Anda di halaman 1dari 10

HANDOUT MATA KULIAH EKONOMI LINGKUNGAN

EKONOMI LINGKUNGAN

A. PENGERTIAN

Ekonomi lingkungan adalah : Ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam


memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga fungsi / peranan
lingkungan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan dalam
penggunaannya untuk jangka panjang.

Lingkungan hidup (Undang-Undang No.23/1997 tentang Pengelolaan L.H)


adalah : Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.

Peranan lingkungan; yang utama :


1. Sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau
langsung dikonsumsi
2. Sebagai asimilator (pengolah limbah secara alami)
3. Sebagai sumber kesenangan (amenity)

Ilmu ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia
dalam menentukan pilihan atau ilmu tentang memilih diantara beberapa
alternatif.

Ekonomi arti :
 Mencari keuntungan maksimum dengan biaya yang sudah ditetapkan
(untung – rugi)
 Mencari keuntungan maksimum dengan tujuan tertentu dan biaya yang
sudah ditetapkan, jadi bukan biaya minimum. Biaya minimum = biaya nol
– tak mungkin secara matematik.

Ekonomi berhubungan SDAL yang terbatas


Dalam bahasa sederhana : * Ekonomi identik dengan kelangkaan
* Ekonomi berarti untung – rugi

Masalah lingkungan hidup : Ketidakseimbangan penggunaan & Stock


Stock kualitas ----- pencemaran

kuantitas ------ melestarikan

Pencemaran : * UU RI NO. 23 / 1997


 Berubahnya kualitas lingk.hidup sampai dengan
mengganggu atau tidak nyaman.

Segi ekonomi : untung --- rugi


Segi lingkungan : hati nurani ------ Tuhan

B. TUJUAN
Tujuan ekonomi lingkungan : Bagaimana memecahkan masalah
pencemaran kemudian di cost-kan/Rupiahkan

Sebab-sebab merosotnya fungsi lingkungan (pencemaran) terjadi karena :


sebab utama karena sifat dan ciri yang melekat pada lingkungan alami
sehingga manusia berusaha mengeksploitasi secara berlebihan. Beberapa sifat
dan ciri yang melekat dalam lingkungan alami antara lain :
1. Adanya sifat sebagai barang PUBLIK = PUBLIC
2. Adanya sifat sebagai barang UMUM = MILIK BERSAMA = COMMON
PROPERTY
3. Adanya sifat sebagai EKSTERNALITAS

Selain itu :
1. Proses produksi/konsumsi mengalami entropy
2. Sifat manusia yang homoeconomicus
3. Daya dukung lingkungan (carriying capacity) terbatas
 Barang publik
Ciri : * NON EXCLUTION PRINCIPLE
* NON RIVALRY IN CONSUMPTION
 Barang milik umum
Ciri : COMMON PROPERTY IS NO ONE PROPERTY AND IS
EVERY ONE PROPERTY) ----- terjadi eksploitasi besar-besaran
sehingga akan punah. Inilah yang disebut Law of The Common.

C. Perusakan SDAL dan Ganti Kerugian (Kompensasi)

Pembangunan Ekonomi menyisakan permasalahan Eksternalitas,


berupa :Perusakan SDAL Sengketa publik

Perlu Analisis terhadap perusakan SDAL dan biaya kompensasi


Beberapa hal yang perlu dianalisis antara lain:
1. Siapa yang menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan.
2. Siapa yang terkena dampak negatifnya
3. Status kepemilikan nya bagaimana
4. Jenis dampak/eksternalitas
5. Besaran dampak
6. Lamanya dampak
7. Jenis SDAL yang terkena dampak
8. Nilai SDAL baik yang dapat dinilai secara ekonomi maupun yang
tidak.
9. dll

 Menghitung Nilai Kerusakan Lingkungan dan Ganti rugi akibat


pencemaran perlu suatu PANDUAN

D. Konsep Penghitungan Ganti rugi Pencemaran dan Perusakan


SDAL

Secara UMUM : pemberian nilai moneter secara kuantitatif terhadap


pencemaran dan perusakan SDAL.

INDIKATOR : Besaran kerugian ekonomi, tergantung : bagaimana


masyarakat merespon perubahan yang terjadi pada
lingkungan.

E. Perhitungan Ganti Rugi Akibat Pencemaran dan Perusakan


Lingkungan.

Pendekatan umum dan sifatnya praktis,yaitu:


1. Pendekatan Kesejahteraan
2. Pendekatan berdasarkan Prinsip Biaya Penuh (Full Cost Principle
Ecological Demage)
3. Pendekatan Biaya Pemulihan (Costing Method)
4. Pendekatan Produktivitas yang Hilang

F. Nilai Kerusakan Lingkungan


(How to Calculated Demage Cost)

Lahan
Fungsi Sumber Daya Lingkungan Udara
Air

 Kerusakan lingkungan terjadi kalau fungsi SDAL (Air,Udara,Tanah)


menurun/tidak sesuai dengan peruntukannya.
Apakah dapat diukur secara kuantitatif ?
Segi hukum ---- angka kualitas air : A,B,C,D ------ Peraturan ---- Baku mutu

G.CONTOH
Suatu lokasi akan dibangun TPA

TPA Pemukiman penduduk

Bau

Harga Tanah turun

Konsep :
1. Nilai didekati dengan konsep pasar pengganti = masyarakat harus membeli
pewangi ruangan agar tidak bau sampah (biaya = rupiah)
2. Rumah ditutup AC (biaya = rupiah)
3. Kemana-mana bawa tabung O2 (biaya mahal)
4. Penduduk akan pindah di tempat yang jauh dari TPA ---- padahal harga tanah
di lokasi lain mahal (biaya mahal)
Ada 2 kemungkinan :
 Penduduk bereaksi ----- dipicu adanya bau sampah
 Penduduk diam -------- sudah beradaptasi dengan
bau sampah.

Catt : TPA ada setelah ada bangunan rumah

H. Ganti rugi atau nilai kerusakan lingkungan dapat dihitung dengan


pendekatan sebagai berikut :

1.Nilai Produktivitas Yang Hilang


Konsep : di dekati dengan nilai pasar pengganti (substitusi = proksi)
Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa kita menilai lingkungan alam
dengan mencari nilai substitusi yang dekat/mendekati. Dapat diilustrasikan
dengan contoh-contoh berikut :

 Danau A yang tercemar air limbah Pabrik Kayu Lapis milik PT. X

Fungsi :
1. Mancing
2. Irigasi
3. MCK
4. Renang
5. Keramba

1. Mancing
Akibatnya masyarakat sekitar tidak bisa mancing di danau A tersebut, kemudian
mencari pengganti yaitu dengan memancing di kolam pemancingan dan harus
membayar.

Nilai Kerusakan (NK) = berapa orang x berapa kali mancing x tarif


N.K =  orang x frekuensi mancing/ tahun x tarif
N.K = 100 orang x 20 kali/th x Rp 10.000
N.K = 20.000.000 rupiah/tahun/orang

2. Renang
Setelah ada pencemaran di Danau A, masyarakat mencari pengganti kolam
renang umum dengan membayar tarif

N.K = Subyek x frekuensi renang/ tahun x tarif


N.K = 50 orang x 10 kali / th x Rp.7000
N.K = 3.500.000 rupiah/tahun/orang

3. Keramba
Setelah terjadi pencemaran di Danau A ikan kurus bahkan banyak yang mati.

Nilai kerusakan =  keramba x Δ Berat Badan Ikan x Jumlah ikan x


Frek.panen/th x Harga ikan – Biaya pemeliharaan (OM)
Δ = Produktivitas (BB ikan sebelum pencemaran – BB ikan setelah
pencemaran)
Jumlah keramba 50 buah, 1 keramba berisi 500 ekor, dalam 1 tahun 2 kali
panen.Harga ikan Rp. 10.000/kg. Sebelum terjadi pencemaran berat ikan 1,5 kg
kemudian setelah terjadi pencemaran berat ikan 1 kg, biaya OM Rp 300.000

N.K = 50 buah x (1,5 kg – 1 kg)/ekor x 500 ekor x 2 kali/th x Rp.10.000 - Rp.


300.000
N.K = 50 x 0,5 x 500 x 2 x 10.000 – 300.000
N.K = 250.000.000 – 300.000
N.K = 249.700.000 rupiah/tahun

4. Irigasi
Pencemaran air kualitas air turun produktivitas turun

Nilai Kerusakan = Luas Area x Δ Produktivitas x Frekuensi tanam x


Harga pasar

N.K = 80 Ha x (3 ton-1 ton) x 2 kali/th x Rp.5500


N.K = 0,8 km2 x 2000 kg x 2 x 5500/kg
N.K = Rp. 17.600.000/km2/th
N.K = Rp.1.760.000.000/ha/th

1 ton = 10 kw = 1000 kg
1 ha = 10.000 m2
1 ha = 0,01 km2
Harga beras 1 kg = Rp. 5500

5. MCK
Nilai Kerusakan didekati dengan nilai pasar pengganti
Masyarakat membuat kamar mandi dan WC --- alat dan
bangunan.
Nilai kerusakan dihitung dari biaya pengganti membangun kamar mandi dan WC.

 Biaya pencemaran air dan tanah


Sungai tercemar masyarakat di hilir sungai yang biasa mengunakan air
sungai untuk keperluan sehari-hari terpaksa harus mencari air dari mana saja
bahkan harus membeli air. Jelas akan menimbulkan biaya tambahan yang bisa
dianggap sebagai biaya pencemaran.
Ada kasus : Pemerintah di negara bagian Queensland dipaksa untuk
menempatkan kembali seluruh penduduk pinggiran kota Brisbane karena terjadi
keracunan tanah. Dalam kasus ini kita bisa menyamakan biaya pencemaran
dengan biaya konstruksi dari rumah-rumah baru yang dibangun di lokasi lain.
ECOLABELLING

1. Pengertian Ecolabel
Ekolabel (ecolabel) adalah sebuah tanda pada mata dagangan yang menerangkan
bahwa produksi mata dagangan tersebut memenuhi persyaratan tidak merusak
lingkungan.
Mata dagangan yang tidak mempunyai ekolabel akan ditolak oleh
konsumen,sehingga mata dagangan tersebut tidak laku dipasaran. Ecolabelling
merupakan salah satu alat untuk mengawasi perdagangan sehingga produk yang
diperdagangkan tidak akan merusak lingkungan. Produk yang akan dipasarkan diberi
label atau tanda bahwa dalam keseluruhan proses produksinya, mulai dari
pengambilan bahan mentah, proses produksi, konsumsinya dan setelah produk itu
tidak digunakan lagi tetap bersahabat dengan lingkungan (ramah lingkungan).
Gagasan mengenai ekolabel kini mulai berkembang mencakup bidang yang luas,,
yaitu analisis daur hidup (life-cycle analysis) mata dagangan. Analisis ini dimulai
dari penyelidikan bahan baku sampai pada pembuangan bekas. Istilah yang dipakai
ialah “from cradle to grave” (dari lahir sampai kuburan). Para produsen dituntut
untuk memilih bahan baku yang memenuhi syarat ekolabel, yaitu : produk yang
dihasilkannya harus tidak atau kurang merusak lingkungan, misalnya tidak boros
energi, dan setelah produk itu habis dipakai juga tidak akan merusak lingkungan,
misalnya produknya harus bisa di daur- ulang atau di pakai - ulang. Kriteria ekolabel
tidak mudah untuk dirumuskan, untuk itu International Standarization
Organization (ISO) telah membentuk sebuah komisi teknik yang disebut ISO/TC-
207 Environmental Management (Pengelolaan Lingkungan).

ISO/TC-207 mempunyai 6 subkomisi berturut-turut:


1. SC-1: Sistem Pengelolaan Lingkungan.
2. SC-2: Audit Lingkungan
3. SC-3: Label Lingkungan (Ekolabel)
4. SC-4: Evaluasi Kinerja Lingkungan
5. SC-5: Analisis Daur Hidup
6. SC-6: Istilah dan Definisi
2. Perkembangan Ecolabelling
Sejak tahun 1978 Jerman menetapkan Ecolabel (Blue Angel) pada 4000 produk
dengan maksud: menurunkan polusi, memberikan informasi pada konsumen,
memberi rangsangan ekonomi agar memproduksi dengan teknologi ramah
lingkungan.
Canada dengan Environmental Choice Program telah menetapkan label pada
sejumlah barang rumah tangga.
European Community Ecolabelling Sceme dilaksanakan sejak Juni 1993, mencakup
mesin cuci, hair sprays, toilet paper, kitchen tissues, akan menyusul photocopies
paper, writing paper, laundry detergent, dishwasher detergent, dll.
Inggris membentuk British Standards Institusion melaksanakan the actual
assessment of certification bodies, yang terdiri dari 4 kelompok sertifikasi :
1. Quality Management System
2. Product Conformity Certification
3. Product Approval
4. Personel Engaged in Quality Verification
Indonesia dalam GBHN 1993 menganut pola pembangunan berkelanjutan. Dalam
forestry agreement Indonesia memuat prinsip cut no more than the increment
growth of the forest yang dilaksanakan melalui system tebang pilih dan tanam.
Untuk melaksanakan sistem ekolabeling ini diperlukan lembaga yang sifatnya
independen. Lembaga ecolabeling ini harus mempunyai kredibilitas yang tinggi
sehingga apa yang diputuskan akan diterima masyarakat konsumen secara luas.
Syarat selanjutnya proses pemberian label ecolabeling harus transparan demi
mendapatkan kredibilitas tersebut.
AUDIT LINGKUNGAN
( Environmental Audit)

Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1997, Audit Lingkungan adalah suatu


proses evaluasi yang dilakukan oleh penangung jawab usaha/kegiatan untuk
menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan atau
kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan
atau kegiatan yang bersangkutan. Audit lingkungan sifatnya sukarela dan untuk
kepentingan intern, namun pada hakekatnya wajib dilakukan oleh pengelola
usaha/kegiatan/proyek, karena:
1. Hasil kegiatan /produk “terancam” tidak laku dijual karena konsumen /masyarakat
(apalagi dunia) sudah mulai peduli dengan “produk hijau” atau “ramah lingkungan”.
2. Lingkungan yang terancam berakibat SDAL ikut terancam sehingga tidak dapat lagi
digunakan dalam proses produksi, akibatnya kegiatan menjadi tidak berkelanjutan.
3. Dalam UU NO. 23/1997 pasal 28 dinyatakan :dalam rangka peningkatan kinerja usaha
dan atau kegiatan, untuk melakukan audit lingkungan, selanjutnya dalam pasal 29 (1)
disebutkan bahwa “ Menteri berwenang memerintahkan penanggungjawab
usaha/kegiatan untuk melakukan audit lingkungan apabila yang bersangkutan menunjukkan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang diatur dalam UU NO.23/1997 ini, dan pada ayat
2 dinyatakan bahwa”apabila penanggungjawab usaha tidak melaksanakan perintah
sebagaimana dimaksud ayat (1), Menteri dapat melaksanakan atau menegaskan pihak
ketiga untuk melakukan audit lingkungan atas biaya penanggung jawab
usaha/kegiatan.
Audit lingkungan merupakan bagian dari ISO 14000 yang diadakan untuk tujuan
menciptakan standar industri yang sifatnya sukarela demi kepentingan perdagangan
internasional.

Silahkan membaca Keputusan MENTERI KLH RI N0: 42/MENLH/11/1994. Tentang


PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP.

Anda mungkin juga menyukai