Anda di halaman 1dari 15

Volume IX No.

1 Januari 2016

PENGARUH KOMPRES JAHE TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA


PENDERITA RHEUMATHOID ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BALAM MEDAN SUNGGAL

Ninda Wahyuni, S.Kep,Ns.,M.Kep


(D3 Keperawatan STIKes Flora Medan)

Abstrak
Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000). Seseorang yang sudah
mengalami lanjut usia akan mengalami beberapa perubahan pada tubuh/fisik,
psikis/intelektual, sosial kemasyarakatan maupun secara spiritual atau keyakinan. Salah
satu perubahan tersebut terjadi pada Sistem Muskuloskletal dimana tulang kehilangan
cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi sklerosis, atrofi serabut otot (Wahjudi
Nugroho, 2000). Dengan meningkatnya usia fungsi otot dapat dilatih dengan baik namun
usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumathoid arthritis ini sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti (Bjelle,
2004). Berdasarkan kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda.
Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe terlihat memiliki
pengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri rheumathoid arthritis dimana seluruh
responden mengalami penurunan intensitas nyeri setelah perlakuan kompres jahe selama
20 menit, namun penurunan intensitas nyeri yang dialami oleh responden berbeda-beda,
dimana responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 4 sebanyak 5 orang
(16,7%), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 3 sebanyak 11 orang
(36,7), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 2 sebanyak 11 orang
(36,7) dan responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 1 sebanyak 3 orang.
Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain psiko-kultural
dan sifat nyeri yang merupakan persepsi dan perbedaan individu dan perasaan subjektif
dari setiap perasaan nyeri antara dua orang yang berbeda pula.
Kata Kunci : Rheumatoid Arthritis

PENDAHULUAN
Latarbelakang Masalah
Penyakit rematik dan keradangan sendi merupakan penyakit yang banyak dijumpai di
masyarakat, khususnya pada orang yang berumur 40 tahun keatas. Lebih dari 40 persen dari
golongan umur tersebut menderita keluhan nyeri sendi otot. Dalam hal ini masalah rematik
dipandang sebagai salah satu masalah kesehatan utama sejak tahun 2000 (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2008 penyakit
sendi/reumatik/encok/osteoartritis adalah penyakit yang sering terjadi dengan pertambahan
umur terutama setelah berumur 45 tahun ke atas.
Saat ini diperkirakan paling tidak 355 juta penduduk dunia menderita rematik, yang
artinya 1 dari 6 penduduk dunia mengalami penyakit rematik. Sementara itu, hasil survei di
benua Eropa pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penyakit rematik merupakan penyakit
kronik yang paling sering dijumpai. Kurang lebih 50% penduduk Eropa yang berusia diatas 50
tahun mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal paling tidak selama 1 bulan pada waktu
dilakukan survei (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan American
Jurnal Keperawatan Flora 111
Volume IX No. 1 Januari 2016

College Of Rheumathology (2013) menyatakan bahwa sebanyak 52,5 juta atau sekitar 23 persen
penduduk dewasa Amerika Serikat menderita rheumatoid arthritis.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Rheumatoid Arthritis
1. Definisi Rheumatoid Arthritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Rheumatoid arthtritis adalah
penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya (Puslitbang Biomrdis dan
Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009).
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien
rheumatoid artritis terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresivitasnya.
2. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Rheumatoid arthritis clasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Rheumatoid arthritis defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable rheumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible rheumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
3. Etiologi Rheumatoid Arthritis
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008), faktor resiko terjadinya rheumathoid
artritis :
a. Faktor genetik

