Anda di halaman 1dari 4

Nama : Agung Maulana

NIM : 11171110000031
Review 1; Antropolgi dan Pembidangannya
Karakteristik - Sejarah - Pengelompokan - Hubungan

Antropologi dan Pembidangannya

Pada Zaman Now, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang memiliki tingkat urgen yang
tinggi untuk dipelajari. Disiplin ilmu ini tidak hanya disajikan untuk jurusan sosial dan budaya saja,
melainkan juga pada beberapa ilmu alam lainnya. Antropologi sebagai disiplin ilmu memiliki karakteristik
tersendiri dan juga ciri khas yang membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya. Adapun tujuan Antropologi
yakni menawarkan cara pandang tersendiri terhadap keanekaragaman masyarakat dan budaya. Tentu
diharapkan cara pandang Antropologi dapat memberikan kejelasan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara disiplin keilmuan.

Secara Harfiah, Antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yakni Anthropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu. Sehingga antropologi disebut sebagai ilmu manusia. Pada umumnya,
antropologi dibedakan dengan disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya karena memiliki ciri khas mengkaji
bangsa "primitif", savage, atau other cultures oleh dan dari sudut pandang bangsa Barat. Meskipun istilah
primitif bersifat pejoratif, tradisional, mengkaji masyarakat berskala kecil, relatif terisolasi, dan sederhana
secara teknologi, ekonomi dan politik. Dalam perkembangannya istilah tersebut mulai ditinggalkan karena
mengandung unsur etnosentrisme, dan istilah-istilah baru seperti masyarakat berskala kecil, sederhana
atau berkembang, mulai digunakan untuk mengganti istilah primitif yang cenderung pejoratif. Walaupun
baik barat maupun timur kesan primitif tetap melekat pada antropologi , terutama karena konsep, teori,
metode, dan pendekatan yang digunakan berasal dari kajian-kajian terhadap masyarakat berskala kecil
sebagai other cultures tersebut.

Sesuai dengan pengertian harfiahnya, antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji aspek yang
paling luas dari manusia. Antropologi bermaksud menyoroti segala jenis manusia, baik dari aspek biologis
maupun sosiokultural dan manusia dalam segala zaman. Biasanya hal-hal yang menjadi perhatian seorang
ahli antropologi ialah uraian tentang bagaimana persamaan dan perbedaan di antara bangsa-bangsa dan
sebab-sebab terjadinya persamaan dan perbedaan tersebut.

Ciri khas antropologi yang pertama ialah pendekatannya yang holistic terhadap manusia.
Kemudian ciri khas kedua dari disiplin antropologi adalah prinsip relativisme kultural. Prinsip ini berangkat
dari realita, bahwa pada umumnya anggota masyarakat akan menganggap bahwa sikap, perilaku dan
kebiasaan yang teradpat pada diri mereka merupakan sesuatu yang bernilai benar. Sedang jika
memandang anggota masyarakat dengan sikap, perilaku dan kebiasaan yang berbeda ataupun
berseberangan, maka anggota masyarakat yang memandang hal itu akan menganggapnya sebagai sebuah
kesalahan, berlaku pula sebaliknya dan seterusnya.

Seorang antropolog tidak menggunakan cara pandang yang demikian, melainkan menggunakan
cara pandang sesuai dengan objek pandang yang bersangkutan. Seseorang antropolog tidak boleh
menggunakan sudut pandangnya sendiri dalam memahami memahami dan menilai system budaya dan
perilaku masyarakat yang dia teliti. Setiap antropolog mengecam sikap etnosentrisme, yaitu menilai
kebudayaan lain dengan parameter yang melekat pada kebudayaannya. Sikap kencenderungan tersebut
dapat mengacaukan seorang antropolog dari kemampuannya menganalisis suatu kebudayaan dan
masyarakat secara objektif.

Karena menggunakan pendekatan holistic, antropologi telah mencapai perkembangan yang luas
dalam ruang lingkup dan objek kajianya mencakup hal-hal sebagai berikut; pertama, asal usul dan
perkembangan manusia secara biologi; kedua, masalah sejarah terjadinya aneka ragam manusia dilihat
dari sudut fisiknya; ketiga, masalah sejarah, asal-usul, penyebaran dan perkembangan keanekaragaman
Bahasa yang digunakan umat manusia di dunial; ke-empat, masalah perkembangan, penyebaran dan
terjadinya keanekaragaman kebudayaan manusia di dunial; kelima, masalah asas-asas dari kebudayaan
manusia dalam kehidupan masyarakat dari suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi
(Koentjaraningrat 1990a: 12)

Sejarah dan perkembangan Antropologi

Sejarah dan perkembangan antropologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendir, menurut
Koentjaraningrat (1990a: 1-6), dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:

Fase pertama (Sebelum 1800) sebagai fase awal penyusunan etnografi dalam pengertian lukisan
tentang suku-suku bangsa. Berawal dari kedatangan bangsa-bangdsa eropa di Asia, Afrika dan Amerika
sejak akhir abad XV dan awal abad XVI. Mereka adalah para musafir, pelaur pedagang, pegawai
pemerintahan colonial, penyebar agama Nasrani, dan penerjemah Injil. Mereka biasanya membuat
catatan dan laporan pelajaran, khususnya terhadap hal-hal aneh yang mereka temui.

Fase kedua adalah pertengahan kedua abad XIX , yang melahirkan penyusunan etnografi
Berdasarkan kerangka pikir evolusi. Pada fase ini antropologi telah menjadi disiplin ilmu yang dipelajari
secara akademik di perguruan tinggi khususnya di Eropa. Pada periode kedua ini Antropologi bertujuan
untuk “mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu
pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia” (Koentjaraningrat 1990a:4)

Fase ketiga (awal abad XX) adalah periode di mana pihak penguasa colonial Eropa dan Misionaris
mendorong orang-orang untuk melakukan ekspedisi ke Australia, Amerika latin, Asia, Polinesia, dan Afrika
untuk kepentingan pemerintah dan Gereja. Pihak penguasa colonial beranggapan bahwa studi tentang
masyarakat dan kebudayaan daerah jajahan sangat bermanfaat dalam rangka mendidik, mengontrol, dan
menguasai daerah tersebut. Antropologi pada masa ini memiliki tujuan praktis, yakni lebih banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan kolonialisme dan misionarisme.

Fase ke-empat (sejak 1930), antropologi mengalami pengembangan yang pesat baik dari segi
hasil studi dan penelitian maupun dari segi metode ilmiah. Tujuan antropologi pada saat ini mencakup
Akademik dan Praktis. Tujuan akademiknya adalah “ mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakatnya, serta kebudayaannya”.
Adapun tujuan praktisnya adalah “mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa
guna membangun masyarakat suku-bangsa itu” (Koentjaraningrat 1990a:6).

Hingga sekarang disiplin ilmu antropologi telah berkembang pesar dalam hal bidang kajian,
konsep, dan teori yang dihasilkan sehingga telah menghasilkan bidang spsialisasi yang beragam.
Cabang Antropologi

Pada dasarnya Antropologi terbagi kepada antropologi biologi dan antropologi budaya, sesuai
dengan perspektif antropologi bahwa manusia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu mansuai sebagai
makhluk biologis dan sebagai makhluk sosial budaya. Selain itu arkeologi dan linguistic dapat digolongkan
ke dalam antropologi budaya meskipun keduanya secara akademis berkembang menjadi disiplin yang
berdiri sendiri. Sebab itu antropologi terkadang dibagi menjadi 4 bidang, yakni antropologi biologi,
budaya, arkeologi, dan etnolinguistik.

Antropologi budaya, adalah kajian mengenal biologi manusia yang dikaitkan dengan perspektif
antropologi yang mengkaji manusia secara luas. Antropologi budaya, adalah disiplin yang paling luas yang
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk yang
hidup dalam kelompok masyarakat.

Arkeologi adalah subdisiplin yang berusaha mengkonstruksi cara hidup sehari-hari dan kebiasaan
bangsa-bangsa pada masa prasejarah.

Antropologi Linguistik adalah subdisiplin yang pada mulanya berkaitan erat dengan ilmu
antropologi. Linguistik sendiri agak lebih tua dari antropologi.

