Anda di halaman 1dari 56

BAB II

KETRAMPILAN BERPIKIR (THINKING SKILL)

A. Pengertian.
1. Pengertian Ketrampilan dan Pengertian berpikir

Pengertian keterampilan menurut Anwar Jasmin (1996: 42) adalah

kemampuan fisik dan mental yang secara relatif mudah di praktekan secara

terpisah. Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf

dan otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,

mengetik, dan sebagainya.

Proses berpikir dikelompokkan menjadi 4 yaitu pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Dalam

mengembangkan berpikir kreatif diperlukan latihan-latihan dan

mempertimbangkan kondisi khas peserta didik.

Berpikir kreatif menurut Presseien (1985:45) adalah menggunakan proses

berpikir dasar, untuk menemukan novel, estetik, produk, ide yang membangun

yang berhubungan dengan persepsi seperti halnya konsep.

Menurut Susianna (2003), perkembangan optimal dari kemampuan

berpikir kreatif peserta didik dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat

dengan cara guru mengajar. Pola pengajaran dan interaksi yang lebih memberi

kepercayaan, penghargaan dan dorongan terhadap kemampuan peserta didik untuk

mencari pemecahan masalah dari setiap kasus pengajaran yang dihadapi akan

lebih membangkitkan keberanian untuk mencoba, mengemukakan dan mengkaji

gagasan atau cara-cara baru yang merupakan benih terciptanya kemampuan


kreativitas. Dalam hal ini peran utama pendidik antara lain adalah

mengembangkan sikap dan kemampuan peserta didik yang dapat membantu untuk

menghadapi persoalan-persoalan dimasa yang akan datang secara kreatif dan

inovatif.

2. Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Munandar USC (1992: 88-92) terdapat ciri-ciri kemampuan

berpikir kreatif diantaranya:

a..> Keterampilan Berpikir Lancar

- Definisi : Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau

pertanyaan.

- Perilaku siswa : Lancar mengungkapkan gagasan-gagasanya.

b.> Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibel)

- Definisi : Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

- Perilaku Siswa : Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-

beda.

c. > Keterampilan Berpikir Orisinil

- Definisi : Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

- Perilaku Siswa: setelah mermbaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja

untuk menemukan penyelesaian yang baru.

d.> Keterampilan Memperinci (Mengelaborasi)

- Definisi : Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.


-Perilaku Siswa : menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-

bagian) terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain.

e. > Keterampilan Menilai (mengevaluasi)

- Definisi : Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

- Perilaku Siswa : Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangannya sendiri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berpikir

Berpikir kreatif tumbuh subur apabila didukung oleh faktor personal dan

situasional diantaranya adalah:

a. Kemampuan Kognitif

Ternasuk kemampuan diatas rata-rata dan fleksibilitas kognitif, cara ini diperoleh

dengan mengoptimalkan potensi otak.

b. Sikap yang Terbuka

Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal,

saat sifat terbuka dimiliki maka banyak informasi dan kesempatan yang dapat kita

manfaatkan untuk menjadi kreatif.

c. Sifat yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri

Orang kreatif tidak senang “digiring” ingin menampilkan diri semampu dan

semaunya (Nggermanto 2002: 73)

Keterampilan berpikir adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan

dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang

telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara

divergen (dari berbagai sudut pandang). Dalam penelitian ini keterampilan


berfikir yang diukur mencakup empat aspek (William dalam Munandar, 1987:

88-91) yaitu: (1) fluency (berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), (3)

originality (orisinalitas berpikir), (4) elaboration (penguraian). Untuk mengukur

keterampilan berpikir kreatif ini digunakan tes uraian untuk memperoleh data

keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah pembelajaran. Secara

keseluruhan, aspek dan indikator keterampilan berpikir kreatif yang diukur dalam

penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut:

Aspek KBK Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

Fluency a.aMenjawab dengan sejumlah jawaban jika ada

pertanyaan;

bb.Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya;

cc Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan

dari suatu objek atau situasi.

Flexibility aa. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu

gambar, cerita, atau masalah;

b.Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan bermacam

cara yang berbeda untuk menyelesaikannya;

c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori)

yang berbeda.

Originality Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan,

bekerja untuk menyelesaikan yang baru


Elaboration a.Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau

pemecahan masalah dengan melakukan langkah terperinci

b.Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain;

c. c. Mencoba/menguji detail-detail untuk melihat arah yang

akan ditempuh.

Keterampilan berfikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat

dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah

agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat

mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi

perseptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957), dan

mampu mengantisipasi hasil-hasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah .

B.Jenis Berpikir ada dua yaitu :

1) Berpikir Kreatif

Adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan maksud untuk

menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.

Ciri-ciri berpikir kreatif, sebagai berikut.

1. Sangat lancar dalam menjabarkan ide umum ke dalam ide yang spesifik.

 Sangat lentur (fleksibel) dalam mengkaji ide dari berbagai sudut pandangan.

 Terampil melakukan elaborasi, menambah, dan memperkaya ide menjadi lebih

menarik.

 Bersifat original dalam menjabarkan ide yang unik.


 Menggunakan cara dalam memecahkan masalah.

 Suka mempertimbangkan banyak faktor.

 Terjamin konsekwenannya.

 Menggunakan kiasan (metapor) dalam mencurahkan pikirannya, seperti dalam

hal karang mengarang.

 Suka membuat daftar atribut dari sebuah pernyataan melalui gambar-gambar

tertentu.

Suka membuat alat yang berfungsi mngecek ide yang disampaikannya.

 Suka mempertajam hubungan pengetahuan satu dengan yang lainnya.

Suka mengambil resiko dari tanggung jawab yang dipikulnya.

Bayangannya kuat, subur ide, dan kaya konsep.

Sangat kuat dalam membandingkan sesuatu terhadap yang lainnya.

Subur dalam meramalkan aktifitas.

Penggambarannya lengkap .

Jenis kata (morphologis) yang digunakannya tajam.

 Mudah menurunkan pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan dan aktifitasnya bersifat terbuka

2) Berpikir Kritis

Adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,

membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan

mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.


Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut.

Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.

Pandai mendeteksi permasalahan.

Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan.

Mampu membedakan fakta dengan pendapat.

Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan .

Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis.

Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data.

Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.

Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak.

Mampu mengetes asumsi dengan cermat.

Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan.

Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda seperti dalam

sifat, bentuk, wujud dan lain-lain.

Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan

terhadap masalah, ide dan situasi.

Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah

yang lainnya.

Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi

Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif.

Keterampilan berpikir berpusat pada dua jenis sumber berpikir, yaitu :

Sumber Kognitif
Mencakup konsep, keterampilan, pengetahuan dan akal muslihat disamping alat

alat verbal yang dibutuhkan. Dalam buku Blagg (1988) Somerset Thinking

Skills Course, disingkat STSC, memuat contoh-contoh sumber kognitif

berdasarkan konsep, keterampilan, pengetahuan dan alat-alat verbal.

Strategi Kognitif

Masalah yang dihadapi guru membina siswanya memiliki pengetahuan dan

keterampilan strategi adalah bagaimana membina pengetahuan dan keterampilan

strategi itu bersifat fleksibel yang dapat digunakan dalam berbagai situasi.

Pernyataan-pernyataan perilaku yang melukiskan pengetahuan dan keterampilan

strategis kognitif sekalipun strategi itu di dalam pelaksanaannya sering berubah-

ubah.

Pengetahuan dan keterampilan itu adalah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan dan mengadmisnistrasi semua informasi yang relevan.

2. Mengenal dan merumuskan masalah.

3. Menjabarkan alternatif solusi.

4. Merencanakan taktik.

5. Memantaukan kegiatan.

6. Mengecek relevansi kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapainya.

7. Memperbaiki perencanaan dan strategi yang relevan dengan tujuan yang hendak

dicapainya.

8. Mengevaluasi strategi dan kegiatan yang dilakukannya.

9. Mentransfer pengetahuan teori ke dalam praktik .

1- Mengkomunikasikannya dengan jelas.


Pernyataan perilaku seseorang yang memiliki keterampilan dalam bidang strategi

kognitif dikemukakan oleh Blagg yang dituangkannya ke dalam STSC meliputi :

mengumpulkan dan mengorganisasi, mengenal dan merumuskan, menjabarkan,

merencanakan, memantau dan mengecek, mengevaluasi, mentransfer dan

mengkomunikasikan.

Masalah pokok yang dihadapkan kepada guru adalah bagaimana

mengembangkan fleksibilitas siswa dalam berfikir.

Dua keterampilan di atas sangat berguna bagi pengembangan cara-cara berfikir


pemecahan masalah yang lebih mendalam, sekalipun sangat sulit untuk
mengajarkannya.

C. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir, ada 3 pendekatan yang


digunakan, yaitu :

1) Mengajar untuk Berpikir

Upaya yang harus dilakukan guru dalam membina siswa pandai berpikir adalah

menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif, baik di dalam kelas maupun di

luar kelas. Strategi mengajar lebih banyak ditampilkan keterampilan memecahkan

masalah dari pada menyampaikan pengetahuan.

2) Mengajar tentang Berpikir

Pengertiannya merujuk pada pengajaran tentang strategi keterampilan berpikir,

melatih cara-cara bepikir kreatif dan kritis dalam menangani masalah yang sedang

dihadapinya.

3) Mengajar mengenai Berpikir

Pengertiannya berpusat pada upaya membina siswa sadar akan keterbatasan-

keterbatasan dirinya dan proses-proses yang dilakukan oleh orang lain dalam
berpikir, dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan ini disebut pengenalan medan

yaitu melibatkan siswa dalam merefleksi informasi dan bagaimana mereka

memecahkan masalah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas tugas utama Guru dalam mengelola pembelajaran untuk
mengasah ketrampilan siswa berpikir kreatif mencakup peningkatan ketrampilan
guru dalam merancang scenario mengelola kelas,merancang perencanaan
pembelajaran melalui perumusan RPP, menerapkan rencana pembelajaran dalam
kegiatan belajar siswa, menilai proses hasil belajar dan mengevaluasi
pembelajaran.
Dalam bahasan ketrampilan berpikir dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berpikir adalah suatu keterampilan yang berguna bagi manusia untuk meraih

pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Keterampilan berpikir dapat diajarkan di sekolah melalui cara-cara langsung dan

sistematis, dapat diselenggarakan pada semua bidang studi di sekolah dan dapat

pula diselenggarakan pada program tersendiri.

Pokok bahasan yang diutamakan pada pelajaran keterampilan berpikir adalah

proses berpikir bukan produk berpikir.

Terlebih dulu siswa harus menggunakan keterampilan berpikir menurut cara-

cara sendiri, kemudian berangsur-angsur menggunakan keterampilan berpikir

yang diajarkan guru di sekolah.


 Guru harus mendesain pelajaran keterampilan berpikir yang tepat, dan berupaya

menghilangkan cara-cara berpikir yang salah.

Guru harus menyesuaikan pelajaran keterampilan berpikir pada perbedaan

individu dalam tingkat kecepatan dan kelambanannya.

7. Keterampilan berpikir harus diajarkan sepanjang tahun.

 Guru harus dapat menempatkan diri sebagai penentu keberhasilan berpikir

B. Saran
Dari karya tulis ini kami mengharapkan:

1. Pembaca mau membaca dan memahami materi yang disajikan.

2. Pembaca berkenan memberikan kritik yang membangun tentang hal-hal yang

kurang tepat.

