Makalah
Makalah
Makalah
Abstrak: Kecamatan Coblong merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kota Bandung. Kecamatan
yang terdiri dari enam kelurahan ini memiliki luas area 743,3 Ha dan berada pada ketinggian 770 meter di atas
permukaan laut. Dalam memenuhi kebutuhan air minum, Kecamatan Coblong dilayani oleh IPA Dago Pakar
milik PDAM Tirtawening. Namun, baru sekitar 27% warga Kecamatan Coblong yang sudah terlayani jaringan
perpipaan dari PDAM. Tujuan dari tugas akhir ini adalah merencanakan sistem jaringan distribusi air minum
yang tepat untuk Kecamatan Coblong. Perencanaan ini dilakukan dengan pengumpulan data, proyeksi
kebutuhan air minum, penentuan dan pemilihan alternatif sistem jaringan distribusi air minum, serta pembuatan
gambar detail sistem penyediaan air minum. Berdasarkan hasil proyeksi yang telah dilakukan, diperoleh
kebutuhan air minum untuk Kecamatan Coblong pada tahun 2027 sebesar 339,75 liter/detik dan pada tahun
2037 sebesar 342,98 liter/detik. Pengembangan sistem jaringan distribusi air minum ini direncanakan
berlangsung selama 20 tahun dan terbagi dalam dua tahap dengan tingkat pelayanan yang direncanakan masing-
masing sebesar 80%. Kehilangan air pada masing-masing tahap direncanakan tidak lebih dari 20%. Perencanaan
ini dibuat dengan 2 alternatif sistem jaringan distribusi air minum, yaitu sistem cabang dan sistem kombinasi,
yang mana akan dipilih 1 alternatif terbaik dengan pertimbangan kriteria teknis dan ekonomis.
Kata Kunci: Distribusi Air Minum, IPA Dago Pakar, Kecamatan Coblong, PDAM Tirtawening.
PENDAHULUAN
Ketersediaan air bersih merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya. Salah satu
prasarana infrastruktur yang diperlukan suatu kawasan adalah sistem transmisi dan distribusi
air minum atau yang lebih dikenal dengan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Tujuan
dari tugas akhir ini adalah menyediakan kebutuhan air minum yang memenuhi syarat-syarat
kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan, serta mendesain sistem jaringan
distribusi air minum di Kecamatan Coblong.
METODOLOGI
Dalam melakukan perencanaan sistem jaringan distribusi air minum ini, langkah-
langkah yang dilakukan yaitu:
Gambar 1 Peta Letak Kecamatan Coblong di Kota Bandung (RTRW Kota Bandung, 2013)
Luas wilayah Kecamatan Coblong adalah 743,3 hektar dan berada pada ketinggian
rata-rata 770 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Coblong terdiri dari enam kelurahan,
yaitu Kelurahan Cipaganti, Kelurahan Lebak Siliwangi, Kelurahan Lebak Gede, Kelurahan
Sadangserang, Kelurahan Sekeloa, dan Kelurahan Dago. Adapun Pembagian wilayah
Kelurahan di Kecamatan Coblong dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
IPA yang terletak di Jalan Pakar Kulon, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung
ini memiliki kapasitas pengolahan sebesar 600 liter/detik. Di Kecamatan Coblong, pelayanan
jaringan perpipaan distribusi air minum hingga Maret 2017 melayani 12.960 KK dari total
47.853 KK atau baru sekitar 27,08% warga yang sudah menggunakan sambungan perpipaan
PDAM Tirtawening. Pipa-pipa primer (ACP) yang sudah terpasang di Kecamatan Coblong
beserta panjang, diameter, dan tahun pemasangannya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Kondisi Eksisting Perpipaan Kecamatan Coblong (PDAM Kota Bandung, 2017)
Diameter pipa Panjang Diameter pipa
Panjang (m) Lokasi Lokasi
induk (mm) (m) induk (mm)
2.196 300 Jl. Setiabudhi 1.852 150
2.632 350 Jl. Cipaganti 1.899 800
822,6 150 Jl. Cikutra Barat 1.673 200 Jl. Ir. H. Juanda
Jl. Tubagus
2.006 400 1.000 250
Ismail
DASAR TEORI & KRITERIA DESAIN
Kebutuhan air minum suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
populasi penduduk, pola/kebiasaan hidup, fasilitas perpipaan yang ada, keadaan iklim, harga
air, sistem saluran pembuangan, dan fasilitas industri yang ada. Perkiraan jumlah kebutuhan
air didasarkan pada jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, tingkat sosial ekonomi,
kebiasaan/kegiatan penduduk, dan jumlah kapasitas sarana perkotaan.