Wilayah utama antropologi budaya adalah, menurut Keesing antropologi sosial yang telah
berkembang ke arah spesialisasi yang beragam walaupun istilah-istilah yang dipakai masih diperdebatkan
dikalangan antropolog (1981: 3). Antropologi pembangunan, ekonomi, politik, kependudukan, hukum,
kognitif, ekologi, pendidikan, kesehatan, psikologi, perkotaan, terapan merupakan beberapa spesialisasi
dalam disiplin antropologi. Perkembangan pesat spesialisasi dalam disipllin antropologi terjadi setelah
perang dunia 2. Bidang spesialisasi menggunakan metode, konsep, dan teori antropologi untuk mengkaji
masalah-masalah yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat.

Hubungan Antropologi dengan Ilmu-ilmu Lain

Dengan ciri khas holistic, antropologi menempati posisi sentral dalam bidang ilmu pengetahuan
baik ilmu sosial maupun ilmu alam. Antropologi memiliki hubungan yang erat dengan ilmu Sosiologi,
bahkan ada yang menggabungkan keduanya karena memiliki objek yang sama yaitu masyarakat manusia.
Namun kedua bidang ilmu tersebut memiliki sejarah yang sangat mencolok perbedaannya. Antropologi
berawal dari catatan-catatan musafir, missionaris, pegawai pemerintahan colonial tentang suku-suku
bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan suku-suku bangsa Indian di Amerika. Sedang sosiologi lahir dari filsafat
sosial yang menganalisis masalah-masalah masyarakat Eropa, jadi terdapat perbedaan besar antara
antropologi dan sosiologi jika dilihat dari sejarah munculnya ilmu tersebut.

Sejak awal hingga sekarang, objek utama kajian antropologi adalah masyarakat dan kebudayaan
suku bangsa di luar lingkungan kebudayaan Eropa dan Amerika modern. Sebaliknya, objek utama kajian
sosiologi adalah masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup dilingkungan kebudaayan Eropa
dan Amerika. Perbedaan yang lebih tegas antara antropologi dan sosiologi adalah dalam hal metode
ilmiah. Antropologi biasanya meneliti kebudayaan suku bangsa di Asia, Afrika, Oseania dan Amerika dilihat
sebagai suatu kebulatan yang utuh. Antropologi mengembangkan metode penelitian yang intensif dan
mendalam, seperti observasi partisipasi, dan wawancara mendalam.Singkatnya antropologi
mengembangkan pendekatan penelitian kualitatif.
Sebaliknya, sosiologi biasanya mengkaji gejala-gejala khusus dalam masyarakat seperti kelompok-
kelompok sosial tertentu, hubungan antar kelompok atau antar individu, atau proses-proses sosial yang
terjadi dalam masyarakat, tanpa perlu memandang lebih dahulu struktur keseluruhan kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Sosiologi menggunakan metode penelitian yang bersifat meluas seperti
survei dengan teknik angket. Sosiologi lebih cenderung mengembangkan pendekatan penelitian
kuantitatif (Koentjaraningrat 1990a:27-31).

Selain dengan sosiologi, antropologi juga mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain, hubungan
tersebut biasanya bersifat timbal balik atau saling membutuhkan. Ilmu tersebut meliputi, sejarah,
ekonomi, politik, geologi, palentologi, anatomim, ilmu kesehatan mayarakat, psikiatri, linguistic,
arkeologi, geografi, administrasi, dan hukum adat.

Hubungan timbal balik antropologi dengan sejarah terletak pada metode-metode yang
digunakan antropologi yang dimanfaatkan untuk membantu proses historiografi. Sebaliknya, antropologi
juga membutuhkan sejarah, untuk menentukan objek sejarah yang akan diteliti. Hubungan antropologi
dengan ilmu ekonomi terletak pada proses dan hukum ekonomi dalam amsyarakat di luar lingkungan
kebudayaan Eropa dan Amerika yang terpengaruhi oleh system kemasyarakatan kebudayaan tersebut.
Antropologi dalam hal ini memberikan kejelasan mengenai pengaruh yang diberikan oleh kebudayaan
yang dihasilkan masyarakat tersebut. Sehingga antropologi dapat menjelaskan sebab beranekaragaman
system ekonomi yang ada di dunia.

Demikian dengan ilmu politik, Antropologi tidak mengkaji kebijakan politik maupun kekuasaan.
Melainkan menjelaskan mengenai latar belakang lahirnya suatu system norma, dan adat-istiadat ataupun
budaya yang memengaruhi berlangsungnya politik pada masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai