Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JURNAL

PENATALAKSANAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA


BAGIAN ATAS DENGAN NUTRISI ENTERAL DINI TERHADAP
KADAR ALBUMIN

Stase Keperawatan Medikal Bedah

KELOMPOK 1

1. SUGIONO I4B018084
2. IFFAH HUMAIDAH I4B018070
3. MUSLIHUDIN I4B018070
4. CUCU ROSMAWATI I4B018048

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
Mengetahui analisis jurnal berjudul “Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna
bagian atas dengan nutrsi enteral dini terhadap kadar albumin”
BAB II
REVIEW JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas dengan Nutrisi Enteral Dini terhadap Kadar
Albumin

2. Nama Jurnal : Jurnal Gizi Klinik Indonesia


3. Volume : Volume 13 Nomer 4
4. Penulis : Virgianti Nur Faridah dan Farida

B. Metodologi Penelitian
1. Populasi
Seluruh pasien perdarahan SCBA di ruang ICU RS Aisyiyah Bojonegoro.
2. Sampel
Subjek yang dipilih adalah pasien perdarahan SCBA yang terpasang NGT
untuk diberikan NED di dengan usia lebih dari 40 tahun.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Subjek diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling, dimana
semua populasi yang memenuhi kriteria dijadikan subjek penelitian sampai
jumlahnya mencukupi, yaitu sebanyak 30 responden. Masing-masing
kelompok dibagi menjadi 15 pasien kelompok perlakuan 1 dengan
pemberian NED setelah 2-3 kali hasil bilas lambung jernih (dipuasakan) dan
15 pasien kelompok perlakuan 2 yaitu pemberian NED tanpa menunggu
hasil bilas lambung jernih (tanpa dipuasakan).
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-
laki (63%), dengan umur yang paling banyak dijumpai adalah umur 61-70
tahun (43%) diikuti dengan umur 51-60 tahun (34%). Penyebab perdarahan
SCBA pada subjek penelitian sebagian besar karena peptic ulcer (56,67%).
Kadar albumin pasien perdarahan SCBA sebelum pemberian nutrisi enteral
didapatkan jumlah yang sama antara kedua kelompok yaitu sebagian besar
subjek memiliki kadar albumin rendah (73,3%). Setelah diberikan
intervensi terdapat perbedaan dimana sebagian besar pasien pada kelompok
I mempunyai kadar albumin rendah (67%) sedangkan pada kelompok II
yang diberikan NED setelah 6-12 jam tanpa menunggu hasil bilas lambung
bersih didapatkan sebagian besar kadar albumin normal (60%).

Hal ini didukung oleh hasil uji Wilcoxon signed-ranks test yang
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,046 (p<0,05) sehingga hipotesis
diterima yaitu ada perbedaan pemberian NED terhadap kadar albumin pada
pasien perdarahan SCBA yang dipuasakan dan tidak dipuasakan (Tabel 2).
BAB III

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,046)


antara pasien perdarahan saluran cerna bagian atas yang dipuasakan dan yang tidak
dipuasakan terhadap kadar albumin. Dimana pemberian NED (Nutrisi Enteral Dini)
pada pasien perdarahan SCBA yang tidak dipuasakan (6-12 jam) atau tanpa
menunggu hasil bilas lambung dapat menurunkan kadar albumin. Sedangkan kadar
albumin pada pasien perdarahan SCBA yang dipuasakan yaitu menunggu 2-3 kali
hasil bilas lambung jernih tanpa terbatas berapa hari pasien harus berpuasa
menunjukkan hasil albumin normal hanya pada sebagian kecil pasien (33,3%)
sedangkan sebagian besar sisanya memiliki kadar albumin rendah (66,7).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien dengan perdarahan
SCBA yang diberikan nutrisi enteral menunggu hasil bilas lambung bersih 2-3 kali
tanpa memperhatikan berapa hari pasien dipuasakan akan memiliki kadar albumin
rendah dengan jumlah yang lebih banyak daripada pasien dengan kadar albumin
normal. Hal ini disebabkan karena pemenuhan protein akan mengalami keterlambatan
sedangkan untuk proses penyembuhan penyakit sangat membutuhkan protein
terutama albumin. Fungsi albumin yaitu membantu dalam proses pembentukan sel
baru sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, dapat mengurangi
atau menghilangkan edema jika terjadi peningkatan tekanan koloid osmotic karena
adanya penumpukan cairan di ekstraseluler (Supariasa, 2001).
Kondisi yang dapat terjadi pada pasien jika waktu puasa lebih lama yaitu
lambung dalam kondisi kosong lama dapat meningkatkan sekresi asam lambung,
pepsin dan dapat menyebabkan refluknya cairan asam lambung serta menyebabkan
mukosa gaster lebih sensitive terhadap asam lambung (Kang, 2000). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian nutrisi eneteral dini tanpa bilas lambung dapat
mengurangi terjadinya reflkuk cairan asam lambung.
Nutrisi enteral merupakan terapi yang digunakanketika fungsi gastrointestinal baik
namun asupan oral tidak bisa diberikan. Keuntungan nutrsisi enteral adalah
meningkatkan intergritas mukosa intestinal dalam absorbs nutrisi, memperbaiki
respon metabolic dan menurunkan risiko komplikasi. Nutrisi enteral memberikan
perlindungan pada saluran cerna dan mukosa usus serta megurangi perdarahan SCBA
lebih lanjut. Selain itu NED dapat mengurangi komplikasi septik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
1. Pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya mobilisasi dini
pada pasien post laparotomi.
2. Memotivasi keluarga dalam memberikan dukungan melakukan
mobilisasi dini.
3. Evaluasi pelaksanaan mobilisasi dini
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2018). Pengaruh penyuluhan manfaat mobilisasi dini terhadap


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca pembedahan laparatomi.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 3 (2), 107-121.

Puruhito, Bisono. Pembedahan. Dalam: Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, editor


(penyunting). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2004. hlm 265-88.

Smeltzer SC, Brenda GB. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2001.

Burger JWA, Riet M, Jeekel J. Abdominal incisions: techniques and postoperative


complications. Scandinavian Journal of Surgery.2002;(91):315-21.

Haryanti L, Hegar B, Pudjiadi AH, Irfan EKB, Thayeb A, Idham A (2013).


Prevalens dan faktor risiko infeksi luka pasien pasca bedah. Sari Pediatri; 15:
207-212.

Haynes AB, Thomas GW, William RB, Stuart RL, Abdel-Hadi SB, Dellinger EP, et
al. A Surgical safety checklist to reduce morbidity and mortality in a global
population. N Engl J Med. 2009;(360): 491-9.

Kiik SM. Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada
pasien pasca operasi obdomen di ruang ICU RSUD Labuang Baji Makassar.
Jurnal Kesehatan. 2013;1(1):13-20.

Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan;


2010.

Fahmi F. Pengaruh terapi musik terhadap tingkat gangguan tidur pada pasien paska
operasi laparatomi di IRNA B (Teratai) dan IRNA Ambun Pagi RSUP Dr.
M. Djamil Padang (skripsi). Padang: Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas; 2012.
Nainggolan, E. (2013). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Llamanya Penyembuhan
Luka Pascaoperasi Apendiktomi. Jurnal Keperawatan HKBP Belige, 1. (2).
98.105.

Noer NA. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pada pasien
pasca operasi laparatomi di rumah sakit umum daerah Labuang Baji
Makassar. 2010 (diunduh 26 September 2014). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK https://app.box.com/s/83103e737c60e4bb29c9

Notoatmodjo,S 2012, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka


Cipta

Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Rustianawati Y, Sri K, Rizka H. Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan


intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD Kudus. JIKK.
2013;4(2):1-8.

Mubarak, W.I. & Chayatin Nurul. (2010). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai