Anda di halaman 1dari 15

Enzim: Mekanisme Kerja

Enzim adalah polimer yang mengkatalisis reaksi kimia yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan.
Keberadaanya merupakan hal esensial untuk menguraikan nutiren menjadi energi dan bahan dasar
kimiawi. Kekurangan jumlah atau aktivitas katalitik enzim kunci dapat terjadi akibat mutasi genetik atau
infeksi virus/bakteri patogen.
Enzim Merupakan Katalis yang Efektif dan Spesifik

Enzim yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa
yang lain (produk)meningktakan laju reaksi 106 kali dibandingkans dengan tidak dikatalisis. Enzim tidak
berubah secara permanen atau dikonsumsi sebagai konsekuensi dari keikutsertaanya dalam reaksi yang
bersangkutan.
Selain sangat efisien, enzim juga sangat selektif. Enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi yang
dikatalisis maaupun substrat atau substrat-substrat yang berhubungan erat. Enzim juga merupakan katalis
stereospesifik dan biasanya mengatalisis reaksi dari hanya satu stereoisomer suatu senyawa. Karena
berikatan dengan substrat melalui sedikitnya tiga titik perlekatan, enzim bahkan dapat mengubah substrat
nonchiral menjadi produk chiral. Spesifisitas enzim sangat tinggi memberi sel hidup kemampuan untuk
bersamaan melaksanakan dan secara independen mengontrol beragam proses kimiawi.

Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi


Nama-nama yang paling sering digunakan untuk kebanyakan enzim menjelaskan tipe reaksiyang
dikatalisis, diikuti oleh akhiran –ase.contohnya, dehidrogenase mengeluarkan atom-atom hidrogen,
protease menghidrolisis protein, dan isomerase mengatalisis tata-ulang dalam konfigurasi. Pemodifikasi
dapat terletak didepan atau dibelakang nama enzim untuk menjelaskan substrat enzim (xantin oksidase),
sumber enzim (ribonuklease pankreas), pengaturannya (lipase peka hormon), atau suatu gambaran dari
mekanisme kerjanya (protease sistein).
Untuk menghilangkan ambiguitas, international Union of Biochemist (IUB) menciptakan suatu sistem
terpadu tatanama enzim yaitu setiap enzim memiliki nama dan kode khusus yang menunjukkan tipe
reaksi yang dikatalisis dan substrat yang terlibat. Enzim dikelompokkan ke dalam enam kelas:
1. Oksidoreduktase (mengatalisis oksidasi dan reduksi)
2. Transferase (mengatalisis pemindahan gugus seperti gugus glikosil, metil atau fosforil)
3. Hidrolase (mengatalisis pemutusan hidrolitik C-C, C-O, C-N dan ikatan lain)
4. Liase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C-N, dan ikatan lain dengan eliminasi atom yang
mengahasilkan ikatan rangkap.
5. Isomerase (mengatalisis prubahan geometrik atau struktural di dalam suatu molekul)
6. Ligase (mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP)

Gugus Prostetik, Kofaktor, dan Koenzim Berperan Penting dalam Katalisis


Banyak enzim mengandung berbagai molekul nonprotein kecil dan ion logam yang ikut serta secara
langsung dalam katalisis atau pengikatan sibstrat. Molekul/ion ini, yang disebut gugus prostetik, kofaktor,
dan koenzim, yang memperluas ragam kemampuan katalisis melebihi yyang dimungkinkan oleh gugus
fungsional di rantai samping aminoasil peptida.

Gugus prostetik dibedakan berdasrkan integrasinya yang kuat dan stabil kedalam struktur protein melalui
gaya-gaya kovalen atau nonkovalen. Contohnya adalah piridoksal fosfat, flavin mononukleotida (FMN),
flavin adenin dinukleotida (FAD), tiamin pirofosfat, biotin, dan ion logam Co, Cu, Mg, Mn dan Zn.
Logam adalah gugus prostetik yang paling sering dijumpai. Sekitar sepertiga dari semua enzim
mengandung ion-ion logam yang terikat erat dan dissebut metaloenzim. Ion-ion logam yangikut serta
dalam reaksi redoks umumnya berikatan dengan gugus prostetik, misalnya heme atau kelompok
besi-sulfur. Logam juga mempermudah pengikatan dengan orientasi substrat, pembentukan ikatan
kovalen dengan zat-zat antara reaksi atau berinteraksi dengan substrat untuk menyebabkan lebih
elektrofilik(kekurangan elektron) atau nukelofilik (kaya elektron).

Kofaktor berikatan secara reversibel dengan enzim atau substrat


Kofaktor memiliki fungsi serupa denhann gugus prostetik tetapi berikatan secara transien dan mudah
terlepas dengan enzim atau substrat, misalnya ATP. Tidak sperti gugus prostetik yangterikat secara stabil,
kofaktor harus terdapat dalam medium di sekitar enzim agar katalisis dapat terjadi. Enzim yang
memerlukan kofaktor ion logam disebut enzim yang diaktifkan oleh logam (metal-activated enzymes)
untuk membedakannya dari metaloenzim dengan ion logam berfungsi sebagai gugus prostetik.

Koenzim berfungsi sebagai spenagngkut atau bahan pemindah gugus yang dapat didaur ulang dan
memindahkan banyak substrat dari tempat pembentukannya ke tempat pemakaiannya. Ikatan dengan
koenzim juga menstabilkan substrat, sperti atom hidrogen atau ion hidrida yang tidak stabil dalam
lingkungan cair sel. Gugus kimia lain yang tidak diangkut oleh koenzim adalah gugus metil(folat), gugus
asil (koenzim A), dan oligosakarida (dolikol).

Banyak koenzim, kofaktor, dan gugus prostetik adalah turunan Vitamin B


Vaitamin B llarut air merupakan komponen penting berbagai koenzim. Selain vitamin B, beberapa
koenzim mengandung gugus adenin, ribosa, dan fosforil AMP atau ADP. Nikotamid adalah komponen
koenzim redoks FMN dan FAD. Asam pantotenat adalah komponen dari koenzim A pengangkut gugus
asli. Sebagai pirofosfatnya, tiamin ikut serta dalam dekarboksilasi asam α-keto dan koenzim asam folat
dan kobamidberfungsi dalam metabolisme satu karbon dan kobamidberfungsi dalam metabolisme satu
karbon.

Katalisis Terjadi Di Bagian Aktif


Spesifisitas substrat yang ekstrim dan efisiensi katalitik enzim yang tinggi mencerminkan adanya
lingkungan yang dirancang sedemikian cermat hanya untuk satu reaksi tertentu. Lingkungan ini yang
disebut bagian/ tempat aktif(active site), umumnya berbentuk celah atau kantung. Bagian aktif pada
enzim multimerik sering terletak pada pertemuan antara subunit-subunit dan merekrut residu-residu dari
lebih satu monomer. Bagian aktif tiga dimensi ini melindungi substrat dari pelarut dan mempermudah
katalisis. Substrat mengikat bagian aktif di regio yang bersifat komplementer dengan bagian substrat yang
tidak mengalami perubahan kimiawi sewaktu reaksi berlangsung. Pengikatna ini secara simultan
menyatukan bagian-bagian substrat yang akan mengalami perubahan dengan gugus-gugus fungsional
residu peptidil aminoasil. Bagian aktif juga mengikat dan mengarahkan kofaktor atau gugus prostetik.
Banyak residu aminoasil yang diperoleh dari berbagai macam rantai polipeptida ikut serta menentukan
karakter tiga dimensi dan ukuran yang besar pada bagian aktif.
Enzim Menggunakan Banyak Mekanisme untuk Mempermudah Katalisis
Enzim menggunakan berbagai kombinasi dari empat mekanisme umum untuk mempercepat laju reaksi
kimia.
Katalisis karena kedekatan
Agar dapat bereaksi, molekul-molekul harus berada dalam jarak yang cukup dekat untuk membentuk
ikatan satu sama lain. Semakin tinggi konsentrasinya, akan semakin sering molekul-molekul itu bertemu
satu sama lain dan semakin besar laju reaksinya. Ketika mengikat molekul substrat dibagian aktifnya,
enzim menciptakan suatu regio dengan konsentrasi substrat lokal yang tinggi. Lingkungan ini juga secara
spasial mmengatur arah molekul-molekul substrat sehingga diperoleh posisi ideal untuk berinteraksi. Hal
tersebut menyebabkan laju reaksi meningkat
sedikitnyaseribu kali lipat

Katalisis Asam basa


Gugus-gugus fungsional yang dapat terionisasi pada rantai samping aminoasil dan pada gugus prostetik
berperan dalam katalisis dengan berfungsi sebagai asam atau basa. Katalisis asam-basa dapat bersifat
spesifik atau umum. Spesifik dalamhal ini diartikan hanya proton (H30+) atau ion OH-. Pada katalisis
asam spesifik atau basa spesifik, laju reaksi peka terhadap perubahan dalam konsentrasi proton, tetapi
tidak bergantung pada konsentrasi asam lain(donor proton) atau basa (akseptor proton) yang terdapat di
dalam larutan atau diabagian aktif. Reaksi yang lajunya responsif terhadap semua asamatau basa yang ada
dikatakan dapat mengalami katalisis bsa umum atau asam umum.
Katalisis dengan paksaan
Enzim yang mengatalisis reaksi lisis yang menyebabkan putusnya ikatan kovalen biasanya mengikat
substratnya dalam suatu konformasi yang agak sedikit kurang menguntungkan bagi ikatan yang akan
putus tersebut. Konformasi yang terjadi akan meregankan atau mendistorsi ikatan sasaran,
melemahkannya, atau menyebabkannya lebih rentann terputus.

Katalisis Kovalen
Proses katalisis kovalen melibatkan pembentukan suatu ikatan kovalen antara enzim dan satu lebih
substrat. Enzim yang telah mengalami modifikasi terebut kemudian menjadi suatu reaktan. Katalisis
kovalen memasukkan suatu jenis reaksi baru dengan energi aktivasiyang lebih rendah dan karena itu lebih
cepat daripada dalam larutan homogen. Namun, modifikasi kimiawi pada enzim bersifat transien. Setelah
reaksi selesai, enzim kembali kekeadaannya sebelum termodifikasi. Jadi mperan enzim tersebut tetap
katalitik. Katalisis kovalen sering terjadi pada enzim-enzim yang mengatalisis reaksi pemindahan gugus.
Residu di enzim yang ikut serta dalam katalisis kovalen umumnya adalahsuatu sistein atau serin dan
kadang-kadang histidin. Katalisis kovalen sering mengikuti suatu mekanisme dengan substrat pertama
yang terikat dan produknya dibebaskan sebelum substrat keduanya terikat.

Substrat Menginduksi Perubahan


Konformasi pada Enzim
Emil Fischer mengibaratkan ikatan sangat
spesifik antara enzim dan substratnya
sebagaiu kunci dan anak kuncinya.
Meskipun perumpamaan ini dapat
menjelaskan spesifisitas yang sangat
tinggi pada interaksi enzim-substrat,
namun kesan bahwa bagianb enzimbrsifat
kaku tidak sesuai dengan
perubahan-perubahan dinamik yang
menyertai katalisis. Kekurangan ini
diatasi oleh Daniel Koshland yang mengajukan model induce fit, yang menyatakan bahwa ketika
mendekati dan berikatan dengan enzim, substrat mengiduksi perubahan konformasi pada enzim yaitu
perubahan yang analog dengan memasukkan tangan (substrat) ke dalam sarung tangan (enzim). Akibat
wajarnya adalah bahwa enzim memicu perubahan timbal balik pada substrat dengan memanfaatkan
energi ikatan untuk memfasilitasi transformasi substrat menjadi produk. Model induced fit ini telah
dibuktikan oleh studi-studi biofisik pergerakan enzim sewaktu mengikat substrat.

Residu Katalitik Bersifat “Highly Conserved”


Anggota-anggota dari suatu famili enzim, misalnya protease aspartat atau serin menggunakan mekanisme
serupa untuk mengatalisis suatu reaksi tetapi bekerja pada substrat yang berbeda. Famili-famili enzim
tampaknya berasal dari proses duplikasi gen yang menciptakan salinan kedua dari gen yang menyandi
enzim tertentu. Protein yang disandi oleh kedua gen kemudian dapat mengalami evolusi secara mandiri
untuk mengenal substrat yang berbeda dan membentuk, contohnya, kimotripsin, yang memecah ikatan
peptida di sisi terminal karboksil asam-asam amino hidrofob besar; dan tripsin yang memutuskan ikatan
peptida di sisi terminal karboksil asam-asam amino basa. Kesamaan asal mula enzim dapat diperkirakan
dari adanya asam amino spesifik diposisi yang sama di setiap anggota famili enzim. Residu-residu ini
disebut sebagai conserved residues( residu yang tidak mengalami perubahan evolusi). Protein—protein
yang memiliki banyak residu jenis ini dianggap bersifat homolog satu sama lain. Residu- residu yang ikut
serta secara langsung dalam katalisis termasuk dalam residu dengan derajat konservasi tinggi.

Isozim adalah bentuk enzim berbeda yang mengatalisis reaksi yang sama
Organisme tingkat tinggi sering mengeluarkan beberapa versi yang secara fisik berbeda dari suatu enzim,
dan masing-masing mengatalisis reaksi yang sama. Sperti anggota famili enzim lainnya, katalis-katalis
protein atau isoenzim ini berasal dari duplikasi gen. isoenzim dapat memperlihatkan perbedaan ringan
dalam sifat seperti sensitivitas terhadap faktor regulatorik tertentu atau afinitas substrat (misalnya
heksokinase dan glukokinase) yang mengadaptasikan isoenzim kejaringan atau lingkungan tertentu.
Sebagian isoenzim juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup dengan menyediakan salinan cadangan
suatu enzim esensial.

Aktivitas Katalitik Enzim lainnya Mempermudah Deteksinya


Jumlah enzim yang relatif sedikit di dalam sel mempersulit penentuan keberadaan dan konsentrasi enzim
tersebut. Namun kemampuan untuk secara cepat mengubah ribuan molekul suatu substrat tertentu
menjadi produk memudahkan masing-masing enzim untuk mengungkapkan keberadaannya. Pada kondisi
yang sesuai, laju reaksi katalitik yang dipantau setara dengan jumlah enzim yang ada, yang
memungkinkan untuk di ukur enzimnya.
Enzimologi Molekul Tunggal
Terbatasnya sensitivitas konsentrasi enzim tradisional mengharuskan digunakannya sekelompok besar,
atau ansambel, molekul enzim untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang dapat diukur. Oleh sebab
itu, data yang diperoleh mencerminkan kemampuan katalitik rata-rata masing-masing molekul.
Kemajuan-kamjuan terkini dalam bidang nanoteknologi memungkinkan kita mengamati, biasanya dengan
miroskop fluoresen, katalisis oleh masing-masing enzim dan molekul substrat.

Enzyme-Linked Immunnoassay (ELISA)


