RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 1
Kata Pengantar
Dalam rangka perwujudan amanat Peraturan Presiden RI no 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 serta sesuai dengan
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015 - 2019 bahwa Unit Organisasi
Eselon I dapat menyusun Renstra-Unit Organisasi Eselon I sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya yang yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian/Lembaga dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh.
Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata yang merupakan salah satu Unit Eselon I pada, Kementerian Pariwisata
telah menyusun Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun
2015 – 2019 (Renstra PDIP 2015 – 2019) yang memuat Kondisi umum, Potensi dan Masalah,
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran serta Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata dari tahun 2015 sampai dengan 2019 sebagai upaya memberikan
informasi yang akuntabel dan terpercaya manyangkut program dan kegiatan untuk
mencapai target dan sasaran pembangunan kepariwisataan nasional 2015 - 2019.
Dengan berpedoman dengan Renstra ini, seluruh satuan kerja di lingkungan Unit Eselon I
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat menyelenggarakan
kegiatan secara lebih sistematis, konsisten, dan seimbang sehingga pencapaian kinerja
rencana strategis yang telah ditetapkan ini dapat dengan mudah diukur.
Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian Renstra PDIP 2015 – 2019 ini, semoga kerja sama ini dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 2
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I. Pendahuluan 3
1.1. Kondisi Umum 3
1.2. Potensi dan Permasalahan 44
Bab II. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis 48
2.1. Visi 48
2.2. Misi 49
2.3. Tujuan 50
2.4. Sasaran Strategis 50
Bab III. Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan 51
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 51
dalam UU no 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan PP no 50 Tahun 2011
tentang RIPPARNAS tahun 2010 – 2025
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 54
dalam Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015 - 2019
3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 55
dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 - 2019
3.4. Arah Kebijakan dan Startegi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 56
Tahun 2015 - 2019
3.5. Kerangka Regulasi 70
3.6. Kerangka Pendanaan 78
Bab IV. Target Kinerja dan Pendanaan 79
4.1. Target Kinerja 79
4.2. Kerangka Pendanaan 84
Bab V. Penutup 85
Lampiran :
Lampiran I. Matriks Kinerja dan Pendanaan 86
Lampiran II. Matriks Kerangka Regulasi 87
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Kondisi Umum
A. Kondisi Umum Kepariwisatan Global dan Nasional
- United Nation World Tourism Organizations (UNWTO) mengakui bahwa sektor pariwisata
adalah sektor unggulan (tourism is a leading sector) dan merupakan salah satu kunci penting
untuk pembangunan wilayah di suatu negara dan peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat. Meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata, menjadikan sektor pariwisata
sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan
usaha dan infrastruktur. Sektor Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi
berkelanjutan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat
pertumbuhannya di dunia. Data Organisasi PBB untuk Pariwisata/United Nation World
Tourism Organization/UNWTO (UNWTO Tourism Highlight, 2014), menunjukkan bahwa
kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP dunia sebesar 9%, 1 dari 11 pekerjaan diciptakan
oleh sektor pariwisata, kontribusi terhadap nilai ekspor dunia sebesar USD 1.4 trilliun atau
setara dengan 5% ekspor yang terjadi di dunia. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali,
jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif,
ketika pada tahun 1950 pergerakan wisatawan internasional di dunia hanya 25 juta orang
dan maka tahun 2014 pergerakan wisatawan internasional telah menembus jumlah 1 milyar
lebih orang yang melakukan pergerakan untuk berkunjung ke destinasi pariwisata di seluruh
dunia. UNWTO memperkirakan pada tahun 2030 jumlah pergerakan wisatawan
internasional yang berkunjung ke destinasi pariwisata dunia akan mencapai jumlah 1,8
milyar orang dan pergerakan wisatawan domestik sebanyak 5 sampai 6 milyar orang.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 4
Gambar 1.1.
Diagram Sektor Pariwisata adalah Sektor Unggulan di Tingakt Global
-
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 5
- Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2014 mencapai rekor tertinggi yaitu
9,4 juta wisman (tingkat pertumbuhan 7,2%). Pertumbuhan kedatangan wisman ke
Indonesia tahun 2014 adalah 7,2%, lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan dunia yang
hanya 4,7%. Apabila dilihat dari perhitungan per-bulan, maka rata-rata kedatangan
wisatawan mancanegara pada Januari-November = 775,000 kedatangan, namun untuk
pertama kalinya dalam sejarah pariwisata Indonesia jumlah kedatangan pada Desember
2014 mencapai lebih dari 900.000 kedatangan.
Tabel 1.1.
Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Peroleh Devisa Pariwisata Tahun 2011 - 2015
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 6
B. Kondisi dan Capaian Pembangunan Destinasi dan Industri Pariwisata
Kondisi dan capaian pembangunan destinasi dan industri pariwisata didasarkan pada
Permen No: PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014. Dalam pengembangan destinasi wisata, terdapat
beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu perubahan iklim dan bencana alam,
ketidaksiapan masyarakat pada daerah yang menjadi destinasi wisat/ Pemberdayaan
masyarakat di daerah destinasi Indonesia belum optimal, ketidaksiapan sarana, prasarana,
dan infrastruktur destinasi/ Ketersediaan dan konektivitas infrastruktur destinasi Indonesia,
dan rendahnya nilai, jumlah dan pertumbuhan investasi, serta iklim usaha yang tidak
kondusif. Berdasarkan atas permasalahan tersebut, maka destinasi dan industri pariwisata
diberikan mandat untuk mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan
berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah. Dengan dua tujuan utama :
(1) Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia; (2) Peningkatan daya saing
kepariwisataan Indonesia. Untuk peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia terdapat
3 (tiga) sasaran dengan 2 (dua) sasaran diampu oleh satuan kerja yang bertanggung jawab
terhadap pengembangan destinasi pariwisata yaitu : (1) Meningkatnya citra kepariwisataan
Indonesia dan (2) Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata. Meningkatnya citra
pariwisata Indonesia dapat dikenali antara lain dengan : Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi
(Destination Management Organization/DMO). Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui
lokasi yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders,
pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi
pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukan
dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutan melalui
pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasi DPN yang difasilitasi
menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan peningkatan aktivitas untuk
fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan
penerapan konsep tata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 7
Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka semakin besar masyarakat yang terlibat
dalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik.
Sedangkan agar terjadi penciptaan diversifikasi destinasi pariwisata maka Indikator yang
digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
adalah: (1) Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata.
Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di setiap
DPN terdapat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)/Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN) yang didalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat
dikembangkan. Setiap tahunnya Kemenparekraf akan mengembangkan daya tarik wisata
baik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada.
(2) Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Desa wisata yang
difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yang dikembangkan melalui PNPM Mandiri.
