Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari
kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal
pekerja/buruh melakukan pekerjaannya. Adanya penekanan ”dalam suatu hubungan kerja”
menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan
pengusaha tidak mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan dalam Bab X UU
No 13 Tahun 2003.
Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan
pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada
pekerja/buruh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.
Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan
perhatian pda pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan
tertimpa kecelakaan kerja.
Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan
dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus
memberikan jaminan sosial.
Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan
keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk mensejahterakan
masyrakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas
maupun kuantitas. Ibid, hal 84
Dasar pembicaraan masalah keselamatan kerja ini sampai sekarang adalah UU No 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja. Namun, sebagian besar peraturan pelaksanaan undang-
undang ini belum ada sehingga beberapa peraturan warisan Hindia Belanda masih dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan. Peraturan warisan Hindia
Belanda itu dalah sebagai berikut : Ibid, hal 84
Veiligheidsreglement, S 1910 No. 406 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir
dengan S. 1931 No. 168 yang kemudian setelah Indonesia merdeka diberlakukan
dengan Peraturan Pemerintah No. 208 Tahun 1974. Peraturan ini menatur tentang
keselamatan dan keamanan di dalam pabrik atau tempat bekerja.
Stoom Ordonantie, S 1931 No. 225, lebih dikenal dengan peraturan Uap 1930.
Loodwit Ordonantie, 1931 No. 509 yaitu peraturan tentang pencegahan pemakaian
timah putih kering.
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Indonesia, Undang-undang Jaminan SosialTenagakerja, No, 3 Tahun 1992 Pasal 10.
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang ( jaminan kecelakaan
kerja, kematian, dan tabungan hari tua ), dan pelyanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang – Undang Nomor. 3 Tahun
1992 adalah : Lalu Husni, Pengantar hukum ketenaga kerjaan indonesia, ( Jakarta : PR
Raja Grafindo Persada, 2003 ), hal 122
Merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari majikan. Pada
hakikatnya program jaminan soisal tenaga kerja dimaksud untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga yang sebagian yang hilang.
Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain
: Indonesia, (Undang-undang jaminan soail tenaga kerja, 3 Tahun 1992.)
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup minimal bagi
tenaga kerja beserta keluarganya.
Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga
pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja
terjadi resiko – resiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan
terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi
keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa
uang.
Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika
dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penggulangan
kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Hukum internasional adalah sekumpulan instrumen hukum yang terdiri atas prinsip-prinsip
dan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam menjalankan sebuah hubungan
internasional, baik itu hubungan antar negara atau antar bukan negara. Satu hal yang perlu
digarisbawahi adalah bahwa hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar
negara, melainkan juga mengatur segala hubungan yang berskala internasional, baik itu
hubungan antar individu ataupun antarkelompok yang berbeda negara.
Hukum internasional sebenarnya bukanlah sebuah hal yang baru. Sejak zaman dahulu,
bangsa Romawi Kuno sudah mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville yang mengatur
warga Romawi dan Ius Gentium yang diterapkan bagi orang asing (non-Romawi). Pada era
modern sendiri, hukum internasional mulai berkembang semenjak disahkannya perjanjian
Westphalia pada abad ke-17. Perjanjian Westphalia sendiri menandai berakhirnya perang
berkepanjangan antar negara-negara besar di Eropa dan munculnya beberapa negara
berdaulat baru.
Jika dilihat dari persoalan yang dibahas, hukum internasional dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok, yaitu:
1. Hukum perdata internasional, yaitu hukum internasional yang mengatur hubungan
antar warganegara satu dengan warga negara lainnya dalam sebuah hubungan antar
negara.
2. Hukum publik internasional, adalah hukum internasional yang mengatur hubungan
antara satu negara dengan negara yang lainnya.
Sementara jika dilihat dari bentuknya, hukum internasional dapat digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Hukum tertulis, yaitu kaidah-kaidah hukum internasional yang disepakati bersama
dalam bentuk tertulis.
2. Hukum tidak tertulis, adalah kaidah-kaidah hukum internasional dalam bentuk tidak
tertulis, contoh dari hukum internasional tidak tertulis adalah kebiasaan-kebiasaan
internasional seperti kebiasaan penyambutan tamu kehormatan dari negara lain.
Asas-asas Hukum Internasional
Untuk menjaga agar hubungan internasional tetap berjalan pada jalur yang benar, maka
dibutuhkanlah asas-asas hukum internasional, asas-asas tersebut antara lain:
Asas-asas hukum publik internasional (hubungan antar negara) terdiri dari kaidah-kaidah
sebagai berikut:
1. Asas equality, adalah asas persamaan derajat antar pihak yang melakukan hubungan
internasional.
2. Asas courtesy, adalah asas saling menghormati antar pelaku hubungan internasional.
3. Asas reciprosity, adalah asas hubungan timbal balik dalam artian positif antar pihak
yang melakukan hubungan internasional.
4. Pacta sunt servanda, yaitu harus adanya saling kejujuran dan keterbukaan antar pelaku
hubungan internasional.
5. Ex aequo et bono, yaitu asas untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan
keputusan oleh pengadilan internasional atas dasar kepentingan bersama.
Sumber-Sumber Hukum Internasional
Hukum internasional sebagai kaidah hukum tertinggi dalam mengatur pergaulan antarbangsa
disusun berdasarkan sumber hukum tertentu. Sumber hukum internasional sendiri dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber hukum material dan formal.
Sumber hukum material adalah segala hal yang menjadi faktor yang menentukan
isi/ketentuan hukum. Dengan kata lain, sumber hukum material adalah segala sesuatu yang
melatarbelakangi dan menjiwai isi suatu hukum internasional serta sebagai dasar kekuatan
mengikatnya suatu hukum internasional. Paling tidak ada dua aliran berbeda yang memiliki
pedapat mengenai hukum internasional, yaitu:
1. Aliran Naturalis
Aliran naturalis diprakarsai oleh Hugo de Groot atau Grotius yang kemudian
pahamnya disempurnakan oleh seorang ahli hukum dan diplomat Swiss bernama
Emmerich Vettel. Aliran naturalis menyatakan bahwa hukum internasional
mempunyai derajat yang sama dengan hukum alam. Kekuatan mengikat hukum
internasional didasarkan pada hukum alam yang berasal dari tuhan.Sehingga hukum
internasional harus diataati sebagai hukum yang tertinggi.
2. Aliran Positivisme
Aliran positivisme pertama kali dicetuskan oleh Hans Kelsen. Aliran ini menyatakan
bahwa kekuatan mengikat hukum internasional didasarkan pada persetujuan negara-
negara berdaulat yang sudah berkomitmen untuk mengikatkan diri dalam suatu kaidah
hukum internasional.
Berikut adalah beberapa contoh sumber hukum material:
Perasaan hukum individu
Pendapat umum
Pacta sunt servanda
Nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat
Presumption of innocence (asas praduga tak bersalah)
Politik hukum atau peraturan yang diberlakukan pada wilayah tertentu
3.18. DINAMIKA PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA SESUAI
UNDANG-UNDANG 1945
Indonesia memiliki peran tersendiri dalam perdamaian dunia. Sikap politik Indonesia adalah
bebas dan aktif. Bebas artinya Indonesia tidak memihak ke blok manapun, blok barat atau
blok timur.
Walaupun tidak memihak kemanapun Indonesia juga bersikap Aktif artinya Indonesia turut
serta berpartisipasi dalam perdamaian dunia.
Kemudian pada tahun 1957 Indonesia mulai bergabung dalam misi-misi perdamaian dalam
naungan PBB (United Nations).
Secara garis besar berikut ini adalah berbagai kontribusi Indonesia dalam menjaga
perdamaian dunia:
Indonesia menjadi salah satu pelopor tercetusnya Konferensi Asia-Afrika yang tujuannya
adalah menghimpun persatuan negara-negara Asia-Afrika yang pada saat itu baru
memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama antar negara
serta menentang segala bentuk penjajahan.
Konferensi ini dipelopori oleh menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali Sastroamidjojo
beserta 4 pemimpin negara lainnya Pakistan, India, Bangladesh dan Myanmar yang kemudian
diikuti 24 negara Asia-Afrika lainnya.
Kontingen Garuda disingkat KONGA adalah pasukan penjaga perdamaian yang anggotanya
diambil dari militer Indonesia yang bertugas dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sejak misi pertamanya tahun 1957, Kontingen Garuda sampai sekarang masih aktif dalam
melakukan berbagai misi perdamaian.
Negara-negara yang pernah menjadi tujuan dalam misi Kontingen Garuda adalah negara-
negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Palestina, Irak. Negara Asean seperti
Filipina, Kamboja dan Vietnam. Juga negara-negara di Eropa Timur seperti Georgia dan
Bosnia.
Indonesia menjadi salah satu pelopor yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok, sebuah
perhimpunan dari bangsa-bangsa yang tidak beraliansi dengan negara-negara dengan
kekuatan besar manapun.
Pada saat itu Soekarno bersama dengan beberapa pemimpin negara lainnya medeklarasikan
keinginan mereka untuk tidak terlibat konfrontasi yang muncul menanggapi terjadinya perang
dingin antara blok barat dan blok timur. Saat ini organisasi beranggotakan 120 negara.
Indonesia dan Malaysia yang sempat berkonfrontasi akhirnya berdamai. Kedua negara
bersama negara Asia Tenggara lainnya, Singapura, Thailand dan Filipina merasa perlu untuk
menciptakan perdamaian antar negara di kawasan Asia Tenggara.
Akhirnya pada tahun 1967 terbentuklah ASEAN untuk mempererat hubungan politik, social,
ekonomi dan keamanan di Asia Tenggara. Saat ini, negara ASEAN berjumlah 10 negara
ditambah 5 negara perluasan.
Melalui Declaration of Conduct (DoC) pada 2002, Indonesia sampai sekarang memiliki peran
yang besar untuk menciptakan perdamaian di Laut Cina Selatan.
Indonesia pada akhirnya menginginkan negara-negara yang terlibat untuk merumuskan Code
of Conduct, yaitu sebuah kesepakatan bersama yang mengatur apa saja dan tidak boleh
dilakukan di wilayah sengketa.
Indonesia menjadi anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 2007-2008, pada
masa tersebut Indonesia konsisten menyerukan untuk berdirinya negara Palestina yang
merdeka dan diakui dunia.
Hal-hal diatas adalah wujud nyata dari komitmen bangsa Indonesia untuk menjaga
perdamaian dunia.
Tidak hanya berhenti disitu, sampai sekarang Indonesia juga masih selalu aktif dalam
mendukung perdamaian dunia seperti penyelesaian konflik di Timur Tengah juga
menyerukan penanggulangan terhadap masalah terorisme yang berkembang belakangan di
dunia internasional.
Referensi
Ironi Pasukan Pbb: Lupakan Kejayaan Kontingen Garuda. 1999. SiaR News Service. Diakses
tanggal 26 Juli 2017.Asian-African Conference Timeline. The Jakarta Post. 23 April 2015.
Diakses tanggal 26 Juli 2017.The Non-Aligned Movement: Background Information”.
Government of Zaire. 21 September 2001. Diakses tanggal 26 Juli 2017.Peran Indonesia
dalam Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan. 1 June 2016. UNAIR News. Diakses
tanggal 26 Juli 2017.Isu Palestina. 20 Januari 2016. KEMENLU Indonesia. Diakses tanggal
26 Juli 2017.