Tentu hal ini patut menjadi titik berat
yang perlu diperhatikan oleh pemilik kost, sebab hubungan antara pemilik kost dan
mahasiswa menjadi faktor penentu suksesnya pencegahan pergaulan bebas di kalangan
mahasiswa yang dilakukan oleh pemilik kost. Agar pemilik kost mendapatkan hubungan
yang baik kepada mahasiswa, masing-masing memiliki cara yang berbeda. Menurut
Yitno10:
“Kalau saya setiap ada rezeki sebulan sekali, saya ajak mahasiswa yang ngekost
untuk makan bareng dilantai satu bareng keluarga, sebab mereka yang kost disini
juga saya anggap sebagai anak sendiri”
7
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
8
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
9
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
10
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
Cara yang dilaukan oleh Yitno adalah mencoba untuk menjadi keluarga bagi
mahasiswa, pada umumnya masukan dari sosok keluarga menjadi pertimbangan sangat
penting bagi setiap orang, hal ini yang diharapkan oleh Yitno agar dengan hubungan yang
seperti itu, Nasehat darinya dapat diterima dengan baik di kalangan mahasiswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Leli11, beliau berpendapat:
“kalau itu saya sempatkan untuk tanya-tanya pada mereka mas termasuk
menampung curhatan mereka, kadang juga tak suruh makan, Alhamdulillah lama-
lama kita akrab”
Hal ini juga sama dengan yang dialami oleh Leli, beliau juga berpendapat sebagai
berikut14:
“selama ini di kost saya belum ada mas, mungkin jika ada ya mungkin akan ada
teguran hingga pengeluaran dari kost”
Berbeda pada Bambang yang mana kostnya pernah mengalami kejadian tersebut,
beliau berpendapat bahwa15:
“Dulu pernah ada mas, dari perbuatannya itu harus menerima konsekuensi bagi
yang melanggar disini kalau sudah pelanggaran berat maka harus keluar dari kost,
11
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
12
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
13
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
14
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
15
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
dan hubungan laki-laki perempuan yang bukan suami istri sudah tidak bisa
ditolerir”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa jarang sekali terjadinya
pergaulan bebas di lingkungan kost, hal antara lain disebabkan karena kewaspadaan dan
upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemilik kost sehingga tercipta lingkungan yang
terkendali. Sedangkan bagian kost yang pernah terjadi praktek pergaulan bebas, pemilik
kost juga masih berkomitmen terhadap aturan yang sudah disepakati bersama, yakni
berani secara tegas untuk mengeluarkan pelaku pergaulan bebas di lingkungan kost.