3 .Pembaca dapat menyempatkan waktunya untuk mendiskusikan materi Ini.

https://miraclous99.blogspot.com/2013/06/ketrampilan-berpikir-thinking-

skill_6.html
PENGEMBANGAN KETRAMPILAN BERPIKIR (THINKING SKILL) DALAM
PEMBELAJARAN IPA

A. Pengertian.

1. Pengertian Ketrampilan dan Pengertian berpikir

Pengertian keterampilan menurut Anwar Jasmin (1996: 42) adalah kemampuan


fisik dan mental yang secara relatif mudah di praktekan secara terpisah. Keterampilan
ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot yang lazimnya tampak
dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, dan sebagainya.

Proses berpikir dikelompokkan menjadi 4 yaitu pemecahan masalah, pengambilan


keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Dalam mengembangkan berpikir kreatif
diperlukan latihan-latihan dan mempertimbangkan kondisi khas peserta didik.

Berpikir kreatif menurut Presseien (1985:45) adalah menggunakan proses berpikir


dasar, untuk menemukan novel, estetik, produk, ide yang membangun yang
berhubungan dengan persepsi seperti halnya konsep.

Menurut Susianna (2003), perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif


peserta didik dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru
mengajar. Pola pengajaran dan interaksi yang lebih memberi kepercayaan, penghargaan
dan dorongan terhadap kemampuan peserta didik untuk mencari pemecahan masalah
dari setiap kasus pengajaran yang dihadapi akan lebih membangkitkan keberanian untuk
mencoba, mengemukakan dan mengkaji gagasan atau cara-cara baru yang merupakan
benih terciptanya kemampuan kreativitas. Dalam hal ini peran utama pendidik antara
lain adalah mengembangkan sikap dan kemampuan peserta didik yang dapat membantu
untuk menghadapi persoalan-persoalan dimasa yang akan datang secara kreatif dan
inovatif.

2. Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif


Menurut Munandar USC (1992: 88-92) terdapat ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
diantaranya:

a. Keterampilan Berpikir Lancar


 Definisi : Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

 Perilaku siswa : Lancar mengungkapkan gagasan-gagasanya.

b. Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibel)


 Definisi : Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

 - Perilaku Siswa : Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Keterampilan Berpikir Orisinil


 Definisi : Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

 Perilaku Siswa: setelah mermbaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk


menemukan penyelesaian yang baru.

d. Keterampilan Memperinci (Mengelaborasi)


 Definisi: Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

 -Perilaku Siswa: menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian)


terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain.

e. Keterampilan Menilai (mengevaluasi)


 Definisi: Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

 Perilaku Siswa: Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangannya sendiri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berpikir


Berpikir kreatif tumbuh subur apabila didukung oleh faktor personal dan situasional
diantaranya adalah:

a. Kemampuan Kognitif
Ternasuk kemampuan diatas rata-rata dan fleksibilitas kognitif, cara ini diperoleh
dengan mengoptimalkan potensi otak.

b. Sikap yang Terbuka


Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal,
saat sifat terbuka dimiliki maka banyak informasi dan kesempatan yang dapat kita
manfaatkan untuk menjadi kreatif.

c. Sifat yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri


Orang kreatif tidak senang “digiring” ingin menampilkan diri semampu dan
semaunya (Nggermanto 2002: 73)

Keterampilan berpikir adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan


mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah
lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari
berbagai sudut pandang). Dalam penelitian ini keterampilan berfikir yang diukur
mencakup empat aspek (William dalam Munandar, 1987: 88-91) yaitu: (1) fluency
(berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), (3) originality (orisinalitas berpikir), (4)
elaboration (penguraian). Untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif ini digunakan
tes uraian untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah
pembelajaran. Secara keseluruhan, aspek dan indikator keterampilan berpikir kreatif
yang diukur dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut:

Aspek KBK Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa


Fluency a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan;
b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya;
c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi.
Flexibility a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu
gambar, cerita, atau masalah;
b. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan bermacam
cara yang berbeda untuk menyelesaikannya;
c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang
berbeda.
Originality Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja
untuk menyelesaikan yang baru

Elaboration a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau


pemecahan masalah dengan melakukan langkah terperinci
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain;
c. Mencoba/menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan
ditempuh.

Keterampilan berfikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan


sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-
model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat mendorong para
pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perseptual yang mantap yang
diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957), dan mampu mengantisipasi hasil-hasilnya
tanpa melalui perlakuan mencoba salah.

B.Jenis Berpikir ada dua yaitu:


1. Berpikir Kreatif
Adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan maksud untuk menambah
agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.

Ciri-ciri berpikir kreatif, sebagai berikut.

1) Sangat lancar dalam menjabarkan ide umum ke dalam ide yang spesifik.
2) Sangat lentur (fleksibel) dalam mengkaji ide dari berbagai sudut pandangan.
3) Terampil melakukan elaborasi, menambah, dan memperkaya ide menjadi lebih menarik.
4) Bersifat original dalam menjabarkan ide yang unik.
5) Menggunakan cara dalam memecahkan masalah.
6) Suka mempertimbangkan banyak faktor.
7) Terjamin konsekwenannya.
8) Menggunakan kiasan (metapor) dalam mencurahkan pikirannya, seperti dalam hal
karang mengarang.
9) Suka membuat daftar atribut dari sebuah pernyataan melalui gambar-gambar tertentu.
10) Suka membuat alat yang berfungsi mngecek ide yang disampaikannya
11) Suka mempertajam hubungan pengetahuan satu dengan yang lainnya.
12) Suka mengambil resiko dari tanggung jawab yang dipikulnya.
13) Bayangannya kuat, subur ide, dan kaya konsep.
14) Sangat kuat dalam membandingkan sesuatu terhadap yang lainnya.
15) Penggambarannya lengkap .
16) Jenis kata (morphologis) yang digunakannya tajam.
17) Mudah menurunkan pertanyaan-pertanyaan.
18) Pertanyaan dan aktifitasnya bersifat terbuka

2.Berpikir Kritis
Adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.
Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut.

a. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.

b. Pandai mendeteksi permasalahan.

c. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan.

d. Mampu membedakan fakta dengan pendapat.

e. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan .

f. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis.

g. Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data.

h. Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.

i. Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak.

j. Mampu mengetes asumsi dengan cermat.

k. Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan.

l. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda seperti dalam


sifat, bentuk, wujud dan lain-lain.

m. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan
terhadap masalah, ide dan situasi.

n. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah
yang lainnya.

o. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi

p. Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif.


Keterampilan berpikir berpusat pada dua jenis sumber berpikir, yaitu :

Sumber Kognitif

Mencakup konsep, keterampilan, pengetahuan dan akal muslihat disamping alat alat
verbal yang dibutuhkan. Dalam buku Blagg (1988) Somerset Thinking Skills Course,
disingkat STSC, memuat contoh-contoh sumber kognitif berdasarkan konsep,
keterampilan, pengetahuan dan alat-alat verbal.

Strategi Kognitif

Masalah yang dihadapi guru membina siswanya memiliki pengetahuan dan


keterampilan strategi adalah bagaimana membina pengetahuan dan keterampilan
strategi itu bersifat fleksibel yang dapat digunakan dalam berbagai situasi.

Pernyataan-pernyataan perilaku yang melukiskan pengetahuan dan keterampilan


strategis kognitif sekalipun strategi itu di dalam pelaksanaannya sering berubah-ubah.

Pengetahuan dan keterampilan itu adalah sebagai berikut.

a. Mengumpulkan dan mengadmisnistrasi semua informasi yang relevan.


b. Mengenal dan merumuskan masalah.
c. Menjabarkan alternatif solusi.
d. Merencanakan taktik.
e. Memantaukan kegiatan.
f. Mengecek relevansi kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapainya.
g. Memperbaiki perencanaan dan strategi yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapainya.
h. Mengevaluasi strategi dan kegiatan yang dilakukannya.
i. Mentransfer pengetahuan teori ke dalam praktik.
j. Mengkomunikasikannya dengan jelas.
Pernyataan perilaku seseorang yang memiliki keterampilan dalam bidang strategi
kognitif dikemukakan oleh Blagg yang dituangkannya ke dalam STSC meliputi :
mengumpulkan dan mengorganisasi, mengenal dan merumuskan, menjabarkan,
merencanakan, memantau dan mengecek, mengevaluasi, mentransfer
dan mengkomunikasikan.

Masalah pokok yang dihadapkan kepada guru adalah bagaimana


mengembangkan fleksibilitas siswa dalam berfikir.

Dua keterampilan di atas sangat berguna bagi pengembangan cara-cara berfikir


pemecahan masalah yang lebih mendalam, sekalipun sangat sulit untuk
mengajarkannya.

C. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir, ada 3 pendekatan yang digunakan,


yaitu:

1) Mengajar untuk Berpikir

Upaya yang harus dilakukan guru dalam membina siswa pandai berpikir adalah
menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Strategi mengajar lebih banyak ditampilkan keterampilan memecahkan masalah dari
pada menyampaikan pengetahuan.

2) Mengajar tentang Berpikir

Pengertiannya merujuk pada pengajaran tentang strategi keterampilan berpikir, melatih


cara-cara bepikir kreatif dan kritis dalam menangani masalah yang sedang dihadapinya.

3) Mengajar mengenai Berpikir

Pengertiannya berpusat pada upaya membina siswa sadar akan keterbatasan-


keterbatasan dirinya dan proses-proses yang dilakukan oleh orang lain dalam berpikir,
dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan ini disebut pengenalan medan yaitu
melibatkan siswa dalam merefleksi informasi dan bagaimana mereka memecahkan
masalah. https://lestarysnote.blogspot.com/2016/03/pengembangan-ketrampilan-
berpikir.html
Pengertian Keterampilan Berpikir A. Pengertian Keterampilan Berpikir Pengertian
berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan
memperbaiki model-model simbolik internal (Gilhooly, 1982). Model-model tersebut di
antaranya adalah : \ Wujud ciptaan yang mewakili suatu kenyataan. \ Kenyataan hasil
membayangkan sesuatu peristiwa tertentu. \ Model abstrak yang dilukiskan dalam
pikiran dan perasaan. Keterampilan berfikir diarahkan untuk memecahkan masalah,
dapat dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah
agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat
mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perseptual
yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957), dan mampu
mengantisipasi hasil-hasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah (tryal and error).
Terdapat dua jenis berpikir, yaitu : 1) Berpikir Kreatif Adalah kegiatan menciptakan
model-model tertentu, dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan
menciptakan yang baru. Ciri-ciri berpikir kreatif, sebagai berikut. Ø Sangat lancar dalam
menjabarkan ide umum ke dalam ide yang spesifik. Ø Sangat lentur (fleksibel) dalam
mengkaji ide dari berbagai sudut pandangan. Ø Terampil melakukan elaborasi,
menambah, dan memperkaya ide menjadi lebih menarik. Ø Bersifat original dalam
menjabarkan ide yang unik. Ø Menggunakan cara-cara brainstroming dalam
memecahkan masalah. Ø Suka mempertimbangkan banyak faktor. Ø Terjamin
konsekwenannya. Ø Menggunakan kiasan (metapor) atau analog dalam mencurahkan
pikirannya, seperti dalam hal karang mengarang. Ø Suka membuat daftar atribut dari
sebuah pernyataan melalui gambar-gambar tertentu. Ø Suka membuat alat yang
berfungsi mngecek ide yang disampaikannya. Ø Suka mempertajam hubungan
pengetahuan satu dengan yang lainnya. Ø Suka mengambil resiko dari tanggung jawab
yang dipikulnya. Ø Bayangannya kuat, subur ide, dan kaya konsep. Ø Sangat kuat dalam
membandingkan sesuatu terhadap yang lainnya. Ø Subur dalam meramalkan aktifitas. Ø
Penggambarannya lengkap dan konstruktif. Ø Jenis kata (morphologis) yang
digunakannya tajam. Ø Mudah menurunkan pertanyaan-pertanyaan. Ø Pertanyaan dan
aktifitasnya bersifat terbuka. Ø Suka melebih-lebihkan pernyataan. 2) Berpikir Kritis
Adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai
berikut. Ø Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan. Ø Pandai mendeteksi
permasalahan. Ø Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan. Ø
Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat. Ø Mampu mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi. Ø Dapat membedakan
argumentasi logis dan tidak logis. Ø Mampu mengembangkan kriteria atau standar
penilaian data. Ø Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual. Ø Dapat
membedakan di antara kritik membangun dan merusak. Ø Mampu mengidentifikasi
pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data. Ø Mampu
mengetes asumsi dengan cermat. Ø Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan
peristiwa dalam lingkungan. Ø Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat
dan benda seperti dalam sifat, bentuk, wujud dan lain-lain. Ø Mampu mendaftar segala
akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide dan
situasi. Ø Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan
masalah yang lainnya. Ø Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah
tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan. Ø Mampu menggambarkan konklusi
yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya. Ø Mampu menarik
kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi. Ø Mampu membuat interprestasi
pengertian, defenisi, reasoning dan isu yang kontroversi. Ø Sanggup memberikan
pembuktian-pembuktian yang kondusif. Ø Mampu mengklasifikasi informasi dan ide. Ø
Mampu menginterprestasi dan menjabarkan informasi ke dalam pola atau bagan-bagan
tertentu. Ø Mampu menginterprestasi dan membuat flow charts. Ø Mampu
menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola, hubungan, prinsip, promosi, bias. Ø
Sanggup membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan (analog). Ø Mampu
membandingkan dan mempertentangkan yang kontras. Ø Sanggup mendeteksi bias atau
penyimpangan-penyimpangan. Ø Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan
yang dapat dipercaya. Ø Mampu menginterprestasi gambar atau kartun. Ø Mampu
menentukan hubungan sebab akibat. Ø Mampu membuat konklusi yang valid.
Keterampilan berpikir berpusat pada dua jenis sumber berpikir, yaitu : \ Sumber Kognitif
Mencakup konsep, keterampilan esensial, pengetahuan dan akal muslihat di samping
alat-alat verbal yang dibutuhkan. Dalam buku Blagg (1988) Somerset Thinking Skills
Course, disingkat STSC, memuat contoh-contoh sumber kognitif berdasarkan konsep,
keterampilan, pengetahuan dan alat-alat verbal. \ Strategi Kognitif Masalah yang
dihadapi guru membina siswanya memiliki pengetahuan dan keterampilan strategi
adalah bagaimana membina pengetahuan dan keterampilan strategi itu bersifat fleksibel
yang dapat digunakan dalam berbagai situasi. Pernyataan-pernyataan perilaku yang
melukiskan pengetahuan dan keterampilan strategis kognitif sekalipun strategi itu di
dalam pelaksanaannya sering berubah-ubah. Pengetahuan dan keterampilan itu adalah
sebagai berikut. 1. Mengumpulkan dan mengadmisnistrasi semua informasi yang
relevan. 2. Mengenal dan merumuskan masalah. 3. Menjabarkan alternatif solusi. 4.
Merencanakan taktik. 5. Memantaukan kegiatan. 6. Mengecek relevansi kegiatan
dengan tujuan yang hendak dicapainya. 7. Memperbaiki perencanaan dan strategi yang
relevan dengan tujuan yang hendak dicapainya. 8. Mengevaluasi strategi dan kegiatan
yang dilakukannya. 9. Mentransfer pengetahuan teori ke dalam praktik serta
menggeneralisasinya secermat mungkin. 10. Mengkomunikasikannya dengan jelas.
Pernyataan perilaku seseorang yang memiliki keterampilan dalam bidang strategi
kognitif dikemukakan oleh Blagg yang dituangkannya ke dalam STSC meliputi :
mengumpulkan dan mengorganisasi, mengenal dan merumuskan, menjabarkan,
merencanakan, memeantau dan mengecek, mengevaluasi, mentransfer dan
menggeneralisasi serta megkomunikasikan. Pengertian sumber-sumber kognitif dan
strategi kognitif diperjelas lebih terang oleh Nisbat dan Shucksmith (1986) melalui
contoh-contohnya di bidang sepak bola. Masalah pokok yang dihadapkan kepada guru
adalah bagaimana mengembangkan fleksibilitas dan adaptabilitas sisw a dalam berfikir,
seperti dalam hal melatih siswa berketerampilan mentransfer dan menggeneralisasi
sesuatu. Dua keterampilan di atas sangat berguna bagi pengembangan cara-cara berfikir
pemecahan masalah yang lebih mendalam, sekalipun sangat sulit untuk
mengajarkannya. B. Mengajar untuk Berpikir, Mengajar Tentang Berpikir, dan Mengajar
Mengenai Berpikir Untuk mengembangkan kemampuan berpikir, ada 3 pendekatan yang
digunakan, yaitu : 1) Mengajar untuk Berpikir Upaya yang harus dilakukan guru dalam
membina siswa pandai berpikir adalah menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif,
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Strategi mengajar lebih banyak ditampilkan
keterampilan memecahkan masalah dari pada menyampaikan pengetahuan. 2)
Mengajar tentang Berpikir Pengertiannya merujuk pada pengajaran tentang strategi
keterampilan berpikir, melatih cara-cara bepikir kreatif dan kritis dalam menangani
masalah yang sedang dihadapinya. 3) Mengajar mengenai Berpikir Pengertiannya
berpusat pada upaya membina siswa sadar akan keterbatasan-keterbatasan dirinya dan
proses-proses yang dilakukan oleh orang lain dalam berpikir, dalam situasi kehidupan
nyata. Pendekatan ini disebut pengenalan medan (metakognisi), yaitu melibatkan siswa
dalam merefleksi informasi dan bagaimana mereka memecahkan masalah. C. Kurikulum
Keterampilan Berpikir Beyer (1988) mengemukakan pendapatnya tentang kurikulum
keterampilan berpikir sebagai berikut. 1) Prinsip dasar pengembangan lingkup dan
urutan materi pelajaran keterampilan berpikir bersumber dari kurikulum yang telah ada,
disusun sedemikian rupa menjadi lebih mudah dikenal, dipraktikkan, digeneralisasi dan
dielaborasi. 2) Lingkup dan urutan materi keterampilan proses dikembangkan ke dalam
semua disiplin ilmu yang diajarkan ke sekolah dengan tidak mengabaikan prinsip
kesederhanaan, simpel dan mudah dipelajari. Tahapan-tahapan materi pelajaran
keterampilan berpikir yang akan diajarkan di sekolah didasarkan pada kriteria-kriteria
pemilihan meliputi : Tahapan I Keterampilan berpikir strategi, dengan materi mencakup
: - Pemecahan masalah (Problem Solving). - Pembuatan keputusan (Decision Making). -
Menyusun konsep. Tahapan II Keterampilan Berpikir Kritis Bepikir kritis adalah suatu
kegiatan atau suatu proses menganalisis, menjelaskan, dan mengembangkan atau
menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan, membandingkan dan melawankan
(contrasting), menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi
kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Materinya
mencakup : - Membedakan fakta yang dapat diuji dengan tuntutan nilai yang berlaku. -
Membedakan informasi relevan dan tidak relevan, tuntutan atau alasan-alasannya . -
Menentukan ketelitian fakta dari sebuah pernyataan. - Menentukan derajat kredibilitas
sumber. - Mengidentifikasi argumentasi yang bersifat ganda. - Mengidentifikasi asumsi
yang tidak dinyatakan. - Menditeksi penyimpangan-penyimpangan (bias). -
Memperkenalkan ketertautan logis dalam reasoning. - Menentukan besarnya kekuatan
argumentasi dan tuntutannya. Tahapan III Keterampilan Memproses Informasi
Materinya meliputi : - Mengingat-ingat kembali pengetahuan yang telah diterimanya. -
Menterjemahkan masalah. - Menginterprestasi data atau informasi. - Meramalkan
kemungkinan-kemungkinan. - Menerapkan pengetahuan. - Menganalisis
(membandingkan), melawankan, mengelompokkan, menyerukan sesuatu. - Mensintesis
hasil analisis. - Mengevaluasi. - Membuat reasoning, kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat induktif, deduktif dan analogis. Beyer (1988) juga mengemukakan prinsip
menentukan lingkup dan urutan materi pelajaran keterampilan berpikir adalah sebagai
berikut. 1) Membatasi jumlah materi pelajaran keterampilan berpikir dalam kurikulum,
dengan memperhatikan prinsip penguasaan pelajaran keterampilan berpikir yang
lengkap dan komplek yang selalu digunakan pada setiap situasi dan kondisi tertentu
dalam kehidupan. 2) Menyederhanakan materi pelajaran keterampilan berpikir pada
setiap kelas di sekolah. 3) Mengurangi materi pelajaran keterampilan berpikir pada
setiap kelas dan mata pelajaran sehingga luas dan urutan pelajaran dapat dikuasai dan
diikuti dengan tuntas. 4) Memasukkan materi pelajaran baru keterampilan berpikir ke
dalam bidang studi lainnya sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bidang
studi itu dan diajarkan serempak bersama-sama dalam bidang studi yang berbeda. 5)
Memperhatikan urutan-urutan bahan pelajaran keterampilan berpikir ke dalam yang
lebih sederhana dan ditempatkan berdasarkan prerequisit tertentu. 6) Bagi materi
pelajaran keterampilan berpikir tunggal yang selalu digunakan pada setiap situasi dan
kondisi tertentu, dapat diajarkan secara terus menerus pada setiap jenjang kelas di
sekolah. 7) Memperkenalkan dan mengajarkan keterampilan berpikir khusus dalam
kontek strategi pokok yang menjadi payung keterampilan-keterampilan lainnya,
terutama keterampilan menggunakan dan memanfaatkan sesuatu. 8) Menambah
keterampilan dan strategi berpikir baru pada urutan-urutan pelajaran secara bertahap.
Persiapan-persiapan guru dalam membimbing siswa menjadi manusia yang pandai
berpikir, yaitu : 1) Keterampilan membuat satuan pelajaran yang sederhana. 2)
Mengikuti latihan-latihan di bidang pengetahuan dan keterampilan berpikir. 3)
Pemahaman tentang deskripsi keterampilan berpikir secara rinci. 4) Pengetahuan di
bidang model tes keterampilan. Kebutuhan guru dalam membina keterampilan berpikir,
antara lain : 1) Akitvitas mengontrol dengan penuh perhatian. 2) Aktivitas memproses
sesuatu secara mendalam. 3) Aktivitas mengingat-ingat kerangka kerja. 4) Berpikir kuat.
5) Merumuskan tujuan. 6) Aktivitas menyusun kerangka pertanggungjawaban.
Keterampilan Berpikir Lingkup dan Isi Pelajaran Tujuan : untuk menyediakan siswa
segala alat yang efisien dalam mempelajari isi pelajaran, dalam hal : 1. Menalar
persamaan-persamaan. 2. Meramalkan dan memperhitungkan sesuatu. 3. Evaluasi
untuk pembuktian-pembuktian suatu peristiwa. 4. Pengujian nilai-nilai atau kaidah-
kaidah suatu peristiwa. 5. Pengujian nilai-nilai atau kaidah-kaidah tertentu. 6. Membuat
keputusan hasil musyawarah atau rapat-rapat tertentu. 7. Membuat pola tanpa
menggunakan kalimat-kalimat tertentu. 8. Mengelaborasi. 9. Memecahkan masalah
sehari-hari. 10. Menangani masalah-masalah akademik. 11. Melakukan penemuan-
penemuan. D. Cara-Cara Berpikir Manusia pada Setiap Situasi Cara-cara berpikir manusia
pada setiap situasi berbeda. Terdapat enam mode berpikir, yaitu : 1) Berpikir topi biru.
2) Berpikir topi hijau. 3) Berpikir topi putih. 4) Berpikir topi kuning. 5) Berpikir topi
merah. 6) Berpikir topi hitam. E. Strategi, Metode dan Teknik yang dapat Dipergunakan
dalam Mengembangkan dan Memperkuat Keterampilan Berpikir Dua alat penting yang
dapat mengembangkan dan memperkuat keterampilan berpikir. 1) Alat Persepsi
Berfungsi untuk mengamati lingkungan yang berada di luar diri manusia baik lingkungan
yang berarti maupun lingkungan yang tidak berarti bagi dirinya. Menurut Edward De
Bono menekankan bahwa esensi metode berpikir CoRT memusatkan perhatiannya
secara langsung terhadap aspek berpikir, dan kemudian mengkristalisasikannya ke
dalam konsep dan alat yang dapat digunakan dengan sengaja. Alat persepsi tersebut
meliputi : a. Plus, Minus, Interesting Point Pengertian operasi berpikir Plus, Minus,
Interesting Point (PMI) mencakup tiga aspek aktifitas pengamatan, yaitu : 1) Melihat
kelebihan-kelebihan titik ungkap atau poin-poin tertentu (P) 2) Melihat kelemahan-
kelemahannya (M) 3) Memperhatikan titik ungkap itu sendiri (I) Dengan pengembangan
metode PMI dalam proses belajar mengajar dapat membina siswa dalam menumbuhkan
reaksi emosional yang wajar terhadap ide yang tampil di hadapannya, dan akan mampu
