Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN TYROID

Nama Preceptee : Christina Atapary

NPM :

Ruang : Anak

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi

1. Pengertian
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit
graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang
menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker
iroid.
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak
sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi
gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan
hipertiroid(graves’disease).

2. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan


faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi iodium
2. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
3. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
4. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
5. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).

3. Tanda dan Gejala

1. Hiperparathyroid
- Kelelahan atau kelemahan
- Penurunan berat badan yang progresif
- Kelelahan otot yang abnormal karena kalsium serum yang tinggi
- Amenore
- Perubahan defekasi, konstipasi atau diare (gangguan sistem pertanyaan)
2. Hipoparathyroid
- Kelelahan atau kelemahan
- Kerontokan rambut
- Kuku yang rapuh dan kulit kering
- Keluhan rasa baal
- Parestasia pada jari-jari tangan
- Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore
- Kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan
fungsi ventrikel yang jelek, hal ini terjadi pada pasien hipotiroidisme berat

4. Klasifikasi/ Macam/Jenis

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi
hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak.Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu
hipertrofidanhyperplasidariparenkhymkelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral
yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai
suatu nodul ,tanpa disertai tanda – tanda hipertiroidisme,berdasarkan jumlah nodul ,
dibagi :
• Struma mononodosa non toksik
• Struma multinodosa nontoksik
Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif,nodul dibedakan
menjadi : nodul dingin ,nodul hangat,nodul panas,
Sedangkan berdasarkan konsistensinya ,nodul dibedakan menjadi,nodul lunak ,nodul
kistik, nodul keras,nodul sangat keras.
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan
menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga
esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.

5. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk


pembentukan hormon tyroid.Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid.Dalam kelenjar, I
Iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid.Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4)
dan molekul yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
6. Pathway

7. Teori Askep

Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah


endemik sedang dan berat antara lain yaitu :
1. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
2. Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak
di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
3. Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila
pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ
sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.\
8, Komplikasi

1. Hiperparathyroid
Hiperparathyroid yang tidak diobati dapat mengakibatkan kegagalan jantung, hipertensi,
depresi mental atau krisis hiper-kalsemik kedadalan ginjal.Sekali terbentuk sering
menjadi progresif, walaupun telah dilakukan paratiroidektomi.Hal ini dilakukan untuk
mngetahui diagnosa dini hiper-kalsemik.
2. Hipoparathyroid
Pengolahan bagi penderita hipoparathyroid sulit, kerena perbedaan antara dosis terapi dan
dosis toksik vitamin D, acap kali kecil. Pada penderita yang diterapi selama beberapa
tahun dengan pengawasan yang baik, dapat terjadi hiperkalsemia dan karenanya harus
diadakan pemeriksaan kadar kalium, fosfor serum secara periodik.

9. Pemeriksaan Penunjang
1. T4 Serum
2. T3 Serum
3. Tes THS
4. Tiroglobulin
5. Ambilan iodium radioaktif
6 .Pemindai radio atau pemindai skintilasi tiroid
7. Implikasi tes tiroid dalam keperawatan
8. Tes fungsi tiroid berfungsi menegakkan diagnosa :
- Mengukur kadar kolesterol
- EKG
- Alanin transminase (LT) dan SGPT
- LDH - CT-Scan
- USG - MRI
10 Tindakan Medis

1. Hiperparathyroid
a. Apabila masalahnya berada di tingkat kelenjar tiroid, maka pengobatan yang
diberikan adalah pemberian obat anti tiroid yang menghambat produksi HT/obat-
obat penghambat beta untuk menurunkan hiperresponsifitas simpatis.
b. Obat-obat tg merusak jaringan tiroid juga dapat diberikan, misalnya iodium
radiooyg diberikan peroral akan diserap secara aktif oleh sel-sel tiroid yang
hiperaktif, setelah masuk akan merusak sel-sel tersebut. Ini merupakan terapi
permanen untuk hipertiroidisme dan sering menyebabkan seseorang
kemudian menjadi hipotiroid dan memerlukan pemberian HT pengganti
seumur hidup.
c. Tiroidektomi parsial/total merupakan pengobatan pilihan, tiroidektomi total dan
tiroidektomi pasrial, menyebabkan hipotiroidisme.
2. Hipoparathyroid
a. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid.
b. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor sususnan saraf pusat,
maka dapat diberikan kemoterapi, radisi atau pembedahan

B. Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan pedoman


asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah pasien secara ilmiah dan
sistematis yang meliputi tahap pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan
masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik meliputi :
1. Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot.
2. Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
3. Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.
4. Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid,
goiter.
5. Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.
6. Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis).
7. Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C,
diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus,
eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
8. Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

2. Prioritas Diaknosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan struma nodosa nontoksis khususnya


post operai dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan
laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan,
rangsangan pada sistem saraf pusat.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah
terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang akan


dilaksanakan untuk menanggulangi masalah pasien sesuai diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan utama memenuhi kebutuhan pasien. Berdasarkan diagnosa
keperawatan yang diuraikan di atas, maka disusunlah rencana keperawatan/intervensi
sebagai berikut :
1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal.

Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Mempertahankan jalan Pantau frekwensi pernafasan, Pernafasan secara normal
nafas dengan KH; Dengan kedalaman dan kerja pernapasan. kadang-kadang cepat.
mencegah aspirasi Auskultasi suara napas, catat Ronchi merupakan indikasi
adanya suara ronchi. adanya obstruksi spasme
Kaji adanya dispnea, stridor dan laringeal yang membutuhkan
sianosis, perhatikan kualitas suara. evaluasi dan intervensi cepat.
Bantu dalam perubahan posisi, Indikator obstruksi
latihan nafas dalam atau batuk trakea/spasme laringeal yang
efektif sesuai indikasi. membutuhkan intervensi yang
cepat.
Lakukan pengisapan lendir
pada mulut dan trakea sesuai
dengan indikator.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan saraf


laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Mampu menciptakan Kaji fungsi bicara secara periodik. Suara serak dan sakit
metode komunikasi Pertahankan komunikasi yang tenggorokan akibat edema.
dengan KH; kebutuhan sederhana. Mengurangi bicara
dapat dipahami Anrisipasi kebutuhan sbaik Memfasilitasi ekspresi yang
mungkin dibutuhkan
Beritahukan pasien untuk Mencegah pasien bicara
membatasi bicara secara paksa.

3. Resiko tinggi terhadap cedera/ tetani berhubungan dengan pembedahan, rangsangan pada
sistem saraf.

Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Menunjukan tidak ada Pantau TTV Manipulasi kelenjar selama
cedera dengan KH; tidak Evaluasi reflesi secara periodik pembedahan dapat
ada komplikasi dan Memantau kadar kalsium dalam mengakibatkan peningkatan
terkontrol serum pengeluaran hormom yang
Kolaborasi dengan dokter untuk menyebabkan krisis tyroid.
pemberian obat Menurunkan kemungkinan
adanya trauma jika terjadi
kejang
Memperbaiki kekurangan
kalsium

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot
dan paskah operasi.

Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Melaoprkan nyeri hilang Kaji tanda-tanda ananya nyeri Bermanfaan dalam
atau terkontrol dengan verbal maupun non verbal mengevaluasi nyeri,
KH; pasien menunjukan Letakan posisi pasien semi menentukan pilihan intervensi,
kemampuan mengadakan fowler menentukan efektifitas terapi.
relaksasi dan mengalihkan Berikan minum yang sejuk Mencegah hiperekstensi leher
perhatian dengan aktif Menurunkan nyeri tenggorokan
sesuai situasi terapi makanan linak jika pasien
mengalami kesulitan menelan.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan
menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan
keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah
sakit.

5. Evaluasi Akhir

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan


untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap
evaluasi ini akan difokuskan pada :
1. Apakah jalan nafas pasien efektif?
2. Apakah komunikasi verbal dari pasien lancar?
3. Apakah tidak terjadi tanda-tanda infeksi?
4. Apakah gangguan rasa nyaman dari pasien dapat terpenuhi?
5. Apakah pasien telah mengerti tentang proses penyakitnya serta tindakan
perawatan dan pengobatannya?

Anda mungkin juga menyukai