Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Perkembangan Pencak Silat

A. Awal Mula Pencak Silat

Makhluk hidup memiliki berbagai cara untuk mempertahankan dirinya dari berbagai macam
bahaya yang mungkin mengancam kelangsungan hidup dirinya sesuai dengan naluri dan
insting yang dimilikinya. Binatang misalnya, naluri atau instingnya untuk mempertahankan
diri memanfaatkan apa yang dimiliki dalam tubuhnya. Dalam wawancara riset saya kemarin
Abah Gending memaparkan kalau ayam misalnya menggunakan taji atau sayapnya untuk
memukul lawannya, kerbau dengan tanduknya, harimau dengan kuku dan giginya.

Manusia juga pada awalnya memanfaatkan apa yang ada pada tubuhnya, seperti tangan untuk
memukul atau bergulat, namun karena manusia memiliki kelebihan akal sehingga dalam hal
apapun berkembang, termasuk pengetahuan dalam hal membeladiri. Manusia kemudian
menciptakan bentuk-bentuk perkelahian atau menciptakan alat-alat untuk menunjang
efektitifitas beladirinya.

Dalam buku Pencak Silat Merentang Waktu (2008), Oong Maryono memaparkan bahwa
kebanyakan pakar berkeyakinan bahwa sejak masa prasejarah bangsa melayu sudah
menciptakan dan mempergunakan ilmu beladiri yang dikenal dengan Pencak Silat. Konon
manusia pada masa itu harus menghadapi alam yang keras, untuk bertahan hidup menghadapi
binatang yang ganas manusia mengembangkan gerak-gerak beladiri yang di adaptasi dari
hasil pengamatan manusia terhadap gerak-gerak binatang yang ada disekitarnya. Peran
binatang sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan gerakan Pencak Silat dapat ditemukan
dalam mitos-mitos mengenai asal-usul Pencak Silat, maupun legenda-legenda tentang
berdirinya aliran-aliran Pencak Silat tertentu.

Waktu itu kebanyakan manusia pertama itu berdampingan dengan alam, ya teman
yang sehari-hari di lihat kan binatang ya, dihutan misalnya ada yang dipegunungan
hutan ada juga manusia yang hidup dideket perairan. Disana perilaku binatang
menjadi inspirasi untuk menciptakan suatu teknik beladiri ada yang melihat perilaku
harimau, perilaku monyet atau perilaku buaya itu menjadi masukan untuk membentuk
suatu sistem perkelahian. (Wawancara dengan Abah Gending Raspuzi).
Selain itu menurut Abah Gending penglaman praktek membeladiri dengan sesama manusia
juga turut mengembangkan sistem perkelahian ini. Melalui perkelahian-perkelahian manusia
menemukan kelebihan dan kekurangan dari gerak beladiri yang telah dimilikinya. Akulturasi
budaya juga turut menjadi faktor yang menunjang pengembangan suatu sistem beladiri.
Apek teh gelut ceunah, gelut sehingga menemukan apa kekurangannya dan
kelebihannya dipikirkan lagi kelemahannya ini diperkuat lagi, trial and erorr begitu
lah, kemudian ada juga faktor yang menunjang pengembangan suatu sistem beladiri
yang lain yaitu akulturasi budaya , bergaul dengan tetangga kampungnya yang
memiliki beladiri yang lain atau gimana, negara yang berbeda, kerajaan yang berbeda
atau bangsa yang berbeda seperti halnya orang cina perantauan datang kesini ada pasti
persilangan budaya itu. (wawancara dengan Abah Gending Raspuzi).
B. Pencak Silat Pada Zaman Kerajaan di Nusantara
Ilmu beladiri yang awalnya diciptakan dengan meniru gerakan binatang atau fenomena alam
yang lain untuk melawan binatang yang ganas, pencak silat kemudian diperlukan oleh
manusia untuk mendapatkan status dan kedudukan sosial lewat peperangan antara kelompok,
klan, suku, dan selanjutnya antar kerajaan. Pada zaman dahulu seseorang dengan kemahiran
beladiri dapat ditakuti atau disegani oleh masyarakat sekelilingnya,dan dapat mencapai
kejayaan dan kekuasaan politik.

Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram memerlukan ilmu peperangan


dan tentara yang tangguh untuk mempertahankan kekuasaan dan memperluas teritorinya.
Berkaitan dengan perkembangan pencak silat di Tanah Jawa, pada masa Kerajaan Majapahit
antara abad XII dan abad XVI, kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini memiliki kekuasaan
yang hampir mencakup seluruh Nusantara. Untuk melindungi batasan negara, Sang Raja
menggunakan pasukan yang dilengkapi dengan keterampilan ilmu beladiri. Pemerintah pusat
juga mengirimkan utusan untuk mendidik penguasa setempat dalam ilmu perang. Utusan itu
kembali kepusat setelah menyelesaikan tugasnya sebelum dikirim ke daerah lain, kemudian
tersebarlah induk Pencak Silat dari pusat kekuasaan ke daerah-daerah yang lain.

Akan tetapi, ada suatu daerah di Jawa yang tidak terpengaruh oleh ekspansi Kerajaan
Majapahit, yaitu Kerajaan Priyangan di Jawa Barat. Perlu dipertimbangkan kemungkinan
bahwa aliran-aliran pencak silat yang berkembang di Jawa Barat mempunyai cikal bakal
tersendiri, dan pada mulanya tidak atau kurang dipengaruhi oleh silat Melayu Sumatera yang
menyebar luas di Kerajaan Majapahit. Hipotesis ini juga didukung oleh epika sastra, menurut
kidung Sundayana, para pengawal kerajaan Sri Paduka Maharaja Sunda sudah
memperlihatkan kehebatan ilmu pencak silat yang dimiliki pada waktu mereka datang ke
Majapahit untuk mengantar putri raja Dyah Pitaloka, sebagai calon pengantin raja Hayam
Wuruk.

Prajurit Sunda sudah berkumpul tinggi rendah menghadap Raja. Maharaja Sunda
kemudian memberi nasihat dan semangat pada yang akan berperang. Dibagikan
semua hadiah yang tadinya akan diberikan pada Majapahit kepada bawahan. Sudah
bulat tekad orang Sunda buang nyawa di medan jurit. Sibuk semua tumenggung
mengurusi peralatan perang, bersiap menanti musuh datang. Sementara itu di
Majapahit Mahapahit Gajah Mada memerintahkan anak buahnya menabuh canang
agung Basantaka. Tanda semua prajurit bersiap untuk berperang. Sebelum maju
perang Gajah Mada meminta izin mengutus utusan menanyakan jawaban Maharaja
Sunda (Kidung Sundayana, pupuh kinanti II bait 1-14, bait 17 dan bait 60-61 dalam
Yusuf Andik, Tinjauan Kisah Perang Bubat Dalam Kidung Sundayana dan Media
Komik).
Perlahan dengan terjadinya transformasi masyarakat di sekelilingnya, Pencak Silat
mengalami perubahan fungsi. Perubahan peran keraton menjelang runtuhnya Kerajaan
Majapahit, Pencak Silat diperkaya oleh wawasan baru yang mengkaitkan secara eksplisit
kemahiran teknik bela diri dengan perkembangan manusia dalam suatu kosmologi yang utuh.

C. Pencak Silat Pada Era Kerajaan Islam

Pencak Silat juga mempunyai peran dalam proses Islamisasi di pulau Jawa. Berdirinya
kerajaan Demak pada abad XV di pantai utara Jawa yang kemudian diikuti oleh berdirinya
kerajaan Mataram pasca runtuhnya kerajaan Majapahit. Para wali atau orang suci yang
berjasa besar sebagai pembawa dan penyebar siar Islam, merintis pondok pesantren di Jawa
sebagai pusat pendidikan islam. Pencak Silat sebagai saran pembelaan diri menjadi bagian
integral dari ajaran agama di kalangan pesantren. Dalam proses pendidikannya santri
memperdalam ilmu agama dibekali dengan ilmu Pencak Silat sebagai bekal dalam ‘amar
ma’ruf nahi mungkar’ (mengajak orang ke jalan kebaikan dan mencegah kesesatan).

Pengaruh Islam pada perkembangan Pencak Silat tidak hanya sebatas pada penyebaran, tetapi
terlihat juga pada aspek seni. Misalnya pada upacara khitanan diberbagai daerah di Indonesia
termasuk di Jawa Barat, seperti yang dipaparkan oleh Saleh 1989 dalam Maryono 2008).

Pada pesta khitanan dulu sering diadakan pesta dengan menabuh kendang pencak.
Mengiringi siram kembang. Anak laki-laki yang mau disunat diantar dengan iringan
tabuh kendang penca untuk dimandikan di sungai sebelum di khitan.
D. Pencak Silat Pada Era Kemerdekaan
Mulayana (2014) memaparkan, bangsa Eropa seperti Portugis, Inggris, dan Belanda semenjak
pecak perang dunia II berusaha untuk menguasai wilayah Nusantara. Kondisi ini memicu
perlawanan dari bangsa pribumi. Sebagai alat membela diri yang berkembang di masyarakat
Pencak Silat dijadikan alat untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan
tersebut dilakukan di bawah komando para tokoh-tokoh perguruan Pencak Silat, dan
penguasa kerajaan seperti Pangeran Diponegoro misalnya.
Berbeda dengan kebijakan pemerintah kolonial belanda yang mengeluarkan kebijakan untuk
membatasi, bahkan melarang pendidikan dan pengajaran pencak silat. Pada zaman
pendudukan Jepang pencak silat menjadi primadona dan berkembang sehingga pendidikan
dan pengajaran pencak silat kembali marak dimana-mana. Pemerintah Jepang ingin
masyarakat Indonesia dapat diberdayakan untuk membantu perang mereka melawan tentara
sekutu dengan cara dibekali ilmu bela diri.

Pasca kekalahan Jepang dari tentara sekutu penyebaran, pendidikan, dan pelestarian pencak
silat sebagai produk budaya dan alat pendidikan terus berlanjut. Banyak di antara para
anggota perguruan pencak silat bergabung menjadi tentara BKR maupun badan-badan
perjuangan lainnya. Kemahiran pencak silat dikalangan pejuang tersebut menimbulkan rasa
percaya diri, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Para pejuang tersebut tak gentar
untuk melawan penjajah yang bersenjata lengkap dengan senjata seadanya.

E. Pencak Silat Pasca Kemerdekaan

Pada tanggal 18 Mei 1948 terbentuk organisasi pencak silat yang bernama IPSI (Ikatan
Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan dengan tujuan untuk mempersatukan dan membina
seluruh perguruan pencak silat yang terdapat di Indonesia; menggali, melestarikan dan
mengembangakan pencak silat beserta nilai-nilanya sebagai sarana charakter and national
building (Mulyana 2014).

Pada tahun 1981 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui Dirjen Pendidikan Luar
Sekolah, Pemuda dan Olahraga menyusun program pengajaran bersama (Saleh 1998 dalam
Mulyana 2014). Program pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan program di bidang
olahraga dan kembali mengembangkan pencak silat di bidang kesenian, beladiri, serta
meningkatkan peranan pencak silat sebagai pendidikan watak.

Pencak silat yang mengandung falsafah budi pekerti luhur, masih relevan sebagai alat
pendidikan dalam membentuk karakter bangsa Indonesia yang mulai kehilangan jati dirinya
(Mulayana 2014). Belakangan di Indonesia muncul komunitas penggemar seni beladiri
tradisional Indonesia yaitu, Komunitas Pencak Silat Indonesia, yang anggotanya di sebut
sebagai “ Sahabat Silat”. Komunitas Pencak Silat Indonesia ini membentuk sebuah situs yang
bernama silatindonesia yang didedikasikan untuk siapapun yang ingin mengetahui
perkembangan dan informasi mengenai pencak silat di Indonesia maupun di dunia. Secara
spesifik situs ini mengusung tema silat tradisional, karena silat tradisional pada umumnya
masih kurang terangkat ke media informasi, karena itulah maka situs silat indonesia berupaya
mengimbangi informasi, opini, kegiatan dan latihan untuk mengangkat citra silat sebagai olah
raga kebanggaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai