Anda di halaman 1dari 47

EVALUASI PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

Manajemen Penggemukan Domba di Peternakan Sumber Makmur Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang

N2

Disusun oleh:
Kelompok VD

Farid Afrizal 23010112130210


M. Yusuf Eko S. 23010112130185
Tri Budi Yudawan 23010112140212
Meriana Prasetyo 23010112130219
Siti Zamhariroh 23010112130202

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI


1. Lokasi Peternakan
a. Alamat: : Dusun a. Alamat sesuai tata letak a. – a. –
Mendongan geografis yang sesuai
Kecamatan untuk ternak domba.
Sumowono
Kabupaten
Semarang

b. Kemudahan dijangkau : mudah b. Prasarana mudah b. – b. –


untuk di jangkau.
c. Ketinggian dari
permukaan laut : 400 mdpl c. Daerah dengan c. – c. Keadaan ketinggian topografi
ketinggian 400 m dari mempengaruhi temperatur,
permukaan laut curah hujan, kelembaban
memiliki kelembaban lingkungan, dan dapat
dan suhu yang sesuai mempengaruhi ketersediaan air
untuk ternak domba disuatu lokasi dan kemudahan
transportasi (Abidin, 2008).

d. Curah hujan :104 mm/tahun d. Curah hujan ideal bagi d. – d. e. Suhu udara ideal untuk
ternak domba karena peternakan berkisar antara
tidak terlalu tinggi. 17oC-26oC, dengan curah hujan
245 mm/ tahun (Susilowati,
2007).
e. Suhu e. Suhu tersebut sudah e. –
- Siang : 26o C bagus untuk usaha
- Malam : 22o C peternakan domba.

f. Kelembaban: f. Suhu tersebut sudah f. – f. Kelembaban yangdibutuhkan


- Siang : 70% sesuai dengan oleh domba untuk tumbuh
- Malam : 80% kenyamanan domba. adalah 60 % - 80 % (Sodiq,
2008).
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

g. Jarak dengan g. Jarak peternakan terlalu g. Sebaiknya kandang g. Letak kandang dibuat agak jauh
pemukiman penduduk : 1 meter dekat dengan dibuat dengan jarak dari tempat tinggal pribadi
pemukiman warga, yang lebih jauh dari dengan jarak minimal 10 m dari
sehingga dapat pemukiman warga, rumah (Mulyono dan Sarwono,
mengganggu minimal 10 m. 2005).
kenyamanan warga
sekitar.

h. Jarak dengan tempat h. Jarak tempat pembelian h. – h.-


pembelian bakalan : 3 km bakalan dekat sehingga
mempermudah dalam
pembelian pakan.

i. Jarak dengan tempat i. Tempat dengan jarak i.- i. Transportasi sangat penting
pemasaran : 3 km pemasaran tidak jauh dalam suatu usaha peternakan
dan tidak dekat (mudah untuk memudahkan pemasaran
dijangkau) dalam jumlah yang besar,
penyediaan bakalan dan bibit
ternak, serta pakan yang
bagus(Chambers and Grandin,
2001).
2. Identitas/Organisasi Peternakan
a. Nama Peternakan : Sumber Makmur a. Nama peternakan a. – a. –
memiliki arti yang baik
bagi kemajuan usaha
peternakan domba
milik Bapak Subandi.

b. Nama Pemilik : Bapak Subandi b. Nama Pemilik Bapak b. – b. –


Subandi.

c. Tahun berdirinya c. Usaha peternakan c. – c. –


peternakan : 2010 Bapak Subandi sudah
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
berjalan selama 4
tahun.

d. Latar belakang d. – d. Sebelum beternak domba perlu


berdirinya peternakan : Bapak Subandi d. Gelar sarjana persiapan beternak dari
lulusan dari S-1 peternakan yang kandang ,sistem penggemukan
Peternakan dimiliki Bapak Subandi hasil panen,pascapanen dan
Undaris ingin telah dimanfaatkan pemasaran dan penanganan
memanfaatkan dengan baik dengan penyakit dan pengendalian
ilmu yang mendirikan usaha hama dana analis usaha yang
dimiliki dengan peternakan domba. perlu di gunakan (Harianto,
beternak domba. 2012).
Awalnya warisan
yang dimiliki Pak
Subandi masih
kurang untuk
mendirikan usaha,
kemudian Bapak
Subandi
mengajukan
proposal kepada
pemerintah untuk
pendirian usaha
ternak domba ini.

e. Perijinan :- e. –
e. Pendirian usaha tanpa e. Seharusnya saat
perijinan kurang baik mendirikan suatu
karena dapat berakibat usaha dilengkapi
pencabutan usaha. dengan perijinan
resmi sehingga usaha
tersebut sudah diakui
secara hukum oleh
pemerintah.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
f. Modal awal : Rp 155.000.000,- f. Modal sesuai untuk f. – f. Modal pembibitan untuk
mengawali usaha dalam membeli pakan yang tidak
berternak. dikeluarkan dalam jumlah besar
pada awal pemeliharaan (Hadi
dan Ilham, 2002).
g. Jumlah ternak awal : 144 ekor (100 g. Jumlah sesuai untuk g. – g. –
ekor digemukkan mengawali usaha.
dan 44 ekor
indukan)

h. Jumlah ternak h. Jumlah menurun karena h. Sebaiknya dalam h. –


sekarang : 44 ekor kurangnya menjalankan usaha
kontinyuitasusaha. ternak domba
peternak lebih fokus
menggembangkan
usaha tersebut agar
bisa optimal.
3. Manajemen Perkandangan
a. Luas lahan a. Lahan untuk kadang a. – a. –
peternakan : 160 m2 sudah cukup untuk
jumlah ternak.

b. Lay out b. Ventilasi untuk b. Ventilasi kandang b. –


perkandangan : (lampiran) kandang sangat kurang. perlu ditambah agar
tidak sirkulasi udara
dalam kandang lebih
lancar.
c. –
c. Jenis bangunan c. Kandang dibuat dari c. Perlu peremajaan
yang ada di kayu bambu agar lebih atau perbaikan
perkandangan dan ekonomis kandang bila ada
jaraknya : Terbuat dari kayu modal untuk
dan bambu mengembangkan
skala peternakan.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
d. Model kandang : Kandang Pangung d. Kandang panggung d. – d. Kandang panggung memiliki
lebih mempermudah lantai bercelah yang berfungsi
dalam membersihkan memudahkan pengumpulan
feses dan menampung kotoran dan pembersihan
urin. kandang (Sarwono, 2012).

e. Konstruksi e. Semua bahan yang e. – e. –


kandang: digunakan sangat
- Kerangka : kayu tradisional.
- Atap : genting
- Dinding : kayu
- Lantai : bambu

f. Jumlah kandang : satu f. Kandang yang dimiliki f. – f. –


Bapak Subandi ada 1,
namun di dalam
kandang sudah ada
penempatan kandang
sesuai dengan kondisi
fisiologis ternak.

g. Jenis dan luas g. Luas kandang sudah g. – g. –


masing-masing baik karena dapat
kandang : Kandang kayu 20 memenuhi kebutuhn
m x 8 m (160 ternak seperti untuk
m2 ) pemeliharaan.

h. Kapasitas kandang : 160 ekor h. Kapasitas andang h. – h. –


mampu menampung
sebanyak 160 ekor
ternak domba. Hal ini
sudah baik karena
ternak yang dipelihara
ada 144 ekor domba.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

i. Peralatan kandang : ember, cangkul, i. Peralatan yang terdapat i. – i. –


sapu pada kandang sudah
memenuhi untuk
sanitasi kandang.
j. –
j. Biaya pembuatan j. Kandang yang j. Jika dalam suatu unit kandang
kandang dan dibangun untuk ternak dipelihara sejumlah ternak
peralatan : 15 juta domba dari bahan dengan status fisiologis yang
kayudengan biaya berbeda-beda, maka harus
kandang yang ditempatkan sesuai status
dikeluarkan oleh fisiologisnya dengan cara
Bapak Subandi yaitu menyekat beberapa ruang
sebesar Rp kandang (Rismayanti, 2010).
15.000.000,-.
k. Cara penempatan k. –
ternak dalam k. Penempatan ternak
kandang : Ternak domba sudah baik karena
digolongkan sudah digolongkan
berdasarkan menurut kebutuhan
domba yang fisiologis dan biologis.
dikawinkan,
anak domba dan
induknya, dan
anak domba
yang lepas sapih
4 Manajemen Pemeliharaan
a. Sistem a. Pemeliharaan intensif a. Perlu manajemen a. Perawatan domba yang lebih
pemeliharaan : intensif cocok untuk usaha pemeliharaan yang baik akan menghasilkan
peternakan yang terpadu, supaya produktivitas yang optimal
lahannya terbatas. dengan pasti kapan (Rismayanti, 2010).
ternaknya akan dijual.

b. Lama b. Lama pemeliharaan b. Untuk hasil lebih b. –


pemeliharaan : 6-12 bulan terngantung situasi optimal, perlu
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
pasar dan keuangan perawatan khusus
peternak, apabila pada tiap fase
harganya bagus atau fisiologis ternak
peternak sedang butuh dengan
uang, maka ternak baru memperhatikan
dijual. efisien tidaknya
perawatan yang akan
dilakukan.

c. Jenis-jenis c. Perawatan fisiologis c. Untuk hasil lebih c. Setelah memastikan bahwa


perawatan yang pada domba induk optimal, perlu induk telah bunting, maka
dilakukan bunting dipisahkan dari perawatan khusus pejantan disarankan
terhadap ternak pejantan agar tidak pada tiap fase dikeluarkan dari kandang
sesuai dengan terganggu, untuk induk fisiologis ternak induk. Pejantan yang terus
status partus danpasca partus dengan bercampur dengan induk dapat
fisiologisnya : ada di pisahkan ke tempat memperhatikan mengalami penurunan libido
terpisah agar mudah efisien tidaknya atau agresivitas terhadap betina
dalam melahirkan dan perawatan yang akan estrus (Ginting, 2009).
menyusui anaknya, dilakukan.
sedangkan anak lepas
sapih dipisahkan dari
induknya ke flock yang
lain.
5 Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan
a. Kriteria Pemilihan a. Bapak Subandi a. Pemilihan bakalan a. Pemilihan bakalan dapat dilihat
ternak : sehat, lincah, memilih bakalan domba untuk dari tingkat pertumbuhan dan
mata bersinar, domba untuk penggemukan harus produksinya, selain itu dapat
kulit halus digemukkan sudah baik melihat beberapa dilihat dari mutu genetik yang
dengan syarat domba kriteria seperti gen dimiliki domba (Sodiq dan
yang sehat, lincah, kulit yang dimiliki, Abidin, 2008).
bersih dan halus, dan kesehatan ternak,
mata bersinar. pertumbuhan berat
badan ternak.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

b. Bangsa ternak : domba ekor b. – b. –


gemuk b. Pemilihan bangsa
ternak untuk
penggemukan domba
yaitu ekor gemuk.
c. Asal ternak : Sumowono c. – c. –
c. Asal ternak tersebut
dari Sumowono karena
di Sumowono terdapat
peternak yang
menyediakan bakalan.

d. Umur : 7 bulan d. – d. e. Pemilihan bakalan yaitu


d. Umur bakalan yang ternak harus sehat, memiliki
dipilih oleh Bapak bobot 15-20 kg, dan berumur
Subandi yaitu 7 bulan kurang dari satu tahun
dengan bobot badan 15 (Setiawan, 2011).
kg dan harga bakalan
Rp 700.000,-
e. BB awal : 15 kg e. –
e. Bobot badan awal
bakalan domba sudah
baik yaitu 15 kg yang
berarti bakalan
berumur kurang dari 1
tahun, karena pada
umur dibawah 1 tahun
ternak dapat tumbuh
secara optimal.
f. Harga ternak hidup : Rp 700.000,- f. – f. –
f. Bakalan dengan harga
Rp 700.000,- sudah
termasuk harga yang
normal.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
6 Manajemen Pakan
a. Jenis pakan : rumput lapang a. Manajemen pakan a. Seharusnya pakan a. Usaha ternak domba dengan
kurang baik karena domba diberi tujuan penggemukan
Bapak Subandi hanya campuran dengan berpangkal pada pemberian
menggunakan hijauan ransum agar dapat pakan yang memadai seperti
sebagai pakan domba. memenuhi kebutuhan pemberian ransum (Sudarmono
nutrisi domba. dan Sugeng, 2011).

b. Harga pakan :- b. Bapak Subandi tidak b. – b. –


memiliki pengeluaran
untuk pakan.

c. Asal pakan : lahan sendiri c. Pakan dari lahan c. – c. –


sendiri.

d. Kandungan nutrisi d. Kandungan pakan yang d. Penggunaan ransum d. –


pakan: diberikan masih dibutuhkan untuk
- PK : 2,35% kurang, hal ini terlihat menutupi kekuragan
- SK :3,6% pada kandungan PK PK.
- Mineral :0,3% dan TDN yang
- TDN :56% dikonsumsi yaitu
0,02076 kgBS dan
0,49476 kgBS yang
seharusnya domba
dengan berat 21 kg
membutuhkan PK dan
TDN yaitu 0,0952
kgBS dan 0,3066 kgBS.
e. Ketersediaan pakan : selalu ada e. Agar tidak e. Pemberian ransum lengkap
e. Ketersediaan pakan kekurangan pakan sangat baik karena partikel
sudah bagus karena pada saat musim makanan yang dikonsumsi oleh
selalu ada walaupun kemarau dapat domba dalam kondisi nutrisi
pada musim kemarau melakukan yang seimbang sehingga
pakan agak sulit untuk pengolahan hijauan kebutuhan PK dan TDN
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
dicari. seperti dikeringkan tercukupi (Dhalika et al, 2010).
(hay) dan silase. Jalan alternatif untuk mencegah
kekurangan pakan saat musim
kemarau dapat dilakuakan
dengan membuat hijauan
kering (hay), penambahan urea
(amoniasi), dan awetan hijauan
(silase) (Hanafi, 2008).

f. Jumlah pemberian f. – f. –
pakan :3 kg/hari f. Pemberian pakan
terlalu sedikit
g. Cara pemberian : pagi dan sore
g. – g. –
g. Pakan diberikan pada
waktu pagi dan sore.
h. Frekuensi h. – h. –
pemberian : 2 kali h. Pakan diberikan
i. Sisa pakan :- sebanyak 2 kali sehari. i. – i. –
i. Tidak terdapat sisa
pakan.
j. Jumlah pemberian j. – j. Pemberian air minum secara
air minum : adlibitum j. Pemberian air secara addlibitum pada domba yang
addlibitum sudah baik digemukkan (Budiman, 2006).
karena dengan
pemberian addlibitum
ternak tidak akan
kekurangan air.
k. Sisa air minum :- k. – k. –
k. Tidak air yang tersisa
dari jumlah
pemberian.
7 Manajemen Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit:
a. Jenis Penyakit : kembung a. Ternak domba sering a. Peternak harusnya a. –
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
terjadi kembung karena memberikan hijauan
pakan hijauan yang yang berumur tidak
setelah panen langsung terlalu muda, karena
diberikan. hijauan muda
mengandung kadar
air yang masih tinggi

b. Gejala Penyakit : perut ternak b. Gejala kembung ini b. Peternak harus b. Gejala yang muncul pada
menjadi besar ditandai oleh mengenali gejala- domba yang kembung yaitu
membesarnya perut gejala penyakit membesarnya lambung sebelah
ternak, dan apabila seperti dalam hal ini kiri dan bil ditepak-tepak akan
ditepuk akan contohnya kembung, mengeluarkan bunyi seperti
menghasilkan suara agar segera dapat drum (Purbowati, 2009).
“bung-bung”. diatasi

c. Penanganan : diberi pakan c. Cara penanganan c. c. Kembung pada domba diatasi


rumput yang ternak yaitu peternak dengan antibiotik seperti
tidak terlalu muda hanya memberikan penicillin, atau jika sudah kritis
pakan yang berupa diobati dengan menusukkan
hijauan. jarum ke bagian perut yang
kembung (Iarianto, 2012).
8 Manajemen Pengolahan Limbah
a. Jenis limbah : padat dan cair a. Ternak menghasilkan a. Limbah cair yang a. –
produk akhir atau yang berupa urin dan
disebut limbah. limbah padat berupa
Limbah yang feses memang
dihasilkan ternak yaitu seharusnya diolah
limbah cair yang sehingga tidak
berupa urin dan limbah menimbulkan polusi.
padat yang berupa Pengolahan limbah
feses. padat dapat dijadikan
pupuk sedangkan
limbah cair dapat
diolah dengan
fermentasi.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

b. Penanganan b. – b. Pengolahan limbah ternak yaitu


limbah : pengolahan b. Penangan limbah pada pengolahan kotoran hewan
limbah padat dan peternakan domba feses dan urin menjadi biogas,
cair milik Bapak Subandi pupuk cair, dan pupuk kandang
sudah baik. (Abdullah et al, 2012). Limbah
feses juga dapat digunakan
untuk memupuk tanah (Ali et
al, 2012).

c. Cara pengolahan : Limbah cair c. – c. –


berupa urin c. Pengolahan limbah
diolah dengan padat digunakan
cara fermentasi sebagai pupuk pada
lahannya dan limbah
cair diolah dengan
fermentasi
d. Waktu pengolahan : 1 bulan d. – d. –
d. Limbah cair yang
berupa urin diolah
dengan cara fermentasi
yang diperam selama 1
bulan.

9 Manajemen Tenaga Kerja


a. Kriteria a. Kriteria untuk a. Kriteria untuk tenaga a. Demi mendapatkan tenaga
penerimaan penerimaan tenaga kerja sebaiknya kerja yang baik haruslah
tenaga kerja : warga setempat, kerja kurang spesifik. ditambah dengan memiliki syarat-syarat seperti
sehat pengetahuan orang mengetahui kejujuran,
tersebut tentang memiliki keahlian, dan pekerja
usaha peternakan. keras (Wibowo, 2008).

b. Jenis kelamin, b. Pemilihan tenaga kerja b. – b. Beberapa faktor yang perlu


umur, pendidikan : laki-laki, 38 yang dipilih sudah baik diperhatikan dalam proses
tahun, SMA yaitu berjenis kelamin seleksi tenaga kerja antara lain
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
laki-laki dengan umur pendidikan, pengalaman,
yang relatif masih keterampilan, kondisi fisik dan
muda agar dapat jenis kelamin (Abidin, 2008).
melakukan pekerjaan
seperti mencari rumput
lapang.

c. Jumlah tenaga c. Jumlah tenaga kerja 2 c. Jumlah tenaga kerja c. Untuk menentukan jumlah
kerja : 2 orang orang untuk 70 ekor sebaiknya ditambah. tenaga kerja dibutuhkan data
sapi kurang efisien. mengenai sasaran pekerjaan
yang perlu dicapai secara total
dan kemampuan karyawan
emncapai sasaran (Istijanto,
2005). Menurut Rohani et al.
(2011) Penggunaan tenaga
kerja perlu memperhatikan
jumlah, sumber dan upah
tenaga kerja yang digunakan.
Jumlah tenaga kerja sebaiknya
disesuaikan dengan skala usaha
karena akan berdampak pada
biaya produksi yang akan
dikeluarkan.

d. Tugas dan d. Selain pencari rumput, d. Selain pencari d. Jumlah tenaga kerja harus
wewenang tenaga sebaiknya peternak rumput, peternak bisa disesuaikan dengan jenis
kerja : mencari rumput menambah pekerja lagi mencari pekerja lagi kegiatan yang ada dalam usaha
untuk membantu tugas misal untuk
yang lain agar tidak membantu sanitasi
terlalu berat. atau pembuatan
pupuk.

e. Jadwal kerja : pukul 08.00-16.00 e. Penggunaan waktu jam e. – e. –


No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
(waktu istrahat kerja sudah baik karena
pukul 11.00-13.00), tenaga kerja hanya
6 jam waktu kerja. memiliki tugas untuk
mencari rumput.

f. Gaji pekerja : Rp 30.000/hari f. Menurut referensi f. Sebaiknya gaji f. UMR kabupaten Semarang Rp
diperoleh pendapatan pekerja ditambah Rp 1.423.500,-/bulan untuk 8 jam
dalam sebesar Rp 1.843,- agar kerja per hari dan 26 hari kerja.
6.843,75/jam, pendapatan yang
sedangkan gaji tenaga diterima setara
kerja kandang Bapak dengan UMR.
Subandi diproleh
sebesar Rp 5.000,-/jam.
Gaji yang diberikan
pada pekerja kurang
dari upah minimum.
10 Manajemen Pemasaran
a. Bentuk produk a. Penjualan ternak dalam a. – a. –
yang dipasarkan : ternak hidup produk ternak hidup
sudak baik karena
peternakan ini menjual
ternaknya untuk acara-
acara tertentu seperti
idul adha.

b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b. – b. Jarak yang dekat antara
langsung di pasar hewan sudah kandang dengan pasar akan
peternakan baik karena disana mengurangi faktor penyusutan
banyak pembeli datang bobot badan selama perjalanan
yang ingin membeli karena mengalami cekaman
ternak serta lokasi (stress) (Purbowati, 2009).
pemasaran yang dekat
sehingga tidak
berpengaru terhadap
ternak.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
c. – c. –
c. Cara pemasaran : melalui belantik c. Tempat pemasaran
sudah baik karena
tergolong dekat dengan
kandang sehingga
dapat mengurangi
faktor penyusutan
bobot badan selama
perjalanan karena
mengalami cekaman
(stress).
d. – d. –
d. Kesulitan d. Tidak ditemui
pemasaran :- kesulitan saat
pemasaran karena
Bapak Subandi
menjualnya di pasar
hewan atau terkadang
pembeli sendiri yang
datang ke lokasi
peternakan.

e. Alat pemasaran : pick up e. Pemasaran produk e. Mobil pick up yang e. Pemasaran merupakan
dengan menggunakan digunakan harus penentu keberhasilan usaha
mobil pick up sudah dalam kondisi baik penggemukan domba,
baik karena lebih agar tidak terjadi hal- transportasi dari lokasi
efisien dalam hal yang tidak peternakan ke daerah
pengangkutan hewan. diinginkan selama pemasaran hendaknya baik
dalam perjalanan. terkait dengan faktor jarak dan
infrastruktur untuk
mendukung kelancaran haasil
panen ke pasar. Jarak yang
dekat antara kandang dengan
pasar akan mengurangi faktor
penyusutan bobot badan
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
selama perjalanan karena
mengalami cekaman (stress)
(Purbowati, 2009).
Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang
besar, penyediaan bakalan dan
bibit ternak, serta pakan yang
bagus (Chambers and
Grandin, 2001).

f. Waktu pemasaran : apabila diperlukan f. Alat transportasi yang f. – f. –


dana maka ternak digunakan berupa
akan dijual mobil pick up sudah
sudah baik.

g. Harga jual : Rp 1.500.000 pada g. Harga pada hari-hari g. – g. –


hari biasa biasa dapat meningkat
sedangkan Rp hingga 25% saat idul
2.000.000 pada adha dari harga di hari
saat idul adha biasa. Hal ini sudah
berupa bobot baik karena peternak
hidup dengan dapat mendapatkan
bobot 21 kg. untung yang berkali
lipat saat idul adha.

11 Analisis Usaha
a. Laba : Rp 91.320.000 per a. Laba yang diperoleh a. – a. Laba merupakan hasil
periode/12 bulan per periode sudah pengurangan antara biaya
bagus, sehingga produksi dan penerimaan
peternakan ini tidak (Pakage, 2008).
rugi.
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
b. B/C : 0,97 b. Nilai B/C yang b. Agar pengembalian b. Semakin tinggi nilai B/C
diperoleh sebesar 0,97 lebih besar sebaiknya maka usaha yang dijalani
menunjukkan usaha domba dipasarkan semakin efisien(Soekartawi,
yang dijalani sudah lebih jauh lagi 2003).
efisien karena untuk sehingga
setiap Rp 100,- yang pengembalian biaya
dikeluarkan dalam akan jadi lebih besar.
awal kegiatan usaha
peternakan domba
akan diperoleh
penerimaan sebesar
Rp. 0,97,-

c. BEP unit dan harga c. Nilai BEP unit sebesar c. – c. BEP diatas nilai nol
- Unit : 51 51 dan BEP harga menunjukkan usaha tersebut
- Harga : Rp 93.680.000,- sebesar Rp 93.680.000 menguntungkan (Misniwati,
mengindikasikan 2004).
bahwa usaha tersebut
d. ROI : 53,8 % sudah menguntungkan. d. – d. Return on Investment (ROI)
adalah salah satu bentuk dari
d. Nilai ROI yaitu 53,8 % rasio profitabilitas yang
menunjukkan usaha dimaksudkan untuk dapat
penggemukkan domba mengukur kemampuan
yangdijalankanmengha perusahaan dengan
silkan pendapatan yang keseluruhan dana yang
setara bunga bank 39% ditanamkan dalam aktiva yang
selama 12 bulan. digunakan untuk operasi
perusahaan agar menghasilkan
keuntungan (Sonia et al, 2014).

12 Evaluasi Usaha
a. Frekuensi a. Usaha ternak domba a. Pengelolaan ternak a. –
pemantauan milik Bapak Subandi domba milik Bapak
usaha yaitu usaha peternakan Subandi seharusnya
: setiap hari masih dilakukan memberi pakan
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
dengan cara tradisional dengan campuran
seperti pemberian ransum agar
pakan, pengelolaannya, kebutuhan nutrisi
dan cara penanganan yang dibutuhkan
penyakitnya. domba dapat
terpenuhi dan dapat
memberi pakan
seefisien mungkin.

b. Kendala : kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai b. Bapak Subandi b. Jalan alternatif untuk
hijauan ketika pada peternakan seharusnya memiliki mencegah kekurangan pakan
musim kemarau domba milik Bapak manajemen pakan saat musim kemarau dapat
tiba. Subandi yaitu pada saat seperti pengolahan dilakukan dengan membuat
musim kemarau hijauan kering (hay) hijauan kering (hay),
hijauan agak sulit sehingga pada saat penambahan urea (amoniasi),
untuk dicari sehingga musim kemarau tidak dan awetan hijauan (silase)
perlu usaha yang lebih kekurangan pakan. (Hanafi, 2008).
keras untuk
mendapatkan hijauan,
karena domba hanya
diberi pakan hijauan
tanpa diberi ransum.

c. Tindakan yang c. Bapak Subandi dalam c. Bapak Subandi c. Pemasaran adalah penentu
dilakukan bila menjalankan harusnya memiliki keberhasilan dari suatu usaha
rugi : ternak akan dijual peternakan domba ini tempat pemasaran penggemuka domba. Sehingga
untuk menutup yaitu hanya dipasarkan yang tetap sehingga lokasi peternakan harus
kerugian apabila membutuhkan domba dapat memiliki lokasi dengan tempat
uang dan ada pembeli dipasarkan pada pemasaran yang baik
yang datang langsung konsumen dengan (Purbowati, 2009).
ke peternak. sehingga lebih mudah.
peternakan domba ini
bukanlah untuk
penghasilan utama
melainkan untuk
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI
tambahan uang saja.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi
potong yang terintegrasi dengan padi.

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta

Ali, U., Sumartono, N. Humaidah. 2012. Pembinaan masyarakat tani peternak kambing dan domba di desa Aumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Jurnal Dedikasi, Vol. 9 Hal: 60-66.

Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. . Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.

Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertaanian. Hal.1-5.

Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.

Dhalika, T., E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai ransum lengkap mngandung berbagai taraf hay pucuk tebu (Sccharum
offcinarum) pada domba jantan yang digemukkan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 10 (2) Hal: 79-84.

Ginting. 2009. Cara Menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9.

Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Harianto, B. 2012. Bisnis Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu PeternakanVol. 3
(2)Hal: 51 – 57.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat.

Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.

Setiawan, B. S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).

Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perhitungan BK pakan

Tabel 1. BK Pakan Rumput Lapangan


Bahan Pakan Berat Loyang (g) Sampel Sebelum dioven (g) Loyang dan Sampel setelah oven (g)

Pakan Rumput Lapangan 1 18,645 10,056 21,621

Pakan Rumput Lapangan 2 40,735 10,038 43,677

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
berat setelah oven-berat loyang
BK = x 100%
sampel
21,621-18,645
Bk pakan rumput lapangan 1 = x 100%
10,056

= 29,59 %
43,677-40,735
BK pakan rumput lapangan 2 = x 100%
10,038
= 29,31 %

29,59 %+ 29,31 %
BK rata-rata pakan = 2

=29,45 %
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 2. Kebutuhan BK, TDN dan PK
Bobot Badan (kg) Pertambahan Bobot Badan (gr) Kebutuhan BK (kg) Kebutuhan TDN (kg) Kebutuhan PK (kg)

20 25 0,61 0,30 0,052

33 X Y Z

50 0,66 0,36 0,059

21 33 A B C

25 25 0,72 0,36 0,061

33 D E F

50 0,78 0,42 0,07

Sumber: Kearl, 1982

Kebutuhan BK

 Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


X = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,66-0,61
=
33-25 X-0,61
25 0,05
= X-0,61
8
0,4 = 25X-15,25
25X = 15,65
X = 0,626
 Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


D = PBBH ternak-PBBH atas = D-BK atas
50-25 0,78-0,72
=
33-25 D-0,72
25 0,06
= D-0,72
8
0,48 = 25D-18
25D = 18,48
D = 0,7392

 Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

BB bawah-BB atas BK bawah-BK atas


A = BB rata-rata - BB atas = A-BK atas

25-20 0,7392-0,626
=
22,5-20 A-0,626
5 0,1132
= A-0,626
2,5
0,283 = 5A-3,13
5A = 3,413
A = 0,6826
Kebutuhan TDN

 Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


Y = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,36-0,30
=
33-25 Y-0,30
25 0,06
= X-0,30
8
0,48 = 25X-7,5
25X = 7,98
X = 0,3192

 Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


E = PBBH ternak-PBBH atas = E-BK atas
50-25 0,42-0,36
=
33-25 E-0,36
25 0,06
= E-0,36
8
0,48 = 25E-9
25E = 9,48
E = 0,3792
 Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

BB bawah-BB atas BK bawah-BK atas


B = BB rata-rata - BB atas = B-BK atas
25-20 0,3792-0,3192
=
22,5-20 B-0,3192
5 0,06
= B-0,3192
2,5
0,15 = 5B-1,596
5B = 1,746
B = 0,3492

Kebutuhan PK

 Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


Z = PBBH ternak-PBBH atas = Z-BK atas

50-25 0,059-0,052
=
33-25 Z-0,052
25 0,007
= Z-0,052
8
0,056 = 25Z-1,3
25Z = 1,356
Z = 0,054
 Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas


F = PBBH ternak-PBBH atas = F-BK atas
50-25 0,07-0,061
=
33-25 F-0,061
25 0,009
= F-0,061
8
0,072 = 25F-1,525
25F = 1,597
F = 0,064

 Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr

BB bawah-BB atas BK bawah-BK atas


C = BB rata-rata - BB atas = C-BK atas

25-20 0,064-0,054
=
22,5-20 C-0,054
5 0,01
= C-0,054
2,5
0,025 = 5C-0,27
5C = 0,295
C = 0,059
Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan

Tabel 3. Standar Kandungan BK, TDN dan PK Bahan Pakan


Dalam 100% BK
BahanPakan Kandungan BK (%)
Kandungan TDN (%) Kandungan PK (%)

Rumput Lapangan 30,1 56 2,35

Sumber : Kartadisastra, 1997

Tabel 4. Konsumsi Pakan


BK Konsumsi Konsumsi BK (kg) Konsumsi TDN (kg) Konsumsi PK (kg)
Pakan
(%) BS (kg) Kadar BK x Konsumsi BS Kadar TDN x Konsumsi BK Kadar PK x Konsumsi BK

Rumput Lapangan 29,45 3 0,8835 0,49476 0,02076

Sumber : Data Primer PraktikumManajemenTernakPotongdanKerja, 2014

Tabel 5. Evaluasi Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan


Sampel BK (kg) TDN (kg) PK (kg)
Domba Kebutuhan Konsumsi Evaluasi Kebutuhan Konsumsi Evaluasi Kebutuhan Konsumsi Evaluasi

21 kg 0,6826 0,8835 +0,2009 0,3492 0,49476 +0,14556 0,059 0,02076 -0,03824

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
Keterangan :

Evaluasi (+) : Konsumsi BK dan TDN sudah baik karena sudah memenuhi kebutuhan

Evaluasi (-) : Konsumsi PK masih kurang karena belum mencukupi kebutuhan


Lampiran 4. Perhitungan Performa Ternak

Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)

PBBH = 0,033 kg/hari


Konsumsi BK total = 0,8835 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan =
PBBH
0,8835
= 0,033
= 26,77
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 26,77 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.

Efisiensi Pakan

PBBH = 0,033 kg/hari


Konsumsi BK total = 0,8835 kg
PBBH
Efisensi pakan =
Konsumsi BK Total
× 100 %
0,033
= × 100 %
0,8835
= 3,7 %
Jadi, ternak mampu mencerna 3,7 % dari 0,8835 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Lampiran 4. (lanjutan)

Feed Cost Per Gain


Diketahui :

Konsumsi pakan rumput lapangan = 3 kg

Biaya Pakan/ekor/hari = Rp. 0

PBBH = 0,033 kg

Feed Cost Per Gain = (tidak terdapat biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan hijauan)

= 0 rupiah/ kg

Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp. 0/kg.
Lampiran 6. Analisis Usaha

A. Pendapatan produksi

Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)

1 Pembuatan kandang 15.000.000

2 Bakalan 70.000.000

3 Peralatan 5.000.000

4 Mobil (Pick up) 60.000.000

Total 150.000.000

Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)

1 Pakan (tidak mengeluarkan biaya) 0

2 Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari 14.400.000


kerja/bulan x 12 bulan

3 Listrik Rp 40.000 x 12 480.000

4 Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun 50.000

5 Transportasi 100.000 x 4 x 12 4.800.000

Total 19.730.000
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)

1 Bakalan 100 ekor 70.000.000

2 Penyusutan kandang per tahun (Rp 3.750.000


15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0

3 Penyusutan peralatan 200.000

Total 73.950.000

Lampiran 6. (lanjutan)

Total Biaya Produksi


Deskripsi Jumlah (Rp)

Biaya tetap 73.950.000

Biaya Variabel 19.730.000

Total Biaya 93.630.000

Penerimaan Jumlah Total (Rp)

Penjualaan domba 30 ekor x Rp 1.500.000,- 45.000.000


(hari biasa)

Penjualan domba 70 ekor x Rp 2.000.000 140.000.000


(hari raya Idul
Adha)

Total 185.000.000

Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 93.680.000 = Rp 91.320.000 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)

Break Event Point (BEP)


BEP Unit BEP Harga

Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi


BEPq= BEPq=
harga domba/ekor Jumlah Domba (ekor)

93.680.000 93.680.000
BEPq= = 51 Ekor BEPq= = Rp 936.800.-
1.850.000 100

B/C

Total Benefit
B/C =
Total Cost
91.320.000
=
93.680.000

= 0,97

ROI (Return on Investment)

Total Keuntungan per Tahun


ROI = x 100%
Biaya Investasi + Variabel

87.005.700
= X 100%
167.730.000

= 53,8
Tugas Koreksi

Bobot Badan (Kg) PBBH (Kg) Kebutuhan BK (Kg) Kebutuhan TDN (Kg) Kebutuhan PK (Kg)
21 0,033 0,6826 0,3492 0,059

Standar Kandungan BK, TDN, dan Pk Bahan Pakan

Pakan BK PK TDN

Rumput Lapangan 30,1 2,34 56

Kulit Buah Kakao 88,9 14,6 47

Bobot Badan 21 kg

Kebutuhan PK dalam BK Kebutuhan TDN dalam BK

Kebutuhan PK Kebutuhan TDN


= x 100 % = x 100 %
Kebutuhan BK Kebutuhan BK

0,059 0,3492
= x 100 % = x 100 %
0,6826 0,6826

= 8,64 % = 51,16 %
Penyusunan Ransum

Kebutuhan PK dalam BK

Metode Person Square

Rumput Lapangan 2,34 5,96

8,64

Kulit Buah Kakao 14,6 6,3 +


12,26
5,96 6,3
Rumput Lapangan = x 100% Kulit Buah Kakao = x 100%
12,26 12,26

= 48,61% = 51,38%

Pakan Komposisi (%) BK PK TDN


Rumput Lapangan 53,91 0,3318 0,0078 0,185
Kulit Buah Kakao 46,09 0,3507 0,3507 0,164
Total 100 0,6826 0,059 0,3506
Kebutuhan 0,6826 0,059 0,3492
Koreksi 0 0 (+0,0014)
Kandungan BK Pakan kebutuhan PK pakan kebutuhan TDN pakan

48,61 2,34 56
Rumput Lapangan = x 0,6826 rumput lapangan = x 0,3318 rumput lapangan = x 0,3318
100 100 100

= 0,3318 = 0,0078 = 0,1858

51,38 14,6 47
Kulit Buah Kakao = x 0,6826 Kulit Buah Kakao = x 0,3507 Kulit Buah Kakao = x 0,3507
100 100 100

= 0,3507 = 0,0512 = 0,1648

Kebutuhan Pakan (Segar) Harga Pakan

100
Rumput Lapangan = 0,3318 x = 1,102 kg 1,102 x 0 = RP 0.-
30,1

100
Kulit Buah Kakao = 0,3507 x = 0,394 kg 0,394 x Rp 300,- = Rp 118,2.-
88,9
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)

PBBH = 0,033 kg/hari


Konsumsi BK total = 0,6826 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan =
PBBH
0,8835
=
0,033
= 20,68
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 20,68 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.

Efisiensi Pakan

PBBH = 0,033 kg/hari


Konsumsi BK total = 0,6826 kg
PBBH
Efisensi pakan = x 100%
Konsumsi BK Total
0,033
= x 100%
0,6826
= 4,83 %
Jadi, ternak mampu mencerna 4,83 % dari 0,6826 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Feed Cost Per Gain
Diketahui :

Konsumsi pakan rumput lapangan = 1,102 kg

Konsumsi kulit buah kakao = 0,3943

Biaya rumput lapangan = Rp 0,-

Biaya kulit buah kakao = Rp 300,-/kg

PBBH = 0,033 kg

(harga R. lapangan x konsumsi R. Lapangan) + (harga kulit buah kakao x harga kulit buah kakao)
Feed Cost Per Gain =
PBBH

(0 x 1,102) + (300 x 0,394)


=
0,033

0 + 118,2
=
0,033

= 3581,81/kg

Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp 3581,81,-/kg
Analisis Usaha

A. Pendapatan produksi

Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pembuatan kandang 15.000.000
2 Bakalan 70.000.000
3 Peralatan 5.000.000
4 Mobil (Pick up) 60.000.000
Total 150.000.000

Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pakan Rp 118,2 x 100 365 4.314.300
2 Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan 14.400.000
3 Listrik Rp 40.000 x 12 480.000
4 Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun 50.000
5 Transportasi 100.000 x 4 x 12 4.800.000
Total 24.044.300

Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)


No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Bakalan 100 ekor 70.000.000
2 Penyusutan kandang per tahun (Rp 3.750.000
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0
3 Penyusutan peralatan 200.000
Total 73.950.000
Lampiran 6. (lanjutan)

Total Biaya Produksi


Deskripsi Jumlah (Rp)
Biaya tetap 73.950.000
Biaya Variabel 24.044.300
Total Biaya 97.994.300

Penerimaan Jumlah Total (Rp)


Penjualaan domba 30 ekor x Rp 1.500.000,- 45.000.000
(hari biasa)
Penjualan domba 70 ekor x Rp 2.000.000 140.000.000
(hari raya Idul
Adha)
Total 185.000.000

Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 97.994.300 = Rp 87.005.700 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)

Break Event Point (BEP)


BEP Unit BEP Harga
Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi
BEPq = BEPq=
harga domba/ekor Jumlah Domba (ekor)

97.994.300 97.994.300
BEPq= = 53 Eko𝐫 BEPq= = Rp 979.943.-
1.850.000 100

B/C

Total Benefit
B/C =
Total Cost
87.005.700
=
97.994.300

= 0,89

ROI (Return on Investment)

Total Keuntungan per Tahun


ROI = x 100%
Biaya Investasi + Variabel

87.005.700
= X 100%
194.004.300

= 50 %

Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi

Parameter Tugas evaluasi Tugas koreksi


Kebutuhan BK (kg) 0,6826 0,6826
Kebutuhan PK (kg) 0,059 0,059
Keutuhan TDN (kg) 0,3492 0,3492
Biaya variabel Rp 19.730.000 Rp 24.044.300
Biaya produksi Rp 93.630.000 Rp 97.994.300
Total pendapatan Rp 91.320.000 Rp 87.005.700
BEP harga produksi Rp 936.800 Rp 979.943
BEP Volume produksi 51 ekor 53 ekor
B/C 0,97 0,89
ROI 53,8 % 50 %

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi

pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan

perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga

menambah biaya pakan dan produksi.

Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi

Parameter Tugas evaluasi Tugas koreksi


Kebutuhan BK (kg) 0,8835 0,6826
Kebutuhan PK (kg) 0,02076 0,059
Keutuhan TDN (kg) 0,49476 0,3492
Biaya variabel Rp 19.730.000 Rp 24.044.300
Biaya produksi Rp 93.630.000 Rp 97.994.300
Total pendapatan Rp 91.320.000 Rp 87.005.700
BEP harga produksi Rp 936.800 Rp 979.943
BEP Volume produksi 51 ekor 53 ekor
B/C 0,97 0,89
ROI 53,8 % 50 %

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi

pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan

perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga

menambah biaya pakan dan produksi.

Anda mungkin juga menyukai