Laporan Praktikum Manajemen Ternak Poton
Laporan Praktikum Manajemen Ternak Poton
Manajemen Penggemukan Domba di Peternakan Sumber Makmur Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang
N2
Disusun oleh:
Kelompok VD
d. Curah hujan :104 mm/tahun d. Curah hujan ideal bagi d. – d. e. Suhu udara ideal untuk
ternak domba karena peternakan berkisar antara
tidak terlalu tinggi. 17oC-26oC, dengan curah hujan
245 mm/ tahun (Susilowati,
2007).
e. Suhu e. Suhu tersebut sudah e. –
- Siang : 26o C bagus untuk usaha
- Malam : 22o C peternakan domba.
g. Jarak dengan g. Jarak peternakan terlalu g. Sebaiknya kandang g. Letak kandang dibuat agak jauh
pemukiman penduduk : 1 meter dekat dengan dibuat dengan jarak dari tempat tinggal pribadi
pemukiman warga, yang lebih jauh dari dengan jarak minimal 10 m dari
sehingga dapat pemukiman warga, rumah (Mulyono dan Sarwono,
mengganggu minimal 10 m. 2005).
kenyamanan warga
sekitar.
i. Jarak dengan tempat i. Tempat dengan jarak i.- i. Transportasi sangat penting
pemasaran : 3 km pemasaran tidak jauh dalam suatu usaha peternakan
dan tidak dekat (mudah untuk memudahkan pemasaran
dijangkau) dalam jumlah yang besar,
penyediaan bakalan dan bibit
ternak, serta pakan yang
bagus(Chambers and Grandin,
2001).
2. Identitas/Organisasi Peternakan
a. Nama Peternakan : Sumber Makmur a. Nama peternakan a. – a. –
memiliki arti yang baik
bagi kemajuan usaha
peternakan domba
milik Bapak Subandi.
e. Perijinan :- e. –
e. Pendirian usaha tanpa e. Seharusnya saat
perijinan kurang baik mendirikan suatu
karena dapat berakibat usaha dilengkapi
pencabutan usaha. dengan perijinan
resmi sehingga usaha
tersebut sudah diakui
secara hukum oleh
pemerintah.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
f. Modal awal : Rp 155.000.000,- f. Modal sesuai untuk f. – f. Modal pembibitan untuk
mengawali usaha dalam membeli pakan yang tidak
berternak. dikeluarkan dalam jumlah besar
pada awal pemeliharaan (Hadi
dan Ilham, 2002).
g. Jumlah ternak awal : 144 ekor (100 g. Jumlah sesuai untuk g. – g. –
ekor digemukkan mengawali usaha.
dan 44 ekor
indukan)
f. Jumlah pemberian f. – f. –
pakan :3 kg/hari f. Pemberian pakan
terlalu sedikit
g. Cara pemberian : pagi dan sore
g. – g. –
g. Pakan diberikan pada
waktu pagi dan sore.
h. Frekuensi h. – h. –
pemberian : 2 kali h. Pakan diberikan
i. Sisa pakan :- sebanyak 2 kali sehari. i. – i. –
i. Tidak terdapat sisa
pakan.
j. Jumlah pemberian j. – j. Pemberian air minum secara
air minum : adlibitum j. Pemberian air secara addlibitum pada domba yang
addlibitum sudah baik digemukkan (Budiman, 2006).
karena dengan
pemberian addlibitum
ternak tidak akan
kekurangan air.
k. Sisa air minum :- k. – k. –
k. Tidak air yang tersisa
dari jumlah
pemberian.
7 Manajemen Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit:
a. Jenis Penyakit : kembung a. Ternak domba sering a. Peternak harusnya a. –
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
terjadi kembung karena memberikan hijauan
pakan hijauan yang yang berumur tidak
setelah panen langsung terlalu muda, karena
diberikan. hijauan muda
mengandung kadar
air yang masih tinggi
b. Gejala Penyakit : perut ternak b. Gejala kembung ini b. Peternak harus b. Gejala yang muncul pada
menjadi besar ditandai oleh mengenali gejala- domba yang kembung yaitu
membesarnya perut gejala penyakit membesarnya lambung sebelah
ternak, dan apabila seperti dalam hal ini kiri dan bil ditepak-tepak akan
ditepuk akan contohnya kembung, mengeluarkan bunyi seperti
menghasilkan suara agar segera dapat drum (Purbowati, 2009).
“bung-bung”. diatasi
c. Jumlah tenaga c. Jumlah tenaga kerja 2 c. Jumlah tenaga kerja c. Untuk menentukan jumlah
kerja : 2 orang orang untuk 70 ekor sebaiknya ditambah. tenaga kerja dibutuhkan data
sapi kurang efisien. mengenai sasaran pekerjaan
yang perlu dicapai secara total
dan kemampuan karyawan
emncapai sasaran (Istijanto,
2005). Menurut Rohani et al.
(2011) Penggunaan tenaga
kerja perlu memperhatikan
jumlah, sumber dan upah
tenaga kerja yang digunakan.
Jumlah tenaga kerja sebaiknya
disesuaikan dengan skala usaha
karena akan berdampak pada
biaya produksi yang akan
dikeluarkan.
d. Tugas dan d. Selain pencari rumput, d. Selain pencari d. Jumlah tenaga kerja harus
wewenang tenaga sebaiknya peternak rumput, peternak bisa disesuaikan dengan jenis
kerja : mencari rumput menambah pekerja lagi mencari pekerja lagi kegiatan yang ada dalam usaha
untuk membantu tugas misal untuk
yang lain agar tidak membantu sanitasi
terlalu berat. atau pembuatan
pupuk.
f. Gaji pekerja : Rp 30.000/hari f. Menurut referensi f. Sebaiknya gaji f. UMR kabupaten Semarang Rp
diperoleh pendapatan pekerja ditambah Rp 1.423.500,-/bulan untuk 8 jam
dalam sebesar Rp 1.843,- agar kerja per hari dan 26 hari kerja.
6.843,75/jam, pendapatan yang
sedangkan gaji tenaga diterima setara
kerja kandang Bapak dengan UMR.
Subandi diproleh
sebesar Rp 5.000,-/jam.
Gaji yang diberikan
pada pekerja kurang
dari upah minimum.
10 Manajemen Pemasaran
a. Bentuk produk a. Penjualan ternak dalam a. – a. –
yang dipasarkan : ternak hidup produk ternak hidup
sudak baik karena
peternakan ini menjual
ternaknya untuk acara-
acara tertentu seperti
idul adha.
b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b. – b. Jarak yang dekat antara
langsung di pasar hewan sudah kandang dengan pasar akan
peternakan baik karena disana mengurangi faktor penyusutan
banyak pembeli datang bobot badan selama perjalanan
yang ingin membeli karena mengalami cekaman
ternak serta lokasi (stress) (Purbowati, 2009).
pemasaran yang dekat
sehingga tidak
berpengaru terhadap
ternak.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
c. – c. –
c. Cara pemasaran : melalui belantik c. Tempat pemasaran
sudah baik karena
tergolong dekat dengan
kandang sehingga
dapat mengurangi
faktor penyusutan
bobot badan selama
perjalanan karena
mengalami cekaman
(stress).
d. – d. –
d. Kesulitan d. Tidak ditemui
pemasaran :- kesulitan saat
pemasaran karena
Bapak Subandi
menjualnya di pasar
hewan atau terkadang
pembeli sendiri yang
datang ke lokasi
peternakan.
e. Alat pemasaran : pick up e. Pemasaran produk e. Mobil pick up yang e. Pemasaran merupakan
dengan menggunakan digunakan harus penentu keberhasilan usaha
mobil pick up sudah dalam kondisi baik penggemukan domba,
baik karena lebih agar tidak terjadi hal- transportasi dari lokasi
efisien dalam hal yang tidak peternakan ke daerah
pengangkutan hewan. diinginkan selama pemasaran hendaknya baik
dalam perjalanan. terkait dengan faktor jarak dan
infrastruktur untuk
mendukung kelancaran haasil
panen ke pasar. Jarak yang
dekat antara kandang dengan
pasar akan mengurangi faktor
penyusutan bobot badan
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
selama perjalanan karena
mengalami cekaman (stress)
(Purbowati, 2009).
Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang
besar, penyediaan bakalan dan
bibit ternak, serta pakan yang
bagus (Chambers and
Grandin, 2001).
11 Analisis Usaha
a. Laba : Rp 91.320.000 per a. Laba yang diperoleh a. – a. Laba merupakan hasil
periode/12 bulan per periode sudah pengurangan antara biaya
bagus, sehingga produksi dan penerimaan
peternakan ini tidak (Pakage, 2008).
rugi.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
b. B/C : 0,97 b. Nilai B/C yang b. Agar pengembalian b. Semakin tinggi nilai B/C
diperoleh sebesar 0,97 lebih besar sebaiknya maka usaha yang dijalani
menunjukkan usaha domba dipasarkan semakin efisien(Soekartawi,
yang dijalani sudah lebih jauh lagi 2003).
efisien karena untuk sehingga
setiap Rp 100,- yang pengembalian biaya
dikeluarkan dalam akan jadi lebih besar.
awal kegiatan usaha
peternakan domba
akan diperoleh
penerimaan sebesar
Rp. 0,97,-
c. BEP unit dan harga c. Nilai BEP unit sebesar c. – c. BEP diatas nilai nol
- Unit : 51 51 dan BEP harga menunjukkan usaha tersebut
- Harga : Rp 93.680.000,- sebesar Rp 93.680.000 menguntungkan (Misniwati,
mengindikasikan 2004).
bahwa usaha tersebut
d. ROI : 53,8 % sudah menguntungkan. d. – d. Return on Investment (ROI)
adalah salah satu bentuk dari
d. Nilai ROI yaitu 53,8 % rasio profitabilitas yang
menunjukkan usaha dimaksudkan untuk dapat
penggemukkan domba mengukur kemampuan
yangdijalankanmengha perusahaan dengan
silkan pendapatan yang keseluruhan dana yang
setara bunga bank 39% ditanamkan dalam aktiva yang
selama 12 bulan. digunakan untuk operasi
perusahaan agar menghasilkan
keuntungan (Sonia et al, 2014).
12 Evaluasi Usaha
a. Frekuensi a. Usaha ternak domba a. Pengelolaan ternak a. –
pemantauan milik Bapak Subandi domba milik Bapak
usaha yaitu usaha peternakan Subandi seharusnya
: setiap hari masih dilakukan memberi pakan
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
dengan cara tradisional dengan campuran
seperti pemberian ransum agar
pakan, pengelolaannya, kebutuhan nutrisi
dan cara penanganan yang dibutuhkan
penyakitnya. domba dapat
terpenuhi dan dapat
memberi pakan
seefisien mungkin.
b. Kendala : kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai b. Bapak Subandi b. Jalan alternatif untuk
hijauan ketika pada peternakan seharusnya memiliki mencegah kekurangan pakan
musim kemarau domba milik Bapak manajemen pakan saat musim kemarau dapat
tiba. Subandi yaitu pada saat seperti pengolahan dilakukan dengan membuat
musim kemarau hijauan kering (hay) hijauan kering (hay),
hijauan agak sulit sehingga pada saat penambahan urea (amoniasi),
untuk dicari sehingga musim kemarau tidak dan awetan hijauan (silase)
perlu usaha yang lebih kekurangan pakan. (Hanafi, 2008).
keras untuk
mendapatkan hijauan,
karena domba hanya
diberi pakan hijauan
tanpa diberi ransum.
c. Tindakan yang c. Bapak Subandi dalam c. Bapak Subandi c. Pemasaran adalah penentu
dilakukan bila menjalankan harusnya memiliki keberhasilan dari suatu usaha
rugi : ternak akan dijual peternakan domba ini tempat pemasaran penggemuka domba. Sehingga
untuk menutup yaitu hanya dipasarkan yang tetap sehingga lokasi peternakan harus
kerugian apabila membutuhkan domba dapat memiliki lokasi dengan tempat
uang dan ada pembeli dipasarkan pada pemasaran yang baik
yang datang langsung konsumen dengan (Purbowati, 2009).
ke peternak. sehingga lebih mudah.
peternakan domba ini
bukanlah untuk
penghasilan utama
melainkan untuk
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
tambahan uang saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi
potong yang terintegrasi dengan padi.
Ali, U., Sumartono, N. Humaidah. 2012. Pembinaan masyarakat tani peternak kambing dan domba di desa Aumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Jurnal Dedikasi, Vol. 9 Hal: 60-66.
Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. . Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.
Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertaanian. Hal.1-5.
Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.
Dhalika, T., E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai ransum lengkap mngandung berbagai taraf hay pucuk tebu (Sccharum
offcinarum) pada domba jantan yang digemukkan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 10 (2) Hal: 79-84.
Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu PeternakanVol. 3
(2)Hal: 51 – 57.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perhitungan BK pakan
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
berat setelah oven-berat loyang
BK = x 100%
sampel
21,621-18,645
Bk pakan rumput lapangan 1 = x 100%
10,056
= 29,59 %
43,677-40,735
BK pakan rumput lapangan 2 = x 100%
10,038
= 29,31 %
29,59 %+ 29,31 %
BK rata-rata pakan = 2
=29,45 %
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 2. Kebutuhan BK, TDN dan PK
Bobot Badan (kg) Pertambahan Bobot Badan (gr) Kebutuhan BK (kg) Kebutuhan TDN (kg) Kebutuhan PK (kg)
33 X Y Z
21 33 A B C
33 D E F
Kebutuhan BK
25-20 0,7392-0,626
=
22,5-20 A-0,626
5 0,1132
= A-0,626
2,5
0,283 = 5A-3,13
5A = 3,413
A = 0,6826
Kebutuhan TDN
Kebutuhan PK
50-25 0,059-0,052
=
33-25 Z-0,052
25 0,007
= Z-0,052
8
0,056 = 25Z-1,3
25Z = 1,356
Z = 0,054
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
25-20 0,064-0,054
=
22,5-20 C-0,054
5 0,01
= C-0,054
2,5
0,025 = 5C-0,27
5C = 0,295
C = 0,059
Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
Keterangan :
Evaluasi (+) : Konsumsi BK dan TDN sudah baik karena sudah memenuhi kebutuhan
Efisiensi Pakan
PBBH = 0,033 kg
Feed Cost Per Gain = (tidak terdapat biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan hijauan)
= 0 rupiah/ kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp. 0/kg.
Lampiran 6. Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
2 Bakalan 70.000.000
3 Peralatan 5.000.000
Total 150.000.000
Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
Total 19.730.000
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
Total 73.950.000
Lampiran 6. (lanjutan)
Total 185.000.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 93.680.000 = Rp 91.320.000 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)
93.680.000 93.680.000
BEPq= = 51 Ekor BEPq= = Rp 936.800.-
1.850.000 100
B/C
Total Benefit
B/C =
Total Cost
91.320.000
=
93.680.000
= 0,97
87.005.700
= X 100%
167.730.000
= 53,8
Tugas Koreksi
Bobot Badan (Kg) PBBH (Kg) Kebutuhan BK (Kg) Kebutuhan TDN (Kg) Kebutuhan PK (Kg)
21 0,033 0,6826 0,3492 0,059
Pakan BK PK TDN
Bobot Badan 21 kg
0,059 0,3492
= x 100 % = x 100 %
0,6826 0,6826
= 8,64 % = 51,16 %
Penyusunan Ransum
Kebutuhan PK dalam BK
8,64
= 48,61% = 51,38%
48,61 2,34 56
Rumput Lapangan = x 0,6826 rumput lapangan = x 0,3318 rumput lapangan = x 0,3318
100 100 100
51,38 14,6 47
Kulit Buah Kakao = x 0,6826 Kulit Buah Kakao = x 0,3507 Kulit Buah Kakao = x 0,3507
100 100 100
100
Rumput Lapangan = 0,3318 x = 1,102 kg 1,102 x 0 = RP 0.-
30,1
100
Kulit Buah Kakao = 0,3507 x = 0,394 kg 0,394 x Rp 300,- = Rp 118,2.-
88,9
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
Efisiensi Pakan
PBBH = 0,033 kg
(harga R. lapangan x konsumsi R. Lapangan) + (harga kulit buah kakao x harga kulit buah kakao)
Feed Cost Per Gain =
PBBH
0 + 118,2
=
0,033
= 3581,81/kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp 3581,81,-/kg
Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pembuatan kandang 15.000.000
2 Bakalan 70.000.000
3 Peralatan 5.000.000
4 Mobil (Pick up) 60.000.000
Total 150.000.000
Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pakan Rp 118,2 x 100 365 4.314.300
2 Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan 14.400.000
3 Listrik Rp 40.000 x 12 480.000
4 Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun 50.000
5 Transportasi 100.000 x 4 x 12 4.800.000
Total 24.044.300
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 97.994.300 = Rp 87.005.700 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)
97.994.300 97.994.300
BEPq= = 53 Eko𝐫 BEPq= = Rp 979.943.-
1.850.000 100
B/C
Total Benefit
B/C =
Total Cost
87.005.700
=
97.994.300
= 0,89
87.005.700
= X 100%
194.004.300
= 50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga