Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks Indonesia ini yang merupakan suatu Negara yang demokratis
tentunya elemen masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan suatu
Negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula
dengan warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap
Negaranya. Seperti apakah hak dan kewajiban tersebut yang seharusnya
dipertanggungjawabkan oleh masing-masing komponen tersebut. Dalam tulisan
makalah ini akan mencoba menulis tentang hak dan kewajiban yang dilakukan
oleh masing-masing komponen tersebut. Apakan hak dan kewajiban Negara
terhadap warga negaranya? Dan apa pula hak dan kewajiban warga Negara
terhadap negaranya?
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling
nampak adalah unsur-unsur dari Negara yang berupa rakyat, wilayah dan
pemerintah.

Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara
tersebut merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara
adalah bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak
sedikit pula yang bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain
yang bukan merupakan Negaranya. suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-
undang atau peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan
tersebut memuat tentang siapa saja kah yang bisa dianggap sebagai warga
Negara. Di Indonesia juga salah satu Negara yang mempunyai peraturan tentang
kewarganegaraan tersebut. Maka dari itu dalam makalah ini akan coba dijelaskan
secara rinci.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting
untuk dibahas diantaranya ;
1. Apakah pengertian hak dan kewajiban itu?

2. Siapakah yang berhak menjadi warga Negara disuatu Negara?

3. Apakah wujud hubungan warga Negara dengan Negara ?

4. Bagaimana pandangan idiologis atas hak dan kewajiban warga negara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami pengertian hak dan kewajiban.

2. Mengetahui seseorang yang berhak menjadi warga Negara disuatu Negara.

3. Mengetahui korelasi hubungan warga Negara dengan Negara.

4. Menjeaskan pandangan idiologis atas hak dan kewajiban warga negara.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak dan Kewajiban

Dalam konteks kata hak dan kewajiban adalah mengandung 2 kata yaitu hak dan
kewajiban. Dari masing-masing kata tersebut tentunya mempunyai arti tersendiri.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan
suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan
tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa olehnya. Menurut pengertian tersebut individu maupun
kelompok ataupun elemen lainnya jika menerima hak hendaknya dilakukan sesuai
Pasal 30 ayat (1) UUD 1954 menyatakan hak dan kewajiban setiap warga Negara ikut serta dalam
usaha pembelaan Negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya lebih lanjut dilakukan
dengan Undang-undang(UU). UU yang dimaksud ialah UU No 20 Thn 1982 tentang Pokok-pokok
Pertahanan Keamanan Negara yang antara lain mengatur Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain
jadi harus pihak yang menerimannya lah yang melakukan itu. Dari pengertian
yang lain hak bisa berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohnya hak mendapatkan
pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah tergantung dari diri
kita sendiri, kalau memang menganggap bahwa pengajaran itu penting bagi kita
pasti kita akan senagtiasa akan belajar atau sekolah atau mungkin kuliah. Tapi
kalau ada yang menganggap itu tidak penting pasti tidak akan melakukan hal itu.

Kata yang kedua adalah kewajiban , kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut
Prof. Dr. Notonegoro wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang
semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh
pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun itu. Dari
pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab.

2.2 Penentuan warga Negara Indonesia

Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan
berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua
asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal
dari kata solum yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis
yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli

Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari


tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis

Asas yang mennyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan


beradasarkan keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada


aspek perkawinan yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat :

a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu
kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan
asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya
memiliki hak yang sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi
mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti halnya ketika belum
berkeluarga.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas
yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu
negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan.
Negara lain juga tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara
dari suatu negara.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat
menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas
problem kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride
adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride
adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap
dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2)
Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara .
ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang


Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi
warga negara Indonesia adalah :

a. Orang-orang bangsa Indonesia asli

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga


negara
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-
Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan . Dalam Undang-
Undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga
diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah


negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun

6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi


kewarganegaraan ganda
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara
Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi

a. Asas Ius Sanguinis, yiatu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarakan keturunan bukan negara tempat kelahiran
b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarakan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu


kewarganegaraan bagi setiap orang

d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan


kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang ini.
2.3 Hubungan warga Negara dengan Negara

Wujud hubungan anatara warga negara dengan negara adalah pada umumnya
adalah berupa peranan(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang
dilakukan sesuai dengan status yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai
pasal 34 UUD 1945. Bebarapa hak warga negara Indonesia antara lain sebagai
berikut :
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

b. Hak membela negara


c. Hak berpendapat

d. Hak kemerdekaan memeluk agama

e. Hak mendapatkan pengajaran

f. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia

g. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial

h. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial


Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :
a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan

b. Kewajiban membela negara

c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara


Selain itu ditentuakan pula hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hak
dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara
lain sebagai berikut :
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah

b. Hak negara untuk dibela

c. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan
rakyat

d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil

e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara

f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat

g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial

h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah

Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam
UUD 1945 mencakup berbagai bidang . Bidang –bidang ini antara lain, Bidang
politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan
pertahanan.

2.4 PANDANGAN IDIOLOGIS ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN

2.4.1 Idiologi Negara RI

Berdasarkan pertanyaan diatas tentu sebuah hak dan kewajiban warga negara
tidak lepas dari idiologi yang dianut oleh sistem kenegaraan. Landasan utama
bangsa indonesia adalah Pancasila. Tentu saja Pancasila sebagai landasan warga
negara Indonesia dalam bertingkah laku, termsuk segala mekanisme
pemerintahan pemerintahan.

Pancasila, menurut Soekarno (2006) sebagai penggali dijelaskan bahwa Pancasila


telah mampu mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak terlepas pada revolusi
melawan imperialisme di bumi nusantara untuk menyatakan kemerdekaan,
Pancasila sebagai filsafat cita-cita dan harapan segenap bagsa Indonesia. Bahkan
pada sila ke tiga disebutkan “ Persatuan Indonesia “. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia memiliki semangat bersatu dari beragam suku bangsa
yang berbeda. Perbedaan itu lenyap ketika mereka menyadari arti persamaan
sebagai bangsa Indonesia.
Terlebih semangat persatuan bangsa Indonesia telah dikumandangkangkan pada
sumpah pemuda. Para pemuda bersumpah berbangsa satu, bertanah air satu dan
menjunjung bahasa persatuan.

Bukti-bukti yang telah diuraikan ini menunjukan negara Indonesia didirikan atas
pondasi persatuan. Negara yang terdiri dari beragam identitas mampu disatukan
atas nama persatruan. Dengan demikian bersarkan teori yang dinyatakan
Geovanni Gentle (Syahrian:2003) bahwa negara kesatuan Republik Indonesia
adalah negara nasionalis.

2.4.2 Kewajiban Nasionalisme

Menurut Gentle melalui idealisme murni yang terpengaruh dialektika Hegel, pada
dasarnya individu memiliki kehendak atau ego. Pada tataran subjektif individu
mengenal hubungan antara manusia yang satu dan lainnya. Setelah individu
mecapai tahapan roh objektif, maka terciptalah komunitas. Melalui komunitas
beragam ego individu melebur menjadi sejarah, kebudayaan, bangsa atau
peradaban. Inilah yang disebut kesadaran mutlak individu.

Didasarkan tujuan kehidupan bersama dibentuklah negara. Beragam kepentingan


individu dengan meninjau pada teori Gentle, tentu melebur menjadi kepentingan
bersama. Negara tidak mungkin memberikan kepuasan atas setiap kepentingn
individu dan beragam kehendak yang saling bersebragan. Maka demi tujuan
utama dibentuknya suatu negara harus terdapat otoritas negara menentukan
pilihan atas beragam kehendak.Dan melalui negara kepentingan-kepentingan
individu telah melebur menjadi kepentingan bersama.
Negara ibarat masa depan nasib bersama. Kepentingan individu adalah
kepentingan egois yang menitik beratkan pada kebutuhan pribadi. Tidak mungkin
tanpa ototritas yag kuat sebuah negara mampu mnetukan pilihan yang terbaik
bagi masa depan suatu bangsa.

Bila masih terdapat kepentingan-kepentingan egoisme tentu pembelotan dari


tujuan dibentuknya negara. Pada kondisi yang seperti ini harus terdapat
persamaan persepsi atas seluruh warga negara. Warga negara harus rela
memberikan loyalitasnya kepada negara diatas kepentingan pribadi. Karena
negara memiliki nilai-nilai kearifan sebagai pelayan, pelindung dan pengayom
bangsanya.
2.4.3 Hak Warga

Sebagai warga negara yang baik harus memahami bahwa segala kehendak warga
negara yang melebur dalam lembaga negara adalah kehendak rakyat. Kehendak
yang dimulai dari kehendak individu, berinteraksi dengan konsekuensi identitas
mahluk sosial. Maka terbentuklah nilai komunalitas yang disebut kesadaran
objektif, hingga merambah pada kesadaran mutlak.
Artinya hak individu tidak diperbolehkan egois mempengaruhi kepentingan
tatanan hidup bersama atas kepentingan pribadi. Hal ini adalah kenyataan yang
tak dapat diingkari.

Termasuk pada kenyataan kebijakan pemerintah adalah hasil representasi


kepentingan-kepentingan yang berjalan melalui tatanan sehingga diambil
keputusan terbaik. Bukan saja terbatas kepentingan individu, akan tetapi hasil
dari kepentingan banyak individu yang terakumulasi hubungan mahluk
sosial.(Gentile:1928).

2.4.4 Permasalahan Kebebasan

Gagasan yang telah disampaikan oleh Lipman (1922) menjelaskan bahwa opini
publik adalah ini dari pembahasan kebijakan. Hal ini menandakan era
keterbukaan. Keberadaan opini publik berfungsi sebagi beragam pihak untuk ikut
serta dalam proses pengambilan keputusan. Melalui jalur non strukturalis,
beragam pihak mampu mempengaruhi pemerintahan. Melalui ruang publik
seseorang maupun kelompok memiliki kekuasaan di luar wewenang untuk ikut
serta mempengaruhi kestabilan negara.

Bentuk-bentuk lain keberadaan pihak diluar wewenang yang mampu


mempengaruhi negara adalah para borjuis. Melalui ruang publik maupun
beragam proses kekuasaan, kapitalis mampu mempegaruhi keberadaan para
pejabat untuk berkonspirasi mencari keuntungan. Proses pemerintahan yang
tidak sehat dan dianggap sebagai rahasia umum ini menunjukkan kuatnya aktor-
aktor yang non legitimasi untuk bergentayangan mendominasi sebagai tuan-tuan
kelompok penekan.(Westergard dan Resler, 1976).
Walaupun tidak dapat disangkal bahwa kapitalis atau pasar sebagai faktor
signifikan mempengaruhi kebijakan, akan tetapi perlu terdapat pembatasan yang
jelas antara kepentingan perseorangan sebagai saudagar dan pelaku birokrat.
Permasalahan mendasar pada negara yang memberikan era keterbukaan ini
mewariskan permasalahan mekanisme birokrasi yang tidak lepas dari nilai-nilai
kapitalis. Hal yang banyak terjadi, keberadaan pejabat maupun birokrat tidak
lepas dari modal awal untuk memasuki ranah bagian penyelenggara
pemerintahan. Konsekuensi yang terjadi persepsi tugas kepercayaan negara
sebagai harapan masa depan bangsa, menjadi kesempatan berbisnis mencari
keuntungan maksimal. Pada posisi inilah terjadi tumpang tindih antara identitas
birokrat dengan pedagang.
Solusi yang diberikan pada kasus ini adalah profesionalisme status. Tidak
dibenarkan adanya kekuasaan yang tidak diimbangi wewenang. Seperti hal yang
telah disampaikan oleh negarawan Jerman Adolf Hitler (2008) dalam bukunya
Mein Kamf; seseorang yang terkuatlah yang pantas menjadi pemimpin. Ini
menafsirkan bahwa keberadaan aktor-aktor yang memiliki kekuasan menjadikan
permasalahan baru. Aktor-aktor tersebut mampu menjadikan kondisi negara
tidak sehat. Idealisme para birokrat tercemari oleh proses yang legal maupun
ilegal.
Wabah kapitalis terjadi melalui beragam aktifitas kebebasan beragam pihak
melalui ruang publik. Maka tindakan-tindakan aktor-aktor tersebut menjadikan
provokasi yang berlanjut kepada distabilitas dan intgrasi. Hal lain yang terjadi dari
kebebasan tersebut adalah beragam kelompok kepentingan yang terakumulasi
dalam beragam kalangan; baik kapitalis NGO, CSO dan birokratis terjadi
persaingan dalam rangka kepentingan pribadi atau kelompok.

Akibat dari sistem yang terjaga ini menjadikan rakyat sebagai korban kapitalis.
Tujuan negara sebagai lembaga yang menaungi rakyat menjadi ajang persaingan
kepentingan. Tentu berakibat pada lepasnya kewajiban sebagai warga negara
yang baik, yang memberikan pengabdiannya kepada negara.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Pengertian Hak dan Kewajiban.

*Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.

* Kewajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan


atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.
3.2 Seseorang Yang Berhak Menjadi Warga Negara

*Seseorang berhak menjadi warga negara Indonesia didasarkan adanya asas-asas


pribumi asli dan tanah kelahiran. Sedangkangkan ketetapan hukumnya mengacu
pada 26 UUD 1945.

3.3 Hubungan warga Negara dengan Negara

Hubungan institusi pemerintahan yang mengatasnamakan negara dengan warga


negara memiliki timbal balik. Baik negara maupun warga negara memiliki hak dan
kewajiban untuk saling memberikan konstribusi.
3.4 Pandangan Idiologis Antara Hak Dan Kewajiban

Negara sebagai wadah bagi bangsanya dalam menuju kehidupan yang di


amanatkan melalui Undang-undang. Dalam rangka penyeimbangan antara
kedudukan antara warga negara dengan negara maka dibuatlah hak dan
kewajiban.

Daftar Pustaka

Gentile, Giovanni.1928.The Philosophy of The Modern State. Translated by


H.W.Schneider.Oxfor:New York.

Syahrian, Ery.2003.Fasisme Terorisme Negara. Pondok Edukasi: Solo.

Hitler, Adolf. 2008. Mein Kamf. Translated by Ribut Wahyudi and Sekar Palupi.
Narasi: Yogyakarta.

Soekarno. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno.Media Presindo:


Yogyakarta.

Westergarad, J. and Resler, H.1976. Class in Capitalist Society, Penguin,


Harmondswort: Middx.
Lippman, W. 1922. Public Opinion.Macmilan: New York.

Anda mungkin juga menyukai