Sensitivitas pengukuran enzim dapat digunakan untuk mendeteksi protein yang tidak memilki aktivitas
katalitik. Enzyme linked immunoassay (ELISA) menggunakan antibodi yang secara kovalen terhubung
ke suatu enzim reporter misalnya alkali fosfatase atau peroksidase horseradish (sejenis tanaman lobak)
yang produk-produknya mudah dideteksi, umumnya melalui penyerapan sinar atau dengan fluorosensi.
Serum atau sampel biologis lain yang akan diperiksa diletakkan didalam lempeng mikrotiter plastik dann
tidak dapat bergerak. Semua permukaan penyerap dinding sumur yang tersisa kemudian diblok dengan
menambahkan protein nonantigen, misalnya albumin serum sapi. Kemudian ditambahkan suatu larutan
antibodi yang diiikat secara kovalen ke suatu enzim reporter. Antibodi melekat pada antigen yang telah
diimobilisasi sehingga ikut terimobilisasi. Kelebihan molekulm antibodi kemudian dihilangkan dengan
pembilasan. Keberadaan dan jumlah antibodi yang terikat kemudian ditentukan dengan menambahkan
substrat untuk enzim reporter tersebut.
Analisis enzim tertentu membantu diagnosis
Dari ribuan enzim yang berbeda di tubuh manusia, enzim-enzim yang fungsinya tidak tergantikan bagi
vitalitas sel akan terdapat diseluruh tubuh. Enzim lain atau isozim diekspreikan hanya disel tertentu pada
periode tertentu perkembangan, atau sebagain respon terhadap perubahan fisiologis atau patologis
tertentu. Analisis tentang keberadaan dan dan distribusi enzim dan isoenzim dengan ekspresi yang
biasanya spesifik untuk jaringan, waktu, atau laingkungan sering membantu penegakan diagnosis.

Enzim plasma nonfungsional membantu


menentukan diagnosis dan prognosis
Enzim dan proenzim tertentu serta
substratnya terdapat setiap saat dalam
darah orang normal dan menjalankan
fungsifisiologis dalam darah. Plasma
juga mengandung banyak enzim lain
yang fungsi fisiologisnya dalam darah
tidak diketahui. Enzim plasma yang
tampaknya nonfungsional ini berasal
dari kerusakan normal rutin eritrosit,
leukosit dan sel lain. Kerusakan atau
nekrosis jaringan akibat cedera atau
penyakit umumnya disertai peningkatan
kadar beberapa enzim plasma
nonfungsional.

Ringkasan
· Enzim adalah katalis yag sangat efektif dan spesifik
· Gugus prostetikk organik dan anorganik, kkofaktor, dan koenzim berperan penting dalam katalisis.
Koenzim yangn banyak di antaranya berupa turunan dari vitamin B, berfuingsi sebagai pengangkut.
· Mekanisme katalitik yang digunakan oleh enzim mencakup introduksi strain, aproksimasi reaktan,
katalisis asam basa, dan katalisis kovalen.
· Pada semua kelas pada enzim tertentu, residu amino asil yangikut serta dalam katalisis sangat
terkonservasi
· Substrat dan enzim saling memicu perubahan konformasi yang mempermudah pengenalan dan
katalisis substrat.
· Aktivitas katalitik enzim mengungkapkan keberadaanya,mempermudah deteksinya, dan menjadi
dasar berbagai pemeriksaan ELISA.
· Pengukuran enzim plasma membantu diagnosis dan prognosis.
· Endonuklease restriksi mempermudah diagnosis penyakit genetik dengan mengungkapkan
restriction fragment length polymorphism

Sel primer

Pada baterai kering yang biasa kita gunakan, elektroda terdiri dari dari batang karbon positif pada pusat
sel dan bejana seng negatif dengan elektrolit jeli ammonium khlorida. Potensial sel kira-kira 1,5 volt.
Selama pemakaian, seng secara perlahan-lahan larut ketika arus listrik dihasilkan. Ketika ammonium
khlorida jenuh, aliran arus listrik berhenti dan sel harus dibuang. Sel seperti itu dikatakan primer atau tak
dapat diisi ulang.

Contoh baterai yang diuraikan diatas adalah baterai tipe karbon-seng. Tipe baterai yang lebih maju adalah
baterai alkaline-mangan dioksida. Baterai ini pertama kali diperkenalkan dipasar tahun 1959. Sejak itu,
jenis baterai ini telah mendominasi pasar baterai portabel. Hal ini karena sistem alkaline dikenal memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan baterai tipe karbon-seng. Beberapa keunggulan kimia alkaline
dibandingkan kimia karbon-seng dasar adalah:

Densitas energi lebih tinggi


Kinerja pelayanan lebih unggul pada semua laju pemakaian
Kinerja suhu dingin lebih unggul
Hambatan internal lebih rendah
Umur lebih lama
Hambatan lebih besar terhadap kebocoran

Baterai alkaline silinder dibuat dengan anoda seng dengan luas permukaan besar, katoda mangan dioksida
dengan densitas tinggi dan elektrolit potasium hidroksida. Potongan melintang baterai silinder alkaline
diilustrasikan pada diagram dibawah:
Baterai alkaline menghasilkan listrik ketika katoda mangan dioksida direduksi dan anoda seng dioksidasi.
Persamaan untuk reaksi sel alkaline sederhana adalah:

Zn + 2MnO2 + H2O → ZnO + 2MnOOH

Selama reaksi ini, air (H2O) dikonsumsi dan ion hidroksil (OH-) dihasilkan oleh katoda MnO2 menurut
reaksi:

2MnO2 +2H2O+2e→2MnOOH+2OH-

Pada saat yang sama, anoda mengonsumsi ion hidroksil dan menghasilkan air:

Zn + 2 OH- →ZnO +H2O + 2 e

Elektron (e) yang dihasilkan selama reaksi digunakan untuk memberi daya alat. Laju reaksi tergantung
pada kualitas bahan baku dan ketersediaan air dan ion hidroksil selama reaksi. Sebuah baterai dirancang
untuk menjaga katoda dan anoda terpisah untuk mencegah terjadinya reaksi. Elektron yang disimpan
hanya akan mengalir ketika sirkuit tertutup. Ini terjadi ketika baterai dipasang pada alat dan alat
dinyalakan. Prinsip ini sama seperti menyalakan dan mematikan saklar lampu dirumah.

Ketika sirkuit tertutup, tarikan yang lebih kuat pada elektron oleh mangan dioksida akan menarik elektron
dari elektroda anoda seng melalui kawat dalam sirkuit ke elektroda katoda. Aliran elektron melalui kawat
ini adalah listrik dan dapat digunakan untuk aplikasi daya.
Pengertian dan Fungsi Baterai (aki)
Rahmad Hidayat Kelistrikan December 01, 2013
Pengertian Baterai (Aki)
Baterai atau aki, atau bisa juga accu adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung proses
elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan
proses elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia
menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia,
pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel.

Fungsi Baterai
Baterai atau aki pada mobil berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia, yang
akan digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu
dan komponen komponen kelistrikan lainnya.

Baterai (aki)

Kontruksi Baterai
Didalam bateria mobil terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat
plat tersebut dibuat dari timah atau berasal dari timah. Karena itu baterai tipe ini sering disebut baterai
timah, Ruangan didalamnya dibagi menjadi beberapa sel (biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan
didalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam didalam elektrolit.

Pada mobil banyak terdapat komponen-komponen kelistrikan yang digerakkan oleh tenaga listrik.
Diwaktu mesin mobil hidup komponen kelistrikan tersebut dapat digerakkan oleh tenaga listrik yang
berasal dari alternator dan baterai (aki), akan tetapi pada saat mesin mobil sudah mati, tenaga listrik yang
berasal dari alternator sudah tidak digunakan lagi, dan hanya berasal dari baterai saja. Contoh bentuk
pemakaian energi listrik saat mesin mobil dalam kondisi off (mati) adalah pada lampu parkir, lampu
ruangan, indikator pada ruangan kemudi, peralatan audio (tape recorder), peralatan pengaman dan
lain-lain.

Jumlah tenaga listrik yang disimpan dalam baterai dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik
tergantung pada kapasitas baterai dalam satuan amper jam (AH). Jika pada kotak baterai tertulis 12 volt
60 AH, berarti baterai baterai tersebut mempunyai tegangan 12 volt dimana jika baterai tersebut
digunakan selama 1 jam dengan arus pemakaian 60 amper, maka kapasitas baterai tersebut setelah 1 jam
akan kosong (habis). Kapasitas baterai tersebut juga dapat menjadi kosong setelah 2 jam jika arus
pemakaian hanya 30 amper. Disini terlihat bahwa lamanya pengosongan baterai ditentukan oleh besarnya
pemakaian arus listrik dari baterai tersebut. Semakin besar arus yang digunakan, maka akan semakin
cepat terjadi pengosongan baterai, dan sebaliknya, semakin kecil arus yang digunakan, maka akan
semakin lama pula baterai mengalami pengosongan. Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan oleh
luas permukaan plat atau banyaknya plat baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat atau dengan
bertambahnya jumlah plat baterai maka kapasitas baterai juga akan bertambah.
Sedangkan tegangan accu ditentukan oleh jumlah daripada sel baterai, dimana satu sel baterai biasanya
dapat menghasilkan tegangan kira kira 2 sampai 2,1 volt. Tegangan listrik yang terbentuk sama dengan
jumlah tegangan listrik tiap-tiap sel. Jika baterai mempunyai enam sel, maka tegangan baterai standar
tersebut adalah 12 volt sampai 12,6 volt. Biasanya setiap sel baterai ditandai dengan adanya satu lubang
pada kotak accu bagian atas untuk mengisi elektrolit aki.

Proses Kimia Terjadinya Korosi (Karat)

Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya
(misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal
dengan istilah perkaratan. Korosi ini telah mengakibatkan kerugian bermilyar rupiah setiap tahunnya.
Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi.

Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami
reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna
cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara
bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi
berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat
menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium
lebih awet.
Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e–
Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.
O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– à 4 OH–(l)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk
senyawa oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut karat.

1. Faktor-faktor penyebab korosi besi


Penyebab utama korosi besi adalah oksigen dan air.
2. Teknik pencegahan korosi besi
Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang
menggunakan besi menjadi tidak awet.

Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun
proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengan kebanyakan pengunaan besi

Cara pencegahan korosi pada besi dapat dilakukan sebagai berikut:


a. Pengecatan
Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung
timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika
terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan
jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan.
b. Dibalut plastik

Plastik mencegah besi kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik
untuk menghindari korosi.

c. Pelapisan dengan krom (Cromium plating)

Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating
dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan krom
tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil.

d. Pelapisan dengan timah (Tin plating)

Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah.
Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan melindungi besi
selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi
karena potensial elektrode besi lebih positif dari timah.

e. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi)

Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi
lebih negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia
dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi.

f. Pengorbanan anode (Sacrificial Anode)

Perbaikan pipa bawah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini
dapat diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara menanamkan logam magnesium
kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam magnesium itu akan berkarat,
sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan logam yang aktif (lebih mudah berkarat).

Proses Terjadinya Korosi


A. Proses Terjadinya Korosi
Korosi (Kennet dan Chamberlain, 1991) adalah penurunan mutu logamakibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi atau pengkaratanmerupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang
pada dasarnyamerupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontaklangsung dengan
lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitukerusakan logam besi dengan
terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosimenimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi iondengan melepaskan elektron ke
dalam (permukaan) logam dan proses katodikyang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang
sama : proses katodikbiasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungansekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya prosesreaksinya dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}
x2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)
+
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proseskorosi ini, ,yaituE0sel =+1,67
V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimanaion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon
dioksida atmosfer dengan airmembentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian
teroksidasi lebihlanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrikdipacu oleh migrasi elektron
dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalamair garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang
terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion inisehingga sulit berhubungan
dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion inisegera ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat
(II) membentuk senyawakompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks
kaliumheksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisansenyawa besi (III) oksida yang
terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembusoleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium
mempunyai potensial reduksijauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut
menjaditerhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat poroussehingga
melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

B. Dampak Dari Korosi


Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang
mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak
dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karatadalah istilah yang diberikan
terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkansecara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi.
Korosi didefenisikan sebagaidegradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya
akibatberinteraksi dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah danberlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah ataudihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya.

Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transferelektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yangmemberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima elektron(katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksioksidasi,
dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion denganmelepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
menangkap elektron-
elektron yang tertinggal pada logam.
Sumber: http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/proses-terjadinya-korosi.html

http://heriut.blogspot.com/2011/05/proses-terjadinya-korosi.html

Anda mungkin juga menyukai