Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, nikmat, taufiq, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dampak Limbah Industri
Pada Lingkungan Hidup ”.

Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami, terutama Ibu Mira Kusumasari, S.Pd. selaku guru dan pembimbing kami.

Namun sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga di masa yang akan
datang kami mampu menyusun makalah dengan jauh lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Amin…

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sekali lagi atas perhatian dan dukungan dari para pembaca.
Wassalam.

Malang, 9 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

MOTTO ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan

dan Pencemaran Oleh Industri....................................................... 4

B. Industri dan Pencemaran Lingkungan........................................... 6

C. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan

Kesehatan..................................................................................... 10

D. Limbah dan Masalahnya.............................................................. 11

E. Toksikologi Lingkungan.............................................................. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................. 15

B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai
teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan
ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek
dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara
pengekpor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang
pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis
produk teknologi dan industri dari negara maju. Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara
berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler
maupun John Naisbitt yang menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan
era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku
pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan
pembangunan berikutnya.

Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai
jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang
dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini
dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan
pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia.

Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan
terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi
berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

Gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan
ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernya lapisan es di Kutub Utara
dan Selatan bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan karena
penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang.

Selain itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan tidak terkendalinya polusi dan pencemaran
lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan limbah industri dan rumah tangga yang memperlihatkan
ketidak-perdulian terhadap lingkungan hidup. Akibat-akibat dari ketidak-perdulian terhadap lingkungan
ini tentu saja sangat merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik oleh karena industri maupun konsumsi manusia,
memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati
permasalahan lingkungan.

Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan
ketidak-harmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang-tepatan
dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan
merugikan masyarakat dan pemerintah.
Itikad penanganan dan pemecahan masalah lingkungan telah ditunjukkan oleh pemerintah melalui
Kantor Menteri Lingkungan Hidup yang mempersyaratkan seluruh bentuk kegiatan industri harus
memenuhi ketentuan Amdal dan menata hasil buangan industri baik dalam bentuk padat, cair maupun
gas. Disamping itu, berbagai seruan dan ajakan telah disampaikan kepada konsumen dan rumah tangga
pengguna produk industri yang buangannya tidak dapat diperbaharui ataupun didaur ulang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup ?

2. Bagaimana upaya-upaya penyelesaiannya dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan Dan Pencemaran Oleh Industri

Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena
permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk
hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk
hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya. keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu
memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan
dan lain-lain.

Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam
mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.

Di alam terdapat berbagai sumber daya alam yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya
berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :

- Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)

- Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources)

Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling
berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya
alam dapat dibagi atas; (a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (2). biologi, seperti
fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (3). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-
istiadat, agama, dan lain-lain.

Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan
kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material)
dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.

Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan
hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991:
50-51) mengkategorikan sifat lingkungan hidup atas dasar:

(1) Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut

(2) Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut

(3) Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup


(4) Faktor-faktor non-materiil, seperti cahaya dan kebisingan

Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan
lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka
manusia akan terpengaruh.

Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama
terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kendaraan atau cerobong
industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan
tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap
lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya.

Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan mempersepsikannya.
Soemarwoto (1991: 53) secara sederhana menerjemahkan bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari
kerasannya manusia yang tinggal di lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan
rezeki, iklim dan faktor alamiah lainnya yang sesuai.

Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen lingkungan yang sifatnya tidak
dikenali dan dirasakan, misalnya dampak radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultraviolet atau limbah
nuklir, yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.

B. Industri Dan Pencemaran Lingkungan

Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan
persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai
usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita
dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati
ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi
(daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk
mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia
diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap "survival".
Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi
besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta
revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan,
akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu
menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah
dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan

Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20) mengisyaratkan tentang pentingnya
inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara. Dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan
baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.

Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik
selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia "survival" yaitu oleh
karena teknologi.

Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang
memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon
dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat
memanasnya bumi akibat efek "rumah kaca".

Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau" mampu meningkatkan hasil
pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan
insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun
insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.

Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan
berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis
aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan,
dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro
ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer.

Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan


kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan
pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis
tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.

Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor
industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan
pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya,
Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah
ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan
walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan lingkungan akibat
industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:

- Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

- Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri,
kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota
airnya.
- Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat
kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

- Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di
beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.

- Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu.

- Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi
dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.

- Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau
oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin
menyempit dan mengalami pencemaran.

Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982,
yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.

Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : sumber perubahan
oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu
bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.

Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya.


Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran alas dasar : a) bahan
pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya; b)
pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah,
makanan, dan sosial; c) pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk
primer dan sekunder.

Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan
manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan
hidupnya.

C. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Kesehatan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1 butir 1 disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :


- Faktor Lingkungan

- Faktor Perilaku

- Faktor Pelayanan Kesehatan

- Faktor Bawaan (Keturunan)

Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.

Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka keduanya
berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga keseimbangan ini terganggu atau
mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.

Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil makanan dan
sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya, ke lingkungan alami pula
manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari badannya maupun dari proses produksinya.

Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan dampak terhadap
lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri, antara lain gangguan kesehatan,
gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial. Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati
adalah bahwa alam mempunyai daya dukung dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya
tidak seimbang maka kelestarian lingkungan juga akan terganggu.

Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan timbulnya “man
made breeding places” bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber pencemar yang dapat
memajani manusia.

Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk dengan
mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap kebutuhan manusia yang tidak hanya kebutuhan
dasar saja. Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan sandang sampai pada kebutuhan materi
sebagai hasil proses industri, memunculkan kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan
yang juga menghasilkan limbah berupa bahan berbahaya dan beracun bagi kehidupan manusia maupun
makhluk hidup lainnya.

Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang semakin berat dan
luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit infeksi maupun non infeksi sebagai
akibat dari pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan yang tidak diinginkan.

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu bergesernya pola penyakit yang
sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi, pada saat ini penyakit non infeksi antara lain hipertensi,
jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih menonjol dibanding tahun-tahun
sebelumnya.

D. Limbah dan Masalahnya

Karena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan menyebar di
lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya. Limbah cair atau
padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui batas-batas
wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah laut atau danau menjadi tong sampah.

Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian, pertambangan dan
rekreasi.

Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah tangga, juga berupa tinja dan
limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang tercemar akan menjadi
sumber penyakit menular.

Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat
limbah B3.

Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan
limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan
akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.
Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah.

Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO,
dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terjadinya
hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan
pertanian dan hutan.

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia.
Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang
mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.

Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida digunakan untuk
membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak sesuai dengan peraturan keselamatan
kerja, pestisida menjadi biosida–pembunuh kehidupan. Pestisida yang berlebihan pemakaiannya,
akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang dapat menyebabkan keracunan
konsumennya.

Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat merangsang pertumbuhan gulma
penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab
terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.

Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan.
Misalnya proses di pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau mercury akan menghasilkan
limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik.

Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui sarana transportasi, dengan limbah gas buang
di udara, tumpahan minyak dan oli di laut sebagai limbah perahu atau kapal motor di kawasan wisata
bahari.

E. Toksikologi Lingkungan
Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3), maka
substansi atau zat beracun di lingkungan yang sangat menjadi perhatian ialah yang bersumber pada
kegiatan manusia yang dibuang ke lingkungan sebagai limbah.

Karena kajian toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologi lingkungan ialah limbah kimia
yang beracun, umumnya termasuk kelompok limbah bahan berbahaya dan beracun (hazardous waste
and toxic chemical).

Sedangkan yang dimaksud dengan toxicology lingkungan adalah pengetahuan yang mempelajari efek
substansi toksik (beracun) yang terdapat di lingkungan alam maupun lingkungan binaan; mempelajari
dampak atau resiko keberadaan substansi tersebut terhadap makhluk hidup.

Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan B3 dapat diartikan “Semua bahan/senyawa baik padat,
cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan
akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”.

Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih karakteristik :

- mudah meledak

- mudah terbakar

- bersifat reaktif

- beracun

- penyebab infeksi

- bersifat korosif.

Toksikologi lingkungan menjadi sangat penting, karena kenyataannya adalah bahwa yang paling
merasakan dampak suatu kegiatan adalah manusia, bagian dari makhluk hidup.

Kata racun (toksin, toksikan) memang berhubungan dengan sistem kehidupan; sistem biologi. Toksisitas
suatu bahan kimia ditentukan dengan LD 50 atau LC 50, yaitu dosis atau konsentrasi suatu bahan uji
yang menimbulkan kematian 50 % hewan uji.

Pada manusia, sasaran toksikan pertama-tama adalah saluran pencernaan. Toksikan yang masuk melalui
makanan pertama kali di dalam mulut akan diabsorbsi atau mengkontaminasi kelenjar ludah (saliva)
yang kemudian dapat meracuni alat-alat pencernaan, dan selanjutnya menyebar ke organ vital lainnya.

Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak pada kesehatan
manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia, misalnya meminum air yang
terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan
(biological magnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :

1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat


pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.

2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan
mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.

3. Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi
kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih
mementingkan lingkungan hidup.

4. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan itikad
yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

B. Saran

Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya
terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh.
Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan
teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang
terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau
paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu
dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik
(sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk
pencegahan masalahnya.

Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses industrialisasi tidak lantas menjadi
penyebab kerusakan lingkungan adalah :

Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan oleh dunia industri
tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula diiringi dengan kemauan
untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri agar lebih intens
dalam menjaga mutu lingkungan hidup.
Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya promotif, preventif,
pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Filosofi
kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah dan murah dari pengobatan, sebaiknya
dapat menjadi rujukan.

Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment lebih dulu.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan masalah lingkungan
hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal : industri)
yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai dengan baku mutu lingkungan baik itu
baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.

Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan agar daya dukung lingkungan
dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dapat dipertahankan. Biaya yang
dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan kesehatan lebih baik untuk menjaga,
memelihara dan melestarikan lingkungan agar manusia dapat tetap produktif dan dapat menikmati
hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Slamet Ryadi. Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984.

Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta, 2002.

www.google.co.id/pengaruh_industri_terhadap_lingkungan_hidup. Diakses Pebruari 2008.

Anda mungkin juga menyukai