Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH CIVIC EDUCATION

“Sikap dan Gaya Hidup Materialistis Sebagai Gejala Dalam Masyarakat

Yang Menimbulkan Kerawanan ”

Azlin Nur Suliany S 2012730016

Dosen Pembimbing:

Drs. Rustan, SA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah
ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Civic
Education.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung


penulisan makalah ini, terutama kepada Drs. Rustan, SA selaku dosen
pembimbing.

Kami berharap, makalah ini dapat diterima oleh semua kalangan, baik kalangan
muda maupun kalangan tua. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber
referensi, sumber pembelajaran, dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk siapa saja yang membutuhkan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, Januari 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
I.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
I.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................. 2
I.3 TUJUAN ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
II.1 MATERIALISME ....................................................................................................... 3
II.2 FAKTOR-FAKTOR MATERIALISME .................................................................... 4
II.3 PANDANGAN MATERIALISTIS ............................................................................ 5
II.4 DAMPAK MATERIALISTIS .................................................................................... 6
II.5 UPAYA MENCEGAH SIKAP MATERIALISTIS .................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 12
III.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 12
III.2 SARAN ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Di saat negara kita sedang dalam kondisi yang tidak menentu, masyarakat

kita justru hidup foya-foya dengan kemewahan fasilitas yang serba canggih.

Ironisnya, barang mewah itu belum tentu dibeli dari uang sendiri. Sebagian para

pemegang kekuasaan memakai fasilitas hidup mewah dari uang korupsi,

sedangkan rakyat kecil bergaya hidup mewah dari uang hutangan atau dari

sesuatu yang tidak jelas.

Sikap seperti inilah yang oleh para ahli disebut sebagai gaya

hidup hedonis, sebuah paham yang mementingkan kenikmatan sesaat. Bagi

manusia moderen, kebahagiaan dianggap dapat dipenuhi dengan fasilitas yang

serba mewah. Walhasil, budayahedonis ini menjadi sebuah paham yang

digabungkan dengan gaya hidup materialistis. Karena dengan diyakininya

bahwa kebahagiaan hanya dapat diukur dengan materi, maka akan melahirkan

kondisi ketidakpercayaan terhadap sesuatu yang immateri, yaitu Tuhan.

Gejala inipun nampaknya sudah sangat jelas ada di lingkungan kita.

Kebanyakan orang lebih mementingkan kebutuhan yang berupa materi daripada

kebutuhan spiritual. Uang dianggap segala-galanya dalam kehidupan. Alhasil,

manusia bersikap serakah dan rakus terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan materi. Paham ini membuat manusia tidak pernah merasa puas, sehingga

segala cara dilakukan untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Bertolak

1
dari paham inilah lahir tindakan kejahatan; mencuri, korupsi, kolusi dan

manipulasi merajalela di berbagai lapisan masyarakat di negeri ini. Mulai dari

orang termiskin sampai orang-orang kaya dan terpandang berlomba

memperturutkan hawa nafsunya untuk mendapatkan materi sebanyak-

banyaknya.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud materialisme?

2. Bagaimana pandangan materialistis terhadap dunia?

3. Apa dampak dari sifat materialisme?

4. Bagaimana cara mengatasi sikap materialistis?

I.3 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi yang

sebanyak-banyaknya kepada pembaca tentang sikap dan gaya hidup materialitis

itu sangat tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan kerawanan dalam

masyarakat.

2
BAB II PEMBAHASAN

II.1 MATERIALISME

Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat

dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme

adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk

kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan

mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu,

orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai

materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme

atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb).

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal

yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal

terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi

adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham

ontologi monistik. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang

realitas,materialisme berseberangan dengan idealisme.

3
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial

seperti: roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak

ada. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-satunya

adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas

materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama

atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua

gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke

dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi.

II.2 FAKTOR-FAKTOR MATERIALISME

Secara teoretis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang yang materialistis :

Kekuatan Institusional (Dominant Social Paradigm)

Materialisme pada dasarnya merupakan sebuah fakta yang disadari

atau tidak telah berada lama berkembang dalam masyarakat, termasuk

Indonesia, karena ia tidak bisa terlepas dari sistem nilai yang ada. Karena itu

materialisme akan berbeda untuk budaya yang satu dibandingkan dengan

budaya lainnya.

4
Peer Group Pressure

Seorang anak kecil bisa menjadi konsumen dikarenakan ada pengaruh

dari lingkungannya. Hal ini dikenal dengan konsep consumer socialization,

yang menurut Lowery & Fleur merupakan sebuah proses perkembangan

dimana anak muda memperoleh pengetahuan, sikap dan keahliannya yang

relevan dengan pasar.

Conspicuous Consumption

Banyak fenomena di Indonesia yang bisa dikategorikan sebagai

conspicuous consumption, misalnya lebih mementingkan penampilan

berbusana daripada kebutuhan yang layak akan rumah agar dihargai oleh

oranq lain.

II.3 PANDANGAN MATERIALISTIS

Makna Pandangan Materialistis Terhadap Dunia Yaitu pemikiran

seseorang yang hanya terbatas pada bagaimana mendapatkan kenikmatan sesaat

di dunia, sehingga apa yang diusahakannya hanya seputar masalah tersebut.

Pikirannya tidak melampui hal tersebut, ia tidak mempedulikan akibat-

akibatnya, tidak pula berbuat dan memperhatikan masalah tersebut. Ia tidak

mengetahui bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai ladang akhirat. Allah

menjadikan dunia ini sebagai kampung beramal dan akhirat sebagai kampung

balasan. Maka barangiapa mengisi dunianya dengan amal shalih, niscaya ia

5
mendapatkan keberuntungan di dua kampung tersebut. Sebaliknya barangsiapa

menyia-nyiakan dunianya, niscaya ia akan kehilangan akhiratnya.

II.4 DAMPAK MATERIALISTIS

Sifat Materialisme Merusak Mental Anak-Anak

Harta bukanlah segalanya. Namun sayangnya, akibat kehidupan

modern yang serba materialisme itu, mental anak-anak menjadi rusak.

Padahal, kasih sayang tidak mesti ditunjukkan dalam bentuk harta bahkan

membuat orangtua harus rela utang sana-sini untuk memenuhinya.

Fenomena rusaknya mental anak-anak akibat materialisme itu pun

tampak sangat parah di negara maju seperti Inggris. Berdasarkan hasil

penelitian, sekitar 89 persen orang dewasa di sana sepakat bahwa anak-anak

semakin menjadi materialistis dibandingkan sebelumnya.

Temuan ini berdasarkan survei GK NOP yang melibatkan 1.225

responden orang dewasa di Inggris. Dari hasil temuan polling ini, sebagian

besar orang dewasa Inggris meyakini bahwa anak-anak generasi zaman

sekarang lebih materialistis dibandingkan anak anak sebelumnya. Polling ini

di antaranya menanyakan tentang berbagai macam permintaan anak-anak

kepada orangtuanya.

6
Kita tidak bisa menyalahkan anakanak begitu saja karena munculnya

budaya ini. Selama ini orang dewasa apakah mendukung anak menjadi

materialistis atau tidak. Tercatat, keuntungan industri di Inggris dari segmen

pasar anakanak diestimasikan mencapai sebesar 30 miliar

poundsterling. Menjual gaya hidup pada anak-anak telah mengakibatkan

budaya kompetisi materialisme serta membuat mereka menjadi sangat

individualis dan serakah nantinya ketika dewasa dan hidup bersosialisasi.

Tekanan produk komersial terhadap anak-anak memberikan dampak

merusak mereka.

II.5 UPAYA MENCEGAH SIKAP MATERIALISTIS

Nasib Manusia tak ubahnya seperti roda yang berputar. Kadang ia

berada di atas, tetapi pada kali lain tiba-tiba berada di bawah. Hari ini

seseorang hidup penuh gelimang penghargaan, penghormatan, pujian dari

sesama manusia.

Namun, esok lusa mungkin ia jatuh terpuruk menjadi makhluk yang

hina dina. Hidup berlumuran aib, sehingga kemana pun kakinya melangkah,

cercaan, cemoohan senantiasa menimpuki sekujur tubuhnya. Beruntunglah

bila semua hanyalah “sekadar” ujian dari Allah, dan disadari sepenuhnya

sehingga ia pun menjadi ahli syukur ketika ujian berupa balak bencana

datang mendera.

7
Harga diri adalah barang teramat mahal yang sekali-kali tidak akan bisa

dibeli dengan uang. Namun, sayangnya manusia yang telah mabuk dengan

harta, gelar, dan kedudukan, justru beranggapan bahwa harga diri akan datang,

bila aksesoris duniawi itu tergenggam erat di tangan. Padahal, itulah jiwa

materialistis yang akan menghancurkan harga diri seseorang. Berikut

merupakan upaya untuk mencegah sikap materialistis sejak dini :

CARA MENDIDIK ANAK AGAR TIDAK MATERIALISTIS

1.Membatasi tontonan televisi :

Ini aturan yang sering disebutkan oleh para ahli. Sebaiknya anak tidak

menonton lebih dari dua jam setiap hari. Selain sejumlah program yang dibuat

banyak yang masih tidak sesuai dengan usia anak, iklan yang muncul di antara

program tersebut kerap menarik perhatian anak dan pada akhirnya membuat

mereka menginginkannya. Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan

mengalihkan perhatian anak saat jeda iklan. Kalaupun tidak, jelaskan kepada

anak tentang teknik pemasaran yang biasa digunakan dalam iklan. Atau tonton

acara yang tidak ada iklannya.

8
2. Perhatikan apa yang diperhatikan anak:

Bila Anda melihat anak ingin menggunakan celana jins skinny, pakaian

dengan merek ternama karena melihatnya di majalah, inilah waktunya untuk

menjelaskan kepada mereka agar tidak selalu mengikuti arus. Pada awalnya

anak mungkin saja akan kesal, sebal, dan mengatakan Anda tidak paham

perasaan mereka. Namun, dengan mengingatkan akan hal tersebut, pada

akhirnya anak akan meresapi penjelasan Anda.

3.Katakan "tidak":

Bukan tindakan tepat untuk selalu memberikan apa saja yang diinginkan

anak. Lagipula, menurut Michele, Anda tidak selalu mendapatkan apa yang

diinginkan dalam hidup ini 'kan? Mengatakan "tidak" atau menolak membelikan

benda-benda yang diinginkan anak bukanlah hal keliru.

4. Hadiah tanpa membeli:

Sesekali ada baiknya juga melatih anak untuk tidak membeli hadiah bagi

anggota keluarga. Hal itu akan mendorong anak untuk kreatif dalam membuat

hadiah tanpa mengeluarkan uang, misalnya membuat kartu, puisi, atau poster

yang menggambarkan rasa sayang mereka bagi penerima hadiah.

9
5. Menjadi panutan:

Sebelum terburu-buru menyalahkan iklan di televisi maupun teman

sepermainan anak, coba lihat kembali diri sendiri. Apakah Anda gemar

mengoleksi barang tertentu yang harganya sangat mahal? Apakah Anda sebagai

orangtua suka membeli aneka busana dari perancang atau merek terkemuka?

Kalau jawabannya iya, orangtua perlu membenahi diri. Perlu diingat, anak lebih

meniru orangtuanya. Dengan kata lain, kalau orangtua ingin memiliki anak yang

tidak materialistis, harus bisa menjadi contoh. Percuma saja orangtua

mengajarkan anak untuk tidak selalu membeli barang mewah sementara sang

ibu masih asyik membeli sepatu atau tas dengan harga selangit.

6.Ajarkan prioritas:

Gunakan keputusan berbelanja sebagai peluang untuk mengajarkan

perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengontrol keinginan yang tidak

perlu. Saat berbelanja untuk keperluan sekolah, misalnya, minta anak untuk

membuat daftar barang yang diinginkan lalu buat prioritasnya.

7. Latih kesadaran untuk menyumbang:

Tidak harus memaksa anak untuk mau menyumbangkan benda

kesayangan mereka. Orangtua bisa menjadi contoh baik dengan

menyumbangkan barang sendiri untuk kegiatan amal dan jelaskan alasan Anda

melakukan itu. Setelah itu biarkan anak tahu bahwa mereka dapat
10
mendonasikan barang-barangnya juga. Barang tersebut bisa diberikan kepada

sepupu yang lebih kecil ataupun kepada anak-anak yang tidak mampu. Hal itu

akan membantu anak menyadari bahwa barang hanya objek semata.

Mereka juga belajar untuk melepaskan kesenangan dari barang yang dimiliki

agar orang lain dapat merasakan, kesenangan yang sama, seperti yang

dialaminya.

11
BAB III PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Sikap materialis ini menjadi sebuah paham yang sangat membahayakan

bangsa ini. Masyarakat kita lebih banyak menghabiskan uang untuk aktivitas

yang tidak jelas atau hiburan semata. Pertimbangan penting tidaknya berdasar

nilai guna suatu aktivitas bukan lagi prioritas, tetapi yang lebih penting dapat

melahirkan kebahagiaan sesaat. Ironisnya lagi, kebahagiaan itu diukur dari

kepuasan batin karena bisa merasa lebih mewah dari orang lain. Hasilnya

banyak orang berlomba-lomba dengan kemewahan. Rumah,

kendaraan, handphone, dan fasilitas mewah lainnya, bukan lagi ditentukan dari

nilai kegunaannya tetapi lebih pada nilai gengsi. Jika ini yang menjadi landasan

maka segala cara akan dilakukan untuk bisa mewujudkan kepemilikan benda

yang diinginkan. Itu sebabnya seseorang sering terdorong melakukan kejahatan

demi memenuhi hasrat memiliki benda bergengsi tersebut. Karena bagi yang

tidak mampu, akan tergoda melakukan segala cara untuk mendapatkan benda

itu demi mengikuti tren lingkungannya.

12
III.2 SARAN

Gaya hidup seperti ini merupakan sebuah ilusi. Ilusi yang memberi

kebahagiaan semu. Kebahagiaan dalam mimpi yang akhirnya akan

mengecewakan kita sendiri. Tanpa kita sadari biaya hidup yang kita keluarkan

terbuang secara percuma. Tindakan ini sebagai sesuatu yang mematikan.

Bagaimana tidak? Barang-barang mewah yang kita beli adalah barang impor.

Itu sebabnya, semua pengeluaran yang kita belanjakan bukan untuk kemajuan

bangsa sendiri, tetapi untuk bangsa lain yang secara ekonomi, sosial, dan politik

telah menjajah kita. Itulah kebodohan paling nyata dalam diri kita saat ini.

Sikap ini nampaknya sudah semakin terkikis di kalangan masyarakat

kita. Padahal sikap kesederhanaan inilah yang akan mengendalikan diri kita dari

kebobrokan moral yang melanda generasi bangsa ini. Itu sebabnya, perlu

adanya upaya penyadaran kembali akan pentingnya menjaga karakteristik

bangsa yang terpuji itu. Jika tidak demikian, lama-kelamaan bangsa ini akan

hancur berkeping-keping akibat sikap kita sendiri yang tidak mendukung

pembangunan di negeri ini. Jangan sampai negeri yang sudah bergelimang

hutang ini, bergaya hidup mewah dengan hutang-hutang yang lain. Jika ini

dilakukan tentu akan sangat membahayakan eksistensi bangsa dan negara ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme

http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/22/pandangan-materialistis/

http://wajiran.com/2012/07/gaya-hidup-hedonis-dan-materialis-pemusnah-bangsa.html

http://lifestyle.okezone.com/read/2008/02/29/196/87929/sifat-materialisme-merusak-mental-
anak-anak

http://terkomplet.blogspot.com/2012/02/cara-mendidik-anak-agar-tidak.html

14

Anda mungkin juga menyukai