mengubah reaksi emosionalnya ke dalam keterampilan melaksanakan ide itu dalam
bentuk kegiatan-kegiatan formal. b. Condiser All Faktors Kegiatan berpikir Condiser All
Faktors (CAF) secara esensial sangat bertalian erat dengan perbuatan-perbuatan
memutuskan, merencanakan, menilai dan menarik kesimpulan. CAF lebih
mengutamakan eksplorasi dalam sebuah situasi sedangkan PMI lebih mengutamakan
reaksi terhadap ide yang hadir di hadapan mereka. CAF berlangsung sebelum terjadinya
keputusan. c. Consequence dan Sequel Metode berpikir Consequence dan Sequel (C & S)
sangat berkepedulian besar terhadap penglihatan ke masa depan untuk menjamin
segala akibat yang akan terjadi di kemudian hari. C & S berlangsung setelah adanya
keputusan. C & S dibagi dalam 3 akibat : 1. Akibat jangka pendek, berkisar antara 1-5
tahun. 2. Akibat jangka menengah, berkisar antara 1-25 tahun. 3. Akibat jangka panjang,
berkisar di atas 25 tahun. C & S juga selalu memusatkan perhatiannya terhadap
pengembangan pada masa yang akan datang. d. Aims, Goals dan Objectives Aims, Goals
dan Objectives (AGO) adalah alat persepsi untuk berpikir yang diawali oleh tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya. Tujuan itu menjadi perangsang untuk berpikir dan berbuat. e.
First Important Priorities First important priorities (FIP) lebih banyak memusatkan
perhatiannya terhadap tinggi rendahnya prioritas untuk dipecahkan, dilihat dari sudut
kepentingan dan validitasnya terhadap tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan pelajaran
FIP adalah untuk memperbaiki keseimbangan tingkah laku, menetapkan pertimbangan-
pertimbangan terhadap materi pelajaran yang dianggap penting untuk dikaji dan
dipecahkan. Metode FIP sangat berguna untuk menjabarkan materi pelajaran menjadi
lebih rinci untuk menjadi bahan kekuatan di dalam memilih materi pelajaran itu ke
dalam skala prioritas. f. Alternatif, Possibilities, Choices Metode Alternatif, Possibilities,
Choices (APC) merupakan pelengkap daripada metode FIP. Metode ini memusatkan
perhatiannya pada pemilihan alternatif atau kemungkinan-kemungkinan sesuatu untuk
dipecahkan. Melalui metode APC ini, segala sesuatu akan mudah diketahui dan mudah
untuk dipahami, sebab semuanya berdasarkan kemungkinan-kemungkinan,
pengkajiannya tidak bersifat mengawang-awang, praktis dan dapat dijelaskan terhadap
siapapun yang berminat mendengarkannya. Metode APC adalah penangkal terhadap
reaksi emosional. g. Other Point of View Metode Other Point of View (OPV)
memusatkan perhatiannya kepada titik pandangan seorang pemikir, sekalipun kadang-
kadang ide itu melibatkan para pemikir lainnya. Metode OPV dapat dipergunakan di
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, dan kemungkinan pula dipakai dalam
menguji penggunaan metode-metode berpikir lainnya, seperti CAF, PMI, FIP, AGO, APC
dan C&S. Metode OPV merupakan penangkal (antidote) terhadap kelakuan seseorang
dan mungkin dapat menghilangkan pemikiran dan perasaan egoisme. 2) Alat Pemroses
Informasi Terdapat 5 alat pemroses informasi, yaitu : a. Kreatifitas dan Berpikir Lateral
Menurut de Bono, kreatifitas adalah semacam cara-cara berpikir tertentu dalam
merancang sesuatu untuk menjadi lengkap dan baru sehingga dinilai lebih menarik bagi
orang yang mengamatinya. Berpikir lateral adalah aktifitas menjabarkan persepsi dan
ide baru, mencakup perubahan-perubahan persepsi dan fleksibilitas. Kreatifitas dan
berpikir lateral bermakna sama dalam hal menghasilkan sesuatu yang baru,
perbedaannya terletak pada proses perubahan persepsi, yaitu perubahan cara-cara pada
saat kita melihat benda. Berpikir lateral lebih mengutamakan aktifitas menciptakan pola
baru yang lebih baik bukan menciptakan alternatif cara-cara memecahkan masalah.
Beberapa teknik untuk mengembangkan cara-cara berpikir lateral : 1.
Memandangrumputkan batu, yang artinya menemukan sesuatu yang baru. 2. Pilihan
acak masukan (input), artinya melibatkan pengenalan sesuatu yang wajar terhadap
situasi dan penglihatannya. 3. Mengkonsepsikan segala tantangan, artinya melibatkan
pandangan terhadap ide yang telah diterimanya, kemudian diangkat untuk menjadi
tantangan mereka. 4. Mendomainkan ide, mengenai ide yang paling berkuasa
mempengaruhi situasi dalam pelajaran. 5. Merumuskan masalah, dimana siswa harus
dibina untuk menyadari pentingnya perumusan masalah agar dirinya berusaha keras
dalam mencari cara-cara pemecahannya. 6. Memunculkan kesalahan-kesalahan, dimana
siswa ditugasi mengurutkan kelemahan-kelemahan itu dan kemudian mencoba untuk
menguraikannya lebih rinci. 7. Teknik kombinasi, dengan harapan dapat mendorong
siswa untuk menciptakan gagasan baru yang lebih bernilai besar bagi pelajarannya di
sekolah. 8. Teknik menuntut persyaratan, dimana objek penilaiannya berkisar pada sisi
kepraktisan ide dalam kehidupan, terutama fungsinya bagi perkembangan pada masa
yang akan datang. b. Informasi dan Feeling Ada 6 teknik pengembangan keterampilan
membangkitkan informasi, yaitu : 1. FI dan FO (Information In and Information Out)
Memusatkan perhatian di bidang pencuatan informasi yang kita terima dari berbagai
sumber tertentu. FI adalah informasi yang disampaikan dan diterima dari berbagai
sumber baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan FO adalah informasi yang
hadir sepintas lalu, bersifat mudah menghilang. Untuk membina siswa pandai menkaji
informasi, guru dapat mengembangkan sistem pengajarannya melalui radio, manusia
sumber, TV, video, surat kabar dan lain-lain, memprosesnya dalam bentuk-bentuk
berpikir tertentu yang berguna bagi kehidupannya. 2. FQ & SQ (Fishing Question and
Shooting Question) Memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam pelajaran. Ada dua macam cara untuk membangkitkan pertanyaan, yaitu dengan
cara memancing atau menimba pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada siswa
agar muncul pertanyaan dari pihak mereka. 3. CS & CC (Clues Separately and Clues
Combined) Clues adalah isyarat, tanda, signal atau poin-poin informasi, yang berfungsi
memperdaya pengetahuan. Clue separatly berfungsi menguji setiap informasi, dicoba
dan ditemukan sehingga diperoleh semua hal yang diperlukan. Clues Combined adalah
pengujian semua clue secara berbarengan dengan maksud untuk melihat pertambahan
jumlah kekayaan pengetahuan yang diperolehnya. 4. CO & FCO (Contradiction and False
Conclusion) Terdapat dua kesalahan dalam satu informasi, yaitu kontradiktif dan
konklusi. Informasi yang kontradikitif pada umumnya diterima oleh individu agak samar-
samar, sebab dua hal yang bertentangan tidak dapat dinyatakan dua-duanya benar
dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan false conclusion adalah kesimpulan-
kesimpulan yang tidak benar yang mungkin terjadi karena akibat dari nformasi yang
kontradiktif. Maka dari itu, diharapkan guru di sekolah dapat menyampaikan pelajaran
dimulai dari sebuah ilistrasi bukan dari sebuah defenisi deduktif. 5. SG & BG (Small
Guessing and Big Guessing) SG dan BG memusatkan perhatian pada aspek penerkaan
yang terjadi karena tidak mempunyai informasi yang cukup meyakinkan. Pebedaan
antara terkaan kecil dan terkaan besar terletak pada besar kecilnya kesalahan-
kesalahan. Terkaan kecil tidak banyak mengandung banyak kelemahan, sebab pada
umumnya dilakukan secara spekulatif. Sedangkan terkaan besar mengandung makna
mengambil kesempatan atau gambling. 6. BP & BO (Belief Personal and Belief of Other)
PB dan BO mengandung kepercayaan akan adanya kebenaran diyakininya. BP
berdasarkan pengalaman , perasaan dan pembuktian pribadi. Ia langsung melihatnya,
mendengarnya, mencobanya untuk menumbuhkan keyakinan. BO adalah aktifitas
menerima keyakinan orang lain sebagai sesuatu yang perlu dipeluknya. Ia percaya
bahwa yang hadir pada dirinya merupakan kebenaran yang tak perlu dicek kembali.
Pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah tidak semata diarahkan untuk membunuh
kepercayaan atau mendorong keragu-raguan atas kebenaran sesuatu, namun sebaliknya
untuk menumbuhkan kesadaran kepada siswa terhadap kebenaran sumber informasi
yang dapat diyakini sepenuhnya. 7. RM-H & RM-S (Ready Made-Help and Ready Made-
Subtitue) RM adalah pikiran yang diambil dari hasil pikiran orang lain, bukan hasil olahan
sendiri. Pikiran-pikiran itu berfungsi membantu keterampilan berpikir seseorang,
sebagai unsur yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah. RM berfungsi
sebagai pembantu dalam keterampilan berpikir seseorang akan tetapi berfungsi sebagai
pengganti, sebagai produk akhir hasil berpikir. Seperti halnya dengan metode BO. c.
Organisasi Berpikir Alat-alat berpikir di bidang pengelolaan organisasi berpikir, yaitu : 1.
Pengenalan Pengenalan adalah unsur dasar kegiatan berpikir. Tanpa pengenalan, siswa
tidak dapat memulai untuk berpikir. 2. Analisis Salah satu fungsi alat berfikir manusia
adalah keterampilan menjabarkan objek atau ide ke dalam bagian-bagian yang spesifik.
Dilihat ari segi objek dan cara-cara memandangnya, pekerjaan analisis itu dibagi ke
dalam dua kelompok : 1. Kegiatan menganalisis murni (objektif), menuntut uraian yang
sama dari setiap yang melakukannya. 2. Kegiatan menganalisis terhayati (subjektif),
kegiatan yang berpusat pada aspek menguaraikan ide atau objek menurut pandangan
dirinya sendiri. 3. Perbandingan Merupakan kegiatan mempersamakan dan
memperbedakan ide atau objek ke dalam yang lebih rinci. Terdapat 2 macam situasi : 1.
Situasi yang menuntut sikap menyukai terhadap ide atau objek yang tampil di
hadapannya. 2. Situasi yang menghadapkan individu pada dua ide atau objek yang
menuntut seseorang untuk mencari persamaan dan perbedaannya. 4. Seleksi Kegiatan
menyeleksi adalah suatu proses aktifitas yang luas yang berfungsi untuk menemukan
sesuatu yang cocok dengan tuntutan dan penglihatan diri kita. Kegiatan yang bertalian
dengan fungsi pengelolaan organisasi berpikir adalah kegiatan menemukan cara-cara
melihat sesuatu benda yang ada di sekelilingnya, kegiatan memulai pekerjaan, kegiatan
mengorganisasi suatu lembaga, kegiatan memusatkan perhatian pada suatu objek
tertentu, kegiatan mengkonsolidasi pikiran dalam sebuah organisasi berpikir dan
semacamnya. d. Interaksi Alat berpikir interaksi memusatkan perhatiannya pada cara-
cara berpikir konstruktif yang bertujuan untuk mencapai sejumlah keterampilan yang
dapat mengarahkan dirinya kepada keputusan-keputusan tertentu. Penekanannya
diarahkan kepada upaya pemanfaatan ide atau objek untuk kepentingan-kepentingan
tertentu. Kajian –kajian menurut konsep interaksi : 1. Pembuktian Dua Sisi Adalah alat
memproses informasi yang bergerak di bidang pengujian dua sisi yang berlawanan
seperti dalam hal dua argumentasi yang berbeda satu sama lain bahkan berlawanan,
diuji tingkat keabsahannya pada lingkaran ide atau objek yang tampil di hadapannya. 2.
Pembuktian Bentuk Tujuan pelajaran itu adalah untuk membina keterampilan siswa
dalam menguji keabsahan ide atau objek apakah termasuk fakta atau pendapat.
Pengujian itu dilakukan melalui pembuktian-pembuktian tertentu, mencakup
percobaan-percobaan yang dilakukan siswa dalam pelajarannya di sekolah. 3.
Pembuktian Nilai Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pembuktian nilai : 1. Kunci
pengujian dari sebuah argumentasi terhadap sesuatu ide atau objek, yang mana dari
sekian banyak titik ungkap yang menjadi perhatian utama untuk dibahas lebih
mendalam. 2. Derajat kekuatan argumentasi yang diberikan seseorang di hadapan orang
banyak, seberapa jauh argumentasi itu memiliki nilai kekuatannya. 3. Derajat kelemahan
argumentasi yang dberikan seseorang kepada orang lain. Tujuan pelajaran di atas adalah
untuk membina keterampilan siswa dalam menguji pembuktian-pembuktian keabsahan
dan nilai dari sebuah ide atau objek yang hadir di tengah-tengah mereka. 4. Penguji
Struktur Pelajaran itu memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengujian sesuatu
terhadap ide atau objek yang dilakukan secara serempak dan terpisah. Terdapat 2
klasifikasi pengujian : 1. Pengujian terikat, adalah pembuktian yang memerlukan faktor-
faktor lain yang dapat membantunya. 2. Pengujian bebas, tidak memerlukan faktor-
faktor lain yang dapat membantunya. e. Aksi, Perbuatan Aksi adalah alat memproses
informasi, sejenis kegiatan timbal balik antara individu dengan ide atau objek yang
terdapat dalam lingkungan. Aksi adalah kegiatan berpikir dalam memproses informasi,
mengolah informasi, membuat rencana atau program hasil pengolahan informasi, dan
berlangsung pula pada saat melaksanakan program informasi. Proses berpikir melewati
tipe-tipe tertentu, sebagai berikut : 1. Target, Perluasan dan Kontrak Target adalah cara
berpikir yang memusatkan perhatiannya pada simbol-simbol visual, seperti dalam hal
mengkaji informasi dilukiskan melalui simbol-simbol tertentu, digambarkan ke dalam
bentuk bagan, charts, model, grafik, diagram. Perluasan adalah cara berpikir yang
memusatkan perhatiannya pada upaya pemberian makna terhadap simbol-simbol
tertentu. Kontrak adalah cara berpikir yang berfungsi melahirkan beberapa wujud
tertentu hasil pengolahan target dan perluasan. 2. Perumusan Tujuan, Pertimbangan
Masukan, Keputusan, Pilihan dan Melaksanakan Kegiatan Jalan pemikiran tipe berpikir di
atas tersusun secara sistematis dimulai dari perumusan tujuan yang hendak dicapainya,
kemudian pertimbangan-pertimbangan masukan yang berfungsi melengkapi aksi
(action) yang akan dilakukannya, kegiatan menetapkan keputusan-keputusan tertentu
sebagai alternatif, menetapkan pilihan-pilihan alternatif berdasarkan skala prioritas dan
terakhir melaksanakan kegiatan operasional. Kesimpulan : ü Berpikir adalah suatu
keterampilan yang berguna bagi manusia untuk meraih pengetahuan sebanyak-
banyaknya. ü Keterampilan berpikir dapat diajarkan di sekolah melalui cara-cara
langsung dan sistematis, dapat diselenggarakan pada semua bidang studi di sekolah dan
dapat pula diselenggarakan pada program tersendiri. ü Pokok bahasan yang diutamakan
pada pelajaran keterampilan berpikir adalah proses berpikir bukan produk berpikir. ü
Terlebih dulu siswa harus menggunakan keterampilan berpikir menurut cara-cara
sendiri, kemudian berangsur-angsur menggunakan keterampilan berpikir yang diajarkan
guru di sekolah. ü Guru harus memforsir pelajaran keterampilan berpikir yang tepat, dan
berupaya menghilangkan cara-cara berpikir yang salah. ü Guru harus menyesuaikan
pelajaran keterampilan berpikir pada perbedaan individu dalam tingkat kecepatan dan
kelambanannya. ü Keterampilan berpikir harus diajarkan sepanjang tahun. ü Guru harus
dapat menempatkan diri sebagai penentu keberhasilan berpikir.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

https://riapuspitasari108002.blogspot.com/2012/01/pengertian-keterampilan-
berpikir.html
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)
October 29, 2017 Penelitian

A. Definisi HOTS (High Order Thinking)

Stein dan Lane (dalam Thompson, 2008) mendefinisikan higher


order thinking yaitu memberikan pemikiran yang kompleks, tidak ada
algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas, ada yang tidak dapat
diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda dengan tugas yang
telah ada dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan.
Resnick (dalam Arends, 2008) mendefinisikan higher order thinking
sebagai berikut:
a. Higher-order thinking is nonalgorithmic; that is, the path of action is
not fully specified in advance.
b. Higher-order thinking tends to be complex.
c. Higher-order thinking often yields multiple solutions, each with costs
and benefits, rather than unique solutions.
d. Higher-order thinking involves nuanced judgment and interpretation.
e. Higher-order thinking is effortful. There is considerable mental work
involved in thekinds of elaborations and judgments required.
Definisi yang diungkapkan oleh Resnick berpikir tingkat tinggi
yaitu non-algoritmik yang arah penentuan jawaban tidak spesifik. Soal
yang melibatkan proses berfikir tingkat tinggi cenderung kompleks dan
merupakan soal yang memiliki banyak solusi maka dapat dikatakan bahwa
jenis soal HOT salah satunya merupakan soal open-ended, melibatkan
pendapat serta interpretasi dalam memecahkan masalah, dan melibatkan
mental dalam bekerja seperti elaborasi dari berbagai macam hal serta
memerlukan pertimbangan dan usaha yang tinggi.
Berpikir matematis dibagi menjadi dua level berdasarkan
pendalaman materi serta kekomplekannya yaitu berpikir tingkat rendah
dan berpikir tingkat tinggi. Hal ini diperjelas oleh Webb & Coxford
(dalam Nishitani 2010;11) mengklasifikasi beberapa kegiatan dalam
pembelajaran matematika seperti mengerjakan aritmatika sederhana,
menggunakan aturan matematika secara langsung dan mengerjakan tugas
algoritma merupakan golongan berpikir tingkat rendah. Sedangkan
pemahaman yang berarti, memunculkan dugaan, membuat analogi dan
generalisasi, logika yang beralasan, pemecahan masalah,
mempresentasikan hasil matematika, dan dapat membuat hubungan antara
dugaan, analogi serta logika termasuk kedalam berpikir tingkat tinggi.
Soal matematika dalam HOT juga salah satunya merupakan soal
non-routine (soal yang tidak diketahui secara langsung penyelesaiannya).
Seperti yang diungkapkan oleh Nishitani (2010;11) menyelesaikan soal
matematika yang berlevel tinggi, siswa harus memiliki motivasi yang
tinggi, antusias dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan karena masalah yang diberikan tidak dapat diketahui secara
langsung penyelesaiannya serta melalui beberapa proses.
B. Indikator HOTS (High Order Thinking)
Ranah dalam Taxonomi Bloom digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti yang diungkap oleh Krathwohl
(dalam Ayuningtyas 2012: 4) indikator untuk mengukur kemampuan
berfikir tinggi meliputi menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi:
1. Analyze (menganalisis) yaitu memisahkan materi menjadi bagian-
bagian penyusunannya dan mendeteksi bagaimana suatu bagian
berhubungan dengan satu bagiannya yang lain.
a. Differentiating (membedakan) terjadi ketika siswa membedakan
bagian yang tidak relevan dan yang relevan atau dari bagian yang
penting ke bagian yang tidak penting dari suatu materi yang
diberikan.
b. Organizing (mengorganisasikan) menentukan bagaimana suatu
bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-sama
didalam suatu struktur.
c. Attributing (menghubungkan) terjadi ketika siswa dapat
menentukan inti atau menggaris bawahi suatu materi yang
diberikan.
2. Evaluate (mengevaluasi) yaitu membuat keputusan berdasarkan
kreteria yang standar, seperti mengecek dan mengkritik.
a. Checking (mengecek) terjadi ketika siswa melacak ketidak
konsistenan suatu proses atau hasil, menentukan proses atau hasil
yang memiliki kekonsistenan internal atau mendeteksi keefektifan
suatu prosedur yang sedang diterapkan.
b. Critiquing (mengkritisi) terjadi ketika siswa mendeteksi ketidak
konsistenan antara hasil dan beberapa kriteria luar atau keputusan
yang sesuai dengan prosedur masalah yang diberikan.
3. Create (menciptakan) yaitu menempatkan element bersama-sama
untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau membuat
hasil yang asli, seperti menyusun, merencanakan dan menghasilkan.
a. Generating (menyusun) melibatkan penemuan hipotesis
berdasarkan kreteria yang diberikan.
b. Planning (merencanakan) suatu cara untuk membuat rancangan
untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan.
c. Producing (menghasilkan) membuat sebuah produk. Pada
producing, siswa diberikan deskripsi dari suatu hasil dan harus
menciptakan produk yang sesuai dengan diskripsi yang diberikan.
Adapun indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut
Lewy, dkk, ada lah sebagi berikut:
1. non algorithmic.
2. cenderung kompleks,
3. memiliki solusi yang mungkin lebih dari satu (open ended approach),
4. membutuhkan usaha untuk menemukan struktur dalam
ketidakteraturan.

C. Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematika HOTS (High Order


Thinking Skills)
Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-
konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui
proses internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator.
Menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran matematika
berorientasi pada: (1) pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses
asimilasi atau akomodasi, (2) dalam pengerjaan matematika, setiap
langkah siswa dihadapkan kepada apa, (3) informasi baru harus dikaitkan
dengan pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang
mentransformasikan, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan
pengalamannya, dan (4) pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa
berpikir, bukan apa yang mereka katakan atau tulis
Selain diperolehnya pengetahuan matematika, tujuan pembelajaran
matematika adalah melatih kemampuan siswa untuk berpikir. Edward De
Bono, memberikan secara prinsip, teknik ini mendorong siswa untuk
berpikir sesuai dengan tahapan berpikir siswa. Enam topi berpikir adalah
topi berwarna Putih, Kuning, Hitam, Merah, Hijau dan Biru. Masing-
masing tahapan berpikir adalah sebagai berikut:
1. Neutrality (white) – considering purely what information is available,
what are the facts?
2. Feeling (Red) – instinctive gut reaction or statements of emotional
feeling (but not any justification)
3. Negative judgement (Black) – logic applied to identifying flaws or
barriers, seeking mismatch
4. Positive Judgement (Yellow) – logic applied to identifying benefits,
seeking harmony
5. Creative thinking (Green) – statements of provocation and
investigation, seeing where a thought goes
6. Process control (Blue) – thinking about thinking
Karena siswa akan menjalani suatu proses yang akan membangun
pengetahuannya dengan bantuan fasilitas dari guru serta meningkatkan
kemampuan berpikir sebagai hasil belajar, mereka harus berperan aktif
dalam kegiatan belajar, atau dengan kata lain keterlibatannya dalam proses
belajar haruslah nampak. Diilhami oleh enam topi berpikir Edward de
Bono ada beberapa aktivitas strategi yang ditempuh siswa untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar, dengan tujuan utama adalah kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Keterlibatan siswa dalam proses belajar ini antara
lain adalah :
1) Menggali informasi yang dibutuhkan;
Masalah yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut siswa
untuk melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua informasi
diberikan secara eksplisit.
2) Mengajukan dugaan;
Siswa mengajukan dugaan penyelesaian masalah
3) Melakukan inkuiri;
Dalam inkuiri, individu mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi yang cukup dengan mengkaji dan menganalisa informasi
tadi untuk menjawab pertanyaan yang dimunculkan.
4) Membuat konjektur ;
Suatu pernyataan matematika yang benar yang dihasilkan berdasarkan
pengamatan atau eksplorasi, percobaan, namun belum dibuktikan
kebenarannya secara formal adalah suatu bentuk kesimpulan secara
umum, tetapi tidak formal. Ketika pernyataan ini dibuktikan secara
matematika, maka konjektur tadi berubah namanya menjadi suatu
teorema
5) Mencari alternatif ;
6) Menarik kesimpulan
Dalam proses ini tampak bahwa bukan selesaiannya yang menjadi tujuan
utama, melainkan bagaimana siswa melakukan:
a. Mengambil keputusan setelah melakukan investigasi matematika,
b. Membuat argumentasi-argumentasi matematis dan kontekstual,
https://sudianto.net/2017/10/keterampilan-berpikir-tingkat-tinggi-hots/

https://mytuaianilmu.blogspot.com/2016/10/keterampilan-berpikir-tingkat-tinggi.html
Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOT
Oleh karena itu Bloom membagi keterampilan menjadi dua bagian dalam proses
kognitif.

Pertama adalah keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS) dalam proses


pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan
menerapkan (applying).

Kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi


(HOTS) berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi
(evaluating), dan mencipta (creating).

Oleh Anderson dan Krathwoll taksonomi Bloom direvisi, sehingga merupakan


rangkaian proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif.

Baca Juga:

3 Level Kognitif yang Wajib Dipahami Guru

Langkah-Langkah Merumuskan Indikator

Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Penguatan Pendidikan Karakter


Rangkaian proses-proses tersebut menunjukkan kompleksitas kognitif dengan
menambahkan dimensi pengetahuan.

Pertama, Pengetahuan faktual

Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui para peserta
didik jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin ilmu.

Elemen-elemen tersebut berupa simbol – simbol yang berkaitan dengan beberapa


referensi konkret, untuk menyampaikan informasi penting. Oleh karena itu
sebagian besar pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif
rendah.

Terdapat dua jenis pengetahuan faktual yaitu:

1. Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan


non-verbal tertentu (misalnya kata-kata, angka, tanda, dan gambar).
2. Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada
pengetahuan peristiwa, tempat, orang, tanggal, dan sumber informasi.

Kedua, Pengetahuan konseptual

Pengetahuan konseptual tediri atas skema, model mental, atau teori eksplisit dan
implisit dalam model -model psikologi kognitif yang berbeda.

Dalam hal ini pengetahuan konseptual terdiri atas tiga jenis:

1. Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan


penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.
2. Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu akademis
dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau memecahkan masalah.
3. Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Serta hubungan-hubungan yang
menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena,
masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.

Ketiga, Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan mengenai bagaimana melakukan sesuatu mulai dari latihan-latihan


sampai dengan memecahkan masalah-masalah baru.

Oleh karena itu pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu
rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti.

Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan keahlian dan algoritma, serta


tehnik, dan metode yang disebut dengan prosedur.
1. Pengetahuan keahlian dan algoritma spesifik suatu subjek

Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah-


langkah, yang secara kolektif yang harus dilakukan. Konsep Berpikir Tingkat
Tinggi HOTS.

Kadangkala langkah-langkah tersebut dibarengi dengan perintah yang pasti,


namun adapula keputusan harus dibuat mengenai langkah mana yang dilakukan.

Terkadang dengan cara yang sama hasil akhirnya bias pasti, namun dalam kasus
lain hasilnya tidak pasti. Meskipun proses tersebut bisa pasti tetapi secara umum
hasil akhir dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.

2. Pengetahuan tehnik dan metode spesifik suatu subjek

Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana berpikir


dan menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau
pemecahan masalah tersebut.

3. Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur-


prosedur yang tepat.

Keempat, Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum


sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi
seseorang.

Yang termasuk ke dalam pengetahuan metakognitif antara lain:

1. Pengetahuan strategi

Pengetahuan strategis adalah pengetahuan mengenai strategi-strategi umum untuk


pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.

2. Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan


kondisional

Para peserta didik mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-trategi


pembelajaran dan berpikir.

Pengetahuan ini mencerminkan baik strategi-strategi umum apa yang digunakan


dan bagaimana menggunakan mereka.

3. Pengetahuan diri
Kewaspadaan diri mengenai kaluasan dan kelebaran dari dasar pengetahuan
dirinya merupakan aspek penting pengetahuan diri.

Peserta didik perlu memperhatikan jenis strategi yang berbeda yang lebih tepat
untuk tugas tertentu. Tentunta hal ini dapat mendorong ke arah suatu perubahan
dalam penggunaan strategi. Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS.

Gambar berikut menunjukkan kombinasi dari dimensi pengetahuan dan proses


berpikir.

Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dikenal dengan Higher Order Thinking
Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.

a. Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang


spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.

b. Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat
diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor tersebut terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam
belajar.

c. Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau
spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.

d. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran,


kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif.

https://bertema.com/konsep-berpikir-tingkat-tinggi-hots
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills
(HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari
taksonomi berpikir Bloom.

Higher Orde Thinking Skill (HOTS) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,
dan berpikir kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika individu atau siswa
dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya. HOTS ini sesuai
dengan Standar Isi Permen 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa mata pelajaran
Matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama.

Saat ini teori-teori yang berkembang tentang Higher Orde Thinking Skill lebih
banyak difokuskan tentang bagaimana keterampilan ini dipelajari dan dikembangkan.
Strategi pengajaran yang tepat serta lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi
kemampuan berfikir siswa merupakan faktor yang penting untuk tercapainya
pendekatan ini. Seperti halnya ketekunan siswa, pemantauan diri, dan berfikir terbuka
serta sikap fleksibel.
Dalam berfikir tingkat tinggi, diperlukan kemampuan bernalar. Dimana
kemampuan bernalar dan berfikir kritis ini saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Krulik dan Rudnick (1995: 2), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic
thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Dua
tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut sebagai
keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
matematika dan akan dibahas dalam tulisan ini.

Beberapa konsep utama yang sesuai dengan pendekatan HOTS adalah mengikuti
ketiga anggapan tentang berpikir dan belajar. Yaitu:

a. Berpikir tidak bisa tidak dihubungkan dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama
lain

b. Berfikir atau tidak berpikir dapat belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam
kehidupan nyata, siswa akan mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada
pengalaman sekolahnya.

c. HOTS meliputi berbagai cara berpikir, memproses, serta menerapkan pada situasi
gabungan dan variabel kelipatan setelahnya.

Tingkat berpikir bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia


nyata) dengan variabel kelipatan penawaran ke tantangan berpikir memproses.
Keberhasilan berfikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan individu dalam
menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan dalam konteks situasi
berpikir.

Pengajaran keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi. Pertama harus ada


materi atau pelajaran khusus tentang berfikir. Kedua, mengintegrasikan kegiatan
berfikir ke dalam setiap pembelajaran matematika. Dengan demikian, keterampilan
berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari
pelajaran matematika sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat
dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problem solver yang lebih
baik. Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa
menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya.
2. Karakteristik HOTS

Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal
(recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative
thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).

Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi


semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan,
mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk
kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari
data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata
lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.

Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah


kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang
penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan
menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan
menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan
Glaser, 1980:1). Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.

Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan


yang terpisah yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh untuk berpikir kritis,
yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan yang lain antara potongan-
potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi yang dapat
digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta menemukan dan
mengevaluasi penyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan masalah. Meskipun
semua pendapat di atas berbeda, namun pada hakekatnya memiliki kesamaan pada
aspek mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.

Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan
dalam kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik.
Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan
masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang
dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah,
terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui”.

Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan
reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan
yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang
biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kimia

Berfikir Kritis dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan
mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya
mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis
termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari
data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis.

Berfikir Kreatif kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir
ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan
ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga
kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.

Pemecahan masalah dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan
mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya
mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis
termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari
data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis.

Menyimpulkan konsep dalam kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari
keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di
antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang
biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.

Teknik Penulisan Butir HOTS dalam kimia

 Perhatikan cakupan materi kimia yang diharuskan untuk tiap jenjang SMP atau SMA
(kurikulum kimia).

 Perhatikan beberapa kompetensi yang terkait dengan HOTS dan diturunkan menjadi
indicator dan tujuan sesuai dengan karakteristik HOTS kimia.

 Menggunakan hukum dasar kimia pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk
menyesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan kimia.

 Dianjurkan untuk menyediakan berbagai macam data kimia (kualitatif, tabel, grafik, hasil
dari percobaan yang dilakukan, laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai
stimulus untuk menjawab soal-soal HOTS

 Berbagai macam data kimia yang disediakan seharusnya memberikan informasi kepada
siswa merujuk kepada hokum dasar kimia sehingga dapat diolah lebih lanjut

 Menulis contoh soal HOTS tentang kimia

https://eriktampubolon2.blogspot.com/2017/04/keterampilan-berpikir-tingkat-
tinggi.html
Cara Meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) /
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Tomata Likuang Jumat, Desember 14, 2018

Orangtua dan guru dapat melakukan banyak hal untuk mendorong pemikiran tingkat
tinggi. Berikut ini beberapa strategi untuk membantu memupuk pemikiran kompleks
anak-anak.

Higher order thinking skills (HOTS) adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dari
menghafal fakta atau mengatakan sesuatu kembali kepada seseorang persis seperti yang
diceritakan kepada Anda. HOT mengambil pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi
daripada menyajikan kembali fakta dan meminta siswa untuk melakukan sesuatu
dengan fakta - memahami mereka, menyimpulkan dari mereka, menghubungkan
mereka dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan mereka, memanipulasinya,
menempatkan mereka bersama dalam cara baru atau baru, dan menerapkannya saat
kami mencari solusi baru untuk masalah baru.

Jawab pertanyaan anak-anak dengan cara yang


mempromosikan HOTS
Orang tua dan guru dapat melakukan banyak hal untuk mendorong pemikiran tingkat
tinggi, bahkan ketika mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Menurut Robert
Sternberg, jawaban atas pertanyaan anak-anak dapat dikategorikan ke dalam tujuh
tingkat, dari rendah ke tinggi, dalam hal mendorong tingkat pemikiran yang lebih tinggi.
Meskipun kami tidak ingin menjawab setiap pertanyaan pada level tujuh, kami tidak
ingin menjawab setiap pertanyaan pada level satu dan dua, juga. Berikut adalah
tingkatan dan contoh yang berbeda dari masing-masing.

Level 1: Tolak pertanyaannya


Contoh:
"Mengapa saya harus makan sayuran saya?"
"Jangan tanya aku lagi pertanyaan." "Karena saya bilang begitu."

Level 2: Nyatakan ulang atau hampir menyatakan kembali pertanyaan sebagai


tanggapan
Contoh:
"Mengapa saya harus makan sayuran saya?"
"Karena kamu harus makan sayuranmu."

"Mengapa pria itu bertindak begitu gila?"


"Karena dia gila."
"Kenapa dingin sekali?"
"Karena itu 15 ° di luar."

Level 3: Mengakui ketidaktahuan atau informasi sekarang


Contoh:
"Aku tidak tahu, tapi itu pertanyaan yang bagus."
Atau, berikan jawaban faktual untuk pertanyaan itu.

Level 4: Dorongan suara untuk mencari respons melalui otoritas


Contoh:
"Mari kita lihat di internet."
"Mari kita lihat itu di ensiklopedia."
"Siapa yang kita tahu yang mungkin tahu jawabannya?"

Level 5: Mendorong brainstorming, atau pertimbangan penjelasan alternatif


Contoh:
"Mengapa semua orang di Belanda begitu tinggi?"
"Mari bertukar pikiran tentang beberapa kemungkinan jawaban."
"Mungkin itu genetika, atau mungkin diet, atau mungkin semua orang di Belanda
memakai sepatu lift, atau ..." dll.

Ketika melakukan brainstorming, penting untuk mengingat semua ide yang diletakkan di
atas meja. Yang mana adalah "penjaga" dan yang mana yang dibuang ke tempat sampah
diputuskan nanti.

Level 6: Mendorong pertimbangan penjelasan alternatif dan cara


mengevaluasi mereka
Contoh:
"Sekarang bagaimana kita akan mengevaluasi kemungkinan jawaban genetika? Di mana
kita akan menemukan informasi itu? Informasi tentang diet? Jumlah sepatu lift yang
dijual di Belanda?"

Level 7: Mendorong pertimbangan penjelasan alternatif ditambah dengan


cara mengevaluasinya, dan menindaklanjuti evaluasi
Contoh:
"Oke, mari kita cari informasi untuk beberapa hari - kita akan mencari melalui
ensiklopedia dan internet, melakukan panggilan telepon, melakukan wawancara, dan
hal-hal lain. Kemudian kita akan kembali bersama minggu depan dan mengevaluasi
temuan kita."

Metode ini dapat sama efektifnya dengan tugas sekolah dan dengan hal-hal sehari-hari
seperti seberapa larut remaja bisa keluar pada Sabtu malam atau siapa yang pergi ke
konser. Sebagai contoh, pemungutan suara beberapa keluarga yang dipilih secara acak
atau bersama-sama dapat menghasilkan hasil yang lebih obyektif daripada orang tua
atau anak "membengkokkan" hasil dengan memilih orang yang jawabannya akan
mendukung cara berpikir mereka.

Strategi untuk meningkatkan pemikiran tingkat


tinggi
Strategi berikut ini ditawarkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Cantuman ini tidak boleh dilihat sebagai lengkap, melainkan sebagai tempat untuk
memulai.

1. Take the mistery away


Ajarkan siswa tentang pemikiran tingkat tinggi dan strategi berpikir tingkat tinggi.
Bantulah siswa memahami kekuatan dan tantangan berpikir tingkat tinggi mereka
sendiri.

2. Ajarkan konsep konsep


Secara eksplisit ajarkan konsep konsep. Konsep di bidang konten tertentu harus
diidentifikasi dan diajarkan. Guru harus memastikan siswa memahami fitur-fitur penting
yang mendefinisikan konsep tertentu dan membedakannya dari konsep lain.

3. Sebutkan konsep kunci


Di area subjek apa pun, siswa harus diberi tahu ketika konsep utama sedang
diperkenalkan. Siswa mungkin membutuhkan bantuan dan latihan dalam menyoroti
konsep-konsep kunci. Selanjutnya, siswa harus dibimbing untuk mengidentifikasi jenis
konsep yang mana masing-masing - konkrit, abstrak, verbal, nonverbal atau proses.

4. Mengkategorikan konsep
Siswa harus dibimbing untuk mengidentifikasi konsep-konsep penting dan memutuskan
jenis konsep masing-masing (nyata, abstrak, verbal, nonverbal, atau proses).

5. Katakan dan tunjukkan


Seringkali siswa yang berkinerja buruk dalam matematika mengalami kesulitan dengan
konsep nonverbal. Ketika para siswa ini memiliki kemampuan yang memadai untuk
membentuk konsep-konsep verbal, perhatian khusus harus diberikan untuk memberi
mereka penjelasan verbal mengenai masalah dan prosedur matematika. Cukup masalah
bekerja lagi dan lagi tanpa penjelasan verbal masalah akan berbuat banyak untuk
membantu para siswa ini. Sebaliknya, siswa yang mengalami kesulitan dengan
pembentukan konsep verbal membutuhkan banyak contoh dengan bahasa yang relatif
kurang, yang dapat membingungkan mereka. Beberapa siswa "katakan padaku"
sementara yang lain "tunjukkan padaku."
6. Bergerak dari konkret ke abstrak dan kembali
Akan sangat membantu untuk bergerak dari beton ke abstrak dan kembali ke beton.
Ketika mengajarkan konsep-konsep abstrak, penggunaan bahan-bahan konkrit dapat
memperkuat pembelajaran baik untuk orang muda maupun orang tua. Jika seseorang
mampu menyatakan konsep abstrak dalam hal aplikasi praktis sehari-hari, maka orang
itu telah mendapatkan konsepnya.

7. Ajarkan langkah-langkah untuk konsep pembelajaran


Proses multi-langkah untuk konsep belajar dan mengajar dapat mencakup (a)
menyebutkan fitur-fitur penting (utama) dari konsep, (b) menyebutkan beberapa fitur
tambahan dari konsep, (c) menyebutkan beberapa fitur palsu dari konsep tersebut, (d) )
memberikan contoh atau prototipe terbaik dari konsep (apa itu), (e) memberikan
beberapa non-contoh atau non-prototipe (apa konsepnya tidak), dan (f)
mengidentifikasi konsep-konsep serupa atau terkoneksi lainnya.

8. Mulai dari dasar hingga canggih


Guru harus yakin bahwa siswa telah menguasai konsep dasar sebelum melanjutkan ke
konsep yang lebih canggih. Jika siswa belum menguasai konsep-konsep dasar, mereka
mungkin berusaha untuk menghafal dan bukannya mengerti. Ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam bidang konten seperti matematika dan fisika. Penguasaan konsep dasar
yang lemah dapat menjadi alasan kesalahpahaman dan ketidakmampuan untuk
menerapkan pengetahuan secara fleksibel.

9. Perbanyak diskusi di rumah


Orang tua dapat mencakup diskusi berdasarkan konsep dalam kehidupan sehari-hari di
rumah. Subjek tidak perlu berhubungan langsung dengan apa yang dia pelajari di
sekolah. Ide-ide dari membaca atau masalah dalam berita lokal atau nasional dapat
memberikan materi konseptual (misalnya, "Apakah Anda pikir kode berpakaian di
sekolah adalah ide yang bagus?").

10. Hubungkan konsep


Guru harus mengarahkan siswa melalui proses menghubungkan satu konsep ke konsep
lainnya, dan juga menempatkan konsep ke dalam hierarki dari kecil ke besar. Sebagai
contoh, jika konsepnya adalah "Thanksgiving," konsep yang lebih besar yang mana
Thanksgiving adalah "Liburan," dan konsep yang lebih besar (lebih inklusif) adalah
"Perayaan." Dengan melakukan tingkat pemikiran ini, siswa belajar untuk melihat
berapa banyak koneksi yang mungkin, untuk terhubung dengan apa yang sudah mereka
ketahui, dan untuk membuat web konsep yang membantu mereka mendapatkan lebih
banyak kejelasan dan pemahaman.

Bandingkan yang baru dengan yang sudah dikenal. Siswa harus diminta untuk berhenti
dan membandingkan dan menghubungkan informasi baru dengan hal-hal yang sudah
mereka ketahui. Misalnya, jika mereka akan membaca satu bab tentang listrik, mereka
mungkin berpikir tentang apa yang sudah mereka ketahui tentang listrik. Mereka
kemudian akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menyerap informasi baru
tentang listrik.

11. Ajarkan inferensi


Siswa harus secara eksplisit diajarkan pada usia muda bagaimana menyimpulkan atau
membuat kesimpulan. Mulai dengan contoh "kehidupan nyata". Misalnya, ketika
seorang guru atau orang tua memberi tahu seorang anak untuk mengenakan mantel
dan sarungnya atau untuk mendapatkan payung sebelum pergi ke luar, orang dewasa
dapat menanyakan kepada anak itu apa arti dari cuaca di luar. Ketika siswa sedikit lebih
tua, seorang guru dapat menggunakan stiker bumper atau slogan terkenal dan memiliki
kelas brainstorming kesimpulan yang dapat diambil dari mereka.

