Anda di halaman 1dari 5

Pada suatu hari, ada seorang tenaga penyuluh kesehatan yang bekerja disuatu

puskesmas. Beliau bernama Bapak Ateng ia memiliki seorang istri dan 4 orang anak.
Gaji bulanan Bapak Ateng tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

( Di ruang tamu keluarga bapak Ateng)

Ibu Ai: “Pipihhhh.. beras ini sudah habis, sebentar lagi anak-anak mau pulang loh.
Mimih belum masak pihh”

Pak Ateng : “Mih, emang uang yang pipih kasih kemarin sudah abis?”

Ibu Ai: “Yaaa habislah pih. Buat keperluan masak, ongkos anak-anak, keperluan
makeup mami, dll”

Bapak Ateng : “Harus hemat dong mih, keperluan yang gak penting gausah dibeli
dulu”

Ibu Ai: “Jadi kepentingan mamih menurut papih tuh gak penting? Malu pih sama
tetangga.. apa kata orang tentang keluarga kita?”

(Akhirnya suami memberikan uang untuk keperluan masak)

Sang istri membeli keperluan masak di warung. Dan bertemu dengan para
tetangganya.

Iyam : “Jeng ko belanjanya cuman itu doang sih? Saya aja tiap hari lauknya ganti-
ganti kadang daging ayam, sapi, ikan, pokoknya banyak deh”

Uun : “Iya saya juga lauknya ganti-ganti lauknya gak kayak situ”

Ibu Ai : “Jadi berapa ceu semuanya ?”

Penjaga warung : “ 15.000 ceu ”

(Sang istri langsung pergi tanpa sepatah katapun)


( Di rumah )

Ibu Ai : “Malu pih, mamih di omongin sama tetangga masa Cuma beli ginian

doang?”

( Sambil melempar sayuran yang tlah dibeli )

Bapak Ateng : “Ya mih, mau gimana lagi itu uang terakhir didompet papih.”

Ibu Ai : “Mamih gamau tau ya pih ! usaha dong lebih keras lagi. Pokoknya mamih
gamau tau gimana caranya papih menuhin kebutuhan mamih sama anak-anak.”

( Mendengar perkataan istrinya, suami merenung) ketika sedang merenung anaknya


datang . )

4 anaknya : “Assalamualaikum”

Bapak Ateng : “Waalaikummusalam”

Ranti : “Pih, aku udah ditagih Uang untuk bayar perpisahan, papih kapan mau
bayarnya?”

Bila : “Iya nih pih aku juga udah ditagih uang SPP”

Bapak Ateng : “Iya nak, nanti ya papih usahakan dulu”

Ranti dan Bila : “ Iya secepatnya ya pih”

Makan malam sudah siap semua keluarga berkumpul di ruang makan. Setelah selesai
semua keluarga sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing.

Keesokan harinya, Suami dan keempat anaknya bersiap untuk berangkat kerja dan
sekolah.

Ibu Ai : “Janji ya pih. Mamih gamau tau pokoknya pulang kerja nanti papih bawa
uang yang banyak buat keperluan mamih dan anak-anak.”
Bapak Ateng : “Iya mih, papih janji.”

( Di puskesmas )

Api : “Eh, pak ateng kenapa kok mukanya lusuh gitu.”

Bapak Ateng : “Eh ibu ………….. , ah biasa aja kok bu ga kenapa-napa.”

Epot : “Eh, cerita aja pak Ateng.”

( Rekan 3 datang membawa box obat-obat )

Zia : “ Besok ada penyuluhan di desa Kidul ya”

Epot : “ Desa Kidul itu dimana ya?”

Api : “ Oh itu mah dekat rumahnya pak Ateng.”

Zia: “ Yaudah pak Ateng ini obat-obatannya disimpan di bapak aja ya.”

Bapak Ateng : “ Eh iya mbak siap.”

Bapak Ateng pulang kerumah membawa obat-obatan dari puskesmas. Ketika di


perjalanan , Pak Ateng merenung memikirkan masalah istri dan anak-anaknya dan
mempunyai niat untuk menjual obat-obatan yang dititipkan pada dirinya untuk
penyuluhan

Dirumah

Pak Ateng : “ Assalamualaikum”

Anak-Anak : “ Waalaikumsalam, apa itu pih yang dibawa?

Pak Ateng : “Obat dari puskesmas”

Ifa : “ Buat apa pih?”

Pak Ateng : “ Buat penyuluhan besok


Bila: “ Oh iyah pih jangan lupa yah uang SPP minggu depan harus ada”

Ranti: “ Iyah pih aku juga yah uang untuk perpisahan jangan lupa “

( Mendengar perkataan anaknya, pak Ateng semakin tertekan dan membulatkan niat
untuk menjual obat tersebut )

Keesokjan harinya

(Pak ateng memberikan penyuluhan dan menjual obat-obatan tersebut setelah selesai
penyuluhan pak ateng langsung pulang ke rumah lalu memberikan uang hasil
penjualan obat dari puskesmas tersebut ke istri dan anaknya.)

(Seminggu kemudian ada warga datang ke puskesmas untuk membeli obat-


obatan yang di sosialisasikan oleh pak ateng)

Warga : “Siang suster, saya kesini mau membeli obat-obatan yang disosialisasikan
oleh pak ateng minggu lalu.

Api: “ Obat yang kemarin di sosialisasikan pak ateng bukannya gratis ya bu? Dari
pihak kami tidak dipungut biaya sepersenpun mengenai obat tersebut”

Warga : “ Loh… Saya kan beli obat obatnya di pak ateng gimana sih sus?

Api : “Memangnya ibu keluar uang berapa untuk obat tersebut?”

Warga : “ Saya kelurga uang 50ribu untuk obat-obatan itu”

Api: “ Mengenai itu saya konfirmasi dulu ke pak ateng benar apa tidaknya”

Warga : “Jelas – jelas saya membayarnya, apabila terbukti pak ateng melakukan
kecurangan, saya akan menuntut pak ateng ke meja hijau”
(Warga pergi meninggalkan puskesmas tersebut, disisi lain rekan langsung menindak
lanjuti kasus tersebut)

Api : “ Pak, apa benar kemarin saat penyuluhan obat itu diperjual belikan? Saya kan
sudah bilang obat itu gratis dari pemerintah”

Pak Ateng : “ emm… sa… saya gak jual obat itu kok (Gugup, cemas dan panik)”

Api : “ Bapak jujur sama saya sekarang!. Bapak benarkan jual obat itu? Tadi salah
satu warga datang ke puskesmas dan menurut pengakuannya, Pak Ateng menjual obat
tersebut.”

Pak Ateng : “ Saya gak jual obat itu (Langsung pergi)”

Setelah kejadian tersebut, para pegawai puskesmas menyelidiki kebenaran kasus


tersebut. Dan akhirnya terungkap bahwa pak Ateng terbukti bersalah dan dijerat
hukuman penjara 20 tahun.

Anda mungkin juga menyukai