Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 2

SYOK KARDIOGENIK DAN KARDIOMIOPATI

Disusun oleh :

1. Nanda Ajeng Ramdhany I1C016006


2. Annisa Muslimah Anna D I1C016022
3. Lie Clarissa Jelita I1C016042
4. Ayu Mulya Subagia I1C016060
5. Adhiyah Nuur Fitri I1C016076
6. M. Khoirul Fahmi I1C016092

Nama Dosen Pembimbing : Masita Wulandari S., M.Sc., Apt.

Tanggal Diskusi Dosen : 20 Maret 2019

Nama Asisten : Alfiani

Tanggal Diskusi Kelompok : 13 Maret 2019

LABORATORIUM FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
A. REKAM KASUS FARMAKOTERAPI PASIEN RAWAT INAP
Identitas Pasien
Nama Pasien Ny. D Umur/TTL 56 th
No. Rekam Medik 5389 BB 40 kg
Alamat - TB -
Status Jaminan - Jenis Kelamin P

Riwayat MRS
Tanggal 25/12/17 Tanggal KRS 05/12/17
MRS
Riwayat Pasien dengan keluhan sesak, Berat bila aktivitas + Tiduran, Nyeri
MRS Ulu Hati.

Riwayat -
Penyakit
RPD Pasien treatment dari ICCU

Riwayat Candesartan, Furosemide, Spironolakton, Pradaxa, Digoxin.


Obat
Riwayat -
Lifestyle
Diagnosa Syok Kardiogenik + Kardiomiopati
Parameter Penyakit
Parameter Nilai Tanggal Keterangan
Normal 02/01/18 03/01/18 04/01/18 05/01/18

TD 120/80 100/60 100/80 120/80 80/50 Menurun


(mmHg) mmHg
Nadi 60-100 80 86 80 76 Normal
T (x/menit) x/menit
T Suhu 36-37oC 36,5 36,7 36 - Normal
V Nafas 16-20 18 22 20 - Meningkat
x/menit
Lambung + - + - Meningkat
terasa
K keras
E Sulit tidur + + - -
L Berdebar + + + -
U Diare - - + -
H Nyeri dada + + - -
A
Sesak ++ + - -
N
Kembung - - - -

Terapi Parenteral
Terapi (Nama obat, Aturan Pakai Tanggal
Kekuatan) 02/01/18 03/01/18 04/01/18 05/01/18

Lasix Injeksi 1 x 20 mg  - - -
Novaldo Injeksi 3x1 -   -
Novorapid 3x 4 µl    
Terapi Oral

Terapi (Nama obat, Aturan Pakai Tanggal


Kekuatan) 02/01/18 03/01/18 04/01/18 05/01/18

Lasix tab 1x1 -   


Concor 2,5 mg 0–0–1  - - -
Concor 5 mg 0–0–1 -   
Ramipril 2,5 mg 1–0–0    
Sucralfat syr 3x1C    
cordaron tab 1x1    
Kalitake 3 x 1 sach  - - -

B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
a. Kardiomiopati Dilatasi

Gambar 1. Patofisiologi Dilated Cardiomyopati (Lilly LS., 2011).

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati dengan ciri-


ciri yaitu terdapatnya dilatasi ruang ventrikel yang progresif dan disertai
disfungsi dari kontraksi ventrikel saat sistolik. Penyebab dari gejala klinis
yangtampak pada kardiomiopati dilatasi adalahadanya penurunan fungsi
kontraksi miokardium diikuti oleh adanya dilatasi pada ruang ventrikel.
Penurunan fungsi kontraksi miokardium disebabkan karena adanya
kerusakan pada kardiomiosit, mengakibatkan kontraksi ventrikel
menurun, dan penurunan volume sekuncup serta curah jantung (Lilly LS.,
2011).
Penurunan kontraksi ventrikel jika sudah tidak dapat diatasi
lagi oleh mekanisme kompensasi (baik oleh peningkatan
simpatis,mekanisme Frank-Starling, sistem renin angiotensin-
aldosteron/RAA dan vasopresin), maka akan menyebabkan ventrikel
hanya dapat memompa sejumlah kecil darah ke sirkulasi, sehingga
nantinyadarah tersebut akan lebih banyak tertimbun di ventrikel,
timbunan darah inilah yang akan menyebabkan dilatasi ruang ventrikel
yang bersifat progresif. Dilatasi ruang yang progresif nantinya akan
membuat disfungsi katup mitral (katup mitral tidak dapat tertutup
sempurna), kelainan pada katup mitral ini akan menyebabkan terjadinya
regurgitasi darah ke atrium kiri (Lilly LS., 2011).
Regurgitasi darah ke atrium kiri memiliki tiga dampak yang
buruk, yaitu peningkatan tekanan dan volume yang berlebihan di atrium
kiri sehingga atrium kiri membesar yang akan meningkatkan resiko,
dampak buruk berikutnya adalah regurgitasi ke atrium kirimenyebabkan
darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri lebih sedikit sehingga
memperparah penurunan stroke volumeyang telah terjadi, dampak buruk
yang terakhir adalah pada saat diastolik volume darah yang masuk ke
atrium kiri menjadi lebih besar karena mendapat tambah darahyang
disebabkan oleh regurgitasi ventrikel kiri yang pada akhirnya akan
menambah jumah darah di ventrikel kiri, sehingga memperparah dilatasi
yang telah terjadi (Lilly LS., 2011).
Penurunan stroke volume karena menurunnya kontraktilitas
miokardium dan ditambah dengan adanya regurgitasi katup mitral akan
menimbulkan gejala kelelahandan kelemahan pada otot rangka karena
kurangnya suplai darah ke otot rangka. Pada kardiomiopati dilatasi juga
terjadi peningkatan tekanan pengisian ventrikel yang akan menimbulkan
gejala-gejala kongesti paru seperti dispnea ortopnea, ronki basah dan juga
gejala-gejala kongesti sistemik seperti peningkatan tekanan vena
jugularis, hepatomegali dan edema perifer (Lilly LS., 2011).
b. Syok Kardiogenik
Cardiogenic Shock adalah gejala yang dirasakan oleh pasien yang
mengalami gagal jantung (Sukandar et.al., 2013). Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik) (Sukandar et. al., 2013). Disfungsi ventrikel kiri yang
parah biasanya memicu syok. Disfungsi sistolik menyebabkan penurunan
curah jantung dan volume stroke, yang mengakibatkan hipotensi dan
hipoperfusi sistemik. Hipotensi dan hipoperfusi juga mengaktifkan
mekanisme respons inflamasi, sehingga meningkatkan kadar sitokin
seperti interleukin dan tumor necrosis faktor α. Respon inflamasi sistemik
dapat meningkatkan perkembangan Cardiogenic Shock, di mana
mekanisme kompensitoris yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis benar-benar mengarah pada hipoperfusi yang lebih
mendalam. Selain cedera miokard yang disebabkan oleh iskemia,
perubahan pada miokard setelah revaskularisasi dan reperfusi juga dapat
berdampak pada kaskade. Patofisiologi Cardiogenic Shock dengan
demikian sangat kompleks, dan ukuran infark miokard hanya sebagian
berkorelasi dengan perkembangan Cardiogenic Shock (Kataja & Harjola,
2017).
2. Guideline Terapi
a. Kardiomiopati Dilastasi

Gambar 2. Algoritma guideline terapi kardiomoipati dilatasi (PDSKI, 2015)

Gambar 3. Guideline terapi kardiomiopati dilatasi (PERKI, 2015)


b. Cardiogenic shock

Gambar 4. Algoritma syok kardiogenik (Van Diepen et al., 2017)

Menurut guideline diatas syok kardiogenik dapat diberiakan terapi


Inotropes atau vasopressor (Van Diepen et al., 2017). Pasien
kardiogenik syok diterapi menggunakan golongan vasopressor. Obat
golongan vasopressor yang dapat digunakan yaitu dopamine,
dobutamin, epinefrin dan dopamine (Sukandar et. al., 2013).

Gambar 5. Algoritma guideline terapi syok kardiogenik dengan MI (Thiele, 2016)


C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Subjektif
Riwayat MRS : Pasien dengan keluhan sesak, Berat bila aktivitas +
Tiduran, Nyeri Ulu Hati
RPD : Pasien treatment dari ICCU
Riwayat Obat : Candesartan, Furosemide, Spironolakton, Pradaxa,
Digoxin.
Diagnosa : Syok Kardiogenik + Kardiomiopati

2. Objektif

Parameter Nilai Tanggal Keterangan


Normal 02/01/18 03/01/18 04/01/18 05/01/18

TD 120/80 100/60 100/80 120/80 80/50 Menurun


(mmHg) mmHg
Nadi 80-100 80 86 80 76
T (x/menit) x/menit
T Suhu 36-37oC 36,5 36,7 36 - Normal
V Nafas 16-20 18 22 20 - Meningkat
x/menit
3. Assesment
a. Assesment penyakit
Diagnosa pasien : Syok Kardiogenik + Kardiomiopati
Terapi yang dibutuhkan untuk syok kardiogenik

Gambar 6. Inotrop dan vasopresor untuk syok kardiogenik (Nicolau et al., 2014)
Terapi yang dibutuhkan untuk kardiomiopati

b. Assement DRP Pasien

Subyekti Obyekti Problem Assessment Plan


f f Medik DRP Uraian DRP Penatalaksanaa
n DRP
Sesak TD Kardiogenik Indikasi Pasien Pasien
napas, 2/1/18: syok tanpa didiagnosa diberikan obat
nyeri 100/60 terapi kardiogenik golongan
dada, 3/1/18: syok sehingga vasopressor
berdebar 100/80 terjadi karena pasien
4/1/18: hipotensi dan mengalami
120/80 belum hipotensi dan
5/1/18: diberikan obat untuk
80/50 terapi. menormalkan
nilai tekanan
darah, yaitu
dopamine.
- Terapi Data klinis, Pasien tidak
tanpa riwayat diberikan terapi
indikasi penyakit insulin (pionas,
keluarga, dan 2015).
diagnosis
pasien tidak
menjelaskan
adanya
hiperglikemik
(pionas, 2015)
Sesak TD Kardiomiopat ADR Pasien Pasien
nafas, 2/1/18: i dilatasi diberikan diberikan
nyeri 100/60 furosemid dan furosemid 2
dada 3/1/18: sukralfat jam sebelum
100/80 secara sukralfat
4/1/18: bersamaan (AHFS, 2011 ;
120/80 akan Medscape,
5/1/18: menurunkan 2019)
80/50 efektivitas
dari obat
furosemid
karena adanya
penghambatan
absorpsi di
gastrointestina
l (AHFS,
2011 ;
Medscape,
2019)
Kardiogenik Obat Pasien Pasien tidak
syok tidak terdiagnosis diberikan terapi
efektif kardiogenik obat amiodaron
syok yang (AHFS, 2011)
kontraindikasi
dengan obat
amiodaron
(AHFS, 2011)
Terapi Pemberian Pasien tidak
tanpa metamizole diberikan
indikasi (NSAID) metamizole
pada pasien (PERKI, 2015)
dapat
memperburuk
gejala dan
kondisi gagal
jantung
(PERKI,
2015)
Kardiomiopat overdosi Pasien Pasien
i dilatasi s diberikan diberikan dosis
furosemid yang tepat
injeksi pada untuk
tanggal 2/1/18 furosemid
dengan dosis injeksi yaitu,
20 mg. 10 mg
Seharusnya, (medscape,
dosis 2019).
furosemid
injeksi 10 mg
(medscape,
2019)
Kardiomiopat Obat Pasien Pasien
i dilatasi tidak diberikan diberikan
efektif furosemid spironolakton
ketika gejala sebagai terapi
sudah hilang. maintenance
Sehingga, (PERKI, 2014).
obat yang
diberikan
tidak efektif
dan belum
mendapat
terapi yang
tepat (PERKI,
2014).
4. Plan
a. Tujuan terapi
- Menghilangkan gejala
- Meningkatkan kualitas hidup
- Mengurangi angka rawat inap
- Memperlambat peningkatan keparahan penyakit, serta
memperpanjang ketahanan
- Meningkatkan tekanan darah akibat syok kardiogenik
b. Terapi Non Farmakologi
1. Syok Kardiogenik
1) Dilakukan mechanical ventilation
2) Dilakukan PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
3) Dilakukan CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
4) Dilakukan IABP (Intra-aortic Baloon Pump)
5) Dilakukan MCS (Mechanical Coronary Support)
(Diepen et al, 2017)
2. Kardiomiopati Dilatasi
1) Menggurangi konsumsi garam
2) Menggurangi konsumsi caffein
3) Olahraga ringan dan teratur
(Nice, 2017)
c. Terapi Farmakologi
1. Syok Kardiogenik
Pasien kardiogenik syok diterapi menggunakan golongan
vasopressor. Vasopresor untuk meningkatkan tekanan darah dan perfusi
organ vital (PDSKI, 2015). Obat golongan vasopressor yang dapat
digunakan yaitu dopamine, dobutamin, epinefrin dan norepinefrin.
Dopamine merupakan obat yang menstimulasi beta reseptor di jantung
dan otot. Dopamine merupakan obat yang dipilih karena tidak
berinteraksi dengan obat-obat yang diberikan pada pasien, seperti
sukralfat, ramipril, bisoprolol, amiodaron, metamizole. Sedangkan,
dobutamin, dopamine, dan epinephrin berinteraksi dengan bisoprolol
yang merupakan obat utama untuk menyembuhkan kardiomyopathy
dilatasi (Medscape, 2019). Dopamine dikontraindikasikan pada pasien
dengan pheochromocytoma, ventricular tachyarrhythmias, dan fibrilasi
ventrikel. Pasien ini tidak memiliki penyakit tersebut sehingga dopamine
aman digunakan oleh pasien. Dopamine dapat berinteraksi dengan obat
furosemid, cyclopropane, propanolol, metoprolol. Namun, pasien sedang
tidak mengkonsumsi obat tersebut sehingga dopamine aman digunakan.
Sediaan yang digunakan oleh pasien adalah sediaan infus intravena
(MIMS, 2019). Dosis dopamine yang digunakan untuk mengobati
kardiogenik syok adalah 2-5 mcg/kgBB/mnt. Obat tersebut mengandung
dopamine sebanyak 80 mcg/kgBB/mnt. Dosis ini digunakan karena
pasien hipotensi yang menyebabkan kardiogenik syok. (MIMS, 2019;
Nicolau et al., 2014). ESO yang sering terjadi adalah sakit kepala,
muntah, dan rasa muntah (Medscape, 2019).

2. Kardiomiopati dilatasi
1) Spironolakton
Spironolakton merupakan inhibitor aldosterone yang menghasilkan
efek diuretic hemat kalium. Aldosteron sendiri merupakan senyawa
neurohormon yang berperan penting dalam remodeling ventrikuler
(Sukandar et. al., 2013). Memburuknya fungsi ginjal setelah penggunaan
loop diuretik dosis tinggi dikaitkan dengan peningkatan kematian.
Peningkatan kelangsungan hidup terkait dengan penggunaan inhibitor
RAAS adalah yang terbesar pada pasien dengan memburuknya fungsi
ginjal. Selain itu, dapat menurutkan angka rawat inap dan menurunkan
gejala (Sukandar et. al., 2013). Spironolakton mempunyai aktivitas
penghambatan yang dimediasi oleh RAAS dan memberikan hasil klinis
yang bermanfaat pada struktural dan fisiologis pada pasien gagal jantung
disertai gagal ginjal kronik (Agrawal, S., et al 2015).

2) Concor (Bisoprolol)
Pada pedoman ACC/AHA terdapat rekomendasi penggunaan
senyawa β-bloker pada semua pasien gagal jantung, kecuali jika terdapat
kontraindikasi. Pasien tetap harus ditangani dengan pemberian β-bloker
bahkan jika gejala yang timbul telah diatasi dengan inhibitor ACE dan
diuretik karena obat tersebut dapat menyebabkan resiko peningkatan
keparahan (Sukandar et. al., 2013). Berdasarkan PERKI (2015) obat
golongan β-bloker yang umumnya digunakan pada penderita gagal
jantung adalah bisoprolol, carvedilol dan metoprolol. Bisoprolol bersifat
kardioselektif sehingga tidak mengakibatkan bronkospasme yang dapat
sesak nafas dimana Ny.D sudah memiliki keluhan sesak nafas
(PDSKI,2015). Pada dosis yang lebih tinggi (≥ 20 mg) bisoprolol
fumarate juga menghambat adrenoreseptor beta2 yang terletak di otot-
otot bronkial dan vaskular. Untuk mempertahankan selektivitas relatif,
penting untuk menggunakan dosis efektif terendah. Dosis awal diberikan
2,5-5mg/hari (AHFS, 2011)

3) Ramipril 2,5 mg
Ramipril adalah obat golongan penghambat angiotensin converting
enzyme (ACE) generasi kedua dengan mekanisme berikatan dan
menghambat ACE sehingga mencegah konversi angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2. Dosis yang digunakan pada dosis 2,5mg hingga
20mg/hari.

4) Sucralfat
Sucralfate adalah garam sukrosa sulfat dan aluminium hidroksida,
yang mengikat mukosa membentuk penghalang untuk menghalangi
difusi dan interaksi asam klorida, pepsin atau garam empedu dan mukosa
esofagus. Dosis yang digunakan yaitu 2x sehari 4 sendok teh 2 jam
setelah makan selama 4-8 minggu (Blaga, 2016; Medscape, 2019).
5) Kalitake
Kalitake mengandung Calsium Polystriren Sulfonat yang
digunakan untuk menstabilkan kadar kalium akibat berbagai faktor
misalnya penggunaan diuretik kuat seperti furosemide (Sjamsiah, 2005).

Jadi, saran terapi untuk pasien Ny. D:


Terapi Nama obat Aturan pakai 2/1 3/1 4/1 5/1
Parenteral Lasix Inj 1x 20 mg 
Dopamin 80 mcg/menit 
Oral Bisoprolol 4x 1,25 mg    
Ramipril 1x 2,5 mg    
2x 4 sendok teh   
Sucralfate syr 
(2 gr)
Kalitake 

5. Konseling Informasi dan Edukasi (KIE)


1) Dokter
a. Memastikan stage keparahan gagal jantung pasien
b. Konfirmasi durasi penggunaan obat
2) Tenaga Kesehatan
a. Memberikan jadwal penggunaan obat
b. Melakukan pemeriksaan TD pasien kembali
3) Keluarga Pasien
a. Memberikan jadwal penggunaan obat
b. Meyarankan untuk memberi motivasi kepada pasien
c. Motivasi untuk patuh minum obat serta memberikan jadwal
minum obat
4) Pasien
a. Memberikan jadwal penggunaan obat saat KRS
b. Motivasi untuk konsumsi obat secara teratur
c. Memantau berat badan setiap 3 hari sekali (PDSK, 2015).

Jadwal Hal yang Perlu


Nama obat Jumlah Manfaat
minum Diperhatikan
Dopamine dapat
meningkatkan
80 mcg tiap tekanan darah, Monitoring tekanan
80 mcg iv
Dopamine menit saat tekanan denyut nadi, darah dan denyut nadi
tiap menit
serangan dan resistensi (Medscape, 2019).
pembuluh darah
(Nicolau et al., 2014)

Menghilangkan Pendarahan gastrik,


Spironolakton 1x sehari 12,5 mg bengkak dan obat gastritis, demam
untuk gagal jantung (MedScape, 2019).

Kontraindikasi pada
penyakit asma, blok
atrioventrikel derajat
Concor Mencegah terjadinya
4x sehari 1,25 mg 2 dan 3, dan sinus
(Bisoprolol) gagal jantung
bradikardi (Nadi<50
mg/dL) (PERKI,
2015).

Untuk pencegahan Memonitor tekanan


gagal jantung darah, resiko terhadap
Ramipril 1x sehari 2,5 mg
(Sukandar et.al., hyperkalemia
2013) (Medscape, 2019).

4 sendok the
(2 gr) 2 jam Melindungi lambung
setelah dari ESO obat yang
Sucralfat 2x sehari
makan digunakan (MIMS,
selama 4-8 2019)
minggu

6. Monitoring
Monitoring
Obat Target Keberhasilan
Keberhasilan ESO
Tekanan darah
Nilai tekanan darah kembali
meningkat dan sakit kepala,
normal dan syok kardiogenik
Dopamine syok muntah, dan rasa
teratasi
kardiogenik ingin muntah
TD 120/80 mmHg
teratasi
Meningkatkan Mengantuk,
Nilai tekanan darah kembali
kelangsungan pusing, sakit
normal dan kardiomiopati
Spironolakton hidup dan kepala, lesu, kram
teratasi
mengurangi kaki, gangguan
TD 120/80 mmHg
kebutuhan untuk GI (misalnya
rawat inap diare, kram)
pasien (MIMS, 2018)
(Sukandar et al.,
2019).
Tidak terjadi
Pusing, insomnia, Sesak dan nyeri dada teratasi
Sesak dan nyeri
Concor bradiaritmia serta tekanan darah kembali
dada serta
(Bisoprolol) (MedScape, normal
Tekanan darah
2019) TD 120/80 mmHg
meningkat
Gejala Batuk, hipotensi Tekanan darah kembali normal
Ramipril kardiomiopati (MedScape, TD 120/80 mmHg dan
menghilang 2019) kardiomiopati dilatasi teratasi
Nyeri ulu hati
menghilang dan
pendarahan di Konstipasi Nyeri ulu hati teratasi dan
Sucralfat gastrointestinal (MedScape, pendarahan gastrointestinal
akibat 2019) tidak terjadi
spironolakton
tidak terjadi

D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lilly, LS. 2011. Patophysiology
Sukandar et al. 2013.
Kataja & Harjola. 2017 animus
PDSKI
Perki, 2015
Van diephen et al, 2017
Thiele, 2016
Pionas, 2015
Ahfs, 2011
Medscape, 2019
Perki 2014
Nice 2017
Mims 2019
Agrawal s et al, 2015
Blaga, 2016
Sjamsiah, 205

Levy B.,Clere-Jehl R., Legras A., Morichau-Beauchant T., Leone M., Frederique
G., Quenot J. P., Kimmoun A., Cariou A., Lassus J., Harjola V. P., Meziani
F., Louis G., Rossignol P., Duarte K., Girerd N., Mebazaa A., Vignon P.,
2018, Epinephrine Versus Dopaminefor Cardiogenic Shock AfterAcute
Myocardial Infarction, Journal of The American College of Cardiology, Vol.
72, No. 2.
Nicolau J. N., Selzman C. H., Fang J. C., dan Stehlik, J., 2014, Pharmacologic
therapies for acute cardiogenicshock, Lippincott Williams & Wilkins, Volume
29 Number 3.

Perhimpunan dokter speaslis kardiovaskular. (2015). pedoman tata laksana gagal


jantung.
Rui, Q., Jiang, Y., Chen, M., Zhang, N., Yang, H., Zhou, Y., 2017, Dopamine
versus dopamine in thetreatment of cardiogenic shockA PRISMA-compliant
meta-analysis, Medicine Systemic Review and Meta-Analysis, 96:43.

Anda mungkin juga menyukai