Proyeksi kebutuhan air minum suatu wilayah perencanaan perlu dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kebutuhan air minum selama periode perencanaan. Perhitungan
proyeksi kebutuhan air minum dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
Terdapat beberapa standar kebutuhan air yang biasa digunakan dalam suatu
perencanaan sistem penyediaan air minum. Standar-standar yang ada dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Tabel 3.
Jenis
Satuan Kebutuhan Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan
Pemakaian
Sambungan
Liter/orang/hari 100 – 200 Warung/Toko Liter/unit/hari 6 - 12
Rumah
Hidran 2500 -
Liter/orang/hari 30 – 40 Pasar Liter/unit/hari
Umum 5000
Jenis
Satuan Kebutuhan Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan
Pemakaian
Sekolah Liter/murid/hari 15 - 30 Koperasi Liter/unit/hari 500 - 1000
Kantor Liter/pegawai/hari 40 - 80 Asuransi Liter/unit/hari 1100
2000 -
Mesjid Liter/unit/hari 800 - 2000 Terminal Liter/unit/hari
4500
300 – 1500 -
Mushalla Liter/unit/hari Supermarket Liter/unit/hari
1000 2500
Gereja Liter/unit/hari 200 - 600 Restoran Liter/kursi/hari 40 - 140
Pura/Vihara Liter/unit/hari 100 - 500 Bioskop Liter/unit/hari 2000
Gedung Serba 1000 -
Pesantren Liter/unit/hari 5000 Liter/unit/hari
Guna 3000
Liter/tempat
Rumah Sakit 200 - 400 Balai Pertemuan Liter/unit/hari 2000
tidur/hari
1000 –
Puskesmas Liter/unit/hari Kantor Pos Liter/unit/hari 2000
2000
Puskesmas
Liter/unit/hari 800 - 1200 Kantor Polisi Liter/unit/hari 2000
Pembantu
BKIA/RS Liter/tempat
Liter/unit/hari 600 - 1000 Hotel/Penginapan 75 - 150
Bersalin tidur/hari
Balai 1000 - Gelanggang 1200 -
Liter/unit/hari Liter/unit/hari
Pengobatan 2000 Olahraga 1600
1000 -
Apotik Liter/unit/hari 100 Kolam Renang Liter/unit/hari
1300
1100 -
Bank Liter/unit/hari Industri Liter/pegawai/hari 20 - 30
1500
DASAR PERENCANAAN
Kebutuhan air minum suatu daerah tidak hanya dipengaruhi oleh proyeksi
pertumbuhan jumlah penduduk saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh proyeksi fasilitas
umum yang terdapat di daerah atau wilayah tersebut. Dalam hal ini, perhitungan proyeksi
fasilitas umum dilakukan berdasarkan Standar Kebutuhan Ruang Dalam Perencanaan Kota,
Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2002. Peningkatan jumlah fasilitas
umum dihitung tiap 10 tahun dan pertumbuhan jumlahnya dibandingkan dengan standar
pelayanan dari tiap fasilitas yang ada. Hasil perhitungan proyeksi jumlah fasilitas umum di
Kecamatan Coblong untuk tahun 2027 dan 2037 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tahun Satuan
No. Fasilitas Standar Pelayanan (jiwa)
2017 2027 2037 Unit
Pendidikan
TK 1250 22 23 24 Unit
1 SD 1600 33 34 35 Unit
SMP 4800 12 13 14 Unit
SMA/SMK 4800 12 13 14 Unit
Peribadatan
Mesjid 30000 100 100 100 Unit
2
Mushalla 2500 96 96 96 Unit
Gereja 30000 6 6 6 Unit
Kesehatan
Rumah Sakit 240000 3 3 3 Unit
Rumah Bersalin 10000 6 7 8 Unit
Puskesmas 30000 4 5 5 Unit
3 Poliklinik 3000 14 15 16 Unit
Praktik Dokter 5000 158 158 158 Unit
Praktik Bidan 5000 22 25 28 Unit
Posyandu 3000 100 100 100 Unit
Toko Obat 10000 5 6 7 Unit
Tahun Satuan
No. Fasilitas Standar Pelayanan (jiwa)
2017 2027 2037 Unit
Apotik 10000 18 18 18 Unit
Perniagaan
Pasar 30000 4 5 5 Unit
Pertokoan 2500 58 58 58 Unit
Rumah Makan 10000 652 652 652 Unit
4
Koperasi 1200 118 118 118 Unit
Minimarket - 31 31 31 Unit
Supermarket 50000 3 3 3 Unit
Hotel 55000 36 36 36 Unit
Lainnya
Lapangan OR 30000 40 40 40 Unit
5 Kantor Pemerintahan 100000 7 7 7 Unit
Kantor Pos 120000 6 6 6 Unit
IKKR 100000 197 197 197 Unit
Jumlah kebutuhan air minum pada suatu periode perencanaan diperoleh dari hasil
perhitungan perkalian jumlah penduduk dengan standar kebutuhan yang ditetapkan, serta
persentase pelayanan pada tiap periode. Pada Tabel 6, dapat dilihat hasil perhitungan
proyeksi kebutuhan air domestik di Kecamatan Coblong.
ALTERNATIF
Dalam perencanaan sistem jaringan distribusi air minum Kecamatan Coblong, dipilih
2 alternatif jaringan yang dapat digunakan, yaitu sistem cabang/branch dan sistem kombinasi
(cabang/branch dan melingkar/loop). Kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem
tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Sistem Jaringan Distribusi Air Minum
Sistem Kelebihan Kekurangan
Cabang/Branch 1. Jaringan distribusi relatif lebih 1. Jika terjadi kerusakan akan terdapat blok
searah daerah pelayanan yang tidak mendapatkan
2. Pemasangan pipa lebih mudah suplai air, karena tidak adanya sirkulasi air
3. Penggunaan pipa lebih sedikit 2. Jika terjadi kebakaran, suplai air pada
karena pipa distribusi hanya hidran kebakaran lebih sedikit karena
dipasang pada
daerah yang paling alirannya satu arah.
padat penduduknya. 3. Kemungkinan tekanan air yang
4. Cukup ekonomis. diperlukan tidak cukup jika ada sambungan
5. Cara pengoperasiannya tergolong baru.
mudah. 4. Keseimbangan sistem pengaliran kurang
6. Perkembangan sistem dapat terjamin, terutama jika terjadi tekanan kritis
disesuaikan dengan perkembangan pada bagian pipa yang terjauh.
kota 5. Keadaan puncak untuk setiap cabang
berbeda-beda untuk setiap situasi.
Kombinasi 1. Kemungkinan terjadinya 1. Sistem perpipaan yang rumit
penimbunan kotoran dan 2. Perlengkapan pipa yang dipakai sangat
pengendapan lumpur dapat dihindari banyak
2. Bila terjadi kerusakan, suplai air 3. Kurang ekonomis
pada bagian air lain tidak terganggu 4. Tekanan dalam pipa cukup rendah
3. Distribusi air lebih merata sehingga bila ada kebakaran air tidak dapat
4. Dapat melayani banyak tempat dialirkan secara serentak
dan kemungkinan akan berkembang 5. Alirannya belum tentu satu arah, dapat
bila ada penambahan pelanggan bolak-balik pada waktu tertentu. Namun,
5. Aliran air dari daerah lain dapat pada saat dimensional aliran dihitung searah
memenuhi kebutuhan pemakaian
puncak
Pada Gambar 5 dan Gambar 6, dapat dilihat rencana jalur masing-masing alternatif
jaringan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Layla & Anis, M. (1978). Water Supply Engineering Design. Michigan: Ann Arbor
Science.
Badan Pusat Statistika Kota Bandung. (2015). Kecamatan Coblong Dalam Angka.