Anda di halaman 1dari 4

NEMATHELMINTHES

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata
Dosen Pengampu:
Dr. Yayan Sanjaya, M.Si.
Dra. Rini Solihat, M.Si.
Dra. Ammi Syulasmi, M.Si.

oleh:
Kelompok 3
Pendidikan Biologi B 2017

Aghniya Nur Rahmani 170569


Alshela Hadista Dhiya 1701923
Fitamala Juliasih 1703525
Hilda Novia Sabila 1701513
Mumu Ridwanullah 1702481

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Filum Nemathelminthes
B. Tujuan Praktikum
 Mengenal keanekaragaman hewan Nemathelminthes
 Observasi morfologi dan struktur tubuh hewan yang terklasifikasi ke
dalam filum Nemathelminthes
 Mengelompokkan hewan-hewan Platyhelminthes ke dalam classis
yang berbeda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri
 Observasi dan identifikasi ciri-ciri setiap classis
C. Landasan Teori

Nemathelminthes adalah phylum yang pernah dipakai pada kerajaan


hewan (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena
polifiletik. Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih
dipakai untuk kemudahan. Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing
yang dikenal sebagai cacing gilig: hewan dengan tubuh berbentuk silinder
memanjang, bahkan sangat panjang sehingga muncullah nama
‘Nemathelminthes’ (Aryulina, 2004).

Nemathelminthes (Yunani; nema = benang: helmin = cacing)


dinamakan cacing bulat tak beruas untuk membedakannya dari cacing pipih.
Cacing dari Phylum ini panjang dan ramping dengan permukaan tubuh halus
dan mengkilap. Salah satu atau kedua ujung meruncing. Kelamin terpisah.
Menghasilkan beribu- ribu telur. Filum ini terbagi ke dalam dua kelas, yakni
Nematoda, mempunyai usus tetapi tidak mempunyai belalai, dan Acantho
cepala, tidak mempunyai usus tapi mempunyai belalai yang berduri..
(Maskoeri, 1992).
Tubuh Nemathelminthes yang silindris memiliki panjang yang
berkisar kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 m, seringkali meruncing di
ujung posterior dan tumpul di ujung anterior. Tubuhnya dilapisi oleh kutikula
yang keras; seiring pertumbuhan cacing, kutikula lama dilepaskan secara
periodik dan kutikula baru disekresikan dengan ukuran yang lebih besar.
(Campbell, 2002: 256)
Epidermis pada Nemathelminthes tipis tetapi membentuk empat tali
longitudinal. Di bawah epidermis terdapat satu lapis serabut otot yang
terbentang secara longitudinal dan dibagi oleh tali-tali menjadi 4 kuadrans.
Saluran pencernaan makanannya lengkap, mulut, intestine dan anusnya
terdapat pada ujung yang berbeda. Diantara diding tubuh dan saluran
pencernaan terdapat ruangan atau rongga yang disebut pseudosoel. Tidak
memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ ekskresinya sederhana.
(Kastawi, 2003).
Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi esofagus.
Cincin saraf itu berhubungan dengan enam saraf anterior dan beberapa saraf
posterior. Alat kelaminnya terpisah, hewan jantan lebih kecil daripada betina.
Gonad berbentuk pembuluh dan berlanjut dengan saluransalurannya. Alat
kelamin betina umumnya berpasangan dan bermuara pada vulva. Alat kelamin
jantan biasanya tunggal dan bermuara pada kloaka. Pembelahan dan
diferensiasi sel-sel embrio tampak jelas. (Kastawi, 2003).
Rongga tubuh (pseudosoel) merupakan ruangan yang terletak antara
dinding tubuh dengan saluran pencernaan. Pseudosoel itu dibatasi oleh otot-
otot di bagian luar dan kuti-kula usus di bagian dalam. Pseudosoel terbentuk
dari puing-puing sel jaringan ikat. Pada hewan muda pseudosoel itu tersusun
oleh jaringan parenkim, tetapi pada hewan dewasa parenkim tidak ada lagi
sehingga organ-organ tubuh yang ada tampak menggantung secara bebas.
(Kastawi, 2003).
Pseudosoel itu terisi oleh suatu cairan jernih yang mengandung banyak
protein. Cairan itu mendistribusikan makanan yang tercerna dan
mengumpulkan sisa-sisa makanan. Organ-organ reproduksi terletak bebas di
dalam pseudosoel. Pada cacing yang hidup bebas pseudosolosit kecil dan
jumlahnya banyak. (Kastawi, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. 2004. Biologi untuk Classis X. Jakarta: Esis


Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kastawi, Y., dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Common Textbook (Edisi Revisi). Malang:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai