Anda di halaman 1dari 9

DEIKSIS Vol. 11 No.

01, Januari-April 2019


p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hlm. 77-85
DOI: 10.30998/deiksis.v11i01.3221

TEMBANG MACAPAT SEBAGAI PENUNJANG


PENDIDIKAN KARAKTER
Puji Anto1, Tri Anita2
1
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni
2
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
1
pujianto@unindra.ac.id, 2tri.anita@unindra.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengintepretasikan larik tembang macapat, khususnya tembang mijil sebagai
penunjang pendidikan karakter. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka. Untuk
mempertajam analisis metode deskriptif kualitatif, maka digunakanlah teknik analisis isi, yaitu analisis
ilmiah berdasarkan isi pesan dalam komunikasi. Proses analisis isi dimulai dengan pemaknaan bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia, bentuk bahasa Indonesia tersebut dimaknai secara harfiah, dan dilanjutkan
dengan analisis kritis dan objektif yang dikaitkan pendidikan karakter. Hasil dari penelitian ini berupa
nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam tembang mijil, nilai-nilai itu di antaranya pintar,
merendah, mengalah, jangan membantah, kesederhanaan, dan jangan menggunjing. Suatu
keniscayaan bahwa masyarakat dan para pelaku pendidikan mampu menggali nilai-nilai budaya atau
kearifan lokal untuk memberikan stimulus dalam pembelajaran dengan nuansa yang berbeda, tentunya
menggunakan media yang menarik dan menyenangkan.

Kata Kunci: tembang, macapat, mijil, pendidikan, karakter.

Abstract

The purpose of this research is to interpret the lyrics of the song gained particular song mijil as
supporting character education. This type of research is the study of the literature. To sharpen the
analysis of qualitative descriptive method, then the unambiguous content analysis techniques, namely
scientific analysis based on the content of the messages in the communication. Contents of the analysis
process begin with a definition of the Java language to the language of Indonesia, the Indonesia language
form is meant literally, and continued with a critical and objective analysis that linked character
education. The results of this research in the form of values character education that exists in the mijil
song, those values that reflected in the mijil song are smart, modest, compliant, do not argue, simplicity,
and do not gossip. An inevitability that the community and the principals of education were able to
unearth the cultural values or local wisdom to provide stimulus in learning with different shades, of
course using media that is interesting and fun.

Keywords: song, macapat, mijil, education, character

PENDAHULUAN bidang kehidupan saja, tetapi juga


Karya sastra merupakan mampu masuk ke berbagai bidang
representasi ide dan gagasan dari dalam kehidupan manusia, seperti
pengarang yang syarat akan nilai-nilai psikologi, kebudayaan, ekonomi, sosial,
atau pesan tentang kehidupan. Karya politik, dan pendidikan. Karya sastra
sastra tidak hanya merujuk pada satu mampu menginspirasi pembacanya

77
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 77-85

untuk memahami tentang pesan-pesan tembang yang disesuaikan dengan


kehidupan yang ada pada teks/ bahasa keseharian masyarakat pada
naskahnya. Dengan membaca karya waktu itu. Wali Songo identik dengan
sastra, pembaca seakan-akan daerah atau wilayah dengan suku Jawa.
mendapatkan petuah-petuah dan bahkan Oleh sebab itu, penyebaran ajaran Islam
dapat memotret kisah kehidupan yang di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Wali
tergambar dalam ceritanya. Songo boleh dibilang berhasil, hal itu
Larik yang ada pada lagu atau dibuktikan dengan banyaknya pemeluk
tembang dianggap sebagai karya sastra, agama Islam. Banyak petuah-petuah
yaitu puisi. Tembang dalam KBBI pada atau ungkapan dalam bahasa Jawa yang
pengertian poin dua berarti tertuang dalam lagu atau tembang
‘puisi’(Badan Pengembangan dan tersebut. Saat ini, tembang-tembang
Pembinaan Bahasa, 2016). Lagu atau tersebut sebenarnya masih dipelajari di
tembang merupakan rangkaian kata- sekolah-sekolah, khususnya daerah
kata yang diiramakan dengan bunyi dan Jawa Tengah sebagai mata pelajaran
mengedepankan harmonisasi. Setiap muatan lokal (Mulok) dan sering
kata yang muncul dalam lagu/tembang dilantunkan dalam acara-acara pentas
tersebut tentunya tidak hanya bunyi- kesenian, seperti wayang dan ketoprak.
bunyian saja. Pengarang pasti punya Namun, yang menjadi permasalahan
maksud-maksud tertentu atau pesan- adalah kurangnya pemahaman akan
pesan yang ingin disampaiakan melalui makna yang terkandung.
liriknya, tetapi dengan sederhana dan Banyak sekali tembang-tembang
menyenangkan (Rahman & Anto, atau lagu berbahasa Jawa, contohnya
2015). adalah tembang Macapat. Tembang
Musik atau lagu mampu menjadi macapat merupakan gambaran
jembatan dalam menyampaikan pesan- perjalanan manusia dimulai dari dalam
pesan moral. Lagu atau musik dapat kandungan sampai dengan meninggal,
menjadi sumber edukatif dalam yaitu dari Maskumambang (janin dalam
membangun karakter manusia. Musik Rahim ibu), mijil (lahir), sinom (muda),
atau lagu juga terbukti mampu asmarandana (memadu asmara),
memengaruhi hidup seseorang. Dengan gambuh (kecocokan antara laki-laki dan
mendengarkan musik, suasana batin perempuan), dhandhanggula (menjadi
seseorang dapat terpengaruhi. Akhirnya, manusia dewasa), kinanthi (mendidik
karena mampu mempengaruhi batin anak), pangkur (prinsip dalam hidup),
seseorang, secara tidak langsung musik durma (berderma), megatruh
mampu menamkan nilai-nilai luhur (berpisahnya ruh dan raga), dan pucung
yang tertuang dalam lagunya untuk (dipocong atau meninggal). Setiap
menjadi karakter bagi pendengarnya. tembang dalam macapat terkandung
Musik, lagu, atau tembang nilai-nilai moral, budi pekerti, dan
sudah dikenal masyarakat Indonesia petunjuk tentang perilaku yang harus
sejak zaman dulu. Bahkan menurut dilakukan oleh manusia dari lahir
sejarahnya, khususnya sejarah Islam, sampai dengan meninggal dunia agar
tembang digunakan sebagai media mendapat kemuliaan hidup dunia dan
untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, akhirat.
contohnya adalah Wali Songo. Faktanya juga, nilai-nilai yang
Berdasarkan sejarahnya, bahwa dalam terkandung dalam tembang macapat
menyebarkan Islam, Wali Songo selalu sudah ditinggalkan oleh generasi muda
menggunakan syair atau tembang- karena globalisasi dan perubahan

78
Tembang Macapat sebagai Penunjang Pendidikan Karakter
(Puji Anto, Tri Anita)

kurikulum pendidikan yang berorientasi jika bermusik mengacu pada


pada ilmu pengetahuan dan teknologi keinternasion, padahal budaya global
modern (Efendi, 2009). tersebut belum tentu bermakna atau
Oleh sebab itu, sangat sesuai dengan tata aturan dan adat-
diperlukan sebuah kajian tentang istiadat yang ada di negara maupun
budaya-budaya maupun kearifan lokal lingkungannya, contohnya tentang
untuk memberikan edukasi kepada kesopanan, kesabaran, dan
halayak, khususnya generasi muda atau kemanfaatan. Kesopanan di era
bahkan kepada anak yang baru lahir sekarang dapat dipahami terkait cara
atau peserta didik baru dalam sebuah berpakaian, kesabaran dapat dipahami
lembaga pendidikan. Pendidikan harus terkait pengendalian emosi yang
diberikan sedini mungkin sebagai mengakibatkan kekerasan, kemanfaatan
bentuk pembiasaan dan dari kebiasaan dapat dipahami sebagai semangat untuk
tersebut terbentuklah karakter. Untuk menjadi pintar agar dapat berguna untuk
itu, pada penelitian ini akan dibahas sesamanya.
tentang makna yang terkandung dalam Berdasarkan beberapa contoh di
tembang macapat agar dapat diteladani atas, maka sangat diperlukan sebuah
dan mampu membentuk karakter cara untuk memberikan edukasi terkait
manusia. Untuk membatasi objek pesan-pesan moral, salah satunya
kajian, maka pada penelitian ini melalui karya sastra. Karya sastra yang
terfokus pada tembang macapat mijil. dimaksud adalah dengan menggunakan
Pemilihan tembang mijil berdasarkan tembang-tembang yang berasal atau
pada pendapat bahwa pendidikan berbahasa Jawa. Tentunya, kemanfaatan
manusia dapat dimulai sejak lahir. Hal tembang ini tidak hanya tertuju pada
itu sesuai dengan pendapat kaum suku Jawa saja, tetapi dapat juga
empiris yang sangat memegang ditularkan pada suku yang lain.
pendirian bahwa pengetahuan manusia Indonesia punya bahasa Indonesia yang
dapat diperoleh melalui pengalaman mampu memfasilitasi kebudayaan yang
(Munir, 2004). Pengalaman yang ada. Saat ini, sebuah budaya dari suku
dimaksud adalah segala proses perilaku tertentu tidak hanya dapat dipahami
yang didapat dari lahir sampai oleh kelompok tersebut saja, tetapi
meninggal. Jadi, pengalamanlah yang dengan bahasa Indonesia, antarsuku
menentukan seseorang untuk dapat saling mengenal atau memahami
mempunyai kecerdasan, baik secara budaya yang satu dengan yang lainnya.
emosional maupun intelektul. Ada petuah mengatakan “jangan
Diharapkan, dengan adanya melihat darimana kebaikan itu berasal,
kajian-kajian budaya dan kearifan lokal tetapi lihatlah pesan kebaikannya”.
dapat menjadi jawaban degradasi moral Untuk menyamakan persepsi
anak zaman sekarang. Anak zaman terkait kajian dalam penelitian ini, maka
sekarang lebih kepada menyerap atau perlu disampaiakan beberapa penegasan
meniru budaya-budaya global daripada terhadap ungkapan-ungkapan yang
memahami kebudayaan yang ada di tertuang dalam judul, yaitu sebagai
sekitarnya. Hal itu juga termasuk berikut:
kebiasaan anak-anak dalam bermusik.
Seribu satu jika ada seorang anak mau Pendidikan Karakter
menyanyikan atau melestarikan Undang-undang No. 20 tahun
tembang-tembang daerah, khususnya 2003 pasal I ayat I tentang sistem
tembang Jawa. Mereka lebih bangga pendidikan Nasional, menyebutkan

79
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 77-85

bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar menuju individu yang berguna, baik
dan terencana untuk mewujudkan secara vertikal maupun horisontal.
suasana belajar dan proses pembelajaran Dalam penelitian ini, penulis
agar peserta didik secara aktif berusaha mengkaji nilai-nilai
mengembangkan potensi dirinya untuk pendidikan karakter yang terdapat
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, dalam tembang mijil tanpa membatasi
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak perilaku tertentu.
mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa Seni Musik
dan negara. Menurut Kamus Besar Seni dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Pendidikan berarti Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai
proses pengubahan sikap dan tata laku arti keahlian membuat karya yang
seseorang atau kelompok orang dalam bermutu (dilihat dari kehalusannya,
usaha mendewasakan manusia melalui keindahannya, dan sebagainya) (Badan
upaya pengajaran dan pelatihan (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Musik dalam Kamus Besar
2016). Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia (KBBI) berarti nada
pendidikan adalah sebuah usaha atau atau suara yang disusun sedemekian
cara dalam membentuk perilaku yang rupa sehingga mengandung irama, lagu,
baik. dan keharmonisan (terutama yang
Karakter menurut Kamus Besar menggunakan alat-alat yang dapat
Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat menhasilkan bunyi) (Badan
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
membedakan sesorang dari yang lain 2016). Dari pengertian di atas, dapat
(Badan Pengembangan dan Pembinaan disimpulkan bahwa seni musik adalah
Bahasa, 2016). Karakter menurut karya yang bermutu dalam hal susunan
Thomas Lickona adalah watak batin nada atau suara yang harmonis.
yang dapat diandalkan dan digunakan Seni musik yang dimaksud
untuk merespon berbagai situasi dengan dalam penelitian ini adalah seni musik
cara yang bermoral. Selain itu, karakter yang dapat menjadi media dalam
juga dapat dianggap sebagai nilai-nilai pendidikan karakter seseorang, dalam
perilaku manusia yang berhubungan hal ini seni musik yang dimaksud
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri adalah tembang tradisional.
sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam Tembang Macapat
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan Tembang menurut Kamus Besar
perbuatan berdasarkan norma-norma Bahasa Indonesia (KBBI) ialah syair
agama, hukum, tata krama, budaya, adat yang diberi lagu (untuk dinyanyikan)
istiadat dan estetika (Lickona, 2013). dan pengertian macapat dalam kultur
Berdasarkan pendapat di atas, karakter Jawa merupakan bentuk puisi Jawa
adalah pembeda antara manusia yang Tradisional, setiap baitnya mempunyai
satu dengan manusia yang lain, baik baris kalimat (gatra) tertentu, setiap
dalam urusan dengan Tuhannya gatra mempunyai jumlah suku kata
maupun lingkungannya. Jadi, (guru wilangan) tertentu, dan berakhir
berdasarkan pendapat tentang pada bunyi sanjak akhir (guru lagu;
pendidikan dan karakter, maka guru suara tertentu) (Badan
pendidikan karakter ialah sebuah upaya Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
untuk membimbing perilaku manusia 2016).

80
Tembang Macapat sebagai Penunjang Pendidikan Karakter
(Puji Anto, Tri Anita)

Dapat disimpulkan bahwa Jawa dapat berarti wijil, wiyos, raras,


tembang macapat merupakan syair atau medal, sulastri yang berarti ‘keluar’.
puisi Jawa tradisonal dengan berbagai Ketika bayi lahir saat itulah pertama
ketentuan dalam melagukan. Tembang kali mengenal dunia dan menjalani
macapat yang dimaksud dalam kehidupan selanjutnya.
penelitian ini adalah tembang mijil. Karakteristik tembang mijil
yaitu:
METODE PENELITIAN a. Guru Gatra: patokan di setiap
Jenis penelitian yang digunakan barisnya, memiliki 6 baris.
adalah penelitian pustaka (library b. Guru Lagu: patokan aksara diakhir
research). Penelitian pustaka ialah kata, i, a/o, e, i, i, a/o
menjadikan bahan-bahan pustaka c. Guru Wilangan: patokan jumlah
berupa buku, artikel ilmiah, skripsi, dan suku kata, 10, 6, 10, 10, 6, 6
materi lainnya sebagai sumber dalam (Efendi, 2009).
penelitian.
Untuk mempertajam analisis Tembang Mijil ini memiliki
metode deskriptif kualitatif, maka seperangkat tata nilai dan etika yang
digunakanlah teknik analisis isi, yaitu digunakan dalam konteks masyarakat
analisis ilmiah berdasarkan isi pesan Jawa. Salah satu tembang mijil yang
dalam komunikasi (Sahlan & Mulyana, terkenal adalah sebagai berikut:
2012). Proses analisis isi dalam Dedalane guno lawan sekti
penelitian ini dimulai dengan kudu andhap asor
pemaknaan bahasa Jawa ke bahasa Wani ngalah dhuwur wekasane
Indonesia, bentuk bahasa Indonesia Tumungkula yen dipun dukani
tersebut dimaknai secara harfiah, dan Bapang den simpangi
dilanjutkan dengan analisis kritis dan ono catur mungkur
objektif yang dikaitkan pendidikan (Pitaloka, 2017)
karakter.
Pemaknaan yang dimaksud juga Berikut merupakan kajian terkait
menggunakan metode parafrasa, syair dalam tembang macapat,
Aminudin dalam Nuratni dkk. khusunya tembang mijil yang nantinya
mengatakan bahwa ada bermacam dapat dipergunakan sebagai sarana
metode yang dapat membantu dalam aplikasi pendidikan karakter.
memaknai sebuah puisi atau tembang 1. Dedalane guno lawan sekti.
(Tembang adalah puisi yang dilagukan Jika dimaknai ke dalam
dan identik dengan suku Jawa), salah bahasa Indonesia, maka dedalane
satunya adalah metode parafrasa. berarti ‘jalannya’, guno berarti
Parafrasa berarti menguraikan dengan ‘untuk’, lawan dapat diartikan
kata sendiri. Parafrasa merupakan ‘meraih’, sekti mengandung arti
strategi pemahaman kandungan makna ‘sakti’ atau ‘pintar’. Dari makna-
dengan mengungkapkan kembali makna tersebut, jika dikait dengan
gagasannya dengan ungkapan yang kata mijil (lahir), maka baris di atas
berbeda dari pengarangnya (Nuratni, dapat diartikan bahwa lahir
Artawan, & Sutresna, 2014). merupakan sebuah jalan seseorang
untuk bisa menjadi pintar. Dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN juga diartikan sebuah jalan untuk
Tembang Mijil berarti seorang mencapai kemuliaan. Jalan yang
anak yang terlahir. Mijil dalam bahasa dimaksud dapat diartikan sebagai

81
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 77-85

awal perjalanan manusia dalam Dalam konteks pendidikan,


menempuh pendidikan, contohnya dengan rendah hati maka pergaulan
adalah menjadi peserta didik baru akan menjadi luas. Hal itu akan
dalam sebuah lembaga pendidikan. berdampak pada banyaknya
Nilai karakter yang pengetahuan yang didapat akibat
ditanamkan dalam baris tersebut dari beragamnya individu yang
adalah setiap manusia yang lahir ke notabene mempunyai pengetahuan
dunia atau awal menempuh sebuah dan pemikiran.
pendidikan harus berorientasi pada Rendah hati dalam Kamus
kecerdasan atau kepintaran untuk Besar Bahasa Indonesia berarti sifat
merespon tuntutan zaman. yang tidak sombong atau tidak
Kecerdasan atau kepintaran anggkuh (Badan Pengembangan dan
seseorang akan mampu Pembinaan Bahasa, 2016). Sifat ini
menempatkan dirinya pada tempat merupakan nilai yang dapat
yang terbaik/ mulia. Lebih lanjut, dijadikan penangkal atas beberapa
berhubungan dengan kepintaran, fenomena di masyarakat, seperti
maka pasti ada kaitannya dengan perilaku narsistik atau merasa paling
kebermanfaatan. Nilai karakter yang segalanya.
tergambar pada baris ini mungkin
sebagai jawaban atas kondisi saat 3. Wani ngalah dhuwur wekasane.
ini, contohnya terkait dengan Baris di atas jika dimaknai
kemiskinan dan pengangguran. satu-persatu ialah wani berarti
Kecerdasan berasal dari kata dasar ‘berani’, ngalah yaitu ‘mengalah’,
cerdas yang berarti sempurna dhuwur artinya tinggi, dan
perkembangan akal budinya untuk wekasane adalah ‘pesannya’. Secara
berpikir, mengerti, dan sebagainya harfiahnya adalah berani mengalah
atau tajam pikiran (Badan itu tinggi pesannya atau dapat
Pengembangan dan Pembinaan diartikan mengalah punya nilai yang
Bahasa, 2016). tinggi/ baik. Mengalah juga dapat
diartikan mampu mengendalikan
2. Kudu andhap asor. atau memimpin diri sendiri. Nilai
Kudu dalam bahasa karakter mengalah dapat menjadi
Indonesia berarti ‘harus’, andap solusi terjadinya perdebatan. Saat
asor dapat diartikan sebagai ini di media masa banyak sekali
‘merendah’. Secara harfiah baris ini dipertontonkan perilaku-perilaku
menegaskan akan pentingnya saling menjatuhkan satu dengan
mempunyai perilaku merendah atau yang lainnya. Begitu juga beberapa
dapat dikatakan rendah hati. Nilai kasus yang terjadi dalam dunia
karakter ini menekankan pada suatu pendidikan, banyak sekali
perilaku yang selalu menghargai perkelahian dan tawuran.
orang lain. Hal itu sebagai bentuk Mengalah juga dapat
menempatkan orang lain selalu lebih dikatagorikan menjadi tiga, yaitu
tinggi, dihargai, dihormati, tidak mengalah yang berarti menghindari,
peduli apakah dia pejabat atau mengalah yang berarti pura-pura,
bukan pejabat, orang pandai atau dan mengalah karena ada yang lebih
tidak, tetap harus menghargainya baik. Hal itu sesuai dengan apa yang
sebagai sesama manusia. tertuang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mengalah berarti tidak

82
Tembang Macapat sebagai Penunjang Pendidikan Karakter
(Puji Anto, Tri Anita)

mau mempertahankan haknya, 5. Bapang den simpangi.


pendiriannya; dengan sengaja kalah; Bapang ada yang
pura-pura (Badan Pengembangan mengartikan sebagai ‘jabatan’.
dan Pembinaan Bahasa, 2016). Jabatan identik dengan kemewahan.
Den berarti ‘sebaiknya’, dan
4. Tumungkula yen dipun dukani. simpangi berarti ‘hindari’. Baris ini
Tumungkula berarti ‘diam’, dapat diartikan bahwa ‘kemewahan
yen berarti ‘kalau’, dipun berarti sebaiknya dihindari’. Sederhananya,
‘sedang’, dan dukani berarti nilai karakter yang ada dalam baris
‘dimarahi’. Secara harfiah baris ini tersebut adalah kesederhanaan.
berarti ‘jangan membantah bila Dalam KBBI kesederhanaan yang
dimarahi’ atau dapat dikatakan ‘mau diambi dari jata dasar sederhana
menerima kritik dan saran’, lebih berarti bersahaja, tidak berlebih-
sederhananya adalah ‘lapang dada’. lebihan; sedang (dalam arti
Hal itu senada dengan pepatah pertengahan); tidak banyak seluk-
‘diam itu emas’, apalagi jika telah beluknya (Badan Pengembangan
melakukan kesalahan. Jangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Nilai
membantah atau lapang dada berarti karakter sederhana saat ini sudah
merasa lega, senang, dan tidak mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
menjadi gusar (Badan Masyarakat sekarang cenderung
Pengembangan dan Pembinaan memuaskan dirinya sendiri dengan
Bahasa, 2016). Jadi, dalam konteks perilaku berhura-hura. Dalam dunia
pendidikan kaitannya dengan proses pendidikan pun demikian, lembaga
belajar-mengajar, jika mendapatkan pendidikan merupakan ajang untuk
teguran, sikap yang harus diambil menunjukkan apa yang dimiliki
adalah intropeksi diri dan (terkait harta), bukan lagi menjadi
menerimanya dengan lapang dada. ajang menunjukkan kualitas
Kata dukani/ dimarahi dapat intelektualnya.
diperluas maknanya tidak hanya Konotasi ‘bapang’ yang
oleh orang lain, tetapi juga bisa oleh berarti ‘kemewahan’ juga dapat
‘kehidupan’, ‘alam’, dan ‘Sang diperluas artinya menjadi hal yang
Pencipta’. Bencana yang bersifat kamuflase, mengedapankan
kecil atau besar, menimpa diri eksistensi dan pencitraan, serta suka
pribadi atau umat, dapat juga dipuji.
diartikan sedang ‘dimarahi’ maka
sikap yang dilakukan adalah tidak 6. Ono catur mungkur.
membantah, merenung, dan lapang Ono berarti ‘ada’, catur
dada. berarti ‘pembicaraan’, mungkur
Sebagai contoh, nilai berarti ‘menyingkir’. Baris yang
karakter ini dapat diterapkan terkait terakhir ini makna harfiahnya adalah
dengan perilaku-perilaku suporter ‘menjauhi keburukan’. Keburukan
dalam olahraga apa pun. Banyak yang dimaksud sangat luas,
kasus/kejadian-kejadian karena yang misalnya pergunjingan.
didukung kalah akhirnya melakukan pergunjingan pasti diawali dengan
tindakan anarki. Suporter prasangka buruk. Pergunjingan
seharusnya tidak hanya menerima adalah perilaku tidak baik yang
kemenangan, tetapi juga menerima membicarakan kekurangan atau
kekalahan. kejelekan orang lain. KBBI

83
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 77-85

memberikan arti pada kata maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


menggunjing dengan membicarakan nilai-nilai pendidikan karakter yang
kekurangan orang lain; mengumpat; dapat dijadikan tauladan bagi halayak.
memfitnah (Badan Pengembangan Nilai-nilai yang dimaksud adalah
dan Pembinaan Bahasa, 2016). pintar, merendah, mengalah, jangan
Makna dalam bait ini sangat membantah, kesederhanaan, jangan
menginspirasi. Orang lebih suka megunjing. Beberapa perilaku tersebut
membicarakan kejelekan orang lain merujuk pada nilai-nilai manusia dalam
menurut penafsiran subjektifnya merespon situasi dan menjadi pembeda
daripada mencoba untuk berbuat antara manusia yang satu dengan yang
yang terbaik. Dengan intensitas lainnya. Nilai-nilai karakter yang
mengunjing yang tinggi dapat tergambar dalam tembang mijil jika
menimbulkan kebodohan karena disampaikan dan dilakukan oleh siapa
sibuk memikirkan orang lain dan pun, khususnya bagi remaja, lebih
lupa dengan diri sendiri. Filosofi tepatnya anak sekolah, akan tumbuh
tangan yang sedang menunjuk dapat karakter yang unggul dalam diri
dijadikan pelajaran bahwa jika mereka. Suatu keniscayaan juga bahwa
menunjuk seseorang, maka jari satu masyarakat dan para pelaku pendidikan
yang ke depan dan yang empat mampu menggali nilai-nilai budaya atau
menghadap ke belakang atau kearifan lokal untuk memberikan
menunjuk pada dirinya sendiri stimulus dalam pembelajaran dengan
dengan kata lain adalah intropeksi nuansa yang berbeda, tentunya
diri. menggunakan media yang menarik dan
Adapun penggunaan tembang menyenangkan.
mijil sebagai penunjang pendidikan
karakter secara aplikatif dapat DAFTAR PUSTAKA
disesuaikan dengan situasi dan kondisi Badan Pengembangan dan Pembinaan
dalam proses belajar-mengajar. Perlu Bahasa. (2016). Kamus Besar
dipahami bahwa yang dihadapi oleh Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
pengajar bukanlah robot, tetapi manusia Pengembangan dan Pembinaan
yang perlu dihargai atau diperhatikan Bahasa.
sisi kemanusiannya. Oleh sebab itu,
sudah selayaknya dalam proses belajar- Efendi, A. (2009). Mengenal Tembang
mengajar perlu adanya selingan atau Macapat. WIDYATAMA, 20(2),
suasana yang lain untuk menghindari 201--206.
kejenuhan. Memasukkan nilai-nilai
kearifan lokal, terutama nilai dalam Lickona, T. (2013). Pendidikan
tembang dapat menjadi satu alternatif. Karakter: Panduan Lengkap
Mendidik Siswa Menjadi Pintar
SIMPULAN dan Baik. (S. Lita, Ed.)
Pada dasarnya kajian pada (Terjemahan). Bandung: Nusa
penelitian ini merupakan perspektif Media.
peneliti dari sisi yang lain. Mengaitkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Munir, M. I. A. (2004). Tinjauan
tembang mijil dengan keadaan saat ini terhadap Metode Empirisme dan
dan dalam konteks pendidikan. Rasionalisme. Jurnal Filsafat,
Berdasarkan analisis larik tembang 14(3), 234--245.
macapat, khususnya tembang mijil, https://doi.org/https://doi.org/10.22

84
Tembang Macapat sebagai Penunjang Pendidikan Karakter
(Puji Anto, Tri Anita)

146/jf.31413 =HbYD1Jf1g-E

Nuratni, N. K. R., Artawan, G., & Rahman, F., & Anto, P. (2015). Analisis
Sutresna, I. B. (2014). “Kajian Lirik Lagu dan Aplikasinya dalam
Puisi Akrostik dengan Pendekatan Pembelajaran Gaya Bahasa serta
Parafrasa untuk Meningkatkan Puisi di Sekolah Dasar. Jurnal
Kemampuan Memahami Puisi Inovasi Pendidikan Dasar, 1(1), 9–
Siswa Kelas VII.C di SMP Negeri 14. Retrieved from
7 Singaraja.” Undiksha, 2(1), 1– http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/
11. Retrieved from jipd/article/view/8
https://ejournal.undiksha.ac.id/inde
x.php/JJPBS/article/view/3407 Sahlan, A., & Mulyana. (2012).
Pengaruh Islam terhadap
Pitaloka, D. (2017). Mijil Ludiro Pelog Perkembangan Budaya Jawa :
Pathet Barang. Jakarta: Tembang Macapat. El Harakah,
diahpitaloka publiser. Retrieved 14(1), 101–114.
from https://doi.org/10.18860/el.v0i0.
https://www.youtube.com/watch?v 2196

85

Anda mungkin juga menyukai