Jurnal Keperawatan Flora 112


Volume IX No. 1 Januari 2016

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas
utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4
memiliki resiko relative 4:1 untuk menderita penyakit ini.
b. Faktor lingkungan termasuk infeksi oleh bakteri atau virus
Umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh
gambaran inflamasi yang mencolok.
c. Faktor hormon estrrogen
Sering dijumpai remisi pada wanita hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
ketidakseimbangan hormonal estrogen.
d. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan sekelompok protein
berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh seluruh spesies pada saat stress.
e. Penuaan
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ mulai mengalami
kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi mulai berkurang sehingga pada saat
pergerakan terjadi gesekan pada tulang yang menyebabkan nyeri.
f. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi imunoglobulin
membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis komplek imun akan dimulai dan
menghasilkan reaksi inflamasi (pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi).
Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
International Association for Study of Pain (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimmana terjadi kerusakan. Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik secara
aktual maupun potensial (Winscon Medical Journal 2003. Volume 102, No,7) McCaffery (1980)
menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut
dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasa nyeri.
2. Fisiologi Nyeri
Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan reseptor. Reseptor
yang dimaksud adalah nosireseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon
terhadap stimulus yang kuat. Reseptor nyeri merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi
perubahan-perubahan partikular disekitarnya, reseptor ini dapat terbagi menjadi exteroreseptor,
Telereseptor, Propioseptor dan Interoseptor.
3. Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan awitan nyeri dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nyeri akut dan kronik.

Jurnal Keperawatan Flora 113


Volume IX No. 1 Januari 2016

a. Nyeri akut
Biasanya timbul secara mendadak dengan durasi yang singkat, terbatas dan pada umumnya
berhubungan dengan suatu lesi yang dapat diidentifikasi.
b. Sedangkan nyeri kronik
Sifatnya menetap dan melampaui batas kesembuhan penyakit dan biasanya tidak
ditemukan suatu penyakit atau kerusakan jaringan. Nyeri kronik pada lansia dapat
menyebabkan lansia sangat tergantung pada orang lain, depresi dan kehilangan rasa
percaya diri.
Konsep Jahe
Tanaman jahe (Zingiber officinale) telah lama dikenal dan tumbuh baik di indonesia.
Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain
sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit,
kembang gula dan berbagai minuman. Jahe adalah tumbuhan tahunan dengan tinggi 50-100 cm.
Tumbuhan ini memiliki rimpang tebal berwarna coklat kemerahan. Daunnya sempit berbentuk
lanset dengan panjang tangaki 10-25 cm dan terdapat daun kecil pada dasar bunga. Mahkota
bunga bentuk corong, panjang 2-2,5 cm, berwarna ungu tua dengan bercak krem-kuning.
Kelopak bunga kecil, berbentuk tabung dan bergerigi tiga (Ross, 1999).
Berdasarkan bentuk, warna dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu
jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau merah secara umum
ketiga jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin,
mineral, dan enzim proteolik yang disebut Zingibain (Denyer et al 1994 dalam Hernani dan
Winarti, 2010).
Kompres Jahe
Kompres jahe dapat menurunkan nyeri reumathoid artritis (Santoso, 2013).
Mengompres berarti memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya (Poltekes
Kemenkes maluku, 2016 dalam Fanada, 2012).
Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang dikenal
sebagai gingerol. Pada suhu tinggi gingerol akan berubah menjadi shogaol yang memiliki efek
panas dan pedas dibanding gingerol (Misrah, 2009). Efek panas dan pedas pada jahe inilah yang
dapat meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada arthritis reumatoid. Sehingga jahe juga dapat
digunakan untuk mengobati penyakit, jahe juga banyak mempunyai khasiat seperti antihelmetik,
antirematik, dan peluruh masuk angin. Jahe mempunyai efek untuk menurunkan sensasi nyeri
juga meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan, penggunaan
panas pada jahe selain memberikan reaksi fisiologis, antara lain : meningkatkan respon
inflamasi (Utami, 2005).

Jurnal Keperawatan Flora 114


Volume IX No. 1 Januari 2016

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderita
rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan
Sunggal Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data demografi : usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
penderita rhematoid arthritis di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan
Sunggal Tahun 2016.
b. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada penderita rheumatoid arthritis pada usia
diatas 40 tahun sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe di Wilayah kerja
Puskesmas Balam Medan Sunggal Tahun 2016.
Menganalisa perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe
pada penderita rheumatoid arthritis usia diatas 40 tahun di Wilayah kerja Puskesmas Balam
Medan Sunggal Tahun 2016.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Memberikan masukaan pengetahuan dalam mengatasi nyeri rheumathoid arthritis,
dimana responden dapat mandiri mengolah jahe sebagai terapi komplementer dalam
mengatasi nyeri rheumathoid arthritis.
2. Bagi Praktek Keperawatan
Memberikan masukan pengetahuan terapi komplementer dengan kompres jahe yang
dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan baik di komunitas maupun di rumah
sakit untuk mengurangi intensitas nyeri pada penderita rheumatoid arthritis.
3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan masukan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa terhadap manajemen
nyeri pada kasus rheumatoid arthritis yaitu melalui kompres jahe dapat dijadikan
sebagai komplementer.
4. Peneliti Selanjutnya
Sebagai salah satu data dasar dalam pengembangan penelitian tentang keefektifan
kompres jahe terhadap penurunan intensitas nyeri pada penderita rheumatoid arthritis.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperiment atau percobaan dimana kegiatan
percobaan bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat
dari adanya perlakuan tertentu.

Jurnal Keperawatan Flora 115


Volume IX No. 1 Januari 2016

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan One Group pretest-postest,


dimana rancangan ini tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol) tetapi dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti menguji perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen (Pratiknya, 2016)
Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal, dimana
penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal khususnya penduduk
usia diatas 40 tahun menderita reumathoid artritis.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang sudah didiagnosa dokter
menderita Reumathoid Arthritis di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal
tahun 2016 sebanyak 470 jiwa.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah penderita dengan nyeri rheumathoid arthtritis usia
diatas 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal tahun 2016.
Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan menggunakan lembar
wawancara serta observasi menggunakan lembar observasi intensitas nyeri pretest dan
postest dengan skala intensitas nyeri numerik (0-10). Adapun waktu pemberian
intervensi adalah 20 menit dan 20 menit setelah intervensi intensitas nyeri diukur
kembali.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian SP2TP Puskesmas Balam Medan Sunggal , 2016.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Pada bab ini menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh kompres jahe terhadap
intensitas nyeri pada penderita rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Balam Medan Sunggal Tahun 2016 telah dilaksanakan selama 14 hari dari tanggal 6
Maret 2016 sampai dengan 20 Maret 2016. Peneliti mengumpulkan data selama 1 hari yaitu
data sekunder penderita rheumathoid arthritis dari Puskesmas Balam Medan Sunggaldan
peneliti melakukan anamnese kepada penderita rheumathoid arthritis tersebut. Dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling dimana responden penelitian diambil berdasarkan

Jurnal Keperawatan Flora 116


Volume IX No. 1 Januari 2016

pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Responden pada penelitian ini
berjumlah 30 orang. Penelitian dilakukan dengan mengobservasi tingkat nyeri yang dialami
penderita rheumathoid arthritis sebelum dan sesudah pemberian kompres jahe sebanyak 1 kali
saat nyeri menyerang selama 20 menit dengan jumlah jahe 20 gram .
Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu analisis univariat yang
menggambarkan data demografi penderita rheumathoid arthritis, dan intensitas nyeri
rheumathoid arthritis sebelum dan sesudah kompres jahe, sedangkan analisa bivariat
memaparkan tentang pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderita
rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Balam Medan
SunggalTahun 2016.
1. Analisa Univariat
a. Data Demografi
1) Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Tabel .1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi


(n) (%)

Perempuan 21 70
Laki-laki 9 30.0
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 21 orang (70 %).
2) Karakteristik Usia Responden
Tabel .2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Fkrekuensi Persentasi
(Tahun) (n) (%)

40 3 10.0
41 1 3.3
43 1 3.3
44 1 3.3
46 1 3.3
48 3 10.0
50 2 6.7
51 1 3.3
54 2 6.7
58 2 6.7
59 1 3.3
60 2 6.7
61 3 10.0
Jurnal Keperawatan Flora 117
Volume IX No. 1 Januari 2016

64 1 3.3
67 3 10.0
70 1 3.3
71 1 3.3
73 1 3.3
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas usia terendah adalah 40 tahun dan usia tertinggi yaitu 73 tahun.
3) Pendidikan
Tabel .3
Karakteristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 5 16.7
SMP 3 10.0
SMA 20 66.7
D3/S1 2 6.6
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu sebanyak
20 orang (66,7 %).
4) Pekerjaan
Tabel .4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Bertani 23 76.7
Pegawai 7 23.3
Total 30 100.0

b. Intensitas Nyeri Sebelum Dan Setelah Kompres Jahe


1) Intensitas nyeri sebelum kompres jahe (Pre-test)

Tabel .5
Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum Kompres Jahe
Intensitas Nyeri Frekuensi (%) Persentase (%)

2 3 10.0
3 1 3.3
4 9 30.0
5 5 16.7
6 12 40.0
Total 30 100.0

Jurnal Keperawatan Flora 118


Volume IX No. 1 Januari 2016

Berdasarkan tabel di atas mayoritas tingkat intensitas nyeri responden adalah 6 sebanyak 12
responden (40 %).
2) Intensitas nyeri sesudah kompres jahe (Post-test)

Tabel .6
Distribusi Frekuensi Nyeri Pasien Setelah Dilakukan Kompres Jahe
Intensitas Nyeri Frekuensi (n) Persentase (%)

0 2 6.7
1 5 16.7
2 12 40.0
3 9 30.0
4 2 6.6
Total 30 100.0

Dari tabel diatas mayoritas intensitas nyeri setelah kompres jahe (post-test) adalah 2
sebanyak 12 orang.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian kompres jahe terhadap
penurunan intensitas nyeri rheumathoid arthritis pada usia diatas 40 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Balam Medan Sunggal.

Tabel .7
Analisa Intensitas Nyeri Pre-Post Test Kompres Jahe
Mean SD P. Value

Pre-test 4.73 1.311


0,000
Post-test 2.13 1.008

Berdasarkan hasil analisa Wilcoxon sign rank test, diketahui nilai rata-rata intensitas
nyeri sebelum kompres jahe (Pre-test) sebesar 4.73 dengan standar deviasi 1.311 dan rata-rata
intensitas nyeri setelah kompres jahe (Post-test) sebesar 2.13 dengan standar deviasi 1.008.
Nilai p-value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 dimana kurang dari (< 0,1) sehingga dapat
ditarik kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada pengaruh kompres jahe terhadap
intensitas nyeri rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Balam
Medan Sunggal.

PEMBAHASAN
1. Analisa Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum (Pre-Test) Dan Sesudah (Post Test)
Kompres Jahe.

Jurnal Keperawatan Flora 119


Volume IX No. 1 Januari 2016

Intensitas nyeri pada data pre-test kompres jahe tertinggi adalah intensitas nyeri 6
sebanyak 12 responden, intensitas nyeri terendah yaitu 2 sebanyak 3 responden dan pada data
post-test kompres jahe intensitas nyeri tertinggi adalah 4 sebanyak 2 responden, intensitas nyeri
terendah yaitu 0 dengan 2 responden. Dari hasil analisa data dengan menggunakan wilcoxon
signed rank test untuk mengetahui kekuatan pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri
rheumathoid arthtritis menghasilkan rata-rata (mean) intensitas nyeri sebelum diberikan
kompres jahe sebesar 4,73 dengan standar deviasi 1,311. Rata-rata (mean) intensitas nyeri
setelah diberikan kompres jahe sebesar 2,13 dengan standar deviasi 1,008.
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p Value (α) sebesar 0,000. Dengan demikian nilai
p Value lebih kecil dari 0,1 sehingga Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata skala nyeri rheumathoid arthritis yang bermakna antara sebelum kompres jahe dan
setelah kompres jahe dan dapat disimpulkan bahwa hipotesisnya ada pengaruh kompres jahe
terhadap perubahan intensitas nyeri rheumathoid arthritis pada usia diatas 40 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal Tahun 2016.
Sensasi nyeri yang kita sebut sebagai nyeri adalah modalitas sensorik yang paling
istimewa. Nyeri merupakan salah satu submodalitas sensasi somatik seperti sentuhan, tekanan
dan rasa posisi serta memiliki fungsi protektif yang penting, yaitu sebagai peringatan untuk
menghindari ataupun mengobati cedera. Nyeri adalah persepsi ; yaitu pengalaman emosional
dan sensorik yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan.
Intensitas nyeri yang dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga rangsangan yang sama dapat
menghasilkan respon yang berbeda pada setiap individu dalam kondisi yang serupa (Kasran dan
Kusumaratna, 2006).
Proses nyeri merupakan adanya sensitisasi dari nosireseptor sesudah cedera atau
inflamasi berasal dari pelepasan senyawa-senyawa kimia oleh sel yang cedera di daerah
sekitarnya. Substansi ini termasuk prostalglandin. Prostalglandin E2 merupakan metabolit asam
arakidonat dan dihasilkan oleh enzim siklooksigenase yang dilepaskan dari sel yang mengalami
cedera (Jabbour & Sales, 2004).
Pada penderita reumathoid arthritis adanya inflamasi yang disebabkan oleh proses
imunologik pada sinovial yang mengakibatkan sinovitis dan pembentukan pannus yang
akhirnya menyebabkan kerusakan sendi, kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan akan
membebaskan berbagai mediator substansi radang. Asam arakhidonat mulanya merupakan
komponen normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid dan dibebaskan dari sel
penyimpanan lipid oleh asil hidrosilase sebagai respon adanya noksi. Asam arakidonat
kemudian mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur siklooksigenase yang membebaskan
prostalglandin, prostasiklin, tromboksan. Prostalglandin yang dihasilkan melalui jalur
siklooksigenase berperan dalam proses timbulnya nyeri, demam dan reaksi-reaksi peradangan.
Karena prostalglandin berperan dalam proses timbulnya nyeri maka aspirin melalui

Jurnal Keperawatan Flora 120


Volume IX No. 1 Januari 2016

penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase mampu menekan gejala-gejala tersebut (Mohan,


2012).
Hal ini didukung oleh penelitian Mantiri dkk, 2013 melihat perbandingan efek analgesik
perasan rimpang jahe dengan aspirin dosis terapi, adapun hasilnya tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok perlakuan yang diberi aspirin terhadap kelompok perlakuan
perasan rimpang jahe dosis I, namun terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian
aspirin dengan perasan jahe dosisi II dan III, dan tidak terdapat perbedaan antara pemberian
perasan rimpang jahe dosis dan III, jadi dosis maksimal perasan rimpang jahe adalah 8 mg/20 gr
BB. Dosis terapi terhadap mencit, aspirin diberikan sebanyak 0,4mg/20 gr BB mencit
sedangkan perasan jahe diberikan dosis I yaitu 4 mg/20 gr BB, dosis II 8 mg/20 gr BB dan
Dosis III 16 mg/20 gr BB. Adapun efek analgesik kompres jahe berhubungan dengan unsur-
unsur yang terkandung dalam jahe. Senyawa-senyawa gingerol, shogaol, zingerole, diary
(heptanoids dan derivatnya) terutama paradol diketahui dapat menghambat sikooksigenase
sehingga terjadi penurunan pembentukan atau biosintesis dari prostaglandin yang menyebabkan
berkurangnya rasa nyeri (Hernani dan Winarti, 2010).
Penelitian lain Susanti, (2016) tentang pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri
penderita arthritis reumathoid sebanyak 20 orang lansia yang menderita rheumathoid arthritis
dengan rata-rata nyeri sebelum kompres jahe (pre-test) yaitu 3,80 dengan standar deviasi 1,005
dan rata-rata nyeri setelah kompres jahe (post-test) yaitu 2,80 dengan standar deviasi 1,005
berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan p value 0,000 (<0,05), berarti ada pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri artritis rheumathoid pada lansia.
Penelitian yang dilakukan Masyhurrosyidi, 2013, tentang pengaruh kompres hangat
rebusan jahe terhadap tingkat nyeri sub akut dan kronis pada lanjut usia dengan osteoarthritis
lutut di puskesmas Arjuna kecamatan Klojen Malang Jawa Timur menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi 0,05 dimana secara keseluruhan ada hubungan yang bermakna antara tingkat
intensitas nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan p-value
0.000.
Penelitian Susanti, 2016, melihat pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan
skala nyeri arthritis rheumathoid pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun
2016 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kompres hangat jahe terhadap
penurunan skala nyeri arthritis rheumathoid pada lansia dengan p-value 0,000.
Dari penjelasan yang telah peneliti uraikan, dapat ditarik asumsi bahwa rheumathoid
arthritis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan nyeri pada daerah sendi, hal ini
diakibatkan oleh terjadinya kerusakan ataupun peradangan pada daerah sendi, khususnya
sinovial yang mengalami kerusakan ataupun sinovitis akibat dari reaksi antigen-antibodi
sehingga mengaktifkan mediator (prostaglandin dan leukotrien) ke pembuluh darah, otot polos
serta kelenjar-kelenjar yang akhirnya menimbulkan nyeri (Sabinsa Corporation, 2007).

Jurnal Keperawatan Flora 121


Volume IX No. 1 Januari 2016

Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe terlihat memiliki
pengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri rheumathoid arthritis dimana seluruh responden
mengalami penurunan intensitas nyeri setelah perlakuan kompres jahe selama 20 menit, namun
penurunan intensitas nyeri yang dialami oleh responden berbeda-beda, dimana responden yang
mengalami penurunan intensitas nyeri 4 sebanyak 5 orang (16,7%), responden yang mengalami
penurunan intensitas nyeri 3 sebanyak 11 orang (36,7), responden yang mengalami penurunan
intensitas nyeri 2 sebanyak 11 orang (36,7) dan responden yang mengalami penurunan
intensitas nyeri 1 sebanyak 3 orang. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor
resiko antara lain psiko-kultural dan sifat nyeri yang merupakan persepsi dan perbedaan
individu dan perasaan subjektif dari setiap perasaan nyeri antara dua orang yang berbeda pula.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
1. Variabel-variabel yang mempengaruhi nyeri seperti stress, letih, riwayat nyeri,
kegemukan dan aktifitas belum diamati oleh peneliti. Hal tersebut bisa menjadi
faktor lain yang mempengaruhi penurunan nyeri dalam penelitian ini.
2. Homogenitas lokasi nyeri dalam penelitian ini belum diamati oleh peneliti, hal
tersebut bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi intensitas nyeri dalam
penelitian ini.
3. Jumlah jahe yang digunakan pada penelitian ini sama disetiap lokasi nyeri,
sehingga peneliti mengamati kemungkinan jumlah jahe berpengaruh dengan luas
lokasi nyeri.
4. Peneliti tidak mengamati durasi pengaruh kompres jahe terhadap penurunan
intensitas nyeri.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kompres jahe terhadap penurunan
Intensitas nyeri rheumathoid arthritis pada usia diatas 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Balam Medan Sunggal Tahun 2016 didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi berdasarkan data demografi
a. Berdasarkan distribusi jenis kelamin responden dengan rheumathoid arthritis 70%
responden merupakan perempuan.
b. Berdasarkan distribusi usia responden dimana usia tertinggi 73 tahun dan terendah 41
tahun.
c. Berdasarkan distribusi pekerjaan responden 76,7 % bekerja sebagai bertani.
2. Identifikasi intensitas nyeri pre-test dan post-test

Jurnal Keperawatan Flora 122


Volume IX No. 1 Januari 2016

Sebelum dilakukan kompres jahe rata-rata intensitas nyeri yang dialami responden adalah
4,73 dan setelah dilakukan kompres jahe rata-rata intensitas nyeri yang dialami responden
adalah 2,13.
3. Ada pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderitarheumathoid arthritis
usia diatas 40 tahun dengan nilai p-value 0,000.
Saran
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dalam mengatasi nyeri
dengan intensitas nyeri 1-6. Masyarakat dapat mengolah dan menggunakan jahe sebagai obat
alternatif untuk mengurangi intensitas nyeri rheumathoid arthritis.
2. Bagi praktek keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam tindakan keperawatan sebagai terapi
komplementer dalam managemen nyeri khususnya pada penderita penyakit kronis dengan
intensitas nyeri 1-6.
3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan terhadap managemen nyeri
dengan kategori intensitas nyeri 1-6. Sebagai alternatif/komplementer untuk mengurangi
nyeri rheumathoid arthtritis.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian terkait dengan kompres jahe.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada
penderita rheumathoid arthritis perlu diteliti.
b. Perbandingan tingkat efektifitas kompres jahe antara jahe segar dengan jahe yang sudah
direbus terhadap intensitas nyeri pada penderita rheumathoid arthritis perlu diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Bazzichi et al, 2005. Quality Of Life Rheumathoid Arthritis : Impact of Disability and Lifetime
Depresive Spectrum Symptomatology. Diperoleh 25 maret 2016

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Daud. Rizasyah. 1998. Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Reumatoid. Cermin Dunia
Kedokteran No.129, 2000. Diperoleh 22 Juli 2016)

Fanada. Mery. 2012. Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada
lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha.
Badan Diklat Sumatera Selatan. Palembang.

Fitriyah. Nurul. 2016. Efek Rimpang Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var.

Rubrum) terhadap Peningkatan Kepadatan Tulang Tikus Putih Betina RA (Rheumatoid


Arthritis) yang Diinduksi oleh Complete Frund’s Adjuvant.

Jurnal Keperawatan Flora 123


Volume IX No. 1 Januari 2016

Hernani Winarti. 2010. Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam Bidang
Kesehatan, Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe. Bogor. Diperoleh 01 Juli
2016

Jabbour & Sales. 2004. Prostalglandin Receptor Signalling And Function in Human
Endometrial Pathology. Diperoleh

Kasran. Kusumaratna. 2005. Penatalaksanaan Rasa Nyeri Pada Lanjut Usia. Universa Medica
Januari-Maret 2006, Vol 25 No. 1. Diperoleh

Koswara. Sutrisno, 2010. Jahe, Rimpang Sejuta Khasiat. Ebookpangan.com 1 juli 2016

Kozier & Erb, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5, EGC, Jakarta.

Lelo. A, Hidayat, Juli. S, 2004. Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang Rasional pada
Penanggulangan Nyeri Rematik.

Mansjoer. Arif dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Media Aesculapius,
Jakarta. Indonesia.

Mantiri dkk, (2013). Perbandingan Efek Analgesik Perasaan Rimpang Jahe Merah (Zingiber
Officinale var. rubrum Thelaide) Dengan Aspirin Dosis Terapi Pada Mencit
(Mus Musculus). 2 April 2016

Masyhurrosyidi. Hadi et al. 2013. “Pengaruh Kompres hangat Rebusan Jahe terhadap
Tingkat Nyeri Sub akut dan Kronis Pada Lanjut Usia dengan Osteoarthtritis
Lutut. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang”.

McCaffery,M.,Boebe,A;et al. 1989. Pain: Clinical Manual For Nursing Practice, Mosby
St.Lois, Mo.

Mujahidullah. Khalid, 2012. Keperawatan Geriatrik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Nainggolan. Olwin, 2009. Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. Maj
kedokt, volum: 59. Nomor: 12, Desember 2009.09 November 2016

Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Pratiknya. Ahmad Watik, 2016. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &Kesehatan.


Edisi 9, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Rachmawati et al . 2006. Nyeri Musculoskeletal dan Hubungannya Dengan Kemampuan


Fungsional Fisik Pada Lanjut Usia. Universa Medicina, Oktober-Desember
2006, Vol.25 No.4. Diperoleh 22 November 2016

Santoso. Singgih, 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan dengan SPSS 17. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.

Santoso. Hieronymus Budi, 2013. Tumpas Penyakit dengan 40 Daun & 10 Akar Rimpang,
Cahaya Jiwa, Yogyakarta.

Sastroamoro, S & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi 3. Jakarta
: CV Sagung Seto

Setiadi, 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan, Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sigit. Nian Prasetyo, 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Jurnal Keperawatan Flora 124


Volume IX No. 1 Januari 2016

Syafei. Candra, 2010. Permasalahan Penyakit Rematik Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan
(Bone and Join Decade). Proceeding Book Rheumatology Update 2010.

Jurnal Keperawatan Flora 125

Anda mungkin juga menyukai