Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung
meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan
dan lahan terjadi karena adanya intervensi manusia dengan lingkungannya dalam
bentuk konversi hutan dan lahan untuk kegiatan pertanian, transmigrasi,
perladangan, perkebunan dan kegiatan pengusahaan hutan (HTI/HPH),
pembukaan lahan dengan menggunakan api. Kegiatan-kegiatan tersebut
cenderung bersifat eksploitatif tanpa memperhitungkan dampak kerugian terhadap
sumberdaya alam dan lingkungan.

Salah satu kejadian yang memberikan dampak sangat merugikan yaitu


kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada periode 1997/1998 seluas 263.992 ha
(Ditjen PHPA, 1998). Sebab, kebakaran menyebar hampir di seluruh Indonesia
dan menimbulkan kerugian besar terhadap lingkungan yaitu kerugian sumberdaya
hutan dan lahan, sosial ekonomi masyarakat serta kerugian akibat asap kebakaran
hutan yang menimbulkan polusi sampai ke negara tetangga Malaysia dan
Singapura.

Kalimantan Barat adalah salah satu propinsi yang mengalami kebakaran


hutan dan lahan tahun 1997/1998 (43.978,30 ha) yang meliputi kawasan hutan
26.590,36 ha dan lahan perkebunan 17.387,94 ha (Pusdalkarhutla, 1997). Dari
luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat diketahui bahwa 55% areal
terbakar (24.111,23 ha) berada di Kabupaten Sintang, terdiri atas kebakaran hutan
(20.437,23 ha) dan kebakaran lahan perkebunan (3.674 ha). Kebakaran hutan dan
lahan di Kabupaten Sintang meliputi: Kawasan Taman Nasional Bukit Baka,
Hutan Produksi dan Hutan Tanaman (HPH/HTI), Hutan Wisata Baning, dan lahan
perkebunan (swasta dan masyarakat).

Kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan


kerugian lingkungan yang sangat besar baik ditinjau dari aspek sosial ekonomi,
ekologi dan politis. Bentuk kerugian tersebut antara lain: rusak dan hilangnya
sumberdaya hutan, meningkatnya laju erosi tanah, menurunnya sistem penyangga
kehidupan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis flora dan fauna sebagai
sumber plasma nutfah, berubahnya fungsi hidro-orologis, perubahan iklim mikro,
dan menurunnya nilai estetika. Kerugian lain yang tidak kalah penting yaitu
dampak asap tebal yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang berpengaruh
terhadap menurunnya produktivitas masyarakat dan aktivitas ekonomi lainnya,
dan hubungan kerjasama dengan negara tetangga. Bentuk kerugian dari asap
kebakaran dapat ditinjau dari aspek: kesehatan, kehilangan produksi industri,
pariwisata, gangguan transportasi, menurunnya pengunjung hotel dan penginapan
serta kemungkinan memburuknya kerjasama diplomasi dengan negara lain.

Meningkatnya kebakaran hutan dan lahan akan memberikan dampak


kerugian ekonomi yang sangat besar dalam bentuk hilangnya manfaat dari
sumberdaya hutan dan tanaman perkebunan (on site effect) dan kerugian akibat
asap tebal bagi manusia maupun aktivitas ekonomi lainnya (off site effect).
Namun, sampai saat ini penilaian ekonomi kerusakan lingkungan akibat
kebakaran hutan dan lahan masih sangat terbatas dan penilaiannya bersifat umum
serta sangat bervariasi tergantung metode, waktu dan lokasi kebakaran hutan dan
lahan.

Penentuan metode penilaian ekonomi lingkungan akibat kebakaran hutan


dan lahan relatif sulit untuk dilakukan, terutama untuk menilai manfaat ekologi
(intangible) yang hilang dari dari sumberdaya hutan dan lahan seperti : pengatur
tata air, pengendali erosi atau banjir, penyerap karbon, pengendali iklim mikro,
keberadaan spesies langka, dan keanekaragaman hayati. Sementara untuk
pengukuran manfaat dari sumberdaya hutan dan lahan yang dapat dinilai oleh
pasar secara langsung (tangible) seperti nilai kayu dan manfaat lain yang dapat
dikonsumsi dan mempunyai nilai pasar relatif lebih mudah dinilai kerugiannya.

Dalam tataran menilai kerugian ekonomi kerusakan lingkungan akibat


kebakaran hutan dan lahan, khususnya kasus kebakaran hutan dan lahan tahun
1997 di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, tentunya diperlukan metode
penilaian yang tepat dan valid menurut manfaat yang hilang (langsung dan tidak
langsung) dari sumberdaya hutan dan lahan dan kerugian sosial ekonomi
masyarakat, baik yang sifatnya tangible maupun intangible dalam menduga nilai

2
ekonomi total kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan utama dari penelitian ini yaitu
menyusun dan mengevaluasi metode penilaian ekonomi kerusakan lingkungan
akibat kebakaran hutan dan lahan. Atas dasar tujuan utama penelitian maka
tujuan operasional dari penelitian ini sebagai berikut:

(1) Menganalisis pengaruh kebakaran hutan dan lahan serta metode penilaiannya,
untuk mengetahui total kerugian di kawasan hutan dan lahan (manfaat dan
fungsinya), biaya mitigasi dan dampak asap kebakaran terhadap masyarakat.

(2) Menganalisis dampak politis kebakaran hutan dan lahan terhadap hubungan
kerjasama dengan negara lain

(3) Menganalisis korelasi dan pengaruh dari faktor alami dan sosial ekonomi
masyarakat terhadap kebakaran hutan dan lahan

(4) Membangun dan menganalisis model pendugaan dampak kebakaran hutan


dan lahan serta nilai kerugian yang ditimbulkan

1.3. Kerangka Berpikir

Sumberdaya hutan dan lahan merupakan salah satu jenis sumberdaya yang
banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan
ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan keinginan
meningkatkan perekonomian, menyebabkan pola penggunaan hutan dan lahan
cenderung mengalami degradasi, baik dalam bentuk konversi lahan untuk
pemukiman, perkebunan, penebangan secara illegal, dan pembakaran hutan dan
lahan.

Degradasi sumberdaya hutan dan lahan akan semakin meningkat seiring


dengan meningkatnya aktivitas dan kebutuhan manusia, sementara disisi lain
ketersediaan lahan semakin terbatas. Hubungan yang asimetris ini akan semakin
mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan akibat degradasi sumberdaya hutan
dan lahan, terlebih jika terdapat aktivitas yang tidak ramah lingkungan seperti:

3
pola pembukaan lahan menggunakan api yang akan meningkatkan peluang
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan pembukaan lahan dengan
menggunakan api dan adanya perubahan cuaca atau faktor alami dalam bentuk
musim kemarau panjang serta ketersediaan bahan bakar yang cukup, maka akan
semakin meningkatkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan serta kerusakan
lingkungan yang lebih luas.

Kebakaran hutan dan lahan tersebut akan memberikan dampak antara lain:
menurunnya potensi sumberdaya hutan (tangible maupun intangible),
meningkatnya biaya pemadaman kebakaran, kerusakan tanaman perkebunan dan
pertanian, serta perubahan kualitas udara akibat asap kebakaran hutan dan lahan.

Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap potensi sumberdaya hutan


yang bersifat tangible antara lain: kerugian kayu (log dan kayu bakar) dan
kerugian hasil hutan non kayu (flora fauna). Kerugian kayu dan hasil hutan non
kayu dikategorikan sebagai nilai manfaat (use value) dan mempunyai nilai pasar
(tangible) sehingga dalam perhitungan ekonomi dinilai sebagai kerugian finansial.

Sementara kerugian lingkungan dari sumberdaya hutan akibat kebakaran


dan tidak ternilai oleh pasar (intangible) antara lain dalam bentuk: (a) hilangnya
fungsi hutan sebagai: (a) penyedia air, (b) pengendali banjir dan erosi; (c) fungsi
penyerap dan pelepas karbon; dan (d) fungsi sebagai habitat bagi spesies langka,
estetika dan keanekaragaman hayati, dan sebagai habitat bagi satwaliar termasuk
flora fauna (nilai pilihan, nilai warisan dan keberadaan). Kerugian dari hilangnya
nilai guna (use value) dari fungsi hutan sebagai: penyedia air, pengendali banjir,
erosi dan penyerap karbon termasuk dalam kategori nilai kerugian non finansial
atau tidak ternilai oleh pasar, sedang kerugian dari hilangnya spesies langka,
fungsi estetika, kerusakan keanekaragaman hayati, dan kerusakan habitat dari
sumberdaya hutan termasuk kerugian nilai yang tidak dimanfaatkan (non use
value).

Kebakaran hutan dan lahan juga menimbulkan kerugian dalam bentuk


biaya pemadaman kebakaran. Biaya yang dikeluarkan dalam bentuk biaya tenaga
kerja, peralatan dan bahan untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan.
Biaya yang dikeluarkan termasuk kerugian finansial (manfaat hilang) yang

4
seharusnya tidak akan ada, jika tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Dampak kebakaran hutan dan lahan juga terjadi pada tanaman perkebunan
dan tanaman pangan antara lain: (a) kerugian finansial dalam bentuk kerusakan
tanaman dan menurunnya produktivitas tanaman, (b) kerugian non finansial yaitu
menurunnya fungsi tanaman sebagai penyerap dan pelepas karbon, serta sebagai
pengendali erosi. Kerugian yang terjadi pada lahan perkebunan dan tanaman
pangan termasuk nilai manfaat yang dapat dikonsumsi atau diproduksi langsung
sehingga dikategorikan sebagai kerugian nilai manfaat (use value).

Kebakaran hutan dan lahan selain memberikan kerugian terhadap


sumberdaya hutan, tanaman perkebunan dan pertanian, dan biaya pemadaman
kebakaran, juga menimbulkan kerugian akibat adanya asap kebakaran hutan dan
lahan yaitu perubahan kualitas lingkungan udara baik skala regional, nasional
maupun internasional. Perubahan kualitas lingkungan udara ini akan berpengaruh
terhadap: (a) menurunnya kesehatan masyarakat (sakit mata, ISPA dan TBC);
(b) menurunnya produktivitas penduduk (tidak kerja); (c) gangguan transportasi
(udara, laut, darat); (d) menurunnya kunjungan wisatawan, hotel maupun
penginapan, dan (e) menurunnya produktivitas tanaman pangan dan perkebunan.
Perubahan kualitas udara dan akibat yang ditimbulkannya merupakan kerugian
dalam bentuk finansial (dapat dinilai oleh pasar) dan termasuk nilai guna (use
value) dalam penilaian kerugian ekonomi total kebakaran hutan dan lahan.

Selain kerugian dari sisi domestik dalam negeri, adanya asap kebakaran
hutan dan lahan yang menyebar ke negara tetangga (Singapura dan Malaysia)
berpeluang menimbulkan masalah dari aspek politis yaitu dalam hubungannya
dengan diplomasi dan kerjasama internasional karena negara kita dianggap
sebagai perusak dan pencemar lingkungan. Kerugian dari aspek politis dalam
penelitian ini belum dinilai secara ekonomi, tetapi dianalisis secara deskriptif.

Atas dasar dampak dan total kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
lingkungan maka diharapkan menjadi salah satu parameter untuk mencegah
terjadinya kebakaran sehingga keberadaan hutan dan lahan tetap lestari dan
bermanfaat bagi manusia.

5
Penggunaan SD Hutan dan
Lahan

Faktor Alami Aktivitas


Manusia/SOSEK
Kebakaran Hutan dan Lahan

Dampak Asap Dampak


Politis
Perkebunan Menurunnya Potensi SD Hutan
& Tanaman
Perubahan Kualitas Pertanian Biaya
Lingkungan Udara Pemadaman
Kebakaran
Kerusakan &
Sumberdaya Hutan Sumberdaya Hutan
Penurunan
Gangguan tangible intangible
Kesehatan Produksi
Penduduk Transportasi:
masyarakat: Tanaman,
tidak kerja Udara, Laut, & Pelepa-
Mata, ISPA Erosi Lahan
Darat san
dan TBC Pengatur tata air, Spesies Langka, Estetika,
Sumberdaya Sumberdaya Karbon
pengendali erosi Keanekaragaman Hayati,
Kayu: Log & Non-Kayu: & Penyerap
Wisata/
Kayu Bakar Habitat
Pengina- Flora & Fauna Karbon
pan
Nilai Kerugian
Finansial Nilai Pilihan
Nilai Kerugian Non- Nilai Warisan
Terganggunya Diplomasi & Finansial Nilai Eksistensi
Kerjasama dengan Negara Kerugian / Hilangnya
Tetangga & Internasional Nilai Manfaat (Use Value)
Kerugian Nilai Tidak Dimanfaatkan
(Non-Use Value)

Belum dinilai kerugian ekonominya


Total Nilai Kerugian Ekonomi Kerusakan Lingkungan

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penilaian Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan

6
Memperhatikan besarnya kerugian terhadap lingkungan, finansial maupun
non finansial akibat kebakaran hutan dan lahan terhadap sumberdaya hutan dan
lahan perkebunan (tangible dan intangible), peningkatan biaya pemadaman api
dan kerugian akibat asap kebakaran hutan dan lahan, maka perlu dilakukan
penilaian ekonomi total kerugian lingkungan dari setiap sumberdaya yang terkena
dampak, baik yang dapat dimanfaatkan (use value) maupun yang tidak
dimanfaatkan (non use value). Penilaian kerugian dari kerusakan lingkungan
akibat adanya kebakaran hutan dilakukan dengan menggunakan metode penilaian
ekonomi total (total economic value). Bagan alir kerangka berpikir dalam
melakukan penilaian ekonomi kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan
lahan, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

1.4. Perumusan Masalah

Kebakaran hutan tahun 1997 di Kabupaten Sintang seluas 20.437,23 ha


terdiri atas kebakaran HTI (97,71%), HPH (1,07%), hutan wisata atau TWA
(0,09%) dan Taman Nasional (1,13%). Sementara kebakaran lahan perkebunan
seluas 3.674 ha yang meliputi tanaman karet (32,8%), tanaman sawit (23,6%), dan
lahan perkebunan belum ada tanaman (43,6%). Kebakaran tersebut menyebabkan
kerusakan lingkungan dan menimbulkan kerugian dalam bentuk hilangnya
manfaat langsung maupun tidak langsung dari kawasan hutan dan lahan maupun
dampak lain terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan aspek politik
terhadap negara lain.

Dampak kebakaran hutan dan lahan dalam bentuk kehilangan manfaat


langsung antara lain: hilangnya potensi kayu, flora fauna, dan hasil hutan non
kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat. Kerugian akibat hilangnya manfaat
tidak langsung seperti: pengatur tata air, pengendali banjir dan erosi, penyerap
karbon, kerusakan habitat, dan keanekaragaman hayati (fungsi ekologis).

Selain itu, terdapat dampak lain yang sangat merugikan yaitu adanya asap
kebakaran hutan dan lahan, yang dapat menurunkan produktivitas dan aktivitas
sosial ekonomi masyarakat maupun aspek politis. Penurunan produktivitas dan
aktivitas sosial ekonomi masyarakat antara lain: kesehatan masyarakat, penduduk

7
tidak kerja, menurunnya kunjungan wisata dan produktivitas penginapan atau
hotel, gangguan transportasi, menurunnya produktivitas tanaman pangan (padi,
palawija dan sayuran). Sedang gangguan dari aspek politis yaitu adanya ancaman
atau gugatan dari negara lain yang dapat mengganggu hubungan diplomasi antara
negara.

Dalam menduga dampak kebakaran akibat asap diketahui relatif sulit


karena sumber polusinya dapat berasal dari daerah lain, sehingga dalam menilai
dampak asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Sintang,
diasumsikan bahwa asap yang terjadi bersumber dari kebakaran hutan dan lahan
di Kabupaten Sintang, sedang pengaruh dari daerah lain adalah relatif kecil.

Memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh asap kebakaran hutan


terhadap perubahan kualitas udara dan dampak lanjutannya terhadap kehidupan
sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Sintang, maka penilaian
kerugian ekonomi akibat asap kebakaran hutan dan lahan difokuskan pada
penilaian kerugian akibat menurunnya kesehatan masyarakat, produktivitas
penduduk, wisata dan penginapan, gangguan transportasi dan menurunnya
produktivitas tanaman pangan. Sedang pengaruh kebakaran hutan terhadap
hubungan kerjasama dengan negara tetangga yang terpapar asap dianalisis secara
deskriptif, namun belum dinilai kerugian ekonominya.

Meskipun kebakaran hutan dan lahan memberikan dampak yang sangat


besar, namun sampai saat ini, metode atau cara penilaian ekonomi secara detail
masih sangat terbatas, karena metode penilaiannya agak sulit terutama dalam
menilai hilangnya fungsi ekologis yang tidak mempunyai nilai pasar (intangible).
Oleh sebab itu, dalam melakukan perhitungan nilai kerugian ekonomi akibat
kebakaran hutan dan lahan memerlukan pendekatan dan metode penilaian yang
sesuai dengan fungsi dan manfaat dari suatu kawasan, baik manfaat yang dapat
dinilai oleh pasar maupun yang tidak dapat dinilai oleh pasar.

Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan akan bertambah besar
apabila faktor-faktor penyebab kebakaran tidak kondusif dalam mencegah atau
mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (faktor alami dan faktor sosial).
Keragaan curah hujan, kelembaban, suhu dan angin di Kabupaten Sintang tahun

8
1997 dan secara simultan terjadi konflik pemilikan lahan dan ketidakpastian
penguasaan lahan, penggunaan api tidak terkontrol dalam penyiapan lahan oleh
masyarakat, petani maupun perusahaan, tentunya akan semakin memperluas areal
yang terbakar. Adanya kompleksitas penyebab kebakaran hutan dan lahan serta
kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap lingkungan, maka perlu pendugaan
model kebakaran hutan dan lahan antara faktor-faktor penyebab kebakaran dengan
besarnya kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan.