12. Ajarkan Hubungan Pertanyaan-Jawaban (QARs)


Teknik Pertanyaan-Jawaban Hubungan (QARs) (Raphael 1986) mengajarkan anak-anak
untuk melabeli jenis pertanyaan yang ditanyakan dan kemudian menggunakan informasi
ini untuk membantu mereka dalam merumuskan jawaban. Dua kategori utama dari
hubungan tanya jawab diajarkan: (1) apakah jawabannya dapat ditemukan dalam teks -
"Dalam Buku" pertanyaan, atau (2) apakah pembaca harus bergantung pada
pengetahuannya sendiri - "In My Pimpin "pertanyaan.

Dalam buku QARs

Disana:
Jawabannya ada dalam teks, biasanya mudah ditemukan; kata-kata yang digunakan
untuk menyusun pertanyaan dan kata-kata yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ada di sana dalam kalimat yang sama.

Think and Search (Puting It Together):


Jawabannya ada dalam cerita, tetapi siswa perlu mengumpulkan bagian-bagian yang
berbeda untuk menemukannya; kata-kata untuk pertanyaan dan kata-kata untuk
jawaban tidak ditemukan dalam kalimat yang sama; mereka datang dari berbagai bagian
teks.

Di kepala saya QARs

Penulis dan Anda:


Jawabannya tidak ada dalam cerita; siswa perlu berpikir tentang apa yang sudah dia
ketahui, apa yang penulis katakan kepadanya dalam teks, dan bagaimana itu cocok
bersama.
Saya sendiri:
Jawabannya tidak ada dalam cerita; siswa bahkan dapat menjawab pertanyaan tanpa
membaca ceritanya; siswa perlu menggunakan pengalamannya sendiri.

Teknik QAR membantu siswa menjadi lebih sadar akan hubungan antara informasi
tekstual dan pengetahuan sebelumnya dan memungkinkan mereka untuk membuat
keputusan yang tepat tentang strategi mana yang digunakan ketika mereka mencari
jawaban atas pertanyaan. Teknik ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi siswa
berprestasi rendah dan siswa dengan perbedaan belajar di kelas dasar (Raphael 1984;
Simmonds 1992).

13. Klarifikasi perbedaan antara memahami dan menghafal


Ketika seorang siswa sedang belajar, orang tuanya dapat memastikan bahwa dia tidak
hanya menghafal, melainkan mencoba untuk memahami isi konseptual dari materi
pelajaran. Orang tua dapat mendorong siswa untuk berbicara tentang konsep dalam
kata-katanya sendiri. Orang tuanya juga bisa bermain game konsep dengannya.
Misalnya, mereka dapat mencantumkan beberapa fitur penting dan membiarkannya
mencoba menyebutkan konsepnya.

Maaf, jangan dicopas! Tuhan saksinya!


© Cara Meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) / Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi - tomatalikuang.com | Berita Pendidikan Terbaru
Sumber: https://www.tomatalikuang.com/2018/12/cara-meningkatkan-higher-order-
thinking-skills-hots-keterampilan-berpikir-tingkat-tinggi.html

https://www.tomatalikuang.com/2018/12/cara-meningkatkan-higher-order-thinking-
skills-hots-keterampilan-berpikir-tingkat-tinggi.html
Keterampilan Berpikir (Thinking Skills)
Oleh: Rudy Kustijono

Berpikir (thinking) merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila
mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Berpikir
merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.
Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian,
pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

Pandangan ini menunjukkan bahwa jika seseorang dihadapkan pada suatu situasi,
maka dalam berpikir, orang tersebut akan menyusun hubungan antara bagian-bagian
informasi yang direkam sebagai pengertian-pengertian. Kemudian orang tersebut
membentuk pendapat-pendapat yang sesuai dengan pengetahuannya. Setelah itu, ia akan
membuat kesimpulan yang digunakan untuk membahas atau mencari solusi dari situasi
tersebut. Berpikir dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan
bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan sebelumnya. Berpikir analitis
adalah kemampuan untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis informasi yang
digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran
yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan
untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan,
langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efisien. Ketiga jenis berpikir
tersebut saling berkaitan. Seseorang untuk dapat dikatakan berpikir sistematis, maka ia
perlu berpikir secara analitis untuk memahami informasi yang digunakan. Kemudian,
untuk dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam
mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi.

Linda Elder (2007) mendefinisikan berpikir kritis sebagai cara berpikir tentang
subjek apapun, isi, atau masalah di mana pemikir meningkatkan kualitas berpikirnya
dengan terampil dalam menganalisis, menilai, dan merekonstruksi. Berpikir kritis itu
mengarahkan diri (self-directed), disiplin diri (self-diciplined), terpantau (self-monitored),
dan korektif (self-corrective). Berpikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan
kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi egocentrism dan
sociocentrism.
Pernyataan Michael Scriven & Richard Paul (1987) dalam The 8th Annual
International Conference on Critical Thinking and Education Reform tentang berpikir
kritis sebagai berikut: ”Berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektualitas tentang
keaktifan dan keterampilan konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan/atau
mengevaluasi informasi yang diperoleh dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk mempercayai
dan melakukan. Sebagai contoh, berpikir kritis didasarkan pada nilai-nilai intelektual
universal yang melampaui bagian materi subyek: kejelasan, ketepatan, presisi, relevansi,
bukti, alasan-alasan,kedalaman materi, keluasan, dan keadilan”.

Berpikir kritis melibatkan berpikir dan bernalar logis yang mencakup


keterampilan seperti membandingkan, mengklasifikasi, mengurutkan, sebab – akibat,
mempolakan, membuat jaringan (webbing), analogi, penalaran deduktif dan induktif,
meramal, merencanakan, membuat hipotesis, dan mengkritik. Kemampuan berpikir
siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima
dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka
ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan.

Berpikir kritis banyak dipikirkan di otak kiri, sedang berpikir kreatif lebih
banyak di otak sebelah kanan, mereka kedua-duanya melibatkan " berpikir." Biasanya
kita sebut sebagai HOTS " higher-order thinking skills " yang terkonsentrasi pada tiga
kompetensi kognitif tertinggi dari Taksonomi Bloom, yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi
yang perlu dikuasai siswa di kelas. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir
kreatif.

The Liang Gie (2003) memberikan batasan, bahwa berpikir kreatif adalah suatu
rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk
menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide,
keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan. Berpikir kreatif ditandai dengan
penciptaan sesuatu yang baru dari hasil berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman,
maupun pengetahuan yang ada dalam pikirannya. Kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan karya yang asli, tapi masih sesuai dan berguna (Berk, 2005, dalam
Woolfolk, 2008), dan disebutkan pula kreatif sebagai imajinasi, pemikiran asli atau
pemecahan masalah. Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli.
Berpikir kreatif melibatkan keterampilan fleksibilitas, keaslian, kelancaran, elaborasi,
curah pendapat (brainstorming), modifikasi, perumpamaan (imagery), berpikir asosiatif,
mendaftar atribut, berpikir berkenaan dengan metafora, membuat hubungan.

Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-


hubungan yang terus-menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai
seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau
melalui pemikiran analogis. Asosiasi ide-ide membentuk ide-ide baru, jadi, berpikir
kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan dan menciptakan hubungan-
hubungan tersendiri. Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu
kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika
seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut
merupakan gabungan-ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Pengertian ini
lebih memfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan
gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran.
Pengertian bepikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil
dari proses berpikir tersebut.

Berpikir kreatif merupakan suatu aktivitas mental yang memperhatikan keaslian


dan wawasan (ide). Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason)
dalam suau cara yang terorganisasi. Berpikir kritis juga merupakan suatu
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri dan
orang lain. Berpikir dengan kritis dan kreatif memungkinkan siswa mempelajari masalah
secara sistematik, mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu cara yang
terorganisasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan merancang/
mendesain solusi-solusi yang asli.

https://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2010/12/keterampilan-berpikir-thinking-
skills.html
BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HIGHER
LEVEL THINKING)
Posted on 10 Agustus 2011 by IDA RIANAWATY,S.Si.,M.Pd.

3 Votes

Berpikir Tingkat Tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan
informasi yang tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata
kembali dan memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan
jawaban yang mungkin dalam situasi membingungkan. Membahas tentang
“Berpikir Tingkat Tinggi”, mengingatkan kita kepada Taksonomi Bloom, terdapat
tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi atau higher-Level thinking. Ketiga aspek itu adalah aspek analisa,
aspek evaluasi dan aspek mencipta. Sedang tiga aspek lain dalam ranah yang
sama, yaitu aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek aplikasi, masuk dalam
bagian intilektual berpikir tingkat rendah atau lower-Level thinking. Membahas
tentang berpikir tingkat tinggi, kita bahas dulu tentang Ketrampilan berfikir.

Definisi Keterampilan Berfikir

Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-


pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai
pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan
(inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan
berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah
dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk
mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama
proses kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut:
(a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b)
mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang
relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi
hasil akhir.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang
sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking),
berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada
proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Berpikir kompleks
adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian.
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju
ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir
divergen, yang bersifat menyebar dari suatu titik.

Kemampuan berpikir merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan,


Artinya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondunsif akan
merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu
maka guru diharapkan untuk mencari metode dan strategi pembelajaran yang
dampaknya dapat menigkatkan kemampuan berpikir siswa.

Bagaimana Melatih Siswa Berpikir Tingkat Tinggi?

Di Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi


memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru
di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student
center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat
menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah
yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah
cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi
siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji
kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar
atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang
sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia
pendidikan di Indonesia.

Diperlukan Higher Level Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta


siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis,
mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan, menunjukkan
jawaban tingkat tinggi. Untuk menjawab Higher Level Questions (rich
questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang
tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu
menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan
menghubungkannya ke dalam situasi baru.

Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu memperhatikan beberapa hal:

1. Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya


menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti
permasalahan, dan benar secara fakta.
2. Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari
3. Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
4. Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia


sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan keterampilan berpikir, karena
mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian
yang dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama,
yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan
siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajaran
keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

 keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa


 keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu
bidang studi
 Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan
berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
 Pengajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang
berpusat kepada siswa (student-centered).

Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
melatih keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif.
Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu
mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah
menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan
berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah
dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu
menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam
pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa
bertambah banyak.

Hasil penelitian Computer Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa


seseorang hanya dapat mengingat apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari
yang didengarnya, 50% dari yang didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang
didengar, dilihat dan dikerjakannya secara simultan. Selain itu Levie dan Levie
dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian
tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sedangkan stimulus verbal
memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan
ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Dalam dunia pendidikan ada 3 model
seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )

Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap
siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir
tidak akan banyak bermanfaat. Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan
memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural,
instruksi dan pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan bebas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berpikir
adalah bahwa keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif anak.

Tahapan tersebut adalah:


1. Identifikasi komponen-komponen prosedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang
diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan
berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk
menuntun pemikiran siswa.
2. Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya
tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini
dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang
sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah
tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak
agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam
tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-
pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih
keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga
langkah pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan
mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak
berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih
keterampilan yang telah diajarkan.

Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;


1. Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
2. Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan
3. Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang
mampu membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi.

Pelajaran yang diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi
akan lebih cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu
materi pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu
menggunakan cara-cara yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.

https://idarianawaty.wordpress.com/2011/08/10/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order-
thinking/

Anda mungkin juga menyukai