Pengembangan desa wisata dilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism
untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin
banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif
tujuan wisata dan dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan di
Indonesia. (3) Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Pola perjalanan pariwisata adalah
struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi
lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan
yang memberikan berbagai pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu
wisatawan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan
wisata. Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat
meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia. Berdasarkan atas hal tersebut,
sesuai Matriks Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Jangka Menengah dan Tahunan
Kemenparekraf tahun 2012 – 2014 maka dirumuskan sebagai berikut :
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 8
Pengembangan Destinasi Pariwisata merupakan program utama Direktorat Jenderal
Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP). Dalam mengembangkan Destinasi
Pariwisata, Ditjen PDP memiliki visi: “Mengembangkan Destinasi dan Industri Pariwisata
Berkelas Dunia, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan serta Mampu Mendorong Pembangunan
Daerah”, yang dijabarkan menjadi 3 misi utama, yaitu:
3. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen PDP yang responsif, transparan dan akuntabel.
Kegiatan pokok dalam program pengembangan destinasi pariwisata tahun 2010–2014 yang
sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen PDP Kemenparekraf, meliputi:
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 9
konektivitas dan bandara/pelabuhan/marina, penerapan tata kelola desitinasi pariwisata
(DMO), Pelaksanaan Konferensi DMO
1. Kawasan Ekonomi Khusus/ KEK Pariwisata sampai tahun 2015 telah ditetapkan 2
lokasi yaitu : (1) KEK Mandalika, NTB; (2) KEK Tanjung Lesung, Banten;
2. Tindak lanjut amanat PP no 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas, telah disusun
Rencana Detil Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) : KSPN Toba Dskt;
KSPN Komodo Dskt; KSPN Sanur Nusa Dua Kuta Dskt; KSPN Bromo Tengger
Semeru dskt; KSPN Toraja dskt; KSPN Kepulauan Seribu Dskt.
3. Penerapan Program tata kelola desitinasi pariwisata (DMO) di 16 lokasi KSPN
selama tahun 2010 -2014 : Toba; Weh; Kota Tua Jakarta; Pangandaran;
Borobudur; Bromo Tengger Semeru; Tanjung Puting; Derawan; Toraja; Bunaken;
Wakatobi; Raja Ampat; Flores; Rinjani;Batur; Sanur.
4. Penyusunan profil investasi dan promosi investasi sektor pariwisata : tersusun
profil 19 lokasi potensial investasi sektor pariwisata di Indonesia.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 10
Pencapaian tahun 2010 -2014 :
1. Fasilitasi penataan daya tarik wisata melalui dana Tugas Pembantuan (TP)
selama kurun waktu 2012 – 2014 telah difasilitasi 149 daya tarik wisata.
2. Tiga (3) tahun MP3EI di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dengan tema
“Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” menunjukkan
bahwa sektor pariwisata memiliki nilai investasi yang tinggi (di luar infrastruktur)
baik dari jumlah maupun nilai proyek. Jumlah proyek mencakup 14 kegiatan
dengan nilai proyek Rp. 163.005 Miliar;
3. Pemberian penghargaan bagi pengelola daya tarik wisata berwawasan
lingkungan dengan nama Penghargaan Cipta Pesona Wisata atau lebih dikenal
CIPTA Award kurun waktu 2010 – 2013. Tahun 2013 diikuti peserta sebanyak
144 daya tarik wisata dari 27 Propinsi, dengan katagori yang dilombakan yaitu :
pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik
wisata buatan baik yang dikelola Pemerintah, Pemda, BUMN/D, BUMS/LSM atau
perorangan.
4. Penataan daya tarik wisata berbasis pemberdayaan masyarakat dan ekowisata
di kawasan alami atau disebut CBET yang merupakan komitmen kerjasama
regional dkawasan BIMP EAGA, adapun lokasi sasaran mencakaup di taman
Nasional Tanjung Putting, Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional
Kayan Mentarang dan Kota Manado Tua.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 11
Pencapaian tahun 2010 -2014 :
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 12
5. Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Sektor
Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri pariwisata di desa wisata, gelar karya
pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM pariwisata,
pendampingan PNPM mandiri di sektor pariwisata, temu nasional PNPM mandiri pariwisata,
penghargaan desa wisata (PNPM pariwisata), fasilitasi komunikasi jejaring desa wisata,
fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka pengembangan desa wisata, fasilitasi pemanfaatan
KUR dalam rangka pengembangan desa wisata, bansos PNPM mandiri pariwisata.
6. Pengembangan wisata minat khusus, konvensi, insentif dan even, melalui: Identifikasi
produk wisata kuliner dan belanja, rekreasi dan hiburan, pengembangan wisata alam dan
budaya, Pengembangan wisata konvensi, insentif dan even, penetapan standar
pengembangan wisata kuliner dan belanja, rekreasi dan hiburan, pengembangan wisata
alam bahari (yachting, cruise dan selam) dan budaya (heritage), pengembangan wisata
konvensi, insentif dan even.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 13
statistik destinasi pariwisata, pencitraan destinasi, inventarisasi baseline dan destination
assessment, koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor dalam pembangunan sarana
dan prasarana di destinasi pariwisata, pendukungan peningkatan kapasitas pegawai,
kerjasama teknis dalam dan luar negeri, peningkatan pengelolaan administrasi
keuangan, umum dan personalia, monitoring dan evaluasi akuntabilitas pembangunan
destinasi pariwisata.
5. Jumlah pegawai
Beberapa capaian berdasarkan target dan perencanaan bidang destinasi dan industri
pariwisata diatas antara lain :
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 14
3. Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja
nasional, penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata menurut Laporan World Travel &
Tourism Council (WTTC) dalam dokumen Travel & Tourism Economic Impat Indonesia
2015 dijelaskan sebgai berikut : Kontribusi Sektor Pariwisata untuk tenaga kerja
dikelompokan dalam 2 jenis tenaga kerja, yaitu : (1) Sektor pariwisata mampu menarik
tenaga kerja sebanyak 3.326.000 tenaga kerja langsung pada tahun 2014. Tenaga kerja
langsung sektor pariwisata mencakup : tenaga kerja di sektor hotel, travel agent, airlines
dan pelayanan penumpang lainnya, termasuk juga tenaga kerja di sektor usaha restoran
dan tempat-tempat rekreasi yang langsung melayani wisatawan. (2) Total kontribusi
sektor pariwisata untuk menarik tenaga kerja baik yang langsung, ikutan dan tidak
langsung mencapai jumlah 9.814.000 atau 8,4% jumlah tenaga kerja seluruh sektor di
Indonesia, diprediksi akan mencapai angka 10.140.500 orang pada tahun 2015.
Peringkat Indonesia 72 70 50
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 15
C. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
mempunyai tugas : penyiapan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, serta peningkatan daya saing
industri pariwisata.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 16
i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 17
Gambar 1.
Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 17
1.2 Potensi dan Permasalahan
Tahun 2012 negara berkembang hanya menguasai 47% pangsa pasar wisman, tetapi
pada tahun 2030 diperkirakan meningkat menjadi 57%, dengan jumlah kunjungan melampaui
satu miliar orang. Penguasaan pangsa pasar Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika diperkirakan
meningkat, sebaliknya pasar Eropa dan Amerika semakin menurun.
Hal tersebut memberikan sinyal yang sangat prospektif bagi negara-negara di kawasan
Asia Pasifik untuk terus meningkatkan daya saing kepariwisataan dalam merebut pangsa pasar
wisatawan mancanegara yang tumbuh signifikan di kawasan ini. Indonesia yang masih relatif
kecil dalam menarik pangsa pasar di kawasan Asia Pasifik dibanding negara-negara tetangga,
akan memiliki peluang yang sama untuk dapat menggerakkan lebih besar lagi wisatawan untuk
dapat ke Indonesia.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 18
Gambar 1.
Daya Saing Kepariwisataan Indonesia
Laporan Travel and Tourism Competitivenmess Index (TTCI) 2015 yang diterbitkan oleh World
Economic Forum (WEF) menunjukkan kenaikan peringkat Indonesia dari 70 ke 50 dari 141
negara. Sementara di ASEAN posisi Indonesia tetap rangking ke-4. Peringkat daya saing yang
diterbitkan WEF memiliki beberapa kegunaan, yaitu :
Sebagai salah satu alat promosi yang efektif guna mendatangkan investor bidang pariwisata
Sebagai salah satu alat untuk meningkatkan citra pariwisata dan negara
Penelitian World Travel & Tourism Council (WTTC) menunjukkan 70% kontribusi langsung PDB
pariwisata dunia digerakkan oleh wisatawan domestik. Ahli ekonomi UNWTO memperkirakan
secara global pariwisata domestik mewakili 73% dari total wisatawan yang menginap, 74% dari
total kedatangan, dan 69% dari total menginap di hotel.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 19
penyelamat industri pariwisata nasional. Hasil penerimaan dari pembelanjaan wisatawan
nusantara dalam hal ini merupakan distribusi pendapatan dalam negeri, yang tidak lain adalah
sumber penghasilan untuk pendapatan daerah di Indonesia.
Selain potensi pangsa pasar yang besar wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan
nusantara (wisnus), kekayaan sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
sangatlah besar dan dapat diberdayakan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan
nasional.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih
dari 95.181 km, 13.446 pulau, luas laut sekitar 3,1 juta km2, 1128 suku bangsa, dan memiliki
746 bahasa dan dialek serta dengan segala ekspresi budaya dan adat tradisinya merupakan
laboratorium budaya terbesar di dunia. Sejumlah karya dan peninggalan budaya tersebut telah
diakui dunia sebagai world cultural heritage sites (8 warisan budaya). Selain itu, Indonesia
memiliki 51 taman nasional dengan keanekaragaman hayati; 35 spesies primata, 25% endemic;
habitat dari 16% binatang reptil dan amphibi di dunia; habitat dari 17% burung di dunia, 26%
endemic yang kesemuanya memberikan potensi yang sangat besar bagi pengembangan wisata
alam (ecotourism dan green tourism) sebagai salah satu bentuk wisata alternatif yang menjadi
tren dunia saat ini dan ke depan.
Indonesia merupakan negara yang berada pada jalur cincin api (ring of fire) yang aktif di dunia
dengan persebaran gunung yang paling banyak di dunia, dapat menjadi modal yang sangat
besar bagi pengembangan wisata minat khusus, geo-wisata. Bahkan Gunung Api Batur di Bali
telah diakui sebagai salah satu anggota Global Geopark Networks UNESCO pada tahun 2012.
Indonesia memiliki kaitan dengan momentum-momentum penting dalam sejarah peradaban
dunia, antara lain penjelajahan Laksamana Cheng Ho yang fenomenal, penjelajahan Sir Arthur
Wallacea (Operation Wallacea), jalur pelayaran sutera (silk route), jalur rempah dunia (spice
route), dimana kekayaan potensi momentum-momentum sejarah penting dunia tersebut
menjadi modal yang sangat besar bagi pengembangan wisata minat khusus melalui
pengembangan simpul-simpul dan koridor jejak perjalanan tersebut.
Namun potensi yang besar tersebut belum dapat dioptimalkan dikarenakan adanya
permasalahan pokok kepariwisataan yaitu rendahnya daya saing. Berdasarkan data Travel and
Tourism Competitiveness Index (TTCI) (2015) yang diterbitkan oleh World Economic Forum
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 20
(WEF), Indonesia menempati peringkat 50 dari 141 negara. Masih jauh di bawah Singapura yang
mencapai peringkat 11, Malaysia peringkat 25 dan Thailand peringkat 35.
Singapura, Malaysia dan Thailand memiliki daya saing tertinggi pada kategori Kerangka
Kebijakan dan kategori Lingkungan Bisnis dan Infrastruktur. Infrastruktur dan sistem
transportasi Singapura merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Indonesia menunjukkan
daya saing yang kuat pada pilar Sumber Daya Alam, Prioritas Pariwisata, dan Daya Saing Harga.
Sementara itu, kelemahan terbesar dari daya saing kepariwisataan Indonesia berdasarkan
ukuran TTCI terletak pada Infrastruktur Pariwisata (2.1), Infrastruktur ICT (2.7), dan Kesehatan
dan Kebersihan (2.9).
Terkait dengan infrastruktur pariwisata, kendala yang dihadapi antara lain meliputi:
F. Kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari sisi dukungan fasilitas wisata,
prasarana umum dan fasilitas umum (akomodasi, rumah makan, pusat oleh-
oleh/cinderamata dan belanja, biro perjalanan wisata, ketersediaan fasilitas, dan
jaringan ICT, fasilitas air minum, sanitasi lingkungan/pengelolaan sampah, money
changer, klinik kesehatan, pedestrian, sign and posting/informasi wisata, toilet umum,
dsb.) serta kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal
(hospitality/sadar wisata);
G. Kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari sisi kebersihan dan kesehatan
lingkungan.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 21
Bab II
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan Nasional Tahun 2015 - 2019
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 22
Berdasarkan atas strategi pembangunan nasional tahun 2015 – 2019, maka pariwisata termasuk
dalam salah satu dari 3 (tiga) dimensi pembangunan, yaitu : dimensi pembangunan sektor unggulan.
Pariwisata adalah salah satu sektor unggulan pembangunan nasional tahun 2015 – 2019. Bersama
dengan sektor industri rumusan strategi tersebut adalah sebagai berikut :
Pariwisata dan industri : Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik
merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar
tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan,
keahlian, dan SDM yang unggul.
Pembangunan sektor pariwisata dalam 9 Agenda Prioritas “Nawa Cita” diarahkan untuk
meningkatkan daya saing di pasar internasional. Sektor pariwisata bersama sektor maritim
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi yang belum
tergarap dengan baik tetapi memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi
pertumbanhan ekonomi nasional. Dengan rumusan untuk sektor pariwisata dalam 9 Agenda
Prioritas “Nawa Cita” adalaha sebagai berikut :
Kami berkomitmen membangun karakter dan potensi pariwisata, melalui;
(1) Pengembangan kawasan pariwisata berbasis pada segitiga emas (Golden Triangle)
pariwisata di titik strategis kawasan Indonesia untuk membangun intersullar tourism
dan budaya lokal, seperti Kawasan Bonaken-Wakatobi-Raja Ampat;
(2) Memfasilitasi promosi dan keterlibatan rakyat dalam pendidikan kebudayaan,
pengelolaan lokasi dan dukungan kebijakan untuk memfasilitasi pengembangan
ekonomi kretaif berbasis pada eco-tourism;
(3) Fasilitasi pengembangan infrastruktur pariwisata sebagai daya ungkit pembangunan
nasional baik berupa akses transportasi, infrastruktur pengembangan budaya lokal,
maupun akses informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan potensi ekonomi
lokal;
(4) Pemerintah merancang kebijakan anggaran pembangunan untuk peningkatan sektor
pariwisata dengan target output kemampuan untuk mendatangkan jumlah
wisatawan asing sejumlah 20 juta sampai dengan 2019 dan target outcome
menggerakan sektor ekonomi lokal dan nasional.
Berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2015 – 2019 dan dalam 9 Agenda Prioritas
“Nawa Cita” tersebut, disusunlah 4 (empat) Misi Pembangunan Pariwisata tahun 2015-2019, dengan
mengadaptasi empat elemen pengembangan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi,
pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Pembangunan Pariwisata Tahun 2015-209 adalah:
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 23
1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan
budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat
yang mandiri;
2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing internasional,
meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan
sosial budaya;
Berdasarkan misi Pembangunan Pariwisata Tahun 2015-2019, maka berikut ini adalah tujuan
pembangunan pariwisata tahun 2015-2019 dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar
internasional ;
Sasaran strategis pembangunan pariwisata tahun 2015 – 2016 merupakan penjabaran sasaran
strategis pembangunan pariwisata nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015 – 2019. Adapun
Sasaran Strategis dalam RPJMN 2015 -2019 untuk pembangunan pariwisata dirumuskan dalam 2
(dua) sasaran utama sebagai berikut :
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 24
1) Sasaran Pertumbuhan
Tabel 2.1.
Sasaran Pembangunan Pariwisata
Meningkatnya usaha lokal dalam industri pariwisata dan mening-katnya jumlah tenaga kerja
lokal yang tersertifikasi.
Berdasarkan atas sasaran strategis pembangunan pariwisata tahun 2015 -2019 seperti yang tertuang
dalam RPJMN 2015 – 2019 maka sasaran strategis dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata
2015 – 2019 seperti dalam tabel berikut.
Tabel 2.2.
Sasaran Strategis Pembangunan Pariwisata
Tahun 2015-2019 dalam Renstra Kemenpar 2015 - 2019
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 25
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
strategi pemasaran 5 Meningkatnya jumlah 7 Jumlah perjalanan 255 260 265 270 275
perjalanan wisatawan wisatawan nusantara (juta
terpadu secara efektif, perjalanan)
nusantara (wisnus)
efisien, dan bertanggung
jawab serta yang intensif,
6 Meningkatnya jumlah 8 Jumlah wisatawan 10 12 14 17 20
inovatif dan interaktif kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
mancanegara (wisman) (juta orang)
7 Meningkatnya jumlah 9 Jumlah penerimaan devisa 144 151 182 223 240
penerimaan devisa (triliun Rp)
4 Mengembangkan 8 Meningkatnya kapasitas, 10 Jumlah tenaga kerja di 25000 25000 25000 25000 25000
kompetensi dan sektor pariwisata yang
Kelembagaaan disertifikasi (orang)
profesionalisme tenaga
Kepariwisataan dan tata kerja pariwisata
kelola pariwisata yang 9 Meningkatnya kualitas 11 Jumlah lulusan pendidikan 1.750 1.800 1.900 1.950
mampu mensinergikan tenaga kerja lulusan tinggi kepariwisataan yang 2.000
terserap di pasar kerja
Pembangunan Destinasi pendidikan tinggi
(orang)
Pariwisata, Pemasaran pariwisata
Pariwisata, dan Industri 10 Terwujudnya organisasi 12 Nilai Quality Assurance 70% 75% 80% 85% 90%
dan tata laksana yang (QA) Reformasi Birokrasi
Pariwisata secara sesuai dengan (nilai)
profesional, efektif dan kebutuhan, tugas dan
efisien. fungsi
11 Meningkatnya kualitas 13 Opini keuangan Kemenpar WDP WTP WTP WTP WTP
kinerja pengelolaan (predikat)
keuangan
Berdasarkan atas uraian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang terdapat dalam
dokumen perencanaan nasional maupun Rencana Strategis Kementerian Pariwisata tahun 2015 –
2019. Maka tujuan dan sasaran strategis bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata
tahun 2015 – 2019 dirumuskan sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Tujuan dan Sasaran Strategis Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 2015 -2019
NO URAIAN TUJUAN URAIAN SASARAN URAIAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah daerah yang
difasilitasi untuk
1 pengembangan 27 34 34 34 34
infrastruktur dan
Meningkatnya ekosistem (provinsi)
kualitas Jumlah fasilitasi
Meningkatkan kualitas
pengembangan peningkatan destinasi
1 dan kuantitas destinasi 1 2
wisata budaya, alam 15 15 25 25 20
infrastruktur dan
pariwisata dan buatan (lokasi)
ekosistem destinasi
pariwisata Jumlah fasilitasi
peningkatan tata
3 kelola destinasi dan 34 34 34 34 34
pemberdayaan
masyarakat
Kontribusi investasi
Meningkatnya sektor pariwisata
2 investasi di sektor 4 terhadap total 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0
Mewujudkan industri pariwisata investasi nasional
pariwisata yang mampu (persentase)
2 menggerakkan Meningkatnya
kontribusi Jumlah tenaga kerja
perekonomian nasional langsung, tidak
kepariwisataan
3 5 langsung, dan ikutan 11,3 11,7 12,4 12,7 13,0
terhadap sektor pariwisata (juta
penyerapan tenaga orang)
kerja nasional
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 26
Bab III
Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka
Regulasi dan Kerangka Kelembagaan
Dengan arah kebijakan dan strategi pembangunan destinasi pariwisata adalah upaya
terpadu dan sistematik seluruh komponen Destinasi Pariwisata dalam rangka menciptakan,
meningkatkan kualitas produk dan pelayanan Kepariwisataan serta kemudahan pergerakan
wisatawan di Destinasi Pariwisata.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 27
a. penguatan struktur Industri Pariwisata;
Dengan arah kebijakan dan strategi Pembangunan Industri Pariwisata adalah upaya
terpadu dan sistematik dalam rangka mendorong penguatan struktur Industri Pariwisata,
peningkatan daya saing produk pariwisata, penguatan kemitraan usaha pariwisata, penciptaan
kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Gambar 3.1.
Pilar Pembangunan Kepariwisataan Nasional
1. Pembangunan Destinasi Pariwisata diarahkan untuk mening-katkan daya tarik daerah tujuan
wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri melalui: (1) fasilitasi
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 28
pembangunan destinasi pariwisata nasional yang menjadi fokus: (a) wisata alam terdiri dari
wisata bahari, wisata petualangan dan wisata ekologi; (b) wisata budaya yang terdiri dari
wisata heritage dan religi, wisata kuliner dan belanja, dan wisata kota dan desa; dan (c)
wisata buatan dan minat khusus yang terdiri dari wisata Meeting Incentive Conference and
Exhibition (MICE) & Event, wisata olahraga, dan wisata kawasan terpadu; (2) meningkatkan
citra kepariwisataan dan pergerakan wisatawan nusantara; (3) Tata Kelola Destinasi; serta
(4) Pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata. Jenis pariwisata yang akan
dikembangkan khususnya untuk wisatawan manca negara mencakup: (a) wisata alam yang
terdiri dari wisata bahari, wisata ekologi, dan wisata petualangan; (b) wisata budaya yang
terdiri dari wisata heritage dan religi, wisata kuliner dan belanja, dan wisata kota dan desa;
dan (c) wisata ciptaan yang terdiri dari wisata MICE & Event, wisata olahraga, wisata
kebugaran (wellness) berbasis budaya nusantara, serta wisata kawasan terpadu.
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata, melalui : (1)
Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan
destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata
nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2) Pengembangan
destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan
wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan
dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata
konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan
masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi
dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata; (4)
Pengembangan industri pariwisata antara lain meliputi peningkatan kemitraan usaha pariwisata dan
investasi pariwisata, pengembangan standar usaha pariwisata dan sertifikasi usaha pariwisata,
peningkatan keragaman dan daya saing produk jasa pariwisata di setiap destinasi pariwisata, dan
pembinaan usaha pariwisata bagi masyarakat lokal.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 29
3.4 Arah Kebijakan dan Startegi Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan atas arah kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan di atas, maka arah
kebijakan dan strategi pengembangan destinasi dan industri pariwisata tahun 2015 – 2019 di
tingkat eselon 1 pada Deputi Bidang Pengembanagn Destinasi dan Industri Pariwisata didasarkan
atas pertimbangan pemahaman dasar sebagai berikut :
1. Pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional yang diharapkan adalah : Terwujudnya
destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan,
meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat. Diwujudkan dengan
pengembangan 6 pilar utama pengembangan destinasi pariwisata nasional yaitu : (1)
perwilayah : di 50 DPN (Destinasi Pariwisata Nasional); 88 KSPN (Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional); 222 KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional; (2) daya tarik
wisata : pengembangan Daya Tarik Wisata Alam; Daya Tarik Wisata Budaya; Daya Tarik
Wisata Hasil Buatan Manusia; (3) Aksesibilitas: prasarana transportasi; sarana transportasi;
sistem transportasi; (4) Amenitas: Prasarana Umum; Fasilitas Umum dan Fasilitas
pariwisata; (5) Masyarakat : Peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat; Peningkatan
kesadaran dan peran masyarakat; (6) Investasi : Insentif investasi; Kemudahan investasi;
Promosi investasi. Produk wisata unggulan atau portfolio produk wisata yang akan
dikembangkan berbasis alam; budaya dan buatan manusia diharapkan akan dapat
mewujudkan tujuan pembangunan destinasi pariwisata yaitu : Meningkatkan kualitas dan
kuantitas destinasi pariwisata di Indonesia.
2. Pengembangan Industri Pariwisata Nasional yang diharapkan adalah : Terwujudnya Industri
Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. Diwujudkan dengan pengembangan 5
pilar industri pariwisata yaitu : (1) Penguatan Struktur Industri Pariwisata Nasional :
Sinergitas antar mata rantai usaha dan Penguatan hubungan antar usaha pariwisata; (2)
Daya Saing Produk Wisata : Daya saing DTW; Daya saing aksesibilitas; Daya saing fasilitas;
(3) Kemitraan Usaha Pariwisata : Skema kerjasama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku
Usaha & Masyarakat; (4) Kredibilitas bisnis : Standardisasi dan Sertifikasi Usaha; Regulasi &
Fasilitasi jaminan usaha; (5) Tanggungjawab terhadap lingkungan : Standardisasi dan
Sertifikasi Usaha; Regulasi & Fasilitasi jaminan usaha. Dengan fokus pada 13 jenis usaha
pariwisata yaitu : (1). daya tarik wisata; (2). kawasan pariwisata; (3). jasa transportasi wisata;
(4). jasa perjalanan wisata; (5). jasa makanan dan minuman; (6). penyediaan akomodasi; (7).
penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8). penyelenggaraan pertemuan,
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 30
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; (9) jasa informasi pariwisata; (10) jasa
konsultan pariwisata; (11) jasa pramuwisata; (12) wisata tirta; dan (13) spa. Tujuan
pembangunan industri pariwisata adalah : mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian nasional.
Gambar 3.2.
Pilar Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Gambar 3.3.
Pilar Pembangunan Kepariwisataan Nasional
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 31
3.4.1 Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Berdasarkan atas peluang dan kendala tersebut, maka strategi pengembangan destinasi
pariwisata dirumuskan sebagai berikut :
2) Peningkatan kualitas dan kuantitas destinasi wisata budaya, alam, dan buatan;
4) Pemberdayaan masyarakat.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 32
Gambar 3.4.
Formulasi Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
Gambar 3.5.
Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 33
Berdasarkan atas strategi pengembangan destinasi pariwisata maka pendekatan
pengembangan produk destinasi pariwisata diwujudkan dalam “3A” : Atraksi –
Aksesibilitas – Amenitas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
2) Aksesibilitas, mencakup Sarana (moda transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut dan kereta api); Prasarana (pelabuhan laut, bandara,
stasiun) dan Sistem Transportasi (informasi rute dan jadwal, ICT, kemudahan
reservasi moda);
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 34
Dimensi strategi pengembangan destinasi dan industri pariwisata mencakup antara lain :
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 35
2. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
Berdasarkan arah dan rumusan strategi pada bagian sebelumnya, maka implementasi
strategi pengembangan destinasi dan industri pariwisata dijabarkan dalam Program
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019. Adapun Program
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019 diarahkan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing
industri pariwisata, melalui :
2. Pengembangan Destinasi Wisata alam, budaya, dan buatan : (1) Pengembangan wisata
kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata
perdesaan dan perkotaan, (2) Pengembangan wisata bahari, wisata ekologi dan
petualangan, kawasan pariwisata terpadu, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi;
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 36
1. Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem
a. Perancangan Destinasi melalui kegiatan Perencanaan dan Perancangan (desain dan
prototyping) pariwisata, Kawasan Ekonomi Khusus bidang Pariwisata, Penyusunan
Rencana Detil Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail KSPN dan koordinasi pembangunan
KSPN merupakan kegiatan penyusunan perancangan/perencanaan KSPN yang ditujukan
sebagai referensi dalam rangka pembangunan KSPN dan memberikan arahan bagi
pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan yang strategis sesuai dengan
karakteristik dan fungsi kawasan strategis pariwisata nasional melalui skema dana
Dekonsentrasi di 74 KSPN. Selain itu dilaksanakannya kegiatan koordinasi lintas sektor
pusat dan daerah untuk mengharmonisasikan program K/L yang terkait pariwisata dan
pemantauan/implementasi Rencana Induk dan rencana detail di 25 KSPN
Fasilitasi KEK Pariwisata dengan kegiatan sinergitas dengan pemerintah provinsi dan
Dewan KEK Nasional dalam mempersiapkan usulan/proposal penetapan 31 Kawasan
Ekonomi Khusus Zonasi Pariwisata.
Fasilitasi Daya Tarik wisata Nasional dengan penetapan daya tarik wisata nasional di 25
KSPN melalui Peraturan menteri Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 37
kawasan percontohan pariwisata berbasis ekonomi inklusif di 15 lokasi dan koordinasi
model ekosistem pariwisata yang saling bermanfaat (mutualisme)
Pembangunan Daya Tarik Wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai
agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi
untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta
mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber
dayanya.
a. Bidang Pengembangan Wisata Kuliner dan Spa melalui kegiatan pemetaan dan
inventarisasi potensi wisata kuliner dan spa, assessment destinasi wisata spa,
pengembangan destinasi wisata gastronom, pengembangan destinasi wisata spa di
tingkat regional, sosialisasi pedoman pengembangan destinasi wisata kuliner dan spa,
inventarisasi kuliner tradisional Indonesia, fasilitasi dan konsolidasi pengembangan
destinasi wisata kuliner dan spa, penetapan destinasi wisata kuliner dan spa, bimtek
peningkatan kapasitas pengelola wisata kuliner, bimtek peningkatan kapasitas pengelola
wisata spa.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 38
b. Bidang Pengembangan Wisata Sejarah dan Religi melalui kegiatan penyusunan database
wisata sejarah dan religi, finalisasi kriteria destinasi wisata sejarah dan religi, koordinasi
pengembangan wisata sejarah dan religi di forum international, fasilitasi pengembangan
wisata sejarah dan religi, seminar nasional wisata sejarah dan religi, sosialisasi pedoman
wisata sejarah dan religi, peningkatan produk wisata sejarah dan religi, bimtek teknis
pengelolaan wisata sejarah dan religi.
c. Bidang Pengembangan Wisata Tradisi dan Seni Budaya melalui kegiatan finalisasi
penyusunan kriteria wisata tradisi dan seni budaya, penyusunan database wisata tradisi
dan seni budaya, koordinasi pengembangan wisata tradisi dan seni budaya di forum
international, fasilitasi pengembangan wisata tradisi seni dan budaya, seminar nasional
wisata tradisi seni dan budaya, sosialisasi pedoman wisata tradisi dan seni budaya,
bimtek penyusunan produk wisata cultural and heritage ASEAN, bimtek pengelolaan
wisata tradisi dan seni budaya.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 39
3. Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan
Pembangunan Daya Tarik Wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai
agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi
untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta
mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber
dayanya.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 40
4. Peningkatan Kemitraan Industri Pariwisata
a. Bidang Kemitraan Usaha Pariwisata melalui kegiatan penerapan pedoman green hotel,
koordinasi pengembangan usaha pariwisata daerah, forum kemitraan usaha pariwisata,
forum komunikasi pengembangan usaha pariwisata lintas sektor dan daerah, advokasi
penerapan tanda daftar usaha pariwisata di daerah
b. Bidang Standar Usaha Pariwisata melalui kegiatan penyusunan SNI Usaha Jasa
Pariwisata, penyusunan SNI Usaha Sarana Pariwisata, diseminansi standar usaha jasa
pariwisata, diseminasi standar usaha sarana pariwisata,
c. Bidang Sertifikasi Usaha Pariwisata melalui kegiatan fasilitasi sertifikasi usaha sarana
pariwisata, fasilitasi sertifikasi usaha jasa pariwisata, percepatan sertifikasi usaha
pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 41
5. Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat
c. Bidang Internalisasi dan Pengembangan Sadar Wisata melalui kegiatan Sosialisasi Sadar
Wisata dan Sapta Pesona di Destinasi Pariwisata, Kampanye Sadar Wisata dan Sapta
Pesona, Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, Dukungan Implementasi Sadar
Wisata dan Sapta Pesona di Destinasi Pariwisata, Apresiasi Pengembangan Sadar Wisata
dan Sapta Pesona, Bimbingan Teknis Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, Administrasi
Kegiatan Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Penyusunan Rencana
Program Bidang Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Penyusunan
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Internalisasi dan Pengembangan Sadar Wisata,
Penyusunan NSPK Pemberdayaan Masyarakat
6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 43
3.5 Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi yang akan disusun oleh Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung tercapainya sasaran strategis
pembangunan kepariwisataan tahun 2015-2019. Sinergi antara kebijakan dan kerangka regulasi
dilakukan untuk memantapkan pembangunan kepariwisataan nasional. Proses penyusunan kerangka
regulasi tergambar dalam bagan berikut ini.
Gambar 3.
Proses Penyusunan Kerangka Regulasi
Pada Gambar di atas, merupakan langkah perumusan kebijakan diawali dengan kegiatan
pengkajian dan penelitian. Pengkajian meliputi kegiatan perumusan masalah (problem definition)
atau penetapan tujuan (objective setting) dan evaluasi terhadap regulasi yang berkaitan dengan
substansi kebijakan. Langkah berikutnya adalah penyelenggaraan penelitian secara mendalam
(indepth analysis) terhadap substansi kajian yang telah ditetapkan. Proses penelitian harus dilakukan
dengan memperhitungkan konsep analisis dampak biaya-manfaat (Cost and Benefit Analysis dan
Cost Effectiveness Analysis) untuk menjamin dukungan anggaran operasionalnya. Hasil akhir dari
pengkajian dan penelitian adalah rekomendasi yang meliputi 3 (tiga) yaitu:
a. Merevisi/membentuk/mencabut undang-undang;
b. Merevisi/membentuk/mencabut peraturan pemerintah dan dibawahnya; dan,
c. Menentapkan kebijakan dalam rangka melaksanakan undang-undang.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 44
Kerangka regulasi disusun sebagai bentuk operasionalisasi dari arah kebijakan Deputi
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan
regulasi selanjutnya dituangkan dalam matriks kerangka regulasi Deputi Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 45
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 46
Tabel 3.1.
Matriks Penyusunan Regulasi di Lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019
1. Sekretariat Deputi
SKALA ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI UNIT KERJA KET
PRIORITAS *) KEBUTUHAN REGULASI EKSISTING KAJIAN DAN PENELITIAN
1 Peraturan Menteri tentang Pedoman Permen tersebut merupakan perintah Pasal 9 ayat (3) Peraturan SEKRETARIAT DEPUTI
Pengawasan dan Pengendalian Presiden Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan
Kepariwisataan Pengendalian Kepariwisatan
2 Peraturan Menteri tentang Pedoman Penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 SEKRETARIAT DEPUTI
Penyusunan Rencana Induk Pembangunan tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Kepariwisataan Provinsi dan 2010-2025
Kabupaten/Kota
1 Keputusan Presiden Kawasan Strategis Keputusan Presiden tersebut merupakan perintah Pasal 13 ayat (4) Asdep Pengembangan
Pariwisata Nasional (KSPN) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Infrastruktur dan Ekosistem
2010 – 2025 : KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b Pariwisata
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Asdep Pengembangan
Khusus (DAK) 2016 Infrastruktur dan Ekosistem
Pariwisata
3 Keputusan Presiden Kawasan Borobudur Tindak lanjut Peraturan Menteri Pariwisata No Tahun 2015 tentang Asdep Pengembangan
Tim Pengembangan Pariwisata Borobudur Infrastruktur dan Ekosistem
Pariwisata
4 Keputusan Presiden Kawasan Toba Asdep Pengembangan
Infrastruktur dan Ekosistem
Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 46
3. Pengembangan Destinasi Wisata Budaya
SKALA ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI UNIT KERJA KET
PRIORITAS *) KEBUTUHAN REGULASI EKSISTING KAJIAN DAN PENELITIAN
1 Pedoman Pengembangan Wisata Kuliner, Menurut PP No.50 Tahun 2015 tentang RIPARNAS harus ada Asdep Pengembangan
Spa dan Belanja peraturan pelaksanaan turunan baru tentang pengembangan Destinasi Wisata Budaya
destinasi sebagai pedoman pemeliharaan pelaksanaan baik di pusat
maupun daerah
2 Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah Menurut PP No.50 Tahun 2015 tentang RIPARNAS harus ada Asdep Pengembangan
dan Wisata Religi peraturan pelaksanaan turunan baru tentang pengembangan Destinasi Wisata Budaya
destinasi sebagai pedoman pemeliharaan pelaksanaan baik di pusat
maupun daerah
3 Pedoman Pengembangan Wisata Tradisi Menurut PP No.50 Tahun 2015 tentang RIPARNAS harus ada Asdep Pengembangan
dan Seni Budaya peraturan pelaksanaan turunan baru tentang pengembangan Destinasi Wisata Budaya
destinasi sebagai pedoman pemeliharaan pelaksanaan baik di pusat
maupun daerah
4 Pedoman Pengembangan Wisata Kota dan Menurut PP No.50 Tahun 2015 tentang RIPARNAS harus ada Asdep Pengembangan
Desa peraturan pelaksanaan turunan baru tentang pengembangan Destinasi Wisata Budaya
destinasi sebagai pedoman pemeliharaan pelaksanaan baik di pusat
maupun daerah
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 47
5. Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan
SKALA ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI UNIT KERJA KET
PRIORITAS *) KEBUTUHAN REGULASI EKSISTING KAJIAN DAN PENELITIAN
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 48
6. Pengembangan Industri Pariwisata
1 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan ASDEP INDUSTRI
Bahari Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi PARIWISATA
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
2 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Dermaga Bahari Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
3 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Wisata Selancar Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
4 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Memancing Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
5 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Wisata Dayung Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
6 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Angkutan Sungai dan Danau Wisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
7 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Angkutan Laut Domestik Wisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
8 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Angkutan Laut Internasional Wisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
9 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pengelolaan Pemandian Air Panas Alami Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
10 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pramuwisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 49
11 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Taman Bertema Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
12 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pengelolaan Objek Ziarah Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
13 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pengelolaan Museum Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
14 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Rumah Bilyar Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
15 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Motel Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
16 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Gelanggang Renang Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
17 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pusat Penjualan Makanan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
18 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Bumi Perkemahan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
19 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Persinggahan Karavan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
20 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
Purbakala berupa Candi, Keraton, Candi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
Pertilasan dan Bangunan Kuno
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 50
21 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Pengelolaan Permukiman dan/atau Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
Lingkungan Adat dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
22 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Sanggar Seni Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
23 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Lapangan Tenis Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
24 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Gelanggang Bowling Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
25 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Galeri Seni Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
26 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Gedung Pertunjukan Seni Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
27 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Angkutan Kereta Api Wisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
28 Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Panti Pijat Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
29 Strategi dan Pedoman Pengembangan Permen tersebut merupakan perintah Pasal 18 ayat (3) Peraturan
Investasi Pariwisata Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 51
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 52
3.6 Kerangka Kelembagaan
Untuk itu, perlu melakukan reposisi dan revitalisasi DMO yang saat ini sudah terbangun.
Pilihan reposisi dan revitalisasi DMO adalah:
1. DMO tetap sebagai organisasi swasta namun kegiatannya dibiayai oleh Pemerintah Pusat.
Mekanisme pembiayaan DMO perlu dirumuskan bersama Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri, LPKP, BPKP dan BPK. Tujuannya adalah menjaga konsistensi
pelaksanaan progarm paling tidak selama lima tahun, dan tidak terganggu oleh aturan
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
2. DMO menjadi bagian dari SPKD Provinsi untuk urusan Kepariwisataan tetapi dikhususkan
menjalankan fungsi sebagai perwakilan Pemerintah Pusat di daerah. Dengan demikian,
unit kerja DMO menjadi permanen dan tidak terganggu lagi dengan proses pengadaan.
3. DMO ditransformasi menjadi unit kerja Pemerintah Pusat di daerah yang melaksanakan
tugas dalam satu regional yang terdiri dari beberapa provinsi.
Sumber : Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019 (Buku II) sub bab 3.5. Kerangka Regulasi dan
Kerangka Kelembagaan, 3.5.7. Pariwisata (hal 3-138).
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 53
Bab IV
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai salah satu eselon I
pada Kementerian Pariwisata sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 -
2019 bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata. Adapun Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019
memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu :
1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang ditandai dengan 4 (empat)
indikator utama yaitu :
a. Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem;
b. Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan;
c. Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata;
d. Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat.
2. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama
yaitu : Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional.
3. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata
yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Jumlah tenaga kerja langsung, tidak
langsung, dan ikutan sektor pariwisata.
Tabel 4.1.
Sasaran, Indikator dan Target Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015 - 2019
NO SASARAN INDIKATOR TARGET
PROGRAM PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya kualitas Jumlah daerah yang
destinasi pariwisata difasilitasi untuk
pengembangan infrastruktur 27 34 34 34 34
dan ekosistem (provinsi)
Jumlah fasilitasi peningkatan
destinasi wisata budaya, 15 15 25 25 20
alam dan buatan (lokasi)
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 54
NO SASARAN INDIKATOR TARGET
PROGRAM PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah fasilitasi peningkatan
tata kelola destinasi 25 25 25 25 25
(provinsi)
Jumlah fasilitasi
pemberdayaan masyarakat 34 34 34 34 34
(provinsi)
2 Meningkatnya investasi Kontribusi investasi sektor
di sektor pariwisata pariwisata terhadap total
3,6 3,7 3,8 3,9 4,0
investasi nasional
(persentase)
3 Meningkatnya kontribusi Jumlah tenaga kerja
kepariwisataan terhadap langsung, tidak langsung,
penyerapan tenaga kerja dan ikutan sektor pariwisata 11,3 11,7 12,4 12,7 13,0
pariwisata (juta orang)
Berdasarkan sasaran strategis dan indikator utama Program Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019 diatas, maka kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019 adalah:
a. Tersusunya kebijakan dalam bentuk NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) di bidang
pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata yang mencakup : (1) NSPK bidang
Perancangan Destinasi; (2) NSPK bidang Amenitas Pariwisata; (3) NSPK bidang Aksesibilitas
Pariwisata dan (4) NSPK Bidang Ekosistem Pariwisata;
e. Pengembangan Destinasi Wisata Budaya, dengan sasaran kegiatan yaitu Meningkatnya Kualitas
Destinasi Wisata Budaya dengan 4 indikator kinerja yaitu :
a. Tersusunya kebijakan dalam bentuk NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) di di bidang
destinasi wisata budaya yang mencakup : (1) NSPK bidang Pengembangan Destinasi Kuliner
dan Spa; (2) NSPK bidang Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi; (3) NSPK
bidang Pengembangan Destinasi Wisata Tradisi dan Seni Budaya dan (4) NSPK Bidang
Pengembangan Destinasi Wisata Perdesaan dan Perkotaan;
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 55
b. Terwujudnya nota kesepahaman bersama di bidang pengembangan destinasi wisata budaya
dengan kementerian/lembaga lain, asosiasi/lembaga dan pemerintah daerah;
f. Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan, dengan sasaran kegiatan yaitu Meningkatnya
Kualitas Destinasi Wisata Alam dan Buatan dengan 4 indikator kinerja yaitu:
a. Tersusunya kebijakan dalam bentuk NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) di di bidang
destinasi wisata budaya yang mencakup : (1) NSPK bidang Pengembangan Wisata Bahari;
(2) NSPK bidang Pengembangan Ekologi dan Petualangan; (3) NSPK bidang Pengembangan
Kawasan Wisata dan (4) NSPK Bidang Pengembangan Wisata Konvensi, Olahraga dan
Rekreasi;
g. Peningkatan Kemitraan Industri Pariwisata, dengan sasaran kegiatan yaitu Meningkatnya Kualitas
Industri dan Investasi Pariwisata dengan 4 indikator kinerja yaitu:
a. Tersusunya kebijakan dalam bentuk NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) di di bidang
industri dan investasi pariwisata yang mencakup : (1) NSPK bidang Kemitraan Usaha
Pariwisata; (2) NSPK bidang Standardisasi Usaha Pariwisata; (3) NSPK bidang Sertifikasi
Usaha Pariwisata dan (4) NSPK Bidang Investasi Pariwisata;
h. Peningkatan Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan sasaran kegiatan yaitu
Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 4 indikator
kinerja yaitu:
a. Tersusunya kebijakan dalam bentuk NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) di bidang
Peningkatan Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat yang mencakup : (1)
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 56
NSPK bidang Tata Kelola Destinasi Pariwisata Prioritas; (2) NSPK bidang Tata Kelola Destinasi
Pariwisata Khusus; (3) NSPK bidang Internalisasi dan Pengembangan Sadar Wisata dan (4)
NSPK Bidang Pengembangan Potensi Masyarakat;
b. Terwujudnya nota kesepahaman bersama di bidang peningkatan tata kelola destinasi dan
pemberdayaan masyarakat dengan kementerian/lembaga lain, asosiasi/lembaga dan
pemerintah daerah;
d. Terlaksananya bimbingan teknis kepada provinsi tentang peningkatan tata kelola destinasi
pariwisata dan pemberdayaan masyarakat.
i. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata, dengan sasaran kegiatan yaitu Meningkatnya Kualitas Manajemen dan
Pelayanan dengan 1 indikator kinerja yaitu Jumlah Dokumen Manajemen dan Pelayanan.
Tabel 4.2.
Target Kinerja Kegiatan dalam Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015 - 2019
TARGET
NO KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
1. Pengembangan Meningkatnya 1. Jumlah NSPK di bidang pengembangan
Infrastruktur Kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata 11 8 8 8 8
dan Ekosistem Pengembangan (dokumen)
Infrastruktur dan 2. Jumlah kesepahaman di bidang
Ekosistem pengembangan infrastruktur dan
Pariwisata di 12 4 4 4 4
ekosistem pariwisata di destinasi
Destinasi pariwisata (dokumen)
Pariwisata 3. Jumlah kab/kota/kawasan pariwisata
yang difasilitasi infrastruktur dan 19 25 25 25 25
ekosistem pariwisata (lokasi)
4. Jumlah provinsi yang memperoleh
bimbingan teknis tentang infrastruktur 5 34 34 34 34
dan ekosistem pariwisata (lokasi)
2. Pengembangan Meningkatnya 1. Jumlah NSPK di bidang destinasi wisata
Destinasi Kualitas budaya (dokumen) 7 8 8 8 8
Wisata Budaya Destinasi
Wisata Budaya 2. Jumlah kesepahaman di bidang destinasi
wisata budaya (dokumen) 11 4 4 4 4
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 57
TARGET
NO KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
4. Jumlah provinsi yang memperoleh
bimbingan teknis tentang destinasi wisata 34 34 34 34 34
alam dan buatan (lokasi)
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 58
j.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 59
4.2 Kerangka Pendanaan
Tabel 4.3.
Alokasi Anggaran Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015 - 2019
Alokasi (Rp. Ribu)
PROGRAM
2015 2016 2017 2018 2019
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 58
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 59
Bab V
Penutup
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai salah satu eselon I
pada Kementerian Pariwisata perlu menyusun Rencana Strategis/Renstra. Renstra Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah dokumen perencanaan tingkat eselon I
untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis pada tingkat
Kementerian Pariwisata. Renstra Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
mencakup materi antara lain : tujuan, sasaran strategis, kebijakan dan strategi, program, dan
kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 - 2019.
Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015-2019 ini
sebagai rencana jangka menengah yang masih bersifat strategik dan indikatif diperlukan penjabaran
secara teknis operasional setiap tahunnya sebagai upaya yang berkesinambungan (rolling plan)
dalam kurun waktu lima tahun. Serta dimungkinkan adanya peninjauan ulang (review) sebagai salah
satu sifat dari sebuah living document perencanaan, sesuai dengan perkembangan lingkungan
internal dan eksternal di lingkup Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata.
Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015-2019 ini akan
mampu diimplementasikan secara optimal diperlukan kerjasama dan koordinasi dari berbagai pihak
di lingkungan internal/antar eselon 1 Kementerian Pariwisata dan eksternal/antar sektor K/L serta
dengan pihak pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dan asosiasi/pelaku usaha pariwisata
dan masyarakat luas.
Untuk menghasilkan upaya yang sinergis dalam rangka mengaktualisasikan Rencana Strategis
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015-2019, diperlukan keterpaduan,
kerjasama, keterbukaan dan etos kerja seluruh personil dan satuan kerja di lingkungan Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata.
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 59
LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 86
LAMPIRAN I : MATRIK KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN PARIWISATA
PROGRAM/KE TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-
No SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR
GIATAN 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PELAKSANA NS-BS
1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 3.6 3.7 3.8 3.9 4
1 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 144 172 182 223 280
1 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 255 260 265 270 275
1 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) 191.25 195 198.75 202.5 206.25
1 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 25,000 25,000 ###### ##### ######
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 87
PROGRAM/KE TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-
No SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR
GIATAN 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PELAKSANA NS-BS
Asisten Deputi
Pengembangan
1 Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem 170,122 119,000 130,900 143,990 158,389
Infrastruktur dan
Ekosistem
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 88
PROGRAM/KE TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-
No SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR
GIATAN 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PELAKSANA NS-BS
Asisten Deputi
4 Peningkatan Kemitraan Industri Pariwisata 36,603 60,995 67,094 73,804 81,184 Kemitraan Industri
Pariwisata
Jumlah provinsi yang memperoleh bimbingan teknis tentang industri dan investasi
4 28 34 34 34 34
pariwisata (lokasi)
Asisten Deputi Tata Kelola
Peningkatan Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Destinasi dan
5 96,452 160,000 176,000 193,600 212,960
Pemberdayaan
Masyarakat
Jumlah provinsi yang memperoleh bimbingan teknis di bidang tata kelola destinasi dan
5 34 34 34 34 34
pemberdayaan masyarakat (lokasi)
RENCANA STRATEGIS | Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 89