Penilaian ekonomi kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan,


mengambil kasus di Kabupaten Sintang meliputi enam lokasi kebakaran hutan dan
lahan tahun 1997 yaitu: Taman Nasional Bukit Baka, Hutan Wisata Baning, HTI
Inhutani III, HTI Finantara Intiga, Lahan Perkebunan TCSDP dan Perkebunan
Masyarakat. Penilaian ekonomi kerugian kebakaran hutan dan lahan dari ke-enam
lokasi penelitian meliputi: penilaian hilangnya manfaat langsung (kayu
pertukangan/pulp, kayu bakar, flora fauna yang dimanfaatkan masyarakat),
manfaat tidak langsung (fungsi penyedia air, pengendali banjir dan erosi, serta
penyerap karbon) dan nilai yang tidak dimanfaatkan yaitu keanekaragaman hayati
flora fauna dan keberadaan habitat. Sementara fungsi ekologis seperti pengatur
iklim, penghasil oksigen, dan fungsi ekologis lainnya belum dikaji dalam
penelitian ini.

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka


dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang perlu dianalisis yaitu:

(1) Kebakaran hutan dan lahan memberikan dampak yang sangat merugikan baik
secara ekologi, sosial ekonomi maupun politik. Namun, metode penilaian
ekonomi kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan masih
sedikit dan bervariasi menurut metode penilaian, luas dan lokasi dampak.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian seberapa besar kerugian yang
ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan serta bagaimana metode
penilaian ekonominya?.

(2) Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan kerugian dalam bentuk hilangnya
manfaat langsung, tidak langsung dan manfaat bukan guna. Kerugian berbeda
menurut fungsi kawasan hutan dan lahan. Kerugian lain yaitu menurunnya

9
produktivitas masyarakat akibat asap kebakaran dan berpengaruh secara
politis terhadap hubungan kerjasama dengan negara tetangga. Berapa total
nilai ekonomi kerugian lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan di
Kabupaten Sintang? Berapa nilai ekonomi kerugian sumberdaya hutan dan
lahan atas dasar manfaat maupun klasifikasi fungsi kawasan (konservasi,
hutan tanaman, dan perkebunan)? Berapa nilai biaya mitigasi dan kerugian
ekonomi adanya asap kebakaran hutan di Kabupaten Sintang? Bagaimana
dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap hubungan kerjasama dengan
negara tetangga ?

(3) Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang terkait dengan
adanya aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan faktor cuaca atau kemarau
panjang. Sejauhmana pengaruh faktor-faktor alami dan sosial ekonomi
masyarakat (aktivitas manusia) berperan dalam menyebabkan kebakaran
hutan dan lahan?

(4) Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Sintang diduga
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat dan faktor alami.
Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
terhadap masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Bagaimana model
kebakaran hutan dan lahan akibat pengaruh faktor alami dan sosial ekonomi
masyarakat terhadap luas areal terbakar dan nilai kerugian ekonomi ?

1.5. Manfaat Penelitian

(1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan praktisi untuk
melakukan perhitungan nilai kerugian ekonomi lingkungan akibat kebakaran
hutan dan lahan

(2) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain dalam


mengembangkan model pendugaan dampak dan kerugian yang ditimbulkan
akibat kebakaran hutan dan lahan

(3) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah, pengusaha, dan


masyarakat dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

10
1.6. Novelty (Kebaruan)

Kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi setiap tahunnya di


Indonesia memberikan dampak yang sangat luas, baik dalam skala domestik atau
dalam negeri maupun skala regional dan internasional. Intensitas dan luas dampak
yang ditimbulkan akan berimplikasi pada kerugian biofisik, ekologi, sosial
ekonomi dan kesehatan masyarakat. Melalui penelitian ini, temuan atau hal-hal
baru yang secara akademis diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan,
khususnya dalam bidang penilaian ekonomi dampak kebakaran hutan adalah
sebagai berikut:

(1) Menemukan dan mengembangkan metode penilaian ekonomi yang tepat


dalam menduga besarnya kerugian ekonomi kerusakan lingkungan akibat
kebakaran hutan dan lahan, menurut tipe penggunaan lahan yang terbakar,
baik dalam bentuk kerugian hilangnya manfaat langsung, hilangnya manfaat
tidak langsung dan manfaat bukan guna (non use value).

(2) Mengenali dan menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap


kebakaran hutan dan lahan melalui pendekatan analisis sistem. Sehingga
dampak kebakaran hutan dan lahan, maupun besarnya kerugian yang terjadi
dapat dikurangi dengan cara mengendalikan faktor yang paling berpengaruh
dalam menimbulkan kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah.

11

Anda mungkin juga menyukai