Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN AJAR CETAK

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Desain Pembelajaran
Yang diampu oleh Bapak Dr. Sulthon, M.Pd dan Dr. Agus Wedi, M.Pd

Disusun oleh
Muhammad Andri Wicaksono (180121844019)
Florianus Vandy Sahe (180121844004)
Vina Muthmainna Rianto (180121844005)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu
komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan agar materi dapat disajikan dengan menarik. Salah
satunya adalah menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang dirancang dan dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip instruksional yang baik akan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran,
membantu guru untuk mengurangi waktu penyajian materi serta membantu dalam menyelesaikan
kurikulum dan mencapai tujuan instruksional. Sehingga materi pada makalah ini akan menjelaskan
mengenai penyusunan bahan ajar cetak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur yang harus dilakukan sebelum menyusun bahan ajar cetak?
2. Apa saja proses-proses dalam penyusunan bahan ajar cetak?
3. Apa saja jenis-jenis bahan ajar cetak dan contohnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui prosedur sebelum menyusun bahan ajar cetak.
2. Mengetahui proses dalam penyusunan bahan ajar cetak.
3. Mengetahui jenis bahan ajar cetak dan contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Sebelum Menyusun Bahan Ajar Cetak


Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan
ajar, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan
mudah dalam belajar. Pentingnya bahan ajar di dalam suatu pembelajaran adalah sebagai pedoman
dalam mengajar di kelas sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan dan sebagai solusi untuk
belajar jika ketersediaan buku tidak memungkinkan. Dalam pembuatan bahan ajar, perlu juga
diperhatikan prosedur sebelum menyusun bahan ajar cetak sehingga menjadi sumber belajar yang
dapat digunakan dalam pembelajaran. Prosedur secara umum adalah sebagai berikut.
1. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan
penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
a) Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan
ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih.
Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.
Contoh:
Mata Pembelajaran : Kimia
Kelas : X
Semester : 2
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran
dan terapannya
Kompetensi Materi Jenis
Indikator Kegiatan Pembelajaran
Dasar Pembelajaran B. Ajar
 Menguji daya  Merancang  Larutan elektrolit  Menyusun rancangan Buku,
hantar listrik percobaan uji dan non elektrolit percobaan untuk LKS
berbagai larutan elektrolit mengidentifikasi
untuk  Menyimpulkan  Ciri-ciri elektrolit larutan elektrolit dan
membedakan ciri-ciri dan non elektrolit non elektrolit
larutan hantaran arus  ...........dst  Diskusi informasi
elektrolit dan lsitrik dalam tentang hasil rancangan
non elektrolit berbagai percobaan.
larutan  Melakukan percobaan LKS
berdasarkan daya hantar listrik
hasil untuk menentukan ciri-
pengamatan ciri larutan yg bersifat
elektrolit dan non
elektrolit

Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat diturunkan
dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan semakin
mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh SK,
maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru.
b) Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu
dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan
dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar
yang dikaitkan dengan kebutuhan.
c) Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria
bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi.
Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan
diraih oleh peserta didik. Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis
kurikulum dan analisis sumber bahan sebelumnya.
2. Penyusunan Peta Bahan Ajar
Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus
disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar sangat diperlukan
guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya
seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
Di samping itu peta dapat digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen
(tergantung) atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada
kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam
penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling
mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri
atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.
Sebagai contoh peta bahan ajar untuk Biologi SMA semester I Peta diambil dari SK nomor
2, KD nomor 1, dimana materi pokok sebagai judul bahan ajar.

3. Struktur Bahan Ajar


Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan ajar yang
satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan dimaksud dapat
dilihat pada matrik berikut ini:
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M Keterangan:
Ht: handout
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bu:Buku
Ml:Modul
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - - LKS:Lembar Kegiatan Siswa
Bro:Brosur
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** ** Lf:Leaflet
Wch:Wallchart
4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** ** F/Gb:Foto/ Gambar
Mo/M: Model/Maket
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
B. Proses Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat dilakukan melalui beragam
cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih.
Mulai dari ide, pemikiran dan gaya bahasa sendiri, sampai dengan penulisan dengan banyak
kutipan. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak, yaitu:
1) Menyusun sendiri (starting from scratch)
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis
sendiri, guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok,
dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat
dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping
penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan
menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional.
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan
pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu mendapatkan
informasi tersebut, penulis dapat mengetahuinya dari:
 Analisis materi pada kurikulum
 Rencana atau program pengajaran
 Silabus yang telah disusun.
Menulis dengan bahasa sendiri adalah menulis dengan gaya bahasnya sendiri, dari hasil
olah pemikirannya sendiri. Proses penulisan dengan cara ini dimulai dengan pengumpulan
informasi, memahaminya, kemudian melakukan kontemplasi dan kolaborasi pengertian-
pengertian, kemudian menuangkan dalam tulisan dengan gaya bahasanya sendiri. Dalam
menyusun sendiri bahan ajar dan menggunakan gaya bahas sendiri, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah kekuatan penelusuran literatur, mempunyai rekan yang bersedia membaca
draf tulisan sebagai korektor sekaligus pembanding. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mempertimbangkan siapa calon pembaca buku tersebut sehingga dalam penyusunan bahan ajar
dapat menyesuaikan si pembaca. Sebagus apapun sebuah buku, jika sasaran buku tidak jelas,
buku itu akan membingungkan pembaca, tidak fokus, dan tidak membangkitkan motivasi.
Menulis buku dengan bahasa sendiri memang mudah dan murah karena diperlukan ijin
khusus dari penulis dan penerbit buku lain untuk menampilkan kutipan, gambar, grafik. Namun,
kelemahannya memerlukan waktu yang lama, dan seringkali penulis dengan cara ini semangat
dan motivasinya tidak bekembang, sering dijebak dengan keadaan tidak mood.
2) Mengemas Kembali (information repackaging atau text transformation)
Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal
(from scratch), tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk
dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang
baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Bahan
atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi
bahan ajar (diubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai,
bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri
kompetensinya yang telah dicapai.
Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Namun proses
ini akan memakan biaya yang tidak murah karena memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya.
Adapun beberapa pertimbangan dalam proses mengemas kembali adalah sebagai berikut.
a. Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sebaiknya sesuai dengan materi yang
digunakan dalam rangka pengemasan kembali sebuah bahan ajar. Hal ini karena tujuan
pembelajaran adalah komponen utama dalam proses pembelajaran. artinya apapun
yang direncanakan termasuk pengemasan materi pelajaran diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal.
b. Kesederhanaan
Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk mempermudah siswa belajar. Dengan
demikian, kesederhanaan pengemasan merupakan salah satu pertimbangan yang harus
diperhatikan. Pengemasan tersebut bukan hanya tercerminkan dari bentuk
penyajiannya, misalnya dari bentuk dialog yang tidak banyak menggunakan kalimat
majemuk, bahasa yang komunikatif, dan mudah ditangkap maknanya atau mungkin
kesederhanaan dalam perintah penggunaan bahan ajar yang lebih praktis.
c. Unsur- unsur desain pesan
Dalam setiap kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption, pengemasan
materi yang hanya terdiri atas gambar atau caption saja akan mengurangi makna
penyajian informasi. Walaupun bahan pelajaran dikemas dalam bentuk visual, misalnya,
unsur caption harus menjadi bagian dari teknik penyajian, sebab salah satu kriteria
keberhasilan pengemasan adalah apakah pengemasan pesan atau informasi yang
disajikan itu mudah dipahami atau tidak. Agar mudah dipahami, maka penyajian pesan
dan informasi harus menyertakan unsur gambar dan caption.
d. Pengorganisasian bahan
Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian- bagian menuju keseluruhan, bahan
pelajaran akan lebih mudah dipahami manakala disusun dalam bentuk unit-unit terkecil
atau dalam bentuk pokok bahasan yang dikemas secara induktif. Selesai siswa
mempelajari unit tertentu segera umpan balik, demikian seterusnya sampai siswa
menguasai materi secara keseluruhan secara tuntas.
e. Petunjuk cara penggunaan
Dalam bentuk apapun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara penggunaannya,
hal ini sangat penting, apalagi seandainya bahan ajar dikemas untuk pembelajaran
mandiri seperti modul, pengajaran berprograma ( program teaching ) atau mungkin CD
interaktif dan pembelajaran melalui kaset.
3) Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text)
Selain menulis sendiri, pengembahyan bahan ajar juga dapat dilakukan memalui cara lain,
yaitu dengan mengkompilasi seluruh bahan atau materi perkuliahan yang diambil dari buku
teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Proses ini dikenal sebagai proses pengembangan bahan
ajar melalui penataan informasi (kompilasi).
Proses penataan informasi hampir mirip dengan proses pengemasan kembali. Namun
dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap bahan kuliah
yang diambil dari buku teks, materi audiovisual, dan infomasi lain yang sudah ada di pasar. Jadi
materi-materi tersebut dikumpulkan, difotocopy dan digunakan secara langsung. Buku teks,
materi audiovisual dan informasi lain yang akan digunakan sebagai materi inti dari bahan ajar
kemudian dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan tujuan instrusional yang akan dicapai.
Materi yang ditata juga dilengkapi dengan pedoman belajar untuk siswa dan edoman
pengajar yang berisi petunjuk kegiatan yang harus dilakukan pengajar. Penataan informasi
untuk menyusun bahan ajar dapat dilakukan sendiri oleh guru maupun dosen. Proses ini
merupakan proses yang paling ekonomis dan tidak membutuhkan waktu yang banyak. Yang
diperlukan adalah keterampilan guru atau dosen untuk mengumpulkan buku tes, materi
audiovisual dan informasi lain melalui penelusuran literatur di perpustakaan, seleksi materi di
toko buku dan seleksi informasi-informasi yang aktual di koran, majalah ilmiah, dan lain-lain.
Materi-materi tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang
sudah ditetapkan.
Untuk menyusun sebuah bahan ajar kompilasi terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan antara lain yaitu:
 Kumpulkan seluruh bahan yang akan dijadikan acuan, seperti yang tercantum dalam
GBPP atau silabus.
 Tentukan bagian-bagian buku atau sumber yang sesuai GBPP atau silabus
 Fotocopy seluruh bagian sumber yang digunakan per pokok bahasa.
 Pilah-pilahlah berdasarkan urutan pokok bahasan
 Buatlah halaman penyekat untuk masing-masing pokok bahasan
 Jilidlah dengan rapi

Dari semua proses penyusunan bahan ajar cetak yang sudah dipaparkan, terdapat penyusunan
umum yang mana susunan bab ke bab lainya dan susunan komponen-komponen dalam setiap bab
menggambarkan strategi instruksional yang biasanya terjadi dalam proses pembelajaran
menggunakan metode tatap muka, yaitu dimulai dengan pendahuluan, uraian materi, penutup
(yang dapat terdiri atas rangkuman, tugas formatif, jawaban tugas formatif dan dapat dilengkapi
dengan lembar kerja).
a. Pendahuluan
Pendahuluan meliputi deskripsi singkat atau gambaran umum tentang cakupan bab
dimaksud.
b. Uraian materi
Uraian atau penjelasan materi secara rinci merupakan bagian utama yang akan membawa
peserta didik mempunyai kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, bahan ajar
semaksimal mungkin memanfaatkan alat bantu belajar yang akan membantu peserta didik
memahaminya. Alat bantu yang dapat dimuat dalam uraian materi antara lain berupa diagram-
diagram, analogi-analogi (biasanya dialogikan dengan keadaan sekitar yang mampu dipahami
oleh peserta didik), pertanyaan-pertanyaan yang membuka peluang bagi peserta didik untuk
mencari sumber informasi lainnya, dan sebagainya. Bahan ajar dapat dilengkapi dengan buku
teks sebagai bagian utama dari penyajian, sehingga peserta didik apabila ingin lebih memahami
materi yang diberikan dapat langsung memperoleh penyelesaiannya atau mendapatkan
jawabannya.
c. Rangkuman
Rangkuman dalam setiap bab memuat hal penting yang patut menjadi perhatian peserta
didik untuk dapat dimanfaatkan dalam mempelajari bab lainnya, atau untuk dapat dimanfaatkan
peserta didik dalam belajar. Hal ini harus menjadi perhatian tim pengembangan bahan ajar,
karena beberapa peserta didik mungkin memulai belajar mandiri dengan membaca rangkuman
setiap bab. Pernyataan dalam rangkuman harus berisi pengetahuan yang mendasar dari uraian
materi
d. Tugas, Tes Formatif, dan Kunci Jawaban
Setelah diberikan rangkuman, selanjutnya didalam bahan ajar perlu diberikan tugas-tugas
dalam rangka memberikan kemampuan atau pengetahuan tambahan bagi peserta didik. Tugas
yang disampaikan tetap berpedoman atau mengacu pada tujuan instruksional dan kompetensi
yang diinginkan. Hasil pekerjaan dari tugas yang dikerjakan oleh peserta didik harus dibahas
ketika ada pertemuan atau tatp muka. Diskusi ini juga merupakan umpan balik dari kegiatan
belajar mandiri peserta didik. Hasil diskusi akan memperlihatkan pencapaian hasil belajar
peserta didik, dan pensisik dapat memutuskan kegiatan berikutnya, apakah peserta didik harus
lebih mendalami materi yang sama (mengulang) atau dapat menlanjutkan ke bab selanjutnya.
Selain dari tugas yang diberikan, untuk memperlihatkan kemampuan pada peserta didik
dalam mengukur sendiri hasil belajar atau pengetahuan yang didapat dari belajar mandiri adalah
denan memberikan tes formatif beserta kunci jawabannya. Tes formatif merupakan seperangkat
tes acuan sebagai patokan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami uraian
materi dan pencapaian hasil belajarnya sesuai dengan tujuan instruksional khusus. Peserta didik
dapat mengukur kemampuannya dengan membandingkan jawaban antara jawabannya sendiri
dan jawaban yang ada dalam bahan ajar. Dalam kunci jawaban sedapat mungkin juga diberikan
penjelasan mengapa jawaban tersebut benar dan jawaban yang lain salah.
e. Lembar kerja
Lembar kerja memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
mencapai tujuan instruksional. Lembar kerja ini harus ada, khususnya dalam kegiatan
instruksional yang menekankan pada keterampilan motorik, misalnya bagis siswa yang
disekolah-sekolah kejuruan, dan lainnya.
f. Daftar pustaka
Daftar Pustaka yang ditulis merupakan khusus yang digunakan untuk materi pembelajaran
ini, pustaka yang digunakan bisa buku teks, buku ajar, terbitan berkala, dan lainya yang lazim.
Selain mencakup enam hal utama dalam bahan ajar, sebaiknya bab pembelajaran juga memuat
informasi singkat dari kegiatan belajar. Informasi ini dapat diletakkan disetiap halaman depan
bagian kegiatan belajar sehingga informasi ini juga bermanfaat sebagai lembar penyekat antara
kegiatan belajar yang satu dengan yang lainnya.

C. Jenis-Jenis Bahan Ajar Cetak dan Contohnya


1. Handout
a) Pengertian dan tujuan
Handout atau HO adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada mahasiswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. HO dimaksudkan untuk memperlancar dan memberikan
bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi mahasiswa. HO dapat
digunakan untuk beberapa kali pertemuan sangat tergantung dari disain dan lama waktu untuk
penyelesaian satuan perkuliahan tersebut.

b) Komponen Pendahuluan Handout:


 Komponen handout terdiri dari:
Identitas handout: Nama fakultas, jurusan/prodi, kode mata kuliah, nama mata
kuliah, pertemuan ke, handout ke, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout.
 Materi pokok/materi pendukung perkuliahan yang akan disampaikan; kepedulian,
kemauan dan keterampilan dosen dalam menyajikan ini sangat menentukan kualitas
HO.

c) Jenis Handout
Jenis handout dibagi berdasarkan karakteristik mata kuliah yang dibedakan menjadi
yaitu handout mata kuliah praktek dan non praktek.
 Isi handout untuk mata kuliah praktek berisi:
- Materi pokok kegiatan praktek, di dalamnya
- Langkah-langkah kegiatan/proses yang harus dilakukan mhs, langkah demi langkah
dalam memilih alat, merangkai dan menggunakan alat/ instrumen yang akan
digunakan/dipasangkan dalam unit/rangkaian kegiatan praktek
- Pembelajaran dengan melakukan praktek ini berbeda dengan pembelajaran teori,
pengalaman dan keterampilan mhs sangat diharapkan dalam penggunaan
alat/instrumen praktek (harus mutlak benar), salah dalam merangkai / menggunakan
akan berakibat fatal , kerusakan atau bahkan kecelakaan.
- Perlu/seringkali dilakukan pre-test terlebih dulu, sebelum mhs memasuki ruangan
lab/bengkel, untuk mengetahui sejauh mana mhs telah siap dengan segala apa yang
akan dilakukan praktek tsb.
- Penggunaan alat evaluasi (reported sheet) sangat diperlukan untuk umpan balik dan
untuk melihat tingkat ketercapain tujuan, serta kompetensi-kompetensi yang harus
dikuasai dan dicapai oleh setiap mahasiswa
- Keselamatan kerja di lab/bengkel perlu dibudayakan dalam kegiatan praktek, baik
praktek di lab mapun di bengkel.
 Isi handout untuk matakuliah non praktek:
- Acuan handout adalah SAP (Satuan Acara Perkuliahan).
- Format handout
 Bebas (slide, transparansi, paper based), dan dapat berbentuk narasi kalimat tapi
singkat atau skema/flowchart dan gambar.
 Tidak perlu pakai header maupun footer untuk setiap slide cukup yang halaman
pertama saja.
- Content handout:
 Keseluruhan materi
 Rincian materi
 Untuk mata kuliah praktek format identitasnya sama, isi handout disesuaikan
dengan kekhususan materinya.

2. Jobsheet
a) Pengertian
Jobsheet merupakan sebuah langkah kerja yang berisi pengarahan tentang bagaimana cara
menyelesaikan suatu job atau pekerjaan. Dalam job sheet perlu ditambah petunjuk K3
(keselamatan dan kesehatan kerja). Langkah-langkah kegiatan praktikum harus ditulis dengan
jelas sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi yang akan berakibat pada kesalahan memilih,
menggunakan, merangkai alat/bahan dan akan berakibat fatal pada kerusakan bahan/alat atau
bahkan kecelakaan kerja.

b) Komponen Pendahuluan
Menurut Diklat/Bimtek KTSP DEPDIKNAS (2009:41) Jobsheet pada dasarnya
merupakan lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas, jobsheet yang dibuat minimumnya haruslah ada point-point seperti dibawah ini:
a. Judul, nama kompetensi/sub kompetensi
b. Peralatan, alat/mesin yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran
c. Bahan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran
d. Arah (direction), mengapa kompetensi/sub kompetensi itu diajarkan, tonjolkan
keefektifan job sheet ini.

c) Isi
- Materi jobsheet sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.
- Materi jobsheet dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang
lingkup substansi yang akan dipejajari.
- Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil
penelitian, atau hasil kreasi sendiri.
- Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam jobsheet
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu.
- Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-
hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul
diskusi dituliskan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompk diskusi, dan berapa lama diskusi dilakukan, serta apa yang perlu ditulis untuk
dilaporkan.
3. Lembar Informasi / Brosur
a) Pengertian
Brosur merupakan suatu media yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi tertentu
untuk menawarkan suatu produk, layanan atau program kepada masyarakat umum. Brosur
ini diterbitkan secara tidak berkala “tidak reguler” dan hanya terdiri dari beberapa halaman
saja “sedikit halamannya”, brosur juga umumnya memiliki sampul tetapi tidak berjilid.

b) Komponen Pendahuluan
Apabila terdiri dari satu halaman, brosur umumnya itu dicetak pada kedua sisi, serta dapat
dilipat dengan pola lipatan tertentu hingga dapat membentuk panel yang terpisah. Selain dari
itu, untuk brosur yang memuat informasi mengenai produk disebut dengan sebutan katalog
produk atau sering hanya disebut dengan katalog saja. Brosur memuat informasi atau
penjelasan tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau
dimaksudkan sebagai sarana beriklan. Informasi dalam brosur ditulis dalam bahasa yang
ringkas, dan dimaksudkan mudah dipahami dalam waktu singkat. Brosur juga didesain agar
menarik perhatian, dan dicetak di atas kertas yang baik dalam usaha membangun citra yang
baik terhadap layanan atau produk tersebut

c) Isi Brosur

Brosur selalu berisikan keterangan singkat dan mencakup secara keseluruhan, maka isi
dari brosur secara sistematisnya terdiri dari :
 Nama organisasi perusahan dan alamat penerbitan brosur.
 Sejarah singkat organisasi /perusahaan
 Unit-unit layanan yang dimiliki
 Daftar koleksi yang dilayankan/produk yang dihasilkan
 Keunggulan produk
 Bila organisasi tersebut menyediakan layanan publik, muat juga jam layanan, persyaratan
untik menjadi anggota dan tata tertib.
4. Worksheet (LKS)
a) Pengertian dan Tujuan

LKS dibuat sebagai media aktivitas yang berpusat pada siswa. LKS lebih tepat ketika
disebut sebagai Lembar Keja Siswa yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan
siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Sebagai hasil
pengembangan bahan ajar LKS mempermudah siswa memahami materi dengan penyajian
bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. LKS dapat melatih kemandirian
belajar siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dan penguasaan materi siswa dapat
ditingkatkan. Keberadaan LKS sebagai bahan ajar cetak dapat memudahkan pelaksanaan
pengajaran dengan meminimalkan tindakan.

Worksheet menyajikan berbagai alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran


sesuai jenis/struktur materi yang ingin dituangkan dalam bahan ajar. Berdasarkan tujuannya
worksheet dapat dikemas dalam berbagai macam bentuk antara lain: a) worksheet yang
membantu siswa menemukan suatu konsep; b) worksheet yang membantu siswa menerapkan
dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan contohnya LKS dibidang
pendidikan moral; c) worksheet yang berfungsi sebagai penuntun belajar biasanya berisi
pertanyaan-pertanyaan dan cocok untuk penggunaan untuk keperluan remidial; d) worksheet
yang berfungsi sebagai penguatan. LKSini sangat cocok diterapkan pada materi pengayaan;
dan e) worksheet yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum .

b) Komponen Penyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


Suatu lembar kegiatan siswa memiliki enam komponen yaitu petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kegiatan, dan
evaluasi (Prastowo, 2007:28).
 Petunjuk Belajar
Komponen petunjuk belajar berisi langkah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar
kepada siswa dan langkah bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar.

 Kompetensi yang akan dicapai


Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian hasil
belajar yang harus dicapai.
 Informasi pendukung
Informasi pendukung berisi berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan
ajar sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan diperoleh.
 Latihan-latihan
Komponen latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa untuk
melatih kemampuan setelah mempelajari bahan ajar.
 Lembar kegiatan
Lembar kegiatan adalah beberapa langkah procedural cara pelaksanaan kegiatan tertentu
yang harus dilakukan siswa berkaitan dengan praktik.
 Evaluasi
Komponen evaluasi berisi sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk
mengukur kompetensi yang berhasil dikuasai setelah mengikuti proses pembelajaran.
c) Manfaat Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Depdiknas (2008: 42-45) menyatakan alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran
dalam bentuk LKS adalah:

 LKS membantu siswa untuk menemukan konsep

 LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana,
dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus)
dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

 LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah
ditemukan

 LKS berfungsi sebagai penuntun belajar

 LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat
mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku

 LKS berfungsi sebagai penguatan

 LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum


5. Modul
a) Pengertian
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus berisi tentang
petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung,
latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi. Dengan pemberian
modul, siswa dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh guru.
Menurut Depdiknas (2008) sebuah modul dikatakan baik apabila memenuhi beberapa
karakteristik sebagai berikut:
 Self Instructional, seorang pelajar dapat membelajarkan diri sendiri tanpa perlu bantuan
pihak lain seperti guru dan buku yang lain. Meskipun pada kenyataannya seorang siswa
tetap membutuhkan bimbingan dan pendamping ketika dihadapkan pada sebuah materi
yang rumit, akan tetapi modul yang baik adalah modul yang memberikan solusi ketika
siswa merasa kesulitan dalam belajar menggunakan modul tersebut. Sebuah modul
dikatakan memiliki sifat self instructional jika memenuhi beberapa syarat dibawah ini;

 Berisi tujuan yang dirumuskan secara jelas


 Meteri yang dimuat merupakan materi yang dibagi dalam unit kecil/ spesifik
sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas.
 Terdapat contoh dan ilustrasi pada konsep yang abstrak untuk mendukung kejelasan
dalam pemaparan materi pembelajaran.
 Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang dapat digunakan siswa
untuk mengukur kemampuannya secara mandiri.
 Kontekstual, materi yang disajikan terkait dengan suasana lingkungan
 Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
 Terdapat rangkuman materi
 Terdapat instrument penilaian
 Terdapat umpan balik
 Tersedia tentang informasi rujukan.
 Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang hendak
dipelajari terdapat di dalam modul tersebut yang disusun secara utuh dan runtut
 Stand alone, modul yang baik adalah modul yang tidak bergantung pada media lain saat
digunakan oleh siswa. Modul yang bagus merupakan modul yang apabila digunakan
sudah mendukung semua materi yang hendak dipelajari oleh siswa dan tidak diperlukan
media lain yang digunakan secara bersama-sama. Apabila seorang siswa masih
membutuhkan media lain untuk pemenuhan belajarnya, maka modul tersebut bukan
kategori modul yang berdiri sendiri.
 Adaptive, modul yang hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Modul yang adaptif adalah modul yang dapat
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu dan selalu memberikan informasi-informasi
mengenai keterbaruan ilmu.
 User friendly, modul yang baik adalah modul yang mampu bersahabat dengan si
pembaca. Setiap informasi dan instruktur yang terdapat didalamnya bersifat membantu
dan memudahkan siswa dalam belajar.

b) Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul


Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya
melakukan aktivitas belajar mandiri. Modul lebih banyak digunakan siswa ketika mereka
berada di rumah masing-masing. Harapannya dengan menggunakan modul siswa mampu
belajar tanpa ada yang mendampingi ketika merika berada di rumah.
Melihat fungsi dan tujuan pembuatan modul, maka sebuah konsekuensi yang harus
dipenuhi adalah adanya kelengkapan isi dalam sebuah modul. Sebuah materi yang terdapat
di dalam modul haruslah diuraikan secara lengkap, menyeluruh dan runtut sehingga siswa
merasa cukup hanya dengan menggunakan satu modul saja. Untuk memenuhi konsep
tersebut maka modul hendaknya disusun untuk dapat digunakan oleh setiap orang
dimanapun dia berada sehingga orang yang berada jauh nun disana juga dapat mengikuti
kegiatan belajar yang serupa dengan bantuan modul tersebut.
Tujuan penulisan modul dalam hal belajar mandiri secara rinci adalah sebagai berikut:

 Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak bersifat verbal.


 Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
 Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Seperti halnya dalam upaya meningkat
motivasi belajar dan minat belajar siswa
 Dengan menggunakan modul, memungkinkan siswa dapat mengukur kemampua
dirinya sendiri setelah selesai menggunakan modul.
c) Elemen Mutu Modul
Mengembangkan modul hendaknya harus yang berkualitas dan memiliki yang bagus
di mata pebelajar. Modul yang bagus adalah modul yang dapat memerankan fungsinya
dengan baik dan dapat menghasilkan suatu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
efisien. Agar memiliki mutu yang bagus, oleh karena itu mengembangkan mutu seharusnya
memperhatikan beberapa elemen yang menjadi syarat kualitas modul yaitu: format,
organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsistensi.
 Format
Format modul sebaiknya menggunakan kolom tunggal, atau boleh juga
menggunakan dua kolom. Hal yang terpenting adalah perhatikan bentuk dan
ukuran kertas yang akan digunakan. Layout modul boleh vertikal atau horizontal,
tergantung bagaimana tata letak Anda dalam menulis. Sertakan gambar atau
simbol-simbol pada bagian atau tulisan yang sekiranya perlu mendapat perhatian
khusus dari pembacanya.
 Organisasi
Agar pembaca mudah dalam mempelajari dan mencari sesuatu di dalam modul
Anda, sebaiknya sertakan bagan atau daftar isi mengenai apa saja yang menjadi
bahasan di dalam modul yang Anda buat. Urutkan materi sebagaimana mestinya
sehingga pembaca dapat mempelajarinya dengan mudah dan berurutan.
Tujuannya agar pengetahuan yang dibangun berkelanjutan. Ketika menggunakan
gambar sebagai penolong dalam penyampaian pesan, usahakan agar
penempatannya dan pemilihan gambarnya tepat sasaran. Agar pembaca dapat
dengan mudah memahami apa maksud dari gambar yang Anda sajikan. Berikan
uraian dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
 Daya tarik
Membuat modul agar dapat menarik perhatian banyak pembaca memang tidaklah
mudah. Hal ini karena selera setiap orang berbeda-beda. Namun bukan berarti kita
tidak bisa membuat modul yang dapat menarik perhatian pembaca. Ada beberapa
tips agar modul yang Anda buat memiliki daya tarik. Buatlah sampul atau cover
yang memang sesuai dengan usia dan minat pembaca. Pada bagian isi, buatlah
desain yang lebih colourfull. Ketika terdapat beberapa tugas latihan, desainlah
agar pembaca mau mengerjakannya dengan semangat tinggi.
 Bentuk dan ukuran huruf
Ukuran huruf juga menjadi penentu apakah modul Anda diminati oleh para
pembaca atau tidak. Sebagai contoh, misalnya Anda sedang membaca sebuah
kertas dengan penuh tulisan dan tidak ada spasi, tentu mata Anda akan cepat lelah
saat membacanya.
 Ruang Kosong
Saat kita membuat modul, pastilah ada beberapa ruang kosong di beberapa
halaman modul. Manfaatkan ruang kosong tersebut dengan kreatifitas dan
imajinasi Anda agar dapat menarik perhatian pembaca. Gunakan ruang kosong
dengan semaksimal mungkin. Tempatkan beberapa gambar yang sesuai dan
memiliki pesan pada ruang-ruang kosong yang terdapat di dalam modul Anda.

d) Prosedur Penyusunan dan Pengembangan Modul


Mengembangkan dan menyusun modul tidak boleh asal-asalan. Ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan ketika menyusun modul. Beberapa prinsip pengembangan modul
diantaranya:

 Analisis kebutuhan
 Pengembangan desain modul
 Implementasi
 Penilaian
 Evaluasi dan
 Validitas

Selain itu, dalam menyusun modul, isi modul juga harus sangat diperhatikan. Karena
inti dari semua penyusunan modul adalah isi dari modul itu sendiri. Percuma kita membuat
modul dengan desain yang menarik dan penuh warna, tapi ketika isinya tidak bisa dipahami,
tidak runtut, penjelasan kurang lengkap, maka modul Anda akan ditinggalkan oleh
pembacanya.

FORMAT MODUL PEMBELAJARAN


A. PENDAHULUAN
B. KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 1
1. Pendahuluan
2. Uraian (Penyajian)
a. Penjelasan
b. Pemberian contoh
c. Latihan
d. Umpan Balik

Kegiatan Belajar 2
Dst. .............
C. PENUTUP
D. TES FORMATIF
E. DAFTAR PUSTAKA
BAB III
KESIMPULAN

Sebelum menyusun bahan ajar cetak, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan
yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, penyusunan peta bahan ajar, dan struktur bahan ajar. Setelah
menyelesaikan prosedur tersebut, maka penyusunan bahan ajar cetak dapat dipraktekkan. Secara
umum ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu: pertama, Menulis sendiri (Starting From Scratch).
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri
guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan
guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan
bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Kedua. Pengemasan kembali
informasi (Information Repackaging). Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak
menulis bahan ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks
dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang
memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik
dalam proses instruksional. Ketiga, Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text).
Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang
diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan
ajar melalui penataan informasi (kompilasi).
Adapun jenis-jenis bahan ajar cetak yaitu Handout, Jobsheet, Lembar Informasi/Brosur,
Worksheet, dan Modul. Beberapa format pada semua bahan ajar cetak ini pada umumnya terdiri
dari pendahuluan dan dilanjutkan dengan isi materi. Terdapat juga lembar evaluasi jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Pannen, Paulina & Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai