PROPOSAL SKRIPSI
MUHAMMAD HASAN
NPM 1111019P
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BATURAJA
2015
1
1. Latar Belakang
berskala besar. Perubahan besar akan selalu berkaitan dengan penentuan strategi.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk sumber daya
manusia yang mampu bekerja secara bersama-sama selain itu perusahaan perlu
akan dapat menciptakan suatu kelompok kerja yang solid dan memiliki etos kerja
yang tinggi, dimana pada akhirnya akan membentuk sikap serta perilaku karyawan
saling bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dari pengertian tersebut jelas terlihat bahwa tercapai organisasi yang
baik tidak dapat dilepaskan dari aktifitas orang-orang yang menjadi anggotanya.
Mereka dapat bekerja dengan baik apabila dilandasi oleh etos kerja yang tinggi. Etos
kerja dapat terbentuk apabila keinginan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan
dengan hasil pekerjaan yang maksimal. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terbentuknya etos kerja yang baik antara lain adalah hubungan yang
terjalin dengan baik antar karyawan (human relation), situasi dan kondisi fisik dari
lingkungan kerja itu sendiri, keamanan kerja yang baik, keadaan sosial lingkungan
1
2
kerja, perhatian pada kebutuhan rohani, jasmani maupun harga diri dari lingkungan
Tasmara, (2002: 13), etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal
sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan
makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja ini dapat terbentuk apabila
dengan hasil yang memuaskan atau hasil yang maksimal. Etos kerja ini harus dimiliki
oleh setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya agar mereka dapat bekerja
memiliki etos kerja yang rendah ketika melakukan pekerjaannya maka perusahaan itu
mengalami kerugian yang disebabkan karena karyawan tidak bekerja dengan seluruh
kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya dengan etos kerja yang tinggi dapat
yang optimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga tujuan dari
perusahaan dapat tercapai. Hal ini dikarenakan para karyawan bekerja dengan
sepenuh hati yang dipengaruhi oleh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja
dan leadership.
3
Human relation adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain baik
formal maupun non formal yang dijalankan oleh atasan terhadap bawahan, oleh
bawahan terhadap sesama bawahan dalam usaha untuk memupuk kerja sama yang
intim dan selaras guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Interaksi karyawan dalam
lingkungan perusahaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan yang akan
faktor-faktor yang ada dalam perusahaan juga harus memperhatikan yang ada di luar
perusahaan yang ada sering disebut kondisi fisik lingkungan kerja. Kondisi kerja
yang menyenangkan terlebih lagi bagi semasa jam kerja akan memperbaiki moral
pegawai dan kesungguhan kerja, peralatan yang baik, ruangan kerja yang nyaman,
perlindungan terhadap bahaya, ventilasi yang baik, karyawan yang cukup, dan
Selain faktor human relation dan kondisi fisik lingkungan kerja, suatu
leadership. Etos kerja karyawan dapat diupayakan agar mencapai tingkat yang
diinginkan, sehingga dapat mendukung tingkat produktifitas yang tinggi yaitu dengan
merupakan faktor penentu sukses atau gagalnya suatu organisasi. Seorang pemimpin
dikembangkan, dan dipraktekkan hubungan kerja sama yang sehat antar anggota
organisasi, sehingga akan mendorong anggota organisasi untuk bekerja sama dengan
Hal ini sesuai dengan tugas pemimpin yaitu mendorong bekerja sama secara
membutuhkan etos kerja yang baik yang berhubungan dengan human relation yang
baik, lingkungan kerja yang nyaman serta leadership yang memberikan pengaruh
yang baik, menurut narasumber di lapangan menyatakan jika selama ini human
relation berjalan masih kurang baik partisipasi antara karyawan satu dengan
karyawan yang lainnya belum menerima perubahan yang terjadi setiap saat untuk
fisik mengambil andil dalam masalah karyawan karena faktor ini juga yang
menentukan nyaman tidaknya seorang karyawan, lingkungan kerja fisik PTP. Mitra
Ogan PKS Karang Dapo memiliki 206 orang karyawan yang bekerja di 5 bagian yang
kerja ini mengakibatkan menurunnya gairah dan semangat kerja dan berdampak
5
lingkungan kerja fisik di atas mau tidak mau akan mempengaruhi etos kerja karyawan
Selain itu kemampuan yang dimiliki oleh leadership pada PTP. Mitra Ogan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Dari fenomena tersebut di atas akan timbul
suatu hal yang berhubungan dengan masalah karyawan baik itu masalah human
manajemen nantinya dapat membentuk suatu strategi yang tepat agar dapat
membentuk tim kerja yang solid dan dapat bekerjasama dalam menghadapi dan
menanggapi masalah yang terjadi secara cepat tindak lanjut di tempat mereka bekerja
dan bawahan.
penelitian dengan mengambil judul : “Analisis pengaruh human relation, kondisi fisik
lingkungan kerja dan leadership terhadap etos kerja karyawan di PTP Mitra Ogan
2. Rumusan Masalah
leadership secara parsial terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
leadership secara simultan terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
3. Variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan dari ketiga variabel
(human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership) terhadap etos
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
leadership secara parsial terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
2. Untuk mengetahui pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
leadership secara simultan terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
3. Untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan dari
ketiga variabel (human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership)
terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo di Baturaja.
4. Manfaat Penelitian
perusahaan, atau khususnya kepada bidang yang sedang diteliti. Berikut ini manfaat
1. Manfaat Teoritis
pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership terhadap
etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo OKU
2. Manfaat Praktis
lingkungan kerja.
8
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Landasan Teori
5.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2011: 10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
c. Tujuan fungsi yaitu memelihara konstribusi bagian – bagian lain agar mereka
d. Tujuan personel, peranan pimpinan disini untuk membantu para karyawan untuk
organisasi.
dua yaitu:
a. Fungsi-fungsi manajerial
1. Perencanaan (planning)
9
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pengarahan (directing)
4. Pengendalian (controlling)
b. Fungsi-fungsi operasional
2. Pengembangan (development)
3. Kompensasi (compensation)
4. Integrasi (integration)
5. Pemeliharaan (maintenance)
sumber daya karyawan yang ada sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti
yang berkaitan dengan penelitian ini human relation, kondisi kerja, serta leadersip
relation karyawan dalam perusahaan atau instansi akan sangat membantu seorang
sisi lain human relation karyawan merupakan hubungan manusiawi yang selalu
dibutuhkan oleh karyawan, dimana fungsinya sebagai makhluk pribadi dan makhluk
sosial, kebutuhan akan orang lain untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan
hidupnya.
juga ada yang menterjemahkan menjadi “hubungan manusia” yang sebenarnya tidak
terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Hanya saja,
disini sifat hubungan sesama manusianya tidak seperti orang berkomunikasi biasa,
bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain,
unsur kejiwaan yang amat mendalam. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu
merupakan suatu komunikasi karena sifatnya yang orientasi pada perilaku (action
oriented) yang mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
dengan sikap dan perilaku positif serta produktivitas para karyawan tidak terlalu
dipengaruhi oleh fasilitas dan kondisi kerja melainkan oleh perhatian yang diberikan
oleh manajemen pada mereka. Human relations merupakan hubungan baik yang
formal maupun yang informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu
organisasi dalam rangka penyampaian tujuan yang telah ditentukan. Beberapa ahli
11
memberikan penjelasan mengenai faktor yang mendasari human relation yang dapat
disimpulkan yaitu:
1. Komunikasi
2. Partisipasi
Partisipasi merupakan segi yang penting dalam organisasi karena secara potensial
3. Hubungan konseling
merupakan interaksi antara seseorang dengan orang lain baik dalam situasi kerja atau
menghubungkan antara atasan dan bawahan, bawahan dengan atasan dan bawahan
perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja,
sebagai kelompok. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila
manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang
lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut
tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu:
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun hubungan dengan
keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat
kerja”. Faktor lingkungan yang mempengaruhi lingkungan kerja Setya (2008: 28),
antara lain :
latar belakang keluarga, yaitu antara lain status keluarga, jumlah keluarga, tingkat
Semakin tinggi jabatan seseorang maka semakin tinggi pula kewenangan dan
Hubungan kerja yang ada dalam organisasi adalah hubungan kerja antara
karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasan atau pimpinan.
14
Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang
komunikasi akan berinteraksi, saling memahami, saling mengerti satu sama lain
Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan kerja yang
baik antara sesama karyawan maupun dengan atasan karena akan mempermudah
mobilitas bagi karyawan untuk bertemu. Tata ruang yang tidak baik akan
Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan rasa nyaman
dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan semangat kerja karyawan
5.1.4 Leadership
untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia
dalam Thoha (2012: 259) yaitu “kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
341), Kepemimpinan adalah “proses dan sifat, kepemimpinan sebagai proses adalah
sifat adalah kumpulan karakteristik yang berhubungan dengan mereka yang dirasa
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan
mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik
yang utama dengan mana tujuan organisasi dapat dicapai”. Pada umumnya
Menurut Thoha (2012: 42) Indikator perilaku pemimpin menurut teori Path-
memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta
16
dan pengawasan.
pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang
tersebut.
pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain guna mengikuti kehendaknya sesuai
17
kepemimpinan merupakan aktifitas yang utama dengan mana tujuan organisasi dapat
Menurut Black dalam Dewi (2002: 2), kerja adalah suatu aktivitas yang
kerja menurut Chaplin (2001: 2) mengatakan bahwa etos kerja adalah watak atau
karakter suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu. Etos kerja dalam
suatu perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan
Tasmara (2002: 56) mengatakan bahwa etos kerja merupakan suatu totalitas
meyakini dan memberikan makna terhadap suatu yang mendorong individu untuk
bertindak dan meraih hasil yang optimal (high performance). Menurut Tasmara dalam
Binham (2012), etos kerja seseorang tentu tidak sama antara satu orang dengan orang
yang lain. Hal itu di sebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Motivasi
Dalam hal apapun motivasi akan selalu berpengaruh pada ketercapaian tindakan
yang di lakukan oleh seseorang, termasuk dalam sikap atau pandangan hidup
seseorang dalam bekerja. Namun motivasi yang lebih berperan di sini adalah
18
motivasi diri atau motivasi intrinsik. Seseorang yang memiliki motivasi diri yang
tinggi akan cenderung memiliki performasi kerja yang lebih baik dibandingkan
Kualitas etos kerja seseorang juga sangat di pengaruhi oleh lingkungan sosial
budaya. Sebagai contoh seseorang yang hidup dalam lingkungan sosial budaya
yang maju, maka kecenderungan orang tersebut juga akan memiliki pemikiran
oleh nilai-nilai budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan.
c. Pendidikan
Tidak bisa dipungkiri bahwa etos kerja yang tinggi sangat di tentukan oleh
kualitas sumber daya manusia yang ada. Sedangkan kita tahu bahwa sumber daya
penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu,
kepada sikap positif terhadap pekerjaan. Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap
suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat
kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan
tinggi.
19
Dalam penelitian ini membahas mengenai etos kerja pada suatu perusahaan
yang dimiliki karyawan perusahaan tersebut, para karyawan bekerja dengan sepenuh
hati yang dipengaruhi oleh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
atau perusahaan. Lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik
secara fisik maupun non fisik yang dapat memberikan kesan yang menyenangkan,
kekuatan yang dimiliki oleh seorang pemimpinan yang dapat mempengaruhi orang
lain guna mengikuti kehendaknya sesuai dengan apa yang ia kehendakinya. Etos
kerja dalam suatu perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus
melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem dan alat-alat
pendukung.
20
Gambaran kerangka pemikiran ini dapat lebih jelas dilihat pada gambar
berikut:
Human Relation (X1)
- Komunikasi
- Partisipasi
- Hubungan Konseling
(Siagian, 2003: 6)
Kondisi Fisik
Lingkungan (X2)
- Faktor lingkungan
social Etos Kerja:
- Faktor status sosial - Motivasi
Manajemen - Faktor hubugan kerja - Lingkungan
Sumber dalam organisasi sosial budaya
Daya - Faktor system - Pendidikan
Manusia informasi (Tasmara dalam
- Faktor lingkungan tata Binham (2012))
ruang kerja
- Faktor kerapian ruang
kerja
(Setya, 2008: 25)
Alat Analisis
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
Leadership (X3)
3. Regresi Linear
- Kepemimpinan
Berganda
pengaruh
4. Uji T
- Kepemimpinan
5. Uji F
pendukung
6. Determinasi
- Kepemimpinan
partisipatif
- Kepemimpinan
berorientasi prestasi
(Thoha, 2012: 42)
\
Secara parsial
Secadra Simultan
persamaan dan perbedaan, berikut ini tabel yang menjelaskan mengenai penelitian
Nama Peneliti
No Uraian
Prabowo Rukmana Muliyani Penulis
1 Judul Analisis Analisis Pengaruh Analisis pengaruh
Pengaruh Pengaruh Human human relation,
Human Relation, Human Relation Relation kondisi fisik
Kondisi Fisik (Hubungan (Hubungan lingkungan kerja
Lingkungan Antar Manusia) Antar Manusia) dan leadership
Kerja, dan dan Kondisi dan Kondisi terhadap etos
Leadership Fisik Lingkungan kerja karyawan di
Terhadap Etos Lingkungan Kerja Fisik PTP Mitra Ogan
Kerja Karyawan Terhadap Etos Terhadap Etos PKS Karang
Kantor Kerja Dan Kerja Pegawai Dapo di Baturaja
Pendapatan Kinerja Pada PDAM
Daerah di Pati Karyawan Dedy Tirtanadi
Jaya Plaza Tegal Sumatera Utara
Cabang
Cemara Medan
Penelitian yang sejenis pernah dilakukan oleh Prabowo (2008) penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Human Relation, Kondisi Fisik Lingkungan Kerja, dan
Penelitian yang telah dilakukan dengan analisis data menggunakan uji hipotesis data
24
yaitu uji F dan uji t. Uji F diketahui bahwa F hitung > Ftabel pada tingkat keyakinan α =
5% yaitu sebesar Fhitung = 2421,225> Ftabel = 3,63 berarti variabel human relation,
kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership berpengaruh secara signifikan terhadap
etos kerja karyawan. Nilai R2 adalah sebesar 0,816 ini berarti bahwa model yang
digunakan untuk menganalisa kasus ini cukup bagus. Sedangkan maksud nilai R2
sebesar 0,816 adalah variasi yang terjadi terhadap variabel dependen dijelaskan oleh
variasi dari variabel independen sebesar 0,816 atau 81,6%. Sedangkan sisanya
sebesar 18,6 % variasi varibel dependen dipengaruhi oleh variasi variabel independen
Manusia) dan Kondisi Fisik Lingkungan Terhadap Etos Kerja Dan Kinerja Karyawan
Dedy Jaya Plaza Tegal. Berdasarkan hasil penelitian dari populasi sejumlah 68 orang,
sebanyak 40 orang. Analisis jalur digunakan sebagai analisis kuantitatif. Analisis jalur
menggunakan dua tahap regresi linear. Hasil perhitungan koefisien determinasi total
variabel lain di luar model penelitian. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dari
setiap jalur menunjukkan adanya pengaruh secara positif dan signifikan dari Etos
Kerja terhadap Kinerja. Selanjutnya, Hubungan Antar Manusia dan Kondisi Fisik
25
(Hubungan Antar Manusia) dan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Etos Kerja
Pegawai Pada PDAM Tirtanadi Sumatera Utara Cabang Cemara Medan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda diperoleh persamaan
0,557 yang berarti veriabel human relation dan kondisi lingkungan kerja fisik sebesar
55,7% dan selebihnya 44,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil penelitian
membuktikan bahwa hipotesis diterima dengan thitung < ttabel. Dari hasil penelitian
diperoleh X1 (3,047) dan X2 (4,057) > 2,04 atau t hitung < ttabel, yang artinya bahwa
human relation dan kondisi lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap etos kerja Pegawai PDAM Tirtanadi Sumatera Utara Cabang Cemara
Medan. Untuk menguji hipotesis digunakan uji F dengan nilai Fhitung (18,237) > Ftabel
(3,33). Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis
diterima, yaitu terdapat pengaruh yang positif antara human relation dan kondisi
lingkungan kerja fisik terhadap Etos Kerja Pegawai PDAM Tirtanadi Sumatera Utara
dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis
5.4.1 Diduga ada pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
leadership secara parsial terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
5.4.2 Diduga ada pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
leadership secara simultan terhadap etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS
etos kerja karyawan di PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo di Baturaja.
6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo yang
relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership terhadap etos kerja karyawan
di PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April
2015.
27
Jenis dan sumber dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer, sebab
data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan
dengan cara melakukan observasi, kuesionir dan dokumentasi. Data primer dalam
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan (angket) atau daftar isian
6.4.1 Populasi
yang ada di dalam wilayah penelitian”. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh subjek yang menjadi perhatian kita dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo. Populasi dalam
penelitian diketahui jumlahnya karena ada catatan resmi serta perhitungan yang
6.4.2 Sampel
atau wakil populasi yang diteliti. Adapun untuk menentukan ukuran sampel
N
n
1 Ne 2
Keterangan :
n = Sampel
N= Populasi
d = Presisi (10%)
Sampel dalam penelitian ini yaitu :
N
n
1 Ne 2
206
n n = 67,32 = dibulatkan 67 responden.
1 206(0.1) 2
strata tertentu, kemudian diambil sampel secara random dengan proporsi yang
karena jenis sampel ini adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara
29
acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota
dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara acak. Jumlah subjek dari
Ogan PKS Karang Dapo dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Nixn
ni
N
Keterangan :
ni = Banyaknya sampel yang dibutuhkan setiap kelompok
n = Jumlah sampel yang mewakili populasi
Ni = Banyaknya sub populasi tiap kelompok
N = Jumlah keseluruhan populasi
Tabel 1.2 Rincian Jumlah Sampel
No Bagian Populasi Sampel
1 Teknik Kantor 6 2
2 Pengelolaan Shift 1 34 11
3 Pengelolaan Shift 2 34 11
4 Pengelolaan Shift 3 35 11
5 Bengkel Mekanik 34 11
6 Bengkel Listrik 8 3
7 Qualiti Control 44 14
8 Gudang 12 4
Total 206 67
Sumber: Bagian SDM PTP. Mitra Ogan PKS Karang Dapo Tahun 2015
Analisis data adalah analisis yang dihitung berdasarkan hasil dari kuesioner
yang berupa jawaban dari responden. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian
tersebut maka jawaban atas pertanyaan pada angket akan diberi nilai atau skor dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari pernyataan sangat setuju, setuju, netral,
tidak setuju dan sangat tidak setuju (Ridwan dan Sunarto, 2010: 15).
yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya bila validitasnya rendah maka
instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang hendak diukur dan diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Validitas instrument
korelasi product moment atau dikenal dengan korelasi pearson dengan program SPSS
Keterangan.
31
Untuk menentukan valid atau tidaknya data yang diuji dapat ditentukan
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r hasil positif, serta r
hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Jika r hasil negatif, serta r hasil
< r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Jadi jika, r hasil > r tabel tetapi
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah dianggap baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden
artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan, sehingga beberapa kali diulang pun
hasilnya akan tetap sama (konsisten). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara
internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument). Setelah penelitian
R11
k
1
ob 2
k 1 ot 2
Dimana
σ t2 = varians total
1. Apabila r11, sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes yang
(=reliable)
2. Apabila r11, lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes yang sedang diuji
reliable)
a. Uji Normalitas
33
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2005: 110). Cara
untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang
membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan
garis diagonal.
Jika distribusi data residual adalah normal, maka garis yang menggambarkan
b. Uji Multikolinearitas
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pedoman
suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar
34
variabel independen haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi
problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
mengandung multikolinieritas, apabila nilai VIF < 10 dan mempunyai nilai tolarance
> 0,10. Jika nilai VIF hasil regresi lebih besar dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil
dari 0,10 maka dapat dipastikan ada multikolinearitas di antara variabel bebas
tersebut.
c. Heteroskedastisitas
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka
regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Santoso, 2004: 208).
pada scatterplot, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
d. Uji Autokorelasi
dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan,
menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan cara melakukan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1, X2,…, Xn). Analisis ini
dilakukan adalah mentransformasi data yang diolah berdasarkan hasil dari kuesioner
yang berasal dari jawaban responden. Jawaban responden diberi skor atau nilai
berdasarkan skala likert, yang alternatif jawabannya terdiri dari yaitu sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Ridwan dan Sunarto, 2010: 15). Pendapat
37
Data dari jawaban responden adalah bersifat ordinal, syarat untuk bisa
menggunakan analisis regresi adalah paling minimal skala dari data tersebut harus
dinaikkan menjadi skala interval, melalui Methode of Succesive Internal (MSI). Skala
variabel, karena itu skala interval lebih kuat dibandingkan skala nominal dan ordinal
b. Untuk setiap item tersebut tentukan berapa orang responden yang mendapat skor
g. Tentukan nilai interval (scale value) untuk setiap skor jawaban sebagai berikut:
h. Sesuai dengan nilai skala ordinal ke interval, yaitu scale value (SV) yang nilainya
terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan 1 (satu).
dimana:
Y = Etos Kerja
X1 = Human Relation
X3 = Leadership
a = Konstanta
e = Error Term
39
jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi
variabel terikat.
variabel dependen.
Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 95 % dan taraf
sebagai berikut :
b. Uji F
Uji F – statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
variabel terikat (Kuncoro, 2009: 239). Hipotesis nol yang hendak diuji adalah:
taraf signifikansi 5% dengan menggunakan Ftabel = F {(1- α) (dk pembilang = m), (dk
penyebut = n-m-1).
KP = r 2 x 100%
Keterangan :
Tabel 2
Batasan Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Indikator
1. Human Human relation (hubungan - Komunikasi
relation antar manusia) merupakan - Partisipasi
(X1) syarat utama untuk - Hubungan Konseling
keberhasilan suatu
komunikasi baik komunikasi
antar perorangan maupun
komunikasi dalam instansi
atau perusahaan.
2. Kondisi Lingkungan kerja - Faktor lingkungan sosial
Fisik merupakan keadaan sekitar - Faktor situasi sosial
Lingkungan tempat kerja baik secara fisik - Faktor hubungan kerja
(X2) maupun non fisik yang dapat dalam organisasi
memberikan kesan yang - Faktor sistem informasi
menyenangkan, - Faktor lingkungan tata ruang
mengamankan, kerja
menentramkan, dan betah - Faktor kebersihan dan
kerja kerapian ruang kerja
3. Leadership Leadership (kepemimpinan) - Energi dan keteguhan hati
42
2). Perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
44
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Psikologi. (Terjemahan: Kartono, K). Bandung: CV. Pionir
Jaya.
Dewi, Iga Manuati, 2002. Makalah. Mengapa dan Untuk Apa Orang Bekerja?. Bali:
Unversitas Udayana.
Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 3 ED.
Semarang: Penerbit Unniversitas Diponegoro.
Hasibuan, S.P.M. 2011.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Moorhead dan Griffin. 2013. Perilaku Organisasi Manajemn Sumber daya Manusia
dan Organisasi. Jakarta: Selemba Empat.
Muliyani, Sri. 2012. Pengaruh Human Relation (Hubungan Antar Manusia) dan
Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Etos Kerja Pegawai Pada PDAM
Tirtanadi Sumatera Utara Cabang Cemara Medan. Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan.
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis. Erlangga: Yogyakarta.
Robbins, Stephen P. dan Timothi A. Judge. 2001. Perilaku Organisasi. Ed.12. Jakarta:
Salemba Empat.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju:
Bandung
Siagian, P.S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Jakarta.
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional. Yogyakarta: PT. Buku Seru
Tasmara, Toto. 2002. Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani Pres.
Thoha, Miftah. 2012. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada
Prabowo, Ovi Setya. 2008. Analisis Pengaruh Human Relation, Kondisi Fisik
Lingkungan Kerja, dan Leadership Terhadap Etos Kerja Karyawan Kantor
Pendapatan Daerah di Pati. Thesis Fakultas Ekonomi Jurusan Mananajemen
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Rukmana. Widdi Ega 2010. Analisis Pengaruh Human Relation (Hubungan Antar
Manusia) dan Kondisi Fisik Lingkungan Terhadap Etos Kerja Dan Kinerja
Karyawan Dedy Jaya Plaza Tegal. Thesis Fakultas Ekonomi Jurusan
Mananajemen Universitas Diponegoro