Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga buku Pedoman Pelayanan Farmasi RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015-2018 ini berhasil disusun sebagai
revisi atas Surat Keputusan Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No. 1112/SK.3.2/I/2011 tertanggal 2 Januari 2011.
Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi Instalasi Farmasi dan
pihak-pihak yang terkait di lingkungan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam
menjalankan kegiatan pelayanan farmasi baik dari aspek pengelolaan perbekalan
farmasi maupun pelayanan farmasi klinik yang bertujuan pada optimalisasi
kemanfaatan terapi obat pasien. Adanya buku pedoman ini diharapkan visi
untuk menjadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang terdepan dan terpercaya dalam
kualitas pelayanan dan pendidikan kefarmasian yang Islami, aman, profesional,
cepat, nyaman, memenuhi standar mutu internasional, serta berorientasi pada
keselamatan pasien, dapat segera terwujud.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Badan
Pengurus Harian (BPH) dan para Direksi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan dukungan moril dan meteril dalam pembuatan pedoman
ini. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pejabat struktural dan tenaga
fungsional di lingkungan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
memberikan masukan dalam proses penyususnan pedoman ini, serta seluruh staf
di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah dan akan
selalu berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada
proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
4
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
SK Direktur Utama Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Farmasi .............. iiii
............................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman....................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan ....................................................... 3
D. Batasan Operasional................................................................. 3
E. Landasan Hukum...................................................................... 4
BAB II. STANDAR KETENAGAAN ....................................................... 6
A. Kualifikasi Sumber Daya manusia (SDM) .............................. 6
B. Distribusi Ketenagaan .............................................................. 10
BAB III.STANDAR FASILITAS............................................................... 11
A.Denah Ruang............................................................................. 11
B. Standar Fasilitas ....................................................................... 11
BAB IV.TATA LAKSANA PELAYANAN .............................................. 19
A. Pengaturan dan Manajemen Pengelolaan ................................ 19
B. Seleksi dan Pengadaan ............................................................ 21
C. Penyimpanan ............................................................................ 27
D. Peresepan, Permintaan, Pencatatan, dan Penyalinan ............... 33
E. Penyiapan dan Pengeluaran Obat ............................................. 41
F. Pemberian Obat ........................................................................ 47
G. Pemantauan .............................................................................. 53
H. Pengendalian ............................................................................ 55
BAB V. LOGISTIK ................................................................................... 56
A. Perbekalan Farmasi .................................................................. 56
B. Logistik Pendukung.................................................................. 56
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN ..................................................... 57
A.Tipe Insiden............................................................................... 60
B. Kategori Eror ............................................................................ 59
C. Strategi Peningkatan Keselamatan Pasien................................ 60
BAB VII. KESELAMATAN KERJA ........................................................ 63
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU....................................................... 66
BAB IX. PENUTUP ................................................................................... 72
Lampiran 1. Denah Ruangan....................................................................... 73
Lampiran 2. Daftar Obat Automatic Stop Order ........................................ 74
Lampiran 3. Daftar Singkatan yang Tidak Boleh Digunakan di RS........... 75
Lampiran 4. Daftar Floor Stock Ruangan/Bangsal ..................................... 76
4
Lampiran 5. Daftar Perbekalan Farmasi di Kamar Operasi ........................ 77
Lampiran 6. Daftar Perbekalan Farmasi di Kamar Bersalin ....................... 79
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan
Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan
Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan
praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk
diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan
perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu Standar
Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
3
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
13. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.
E. Landasan Hukum
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1) Apoteker
2) Tenaga Teknis Kefarmasian
1) Tenaga Administrasi
2) Pekarya/Pembantu pelaksana
6
2. Persyaratan SDM
7
4. Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker
8
9
g. Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pendidikan minimal D3 Farmasi atau Sekolah Menengah Farmasi
(SMF)
(STRTTK)
a. Beban Kerja
Habis Pakai.
1
1
inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan
farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran
riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pemantauan terapi
obat, pemberian informasi obat, konseling, dan edukasi.
2) Penghitungan kebutuhan Apoteker rawat jalan dilakukan
berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat
jalan yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan
farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat,
dan konseling.
3) Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat
inap dan rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan
untuk pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik
medik/distribusi
c. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
1
2
3) Instalasi Farmasi harus melakukan pengembangan Pelayanan
Kefarmasian sesuai dengan situasi perkembangan kefarmasian
terkini.
B. Distribusi Ketenagaan
Jam pelayanan rawat jalan dibagi atas tiga shift, yaitu shift pagi (07.00
– 14.00), shift sore (14.00 – 21.00) dan shift malam (21.00 – 07.00)
dengan kegiatan sebagaimana disebutkan dalam jenis layanan farmasi
pasien rawat jalan.
b. Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap
Jam pelayanan rawat inap dibagi atas tiga shift, yaitu shift pagi (07.00
– 14.00), shift sore (14.00 – 21.00) dan shift malam (21.00 – 07.00)
dengan kegiatan sebagaimana disebutkan dalam jenis layanan farmasi
pasien rawat inap.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Terlampir
B. Standar Fasilitas
a) ruang pimpinan
a) Obat jadi
b) Obat produksi
12
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
(1) Obat termolabil
(2) bahan laboratorium dan reagensia
(5) narkotik/psikotropik
14
6) Ruang produksi non steril
kelas 100)
a) Lantai
15
Permukaan datar dan halus, tanpa sambungan, keras,
resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah
rusak.
b) Dinding
16
(2) Sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan
langit-langit dengan dinding dibuat melengkung dengan
radius 20 – 30 mm.
(3) Colokan listrik datar dengan permukaan dan kedap air
dan dapat dibersihkan
c) Plafon
6. Peralatan
Informasi Obat
Macam-macam Peralatan
18
a. Peralatan Kantor:
4) Telepon
19
b. Peralatan sistem komputerisasi
2) Perangkat keras
c. Peralatan Produksi
e. Peralatan Penyimpanan
21
c) Peralatan untuk penyimpanan Obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitotoksik dan Obat berbahaya dilakukan
secara khusus untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan
pengunjung.
f. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
d) meja racik
e) kursi
f) blender
k) sendok sungu
l) gelas pengaduk
m) ayakan
n) mortir o)
stamper p)
spatula q)
nampan
r) meja penyerahan obat
s) speaker
2) Pelayanan rawat inap (depo farmasi)
22
d) Meja pembuatan etiket
e) kursi
f) Rak/loker bangsal
23
g) Blender
Kotak emergensi
g. Peralatan Konsultasi
4) Telepon;
5) Lemari arsip;
Informasi Obat;
3) Komputer;
4) Telepon;
5) Lemari arsip;
24
BAB IV
25
mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah
Sakit. Dengan demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
21
bahan medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan
tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
5. Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi
sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga
rumah sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
b. Standardisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
e. Pemantauan terapi obat.
Terapi (PFT).
20
8. Instalasi Farmasi memberikan edukasi obat kepada pasien atau tenaga
kesehatan lain berupa pelatihan, leaflet, poster, media elektronik, maupun
diskusi secara lisan. Media edukasi dibuat berdasarkan pertanyaan dari
pasien atau tenaga kesehatan lain atau berdasarkan dari angka
insiden/kejadian kesalahan baik kejadian tidak diharapkan (KTD) maupun
kejadian nyaris cidera (KNC).
9. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai berupa pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
kefarmasian.
10. Instalasi Farmasi menyelenggaraan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi, hasil pertemuan
tersebut disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan.
11. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedik, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat
antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi
dengan farmasi
1. Seleksi
22
e. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep,
pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit.
f. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
Rumah Sakit.
Formularium Nasional
24
6) Kemudahan dalam pengadaan
9) Satu zat aktif obat memiliki maksimal 3 nama dagang jika obat.
25
4) Pihak principal beserta jajarannya melakukan pelanggaran etika
dalam memasarkan obat di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
5) Usulan dari dokter yang praktek di rumah sakit dengan
mempertimbangkan berbagai faktor.
26
j. Evaluasi kepatuhan peresepan obat formularium dilakukan setiap
bulan.
k. Jika ada obat non formularium yang diresepkan harus mendapatkan
persetujuan dari Kepala Instalasi Farmasi/Manajer Farmasi dengan
mempertimbangkan alasan penggunaannya.
l. Instalasi Farmasi melakukan pencatan obat non formularium yang
diresepkan dan memberikan laporan kepada PFT.
2. Perencanaan Kebutuhan
2) Pola penyakit
4) Skala prioritas
5) Sisa persediaan
8) Rencana pengembangan
27
3. Pengadaan
28
b. Pengadaan dilakukan melalui:
1) Pembelian
(DO)
Manajer Keuangan.
29
non steril, dan dilakukan oleh petugas logistik farmasi
berpengalaman dibawah supervisi Apoteker.
b) Kriteria obat yang diproduksi adalah:
30
(4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil/repacking;
(5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
3) Sumbangan/Dropping/Hibah
4. Penerimaan
32
e. Perbekalan farmasi yang kadaluwarsa ≤ 2 tahun tetapi sangat
dibutuhkan dan akan segera digunakan dapat diterima dengan masa
kadaluwarsa lebih dari 6 bulan.
f. Pernerimaan perbekalan farmasi RS PKU Muhammadiyah
C. Penyimpanan
33
a. Stabilitas terhadap suhu
34
d. Indikasi
c. Narkotika :
35
5) Ruang perawatan hanya menyimpan narkotika di dalam
emergensi kit.
6) Psikotropika disimpan pada lemari terpisah dan terkunci. Kunci
dibawa oleh petugas farmasi yang ditunjuk. Setiap pergantian
shift petugas yang memegang kunci psikotropika melakukan
36
serah terima dengan petugas berikutnya dan mencatat dalam
buku serah terima kunci lemari psikotropika.
d. Obat High Alert Medications :
37
g. Obat Emergensi
30
i. Perbekalan farmasi sampel:
32
2) Semua persediaan reagen pada unit harus diperiksa secara
teratur untuk memastikan kondisi penyimpanan yang tepat
terpenuhi termasuk temperatur, perlindungan terhadap cahaya,
dan keamanannya
n. Obat-obat pasien rawat inap yang dibawa dari rumah
a. Obat kadaluwarsa
b. Obat rusak
33
c. Obat ditarik oleh pabrik/distributor obat
10. Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
akan dimusnahkan diberikan kepada Unit Sanitasi setiap 3 bulan sekali
34
11. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
35
2) Permintaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan oleh perawat dengan menggunakan formulir “Lembar
Permintaan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai”.
3) Dalam hal DPJP tidak ada di tempat atau instruksi terapi
diberikan lewat telepon maka dokter jaga yang melakukan
penulisan resep.
b. Dokter wajib melakukan rekonsiliasi dan assesmen pasien terkait
obat yang sedang diminum atau dibawa pasien dan mendata di
rekam medis antara lain :
1) Nama obat
2) Dosis / frekuensi
3) Berapa lama
2) Nama obat
36
2) Nomor rekam medis
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) Usia/tanggal lahir
37
f. Resep yang lengkap memenuhi unsur/syarat sbb:
1) Persyaratan administrasi
a) Identitas pasien
b) Nama dokter dan nomor Surat Izin Praktek (SIP)
2) Persyaratan farmasetik
38
2) Penulisan resep dengan nama dagang (bermerek) boleh
disubtitusi dengan generik bagi pasien kelas tiga, atas
permintaan pasien, atau atas ketentuan penjamin.
3) Pasien JKN diutamakan diresepkan dengan obat yang masuk
daftar Formularium Nasional.
39
4) Peresepan obat generik maupun merek bagi pasien relasi
disesuaikan dengan ketentuan masing-masing relasi.
5) Perubahan terapi pasien dari generik ke paten atau sebaliknya
atau ganti terapi yang disebabkan visite dokter pengganti atau
konsulan atau rawat bersama maka yang menentukan adalah DPJP
dan terapi DPJP menjadi acuan perencanaan kebutuhan obat
pasien rawat inap.
6) Penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit dan
Formularium Nasional harus mendapat persetujuan dari Direktur
Pelayanan Medik setelah mendapat rekomendasi dari Komite
Medis dan Komite Farmasi dan Terapi.
h. Penulisan nama dan jumlah obat
5) Jumlah obat :
40
d) Obat untuk pasien pulang diberikan sampai waktu kontrol
pasien di rawat jalan.
41
i. Aturan pakai :
2) Resep harus ditulis oleh DPJP atau dokter jaga dengan tulisan
yang jelas dan dapat dipahami oleh penerima resep.
3) Resep ini harus mencakup minimal:
42
standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat (yang telah
disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi), serta
43
informasi yang dibutuhkan untuk mengoptimalisasi
keselamatan pasien
g) Permintaan kemoterapi harus ditulis pada “Formulir
Permintaan Pencampuran Obat Kanker” dan ditandatangani
oleh DPJP, informasi ini termasuk diagnosis, riwayat alergi
pasien, tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh
pasien. Hal ini memungkinkan ahli farmasi dan perawat
untuk melakukan pengecekan ganda terhadap penghitungan
dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.
k. Penanganan bila terjadi permasalahan dalam resep
44
reassessment terapi, kecuali ketorolak dan meperidine. Daftar Obat
5) Permintaan obat secara lisan dari DPJP harus ditulis oleh dokter
jaga.
n. Peresepan Untuk Pasien Populasi Khusus
45
Anestesi
46
p. Unit Farmasi rawat jalan dan rawat inap memiliki Daftar Nama
Dokter yang Berhak Menulis Resep di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta beserta spesimen tandatangannya.
q. Setiap obat yang diresepkan oleh dokter dan yang diberikan kepada
pasien harus ditulis di dalam rekam medis, termasuk dosis dan cara
pemberiannya.
r. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konsultasi obat yang
diberikan kepada pasien dicatat di dalam rekam medis atau
dicantumkan dalam catatan pemulangan pasien rawat inap. Pada
pasien rawat jalan, informasi obat diberikan dalam bentuk lisan dan
leaflet serta didokumentasikan dalam Buku Pelayanan Informasi
Obat dan Buku Konsultasi Obat.
s. Obat yang telah dipakai pasien dengan menggunakan stok ruangan
atau stok emergensi maka penggantian dilakukan dengan diresepkan
t. Daftar singkatan yang tidak boleh digunakan di RS (terlampir)
2. Pancatatan resep
Semua resep dan permintaan obat yang masuk ke Instalasi Farmasi harus
dicatat dan didokumentasikan dalam sistem informasi Rumah Sakit.
Pencatatan secara manual diperlukan untuk kepentingan pelaporan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Penyalinan resep
a. Apabila sebuah resep perlu ditulis ulang dalam catatan medis yang
baru, maka harus dilakukan oleh dokter.
b. Salinan resep hanya boleh dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian.
40
1) Obat dalam resep belum diambil
41
E. Penyiapan dan Pengeluaran Obat
1. Penyiapan
1) Kejelasan tulisan
2) Ketepatan pasien
3) Ketepatan indikasi
4) Ketepatan dosis
43
11) Kesesuaian dengan formularium rumah sakit, formularium
nasional, mapun formularium relasi
g. Pemeriksaan kelayakan mungkin tidak diperlukan atau kurang sesuai
dalam keadaan darurat atau bila dokter pemesannya hadir untuk
melakukan permintaan, memberikan dan memantau pasien (di ruang
operasi, kamar bersalin, dan IGD), atau dalam radiologi intervensi atau
pencitraan diagnostik dimana obat-obatan merupakan bagian dari
prosedur.
h. Telaah resep dilakukan dengan data yang berasal dari wawancara
pasien, rekam medis, maupun history/riwayat pengobatan di
komputer.
i. Dalam proses telaah resep, apoteker atau TTK terlatih dapat
menggunakan sumber informasi obat berupa Formularium Rumah
Sakit, Formularium Nasional, IIMS online, IIMS, dan ISO edisi
terakhir. Telaah aspek klinis dapat pula menggunakan informasi
tambahan yang bersumber dari program software Medscape dan
Lexicom yang di up date secara berkala atau auto up date atau
literatur dari buku seperti Drug Information Handbook yang
disediakan di Instalasi Farmasi.
j. Bila terdapat masalah dalam resep, apoteker atau TTK melakukan
konfirmasi kepada dokter penulis resep.
k. Penyiapan obat racikan
44
l. Penyiapan High Alert Medications
46
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
47
a) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai didistribusikan berdasarkan Resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal
atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.
Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
b) Sistem ini diterapkan di Bangsal Arofah dan Marwah
48
d. Setiap obat di dalam pengemas obat, diberikan label/etiket obat yang
berisi:
1) Nama dan alamat rumah sakit
7) Nama obat
8) Jumlah obat
a. Frekuensi penggunaan
49
g. Informasi cara penggunaan (misal : dimasukkan ke dalam
anus)
10) Label tambahan berupa stiker untuk obat-obat khusus, yaitu
“harus diminum sampai habis kecuali nasehat dari dokter”,
“kocok dahulu”, “simpan di dalam kulkas” dan “high alert”.
e. Obat racikan hanya diberikan untuk dosis obat yang tidak tersedia
pada obat jadi atau untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
50
f. Obat yang telah selesai disiapkan dan diberi label, harus dipastikan
kesesuaian dengan resep yang telah dilakukan telaah dan disipakan
dengan memperhatikan aspek 7 benar, yaitu benar pasien, benar
indikasi, benar obat, benar dosis, benar rute/cara pemberian, benar
waktu pemberian, dan benar dokumentasi.
g. Obat-obat disiapkan sesuai waktu yang ditargetkan, yaitu:
F. Pemberian Obat
52
7. Obat diberikan apabila telah dilakukan verifikasi untuk menjamin
kesesuaian dengan resep dan instruksi dalam hal:
a. Nama dan jumlah obat
b. Dosis
c. Rute pemberian
a. Benar pasien
53
b) Periksa obat pada saat memindahkannya dari tempatnya
54
d. Benar dosis
a) Oral
b) Nasogastric
c) Rectal
d) Vaginal
e) Intradermal
f) Intramuscular
g) Intravenous
h) Subcutaneous
i) Spinal
j) Epidural
k) Intravesical
l) Intra-arterial
m) Topical
n) Inhalasi
o) Ocular
p) Intranasal
q) Aural
55
2) Obat diberikan dengan rute/cara pemberian sesuai instruksi
dokter yang meresepkan. Apabila instruksi cara pemberian obat
tidak biasa, maka konsultasikan kepada apoteker. Apoteker akan
51
mengkaji sesuai referensi dan mengkonfirmasikan kepada
penulis resep.
3) Untuk status pasien yang berpuasa, perawat akan menghubungi
dokter untuk menanyakan jika ada obat-obatan yang harus
diberikan secara oral.
f. Benar waktu pemberian
1) Obat rutin harus diberikan pada waktu yang rutin. Jika obat rutin
telah digunakan sebelum pasien rawat inap, harus
dikonfirmasikan kepada pasien waktu minum rutinnya.
2) Obat diberikan sesuai waktu yang direkomendasikan, yaitu
a) Obat oral
(1) Obat oral rawat inap diberikan menyesuaikan dengan
waktu efektif obat serta jadwal makan pasien.
(2) Jadwal makan pasien yaitu:
(a) Pagi : pukul 06.00 WIB
(b) Siang : pukul 12.00 WIB
(c) Malam : pukul 18.00 WIB
(3) Jadwal pemberian obat sesuai frekuensi
Frekuensi Waktu
1x sehari Pagi 05-07
1x sehari Siang 12-14
1x sehari Sore 17-18
1x sehari Malam 21-22
2x sehari 06 18
(tiap 12 jam)
3x sehari 06 14 22
(tiap 8 jam)
4x sehari (tiap 06 12 18 24
6 jam)
5x sehari (tiap 06-07 10-11 15-16 20-21 23-24
4,5 jam)
6x sehari (tiap 05-06 09-10 13-14 17-18 21-22 01-02
4 jam)
50
b) Obat parenteral
Frekuen Waktu
si
1x Pagi 08
sehari
1x Siang 12
sehari
1x Sore 16
sehari
1x Malam 20
sehari
2x 08 20
sehari
(tiap 12
12 24
3x
jam) 08 16 24
sehari
(tiap 8
4x
jam) 06 12 18 24
sehari
(tiap 6
jam)
g. Benar dokumentasi
51
1) Semua obat yang diberikan harus dicatat dalam rekam medis
52
2) Untuk pasien rawat inap, perawat harus menulis jam pemberian
obat pada catatan pemberian obat.
3) Perawat yang memberikan obat untuk pasien rawat inap harus
menuliskan nama petugas (perawat) pada catatan pemberian
obat.
4) Jika obat tidak diberikan dengan alasan tertentu, maka harus
dicatat di dalam catatan pemberian obat.
5) Untuk pasien rawat jalan, setelah menyerahkan obat kepada
pasien sesuai resep, apoteker atau TTK harus memberikan
paraf/nama pada kolom di balik lembar resep.
9. Obat yang dibawa oleh pasien baik obat dari fasilitas kesehatan lain
sebelum masuk rumah sakit maupun obat rutin diidentifikasi ketika pasien
masuk rawat inap.
10. Identifikasi obat yang dibawa pasien dilakukan dengan prosedur
rekonsiliasi obat.
11. Rekonsiliasi obat awal dilakukan oleh perawat pada saat masuk rawat inap
dan menjadi bagian dari pengkajian awal rawat inap.
13. Dalam hal ada obat yang dibawa pasien maka apoteker akan dihubungi
perawat untuk menilai kelayakan obat dari aspek kualitas sediaan serta aspek
duplikasi dan interaksi dengan obat yang sedang diminum di rumah sakit.
14. Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan obat yang dibawa pasien
ada pada DPJP sebagai clinical leader memperhatikan masukan dari tim
asuhan pasien lainnya.
15. Pasien yang mengkonsumsi obat-obat atas inisiatif sendiri di luar
peresepan dokter, maka harus atas sepengetahuan perawat, apoteker, dan
DPJP dan tercatat di dalam rekam medis.
16. Perbekalan farmasi sampel yang tersedia di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta adalah alat kesehatan dan pengelolaannya terpusat di Instalasi
Farmasi.
53
17. Penggunaan alat kesehatan sampel untuk pasien dipantau oleh perawat
yang selanjutnya perawat harus mengisi kuesioner evaluasi.
G. Pemantauan
55
d. Efek samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan
sesuai peraturan perundangan.
e. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan dilaporkan ke PFT
setiap 3 bulan.
5. Kejadian kesalahan obat dibahas dalam KPMKP sesuai jenis grading risk-
nya dan dibuat Laporan kepada Direktur dan PFT.
56
6. PFT menggunakan laporan kejadian kesalahan obat untuk memperbaiki
proses penggunaan obat termasuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur
pengelolaan dan penggunaan obat di rumah sakit
57
H. Pengendalian
3 bulan sekali.
58
BAB V
LOGISTIK
A. Perbekalan farmasi
a. Obat
b. Bahan obat
c. Obat tradisional
d. kosmetika
2. Alat Kesehatan
4. Gas medis
5. Nutrisi
6. Reagen
7. Kontras media
B. Logistik pendukung
1. Nota resep
3. Etiket obat
4. Plastik obat
6. Pita printer
59
7. Alat tulis
8. Nomor antrian
9. Kertas puyer
60
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
44.000 hingga 98.000 pasien meninggal akibat medical error di rumah sakit yang
sebetulnya bisa dicegah. Pada penelitian Bates (JAMA, 1995, 29-34)
menunjukkan bahwa kesalahan paling sering terjadi adalah medication error yang
terjadi pada tahap prescribing & ordering (49%), diikuti tahap transcribing (11%),
tahap pemberian/administering (26%) dan pharmacy management (14%). Hal
serupa juga terjadi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dimana
jenis medical error paling sering terjadi adalah kesalahan pemberian obat.
Berdasarkan analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian, maka
kelomopok utama yang paling berisiko mengancam keselamatan pasien adalah :
1. Kejadian obat yang merugikan (adverse drug event)
Istilah Definisi
Kondisi Potensial Suatu situasi/kondisi yang Contoh :
Cidera (KPC) / sangat berpotensi untuk
kotak emergensi yang
Repotable menimbulkan cidera, tetapi
ditemukan tidak
Circumstance belum terjadi insiden
lengkap sesuai daftar
yang ditetapkan
Kejadian Nyaris Cidera Terjadinya insiden yang Contoh :
62
B. Kategori Error
pencampuran
59
waktu yang berbeda
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau
Manajemen risiko adalah suatu strategi yang tepat dalam upaya mencegah
terjadinya medication error dan mencapai keselamatan pasien khusunya
pada pengunaan obat di rumah sakit.
Adapun manajemen risiko dalam pelayanan kefarmasian terutama
6. Tindakan preventif
61
Sedangkan beberapa strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :
62
lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda
atau ketidaklengkapan informasi dengan berbicara secara jelas. Rumah
63
sakit membuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang tidak
diperbolehkan karena berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.
2. Kondisi lingkungan
4. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi
stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
5. Edukasi Staf
64
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Tuberkulosis
Hepatitis B dan C
AIDS
Dll
65
2. Ancaman Bahaya Kimia
66
untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan ramah padahal
volume pelayanan yang makin meningkat. Stress kerja terkait
67
dengan pelayanan farmasi klinik seringkali ditimbulkan dari hubungan
antar profesi yang kadang tidak harmonis, kesulitan mengubah perilaku
petugas kesehatan dalam pengelolaan obat pasien dan lain-lain.
Upaya-upaya untuk peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pelayanan farmasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, khususnya bagi petugas yang
menangani penyiapan sitostatika.
b. Upaya-upaya yang dilakukan sehubungan dengan kapasitas dan beban
kerja, yang terdiri dari : pengaturan kerja bergilir yang menyesuaikan
dengan kemampuan kerja individual, penempatan petugas pada
jabatannya, pendidikan dan pelatihan petugas farmasi tentang K3.
c. Pencegahan bahaya potensial dengan menggunakan alat pelindung diri.
68
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
69
a. Mendefinisikan kualitas Pelayanan Kefarmasian yang diinginkan dalam
bentuk kriteria;
70
b. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang berjalan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan;
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila
diperlukan;
d. Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian;
e. Up date kriteria.
71
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk
mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan
lingkungan.
72
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk
mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
d. rasional.
73
Metoda evaluasi yang digunakan, terdiri dari:
a. Audit (pengawasan)
74
Indikator Area Manajemen Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
KEGIATAN Sasaran
Perhitungan penyimpangan terhadap anggaran <10 %
pembelian perbekalan farmasi
Perhitungan kejadian keterlambatan pembayaran 0
Pengukuran kinerja pemasok skor >=90 > 92 %
Pengukuran kesesuaian DO dengan PO >95 %
Pengukuran kesesuaian stok >93 %
Perhitungan TOR gudang >30 x per tahun
Perhitungan TOR IFRS >24 x per tahun
Perhitungan Death Stock <0,35 %
Perhitungan % obat kadaluwarsa IFRS < 0,12% per tahun
Keluhan unit lain karena keterlambatan distribusi 0
Perhitungan Margin of Distribution > 10 %
KEGIATAN Sasaran
Pengukuran kesesuaian stok >80 %
Perhitungan TOR > 24 kali per tahun
Perhitungan Death Stock <10 %
Perhitungan Persentase Obat Kadaluarsa < 0,5 % per tahun
Pengukuran Kesesuaian dengan Formularium >95 %
Perhitungan Cakupan Pelayanan Resep Poliklinik > 95 %
Perhitungan cakupan pelayanan resep rawat jalan >80 %
PengukuranWaktuTunggu ≤ 10menit (non racikan), ≤ 25 >90%
menit (Racikan)
Pengukuran Kepuasan Pelanggan >70 %
Identifikasi Dispensing error KNC/KTC/KTD 30/0/0 per bulan
Pelatihan/pendidikan SDM Seluruh staf dalam 1
tahun
Perhitungan Profit Margin on Sales >20 % per tahun
Peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya 9 % per tahun
70
Capaian pendapatan terhadap RAPB >50%
Peningkatan jumlah resep >5 %
71
3. Farmasi Rawat Inap
KEGIATAN Sasaran
Pengukura kesesuaian stok >80 %
Perhitungan TOR > 24 kali per tahun
Perhitungan Death Stock <10 %
Perhitungan Persentase Obat Kadaluarsa < 0,5 % per tahun
Pengukuran Kesesuaian dengan Formularium >95 %
PengukuranWaktuTunggu ≤ 10menit (non >90%
racikan), ≤ 25menit (Racikan)
Identifikasi Dispensing error KNC/KTC/KTD 30/0/0 per bulan
Pelatihan/pendidikan SDM Seluruh staf dalam 1
tahun
Perhitungan Profit Margin on Sales >35 % per tahun
Peningkatan pendapatan dari tahun 9%
sebelumnya
Capaian pendapatan terhadap RAPB >50%
Pencampuran obat kanker >30 pasien per bulan
76
Lampiran 3
77
Lampiran 4
No Nama Barang
1 Handshoen Non Steril
2 Iv Bpjs 20/22/24
3 Jarum/Nedle 23
4 Jarum/Nedle 25
5 Masker
6 Spuit 5 Ml BPJS
7 Spuit 10 Ml BPJS
8 Spuit 3 Ml BPJS
9 Urine Bag
10 Verban 10 Cm
11 Verban 5 Cm
12 Alkohol 70 %
13 Fc No 16
14 Gillet Pencukur
15 Handrub/Aseptan
16 Hibicet
17 Infus Set
18 Kapas Biru
19 Plester Luka
20 Plester Perekat
21 Povidone Iodine
22 Tranfusi Set
78
Lampiran 5
KELOMPOK BEDAH
KELOMPOK ANESTESI
NO NAMA BARANG NAMA BARANG NAMA BARANG
OBAT NARKOTIKA
OBAT ANESTESI DAN OKT SET INFUS
1 Adona inj Durogesic 25 Asering
2 aminophylin/alinamin Fenthanyl D 5%
3 As. Tranexamat 500 mg Miloz 15 mg/sedacum ET; ET non kinking
4 Atropin sulfas Morphin inj Fimahaes/Gelafusal
5 Catapares Pethidin Iv 14/18/20/22/24
6 Decain/Bupivacain LMA; Handschoen
Nacl 0,9% 100ml; 500
7 Dexamethason/cortidex ml
8 Ephedrin RL
9 Forane/Terrel Spinal 23/25/26/27
10 Hallothane Spuit 3/5/10/20/50
11 Ketalar/ketamin Tranfusi/infus set
12 Ketesse
13 Ketorolac/remopain/Scelto
14 Methergin/Syntocinon
15 N2O/O2
16 Neostigmin
17 Novalgin/antrain
18 Ondansetron/Narfoz 4 mg
19 Profenid suppo
20 Ranitidin
21 Safol/Recofol
22 sevorane/sojurn
23 Tomit
24 Tramadol/Tramal
25 Tramus/Ecron
79
NO NAMA BARANG NAMA BARANG NAMA BARANG
BAHAN
HABIS PAKAI BENANG LAIN-LAIN
1 Alkohol 70 %/braunol roll side Endoklip/Versafort
2 Mess 11/15/23 roll catgut plain Pro tack
3 Daryantule/bionect roll catgut chromic Methergin/syntocinon
4 FC 6 sd/24 Catgut chromic Pehacain/lidocain
5 Try way cath 24 Catgut Plain Inviclod
NGT
6 3,5/5/8/12/14/16/18 Decain/Bupivacain Papaverin inj
7 Urin bag Polysorb Hypobac/gentamycin
8 Gypsona/Delta Lite Safil spuit 3/5/10/20/50 cc
9 Sofban/delta dry Dermalon Iv 22
10 Elastis verban Nylon Tranfusi set
11 Opsite/melolin/cutimed biosyn Ky jelly
12 HS steril/Ortho Surgipro 7-0 Aqua 1 Liter
13 Kasa Lipat Nacl 1 liter/ 500 ml
14 Hemolog
15 Underped
16 Suction bag
80
Lampiran 6