Anda di halaman 1dari 15

SISTEM HARGA POKOK PESANAN

KELOMPOK 2
CHARLITA H. O. MARINGKA
WENLA D. BIGIS
NADIA N. OGELANG
HERI A. TAAE

DOSEN : FRISKA LANGELO, SE., MSA

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Petra


Bitung
System Harga Pokok Pesanan

Sistem harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Tujuan metode ini adalah menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik
harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan. Dalam metode
ini, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per
satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan, di
mana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap
pesanan dapat dipisahkan identitasnya.

Karakteristik Harga Pokok Pesanan


Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki karakteristik,
sebagai berikut:
1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung
pada spesifikasi pemesan
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi biaya
yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk, metode harga pokok
pesanan menggunakan:
 Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung , sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya
yang ditentukan dimuka.
 Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga menggunakan Sistem harga pokok
yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya.
 Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan selesai,
dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan yang
bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara membagi jumlah total harga
pokok pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan.

Syarat Penentuan Harga Pokok Pesanan


Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam menentukan harga pokok pesanan, yaitu:
a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus dilakukan
penentuan harga pokok pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung yang terdiri dari
biaya bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada pesanan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang
ditentukan di muka.
d. Harga pokok setiap pesanan ditentukan saat selesai pengerjaan.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
Metode harga pokok pesanan juga mempunyai beberapa manfaat bagi manajemen perusahaan
untuk:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan dan penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi dari tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan
disajikan dalam neraca.

Metode harga pokok pesanan memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan
dari metode harga pokok pesanan:
1. Memberikan struktur yang lengkap dan terbatas pada Direct Cost, yaitu Direct Material dan
Direct Labour.
2. Tepat, lengkap, historis, sederhana dan mampu diperbandingkan.
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi bistoris dari bagian-
bagian operasi, product lines, departemen fungsional dan staf manajemen dalam suatu organisasi.
4. Kemapuan untuk mengendalikan operasi berjalan dengan mendeteksi dan menganalisa
penyimpangan-penyimpangan atas kecenderungan bistoris dalam pola biaya.
5. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dimasa
yang akan datang dalam organisasi.
Sedangkan kerugian yang ditimbulkan dari metode ini, yaitu pemborosan yang terjadi dalam
memproduksi suatu pesanan atau kelompok pesanan yang dibebankan pada biaya pesanan.
Pemborosan ini tidak dipisahkan sehingga tidak memungkinkan untuk suatu perbandingan
dengan biaya-biaya yang seharusnya terjadi.
Kartu Harga Pokok
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting di dalam metode harga pokok pesanan.
Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan
tertentu dicatat secara terinci di dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan. Biaya produksi
dipisahkan menjadi produksi langsung terhadap pesanan tertentu dengan biaya produksi tak
langsung, dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI


SATU DEPARTEMEN PRODUKSI

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari
departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua
tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan


Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan diatas.
1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan
pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi bahan dan
supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.

Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar


Dokumen Dasar Pembantu
Pembelian Bahan dan Persediaan Bahan Baku xx Kartu Persediaan:
Supplies:
Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Baku
Faktur Pembelian
Persediaan Supplies Pabrik xx Bahan Penolong
BuktiPenerimaan
Barang Hutang Dagang xx Supplies Pabrik

Pesanan Pembelian

Pengembalian Hutang Dagang xx Kartu Persediaan:


Pembelian: Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Debit Memorandum Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Penolong
Laporan Pengiriman Persediaan Supplies Pabrik xx Supplies Pabrik
Pengembalian
Pembelian

Potongan Tunai Hutang Dagang xx Kartu Persediaan:


Pembelian:
Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Bukti Kas Keluar
Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Penolong
Persediaan Supplies Pabrik xx Supplies Pabrik
Kas xx
Atau:
Hutang Dagang xx
Penghasilan Lain-Lain xx
Kas xx

Pemakaian Bahan Baku: Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx Kartu Persediaan:
Bon Permintaan Bahan Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Kartu Harga
Pokok Pesanan
Pemakaian Bahan Biaya Overhead P Sesungguhnya xx Kartu Persediaan:
Penolong:
Persediaan Bahan Penolong xx Bahan
Bon Permintaan Bahan Penolong
Kartu Biaya:
Overhead
Pabrik
Pemakaian Supplies Biaya Overhead P Sesungguhnya xx
Pabrik:
Persediaan Supplies Pabrik xx
Bon Permintaan Kartu Persediaan:
Bahan
Supplies
Pabrik
Kartu Biaya:
Overhead
Pabrik
Pengembalian Bahan Persediaan Bahan Baku xx Kartu Persediaan:
Baku dari Pabrik ke
Gudang Bahan Barang Dalam Proses- Bahan Baku
Biaya Bahan Baku xx Kartu Harga
Pokok Pesanan

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.


Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,
pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik
produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja
adalah sebagai berikut:

Transaksi dan Jurnal Transaksi Buku Besar


Dokumen Dasar Pembantu
Penentuan Gaji dan Biaya Gaji dan Upah xx
Upah:
Hutang Pajak Pendapatan xx
Daftar Hadir
Hutang Dana Pensiun xx
Kartu Jam Kerja
Hutang Astek xx
Daftar Gaji dan Upah
Hutang Asuransi Hari Tua xx
Piutang Karyawan xx
Hutang Gaji dan Upah xx
Pembayaran Gaji dan Hutang Gaji dan Upah xx
Upah:
Kas xx
Bukti Kas Keluar
Distribusi Gaji dan Barang Dalam Proses- B TKL xx Kartu Harga
Upah: Pokok Pesanan
BOP Sesungguhnya xx dan Kartu Biaya
Perintah Jurnal Overhead Pabrik
Biaya Pemasaran xx
Biaya Administrasi dan Umum xx Pemasaran

Biaya Gaji dan Upah xx Administrasi dan


Umum
Beban atas Gaji dan BOP Sesungguhnya xx Karu Biaya:
Upah:
Biaya Pemasaran xx Overhead
Daftar Sumbangan Pabrik
atas Biaya Administrasi dan Umum xx
Pemasaran
Gaji dan Upah Hutang Pajak Pendapatan xx
Administrasi
Hutang Dana Pensiun xx dan
Hutang Astek xx Umum
Hutang Asuransi Hari Tua xx

Penyetoran atas Hutang Pajak Pendapatan xx


Potongan dan beban
Gaji dan upah: Hutang Dana Pensiun xx

Bukti Kas Keluar Hutang Astek xx


Hutang Asuransi Hari Tua xx
Kas xx

3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian
pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
sebagai berikut:
a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu
Harga Pokok Pesanan.
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik xx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx

b. Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya


Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan ditampung
dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu
Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap elemen:
(1) Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).
Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan Penolong xx

(2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya
tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak
langsung sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Biaya Gaji dan Upah xx

Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx

(3) Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik


Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Akumulasi Peyusutan Mesin xx
Akumulasi Penyusutan Bangunan xx
Akumulasi Penyusutan Peralatan xx
Amortisasi Hak Paten xx

(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik


Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa
reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:

Persediaan Suku Cadang xx


Hutang Dagang/ Kas xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Persediaan Suku Cadang xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Kas xx

(5) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik


Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Kas/ Hutang Biaya xx

(6) Biaya Asuransi Pabrik


Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:
Persekot Asuransi xx
Kas xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Persekot Asuransi xx

c. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik


Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya dengan
BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:
(1) Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

(2) Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

Selisih Biaya Overhead Pabrik xx


BOP Sesungguhnya xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

BOP Sesungguhnya xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx

(3) Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba


Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:
Rugi-Laba xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:

Selisih Biaya Overhead Pabrik xx


Rugi-Laba xx

4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:

Persediaan Produk Selesai xx


Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx
Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:
Persediaan Produk dalam Proses xx
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.


Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:
Piutang Dagang/ Kas xx
Penjualan xx

Harga Pokok Penjualan xx


Persediaan Produk Selesai xx
CONTOH KASUS
PT. Lestari Jaya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi
dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Pendekatan
yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah Full Costing. Untuk
dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan
dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan November
2018, PT. Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT.
R. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp. 3.000 per lembar. Dalam bulan
yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak Rp.
20.000 per lembar dari PT.OKI, dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp.
1.000 perlembar. Pesanan dari PT.R diberi nomor 101 dan pesanan dari PT.OKI diberi nomor
102.
Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut:
1.Pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Nov perusahaan membeli bahan
baku dan bahan penolong berikut ini :
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong. Pada tanggal 3 November perusahaan
membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini:

Bahan baku :
Kertas jenis X 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000 Rp 500.000
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000 Rp 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000

Bahan penolong :
Bahan penolong P 17 kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 kg @ Rp 5.000 Rp 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah total Rp 5.945.000

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.


Bahan baku untu pesanan #101 :
Kertas jenis X 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000 Rp 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan # 101 Rp 1.350.000

Bahan baku untuk pesanan # 102

Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000


Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000 Rp 625.000
Bahan baku untuk pesanan # 102 Rp 4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000
Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong
sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000


Bahan penolong Q 40 liter @ Rp 5.000 Rp 200.000

Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000

3. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai
berikut:
Upah langsung untuk pesanan # 101 , 225 jam @ Rp 4.000 Rp 900.000
Upah langsung untuk pesanan #102, 1.250 jam @Rp 4.000 Rp 5.000.000
Upah tidak langsung Rp 3.000.000
Jumlah upah Rp 8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000
Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000
Jumlah gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000

4.Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tariff sebesar 150%
dari biaya tenaga kerja langsung yaitu sebesar:
Pesanan # 101 150 % x Rp 900.000 = Rp 1.350.000
Pesanan # 102 150 % x Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yg dibebankan Rp 8.850.000

Diminta:

1. Buatlah jurnal pembelian bahan baku


2. buatlah jurnal pembelian bahan penolong
3. Buatlah jurnal pemakaian bahan baku dalam produksi
4. Buatlah jurnal pemakaian bahan penolong dalam produksi
5. Buatlah jurnal biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
6. Buatlah pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
7. Buatlah pencatatan pembayaran gaji dan upah
8. Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan
tersebut
9. Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead paberik sesungguhnya terjadi tersebut
10. buatlah jurnal penutup untuk bop yang dibebankan
11. buatlah pencatatan selisih bop yangdibebankan terhadap bop sesungguhnya
12. jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi
13. jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai
14. pencatatan harga pokok produk yang dijual
15. pencatatan pendapatan penjualan produk
JAWAB :
No Akun D K
1 Persediaan bahan baku Rp 5.475.000
Utang dagang Rp 5.475.000

2 Persediaan bahan penolong Rp 470.000


Utang dagang Rp 470.000

3 Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 5.475.000


Persediaan bahan baku Rp 5.475.000

4 Biaya overhead Pabrik sesungguhnya Rp 300.000


Persediaan bahan penolong Rp 300.000

5 Gaji dan upah Rp 20.400.000


Utang gaji dan upah Rp 20.400.000

6 Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 5.900.000


langsung
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.000.000
Biaya administrasi dan umum 4.000.000
Biaya pemasaran 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000

7 Utang gaji dan upah Rp 20.400.000


Kas Rp 20.400.000

8 Barang dalam proses-biaya overhead Rp 8.850.000


pabrik Rp 8.850.000
Biaya overhead pabrik yg
dibebankan
9 Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 5.700.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp 1.500.000
Akumulasi depresiasi gedung 2.000.000
Persekot asuransi 700.000
Persediaan suku cadang 1.000.000
Persediaan bahan bangunan 500.000

10 Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000


Biaya overhead pabrik Rp 8.850.000
sesungguhnya
11 Selisih biaya overhead pabrik Rp 150.000
Biaya overhead pabrik Rp 150.000
sesungguhnya
12 Persediaan produk jadi Rp 3.600.000
Barang dalam proses-biaya bahan Rp 1.350.000
baku
Barang dalam proses-biaya tenaga 900.000
kerja langsung 1.350.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik
13 Persediaan produk dalam proses Rp 16.625.000
Barang dalam proses-biaya bahan Rp 4.125.000
baku
Barang dalam proses-biaya tenaga 5.000.000
kerja langsung
Barang dalam proses-biaya overhead 7.500.000
pabrik
14 Harga pokok penjualan Rp 3.600.000
Persediaan produk jadi Rp 3.600.000

15 Piutang dagang Rp 4.500.000


Hasil penjualan Rp 4.500.000

Refrensi : www.academia.com

Anda mungkin juga menyukai