Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KEPENDUDUKAN DAN TEKNIK ANALISANYA

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

NAMA :

NIM :

SEMESTER :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hukum


tertentu dan waktu tertentu, sehingga kita mengenal istilah penduduk tetap
(penduduk yang berada dalam suatu wilayah dalam waktu lama) dan penduduk
tidak tetap (penduduk yang berada dalam suatu wilayah untuk sementara
waktu). Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah semua orang yang tinggal
di wilayah negara Republik Indonesia, baik penduduk asli maupun keturunan
asing yang telah disyahkan oleh undang-undang sebagai warga negara
Indonesia.
Setiap Negera pasti memiliki masalah kependudukan. Masalah
kependudukan yang dihadapi suatu negara berbeda dengan negara yang
dihadapi negara lain. Indonesia adalah salah satu diantaranya. Sebagai negara
yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah kependudukan
yang cukup serius dan harus segera diatasi.
Masalah ini datang sebagai akibat dari pertambahan Penduduk serta
Pembangunan. selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara
kepulauan dan tidak meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak
mengalami permasalahan terkait dengan hal kependudukan.
Tidak hanya itu, faktor geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan
di Indonesia juga membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga
menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan
pembangunan manusia Indonesia.
Pembangunan yang terjadi antara seperti pembangunan kesehatan dan
pembangunan ekonomi. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu
dari pembangunan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (PJP II), yaitu mewujudkan bangsa yang maju dan
mandiri serta sejahtera lahir batin. Sementara Pembangunan ekonomi adalah
suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu Negara.
Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena
pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya
tidak sehat dan sakit-sakitan. Begitu pula dengan Pertumbuhan penduduk.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa sajakah masalah kependudukan yang dialami Indonesia?


1.2.2 Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masalah kependudukan tersebut?
1.2.3 Apakah Masalah tersebut mempunyai dampak terhadap derajat Kesehatan?
1.2.4 Bagaimana solusi dari masalah kependudukan tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang Masalah kependudukan di Indonesia


1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masalah
kependudukan tersebut
1.3.3 Untuk mengetahui tentang dampak masalah kependudukan terhadap derajat
kesehatan
1.3.4 Untuk mengetahui solusi dari masalah kependudukan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Kependudukan Di Indonesia

Kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber


daya manusia (SDM), bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA)
Negara tersebut. Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika
kualitasnya tinggi. Sebaliknya, jika kualitasnya rendah, maka jumlah penduduk
yang besar hanya akan menjadi beban bagi pembangunan.
Kependudukan di Indonesia menjadi akar permasalahan bangsa kita saat
ini. kemiskinan, pengangguran dan SDM yang masih rendah merupakan
masalah yang terus dialami oleh bangsa kita.
Situasi kependudukan Indonesia saat ini dinilai masih kurang
menguntungkan, baik yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas, administrasi
kependudukan, maupun mobilitas atau persebarannya. Beberapa masalah yang
Nampak jelas dari padatnya penduduk di negera kita ini adalah kemiskinan,
masalah kesehatan, masalah pengangguran maupun masalah di bidang
pendidikan.

2.1.1 masalah kemiskinan

Pada umumya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah


modal ataupun keterampilan sehingga kemampuan untuk memperoleh
pendapatan menjadi terbatas.
Disamping itu mereka juga tidak memiliki kemungkinan untuk
memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri ditambah lagi dengan
tingkat pendidikan rendah sehingga waktu mereka tersita untuk mencari nafkah
dan mendapatkan pendapatan penghasilan serta mereka yang hidup di kota
masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan yang memadai.

2.1.2 masalah kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat
Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga
atauperusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan
Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap teranaktirikan dalam hal jaminan
kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam
pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok
manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

2.1.3 masalah pengangguran

Di dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia hendaknya bekerja –


manusia yang sudah pantas bekerja di sebut dengan tenaga kerja. Tenaga kerja
yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka
yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab
(petani yang menunggupanen,karyawan yang sedang sakit,dsb). Sedangkan
yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur seseorang yang
diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan.
Di Indonesia kisaran usia kerja adalah antara 10-64 tahun. Kemudian
yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
Menurut data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk usia 10-
24 tahun sebanyak 63,4 juta jiwa atau 26,6% sedangkan usia 0-9 tahun
sebanyak 45,9 juta jiwa atau sebesar 19,3 %. Jika tidak diimbangi dengan
pendidikan yang berkualitas, kesehatan yang baik, serta tidak memiliki
keterampilan dan kompetensi memadai dan ketersediaan lapangan pekerjaan,
maka jumlah usia produktif yang besar tersebut tidak akan berguna dan justru
akan menjadi beban bagi negara karena tidak dapat diserap lapangan pekerjaan

Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan sumber dari berbagai


permasalahan yang dialami bangsa kita selama ini. Kemiskinan yang besar,
pengangguran dan sumber daya manusia yang rendah merupakan hal yang
tidak lepas dari negeri ini
Dalam menanggapi hal ini ,ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh
pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga
akhir tahun 2014. Cita-cita besar yang dimaksud adalah terwujudnya
“Penduduk Tumbuh Seimbang” yang ditandai dengan Total Fertility Rate
(TFR) 2,1 dan Net Reproduction Rate (NRR) =1.
2.2 Faktor-faktor penyebab masalah kependudukan

2.2.1 Besarnya Jumlah Penduduk (Over Population)

penduduk Indonesia terbilang sangat besar.Menurut Sensus Penduduk


(SP) 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa. Angka ini
menduduki ranking ke empat negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia
setelah China (1,3 milyar jiwa), India (998,1 juta jiwa) dan Amerika Serikat
(276,2 juta jiwa).
Selain itu, masalah yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang
besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan bahan
pokok menuntut orang untuk berkerja dan encari nafkah. Namun, penyedia
lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi masalah adalah penduduk lebih
senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan dan cenderung mencari
pekerjaan daripada membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan
masalah baru yaitu pengangguran.
Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka rasio ketergantungan
tinggi sehingga negara memiliki tanggungan yang besar untuk penduduknya
yang dapat menghambat pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan
menjadi tinggi.
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai
permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang besar
tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih
banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia tidaklah bertambah.
Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangatlah diperlukan guna
penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.

2.2.2 Tingkat Pendidikan

Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu


pendidikan penduduk melalui berbagai program pemerintah di bidang
pendidikan, seperti program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah
(BOS), program wajib belajar, dan sebagainya.
Walaupun demikian, karena banyaknya hambatan yang dialami, maka
hingga saat ini
tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Beberapa
faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia
sebagai berikut :

a. Rendahnya kualitas sarana fisik


b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya kesejahteraan guru
d. Rendahnya prestasi siswa
e. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
f. Mahalnya biaya pendidikan.
g. Rendahnya pendapatan per kapita penduduk, menyebabkan orang tua tidak
mampu membiayai anaknya sekolah, sehingga banyak anak yang putus
sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat.
h. Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang
ada seperti kelas, guru, dan buku-buku pelajaran.

2.2.3 Persebaran Penduduk Tidak Merata

Banyaknya masyarakat Indonesia yang bermigrasi ke kota-kota besar


mengakibatkan terjadinya kepadatan di kota-kota besar. Namun fasilitas dan
perekonomian di daerah perkotaan semakin meningkat. Sedangkan pada
daerah yang ditinggalkan penduduknya tidak mengalami kemajuan sama sekali
sehingga terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan daerah perkotaan dan
pedesaan.
Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah pulau Sumatera
yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3
persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen
penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen
penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk,
Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua
yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk
tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:

a. Faktor Fisiografis, meliputi keadaan fisik pulau tersebut, misal keadaan


tanah, iklim dan cuaca.
b. Faktor Biologis, meliputi keanekaragaman makhluk hidup yang ada.
c. Faktor Kebudayaan dan Teknologi, meliputi kemajuan teknologi yang ada.

2.2.4 Rendahnya Partisipasi Pria Dalam Ber-KB

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan


kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat
dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2000). Bentuk
nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung dan
memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator
KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN, 2003).
Berdasarkan pengambilan data peserta aktif pada bulan januari tahun
2010 menunjukan bahwa prevelensi KB di Indonesia adalah 75.8 % .
Diantaranya akseptor wanita sebanyak (75.4%) dan akseptor pria sebanyak
(1.6%)(BKKBN, 2011).
Rendahnya partisipasi pria atau suami dalam KB dan kesehatan
reproduksi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
a. faktor dukungan, baik politis, sosial budaya, maupun keluarga yang masih
rendah sebagai akibat rendah atau kurangnya pengetahuan pria atau suami
serta lingkungan sosial budaya yang menganggap KB dan kesehatan
reproduksi merupakan urusan dan tanggung jawab perempuan.

b. faktor akses, baik akses informasi, maupun akses pelayanan. Dilihat dari
akses informasi, materi informasi pria masih sangat terbatas, demikian
halnya dengan kesempatan pria atau suami yang masih kurang dalam
mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan reproduksi.
Keterbatasan juga dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana atau tempat
pelayanan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan KB dan kesehatan
reproduksi pria atau suami masih sangat terbatas, sementara jenis pelayanan
kesehatan reproduksi untuk pria atau suami belum tersedia pada semua
tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya terbatas pada
kondom dan vasektomi (Iman, 2008).

2.2.5 Lemahnya Institusi Daerah Dalam Pelaksanaan Program KB

Kerumitan makin terbayang karena upaya untuk mengatasi simpang siur


data dan kinerja program KB untuk menahan laju pertumbuhan penduduk juga
terganggu oleh masalah institusi, terutama di kabupaten/kota. Belum lagi kalau
kependudukan bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal menjaga kualitasnya.
Dimulai sejak awal era reformasi, program KB seakan mati suri. Stagnasi
mulai terjadi sejak era otonomi daerah dicanangkan tahun 1999. Pada
umumnya daerah tidak menempatkan KB sebagai program prioritas.
Bahkan masih banyak kabupaten/kota yang tidak memiliki badan atau
lembaga yang mengurus KB. Dari 497 kabupaten/kota di Indonesia, baru 385
yang mempunyai institusi untuk mengurus KB. Ironisnya, dari 385
kabupaten/kota tersebut, baru 7 persen yang
mempunyai institusi yang khusus menangani KB, sedangkan 93 persen
digabung dengan tugas-tugas lain.
Mengecilnya komitmen pemda, khususnya pemerintah kabupaten/kota
pada awal pelaksanaan otonomi daerah antara lain karena pertimbangan
pembiayaan. KB yang banyak dinilai sebagai urusan yang lebih banyak
menyedot anggaran, kemudian diciutkan, digabungkan dengan urusan lain.
Kewajiban pemerintah provinsi, maupun kebupaten/kota mengurus
program KB baru ditegaskan pada Peraturan Pemerintah 38/2007. PP ini
ternyata hanya melahirkan berbagai institusi KB yang ala kadarnya. Kinerja
program tidak membaik, setidaknya jika dilihat dari hasil SP 2010.

2.2.6 Database Serta Administrasi Kependudukan

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi


Kependudukan, yang termasuk dalam Peristiwa Kependudukan antara lain
perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas atau tinggal
sementara, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi
tinggal tetap.

Sementara yang dinamakan Peristiwa Penting adalah kelahiran, lahir


mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan,
pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan,
ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh seseorang
merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan.

Berikut merupakan masalah dari database serta administrasi


kependudukan :

a. Masalah Akta Nikah

Masih banyak warga DKI Jakarta yang tidak memiliki akta nikah sama
sekali karena kawin di bawah tangan atau kawin siri. Masih banyak
ditemukan kasus dimana akta nikah catatan sipil tidak dapat diterbitkan
gara-gara salah satu pasangan suami istri itu tidak memiliki akta lahir saat
menikah.

b. Masalah KTP dan KK

Masih banyak warga Indonesia yang belum memiliki akta kelahiran karena
tidak memiliki KTP, Kartu Keluarga, akta nikah dari KUA atau Catatan
Sipil dan surat keterangan lahir anak dari dokter atau bidan.
Kasus lain, salah satu orang tua kabur atau meninggalkan istri atausuami
dan anak tanpa kabar bertahun-tahun dengan membawa KTP dan Akta
nikah sehingga istri atau suami sulit untuk membuatkan akta kelahiran untuk
anaknya.

2.2.7 Rendahnya Usia Kawin Pertama

Usia perkawinan pertama wanita erat hubungannya dengan fertilitas.


Karena bila umur perkawinan pertamanya semakin muda semaki mendekati
umur haid pertama, maka semakin lama masa reproduksinya. Hal itu semakin
panjang resiko seorang wanita untuk hamil dan melahirkan.
Data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan
pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 persen. Menurut SDKI Tahun 2007,
17 persen wanita yang saat ini berumur 45-49 tahun menikah pada umur 15
tahun, sedangkan proporsi wanita yang menikah pada umur 15 tahun berkurang
dari 9 persen untuk umur 30-34 tahun menjadi 4 persen untuk wanita umur 20-
24 tahun. Menurut data Susenas Tahun 2010, secara nasional rata-rata usia
kawin pertama di Indonesia 19.70 tahun, rata-rata usia kawin didaerah
perkotaan 20.53 tahun dan di daerah perdesaan 18.94 tahun, masih terdapat
beberapa propinsi rata-rata umur kawin pertama perempuan dibawah angka
nasional.

2.2.8 Tingkat Pendapatan

Pendapatan penduduk Indonesia walaupun mengalami peningkatan


tetapi masih tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Pendapatan Per Kapita Beberapa Negara Tahun 2010

No. Negara Pendapatan Per Kapita (US $)


1. Amerika Serikat 47.140

2. Australia 43.740
3. Jepang 42.150
4. Malaysia 7.900
5. Singapura 40.920
6. Indonesia 2.580
7. Thailand 4.210
8. Filipina 2.050
9. Inggris 38.540
10. Korea Selatan 19.890

2.3 Dampak Masalah Kependudukan Terhadap Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu faktor yang


menunjang keberhasilan pembangunan. Derajat kesehatan suatu negara dapat
dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan usia harapan hidup
penduduknya. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian bayi dan angka
harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju.

Faktor-faktor yang dapat menggambarkan masih rendahnya tingkat


kesehatan di Indonesia adalah:

a. Banyaknya lingkungan yang kurang sehat.


b. Penyakit menular sering berjangkit.
c. Gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk.
d. Angka kematian bayi tahun 1980 sebesar 108 per 1000 bayi dan tahun
1990 sebesar 71 per 1000 kelahiran bayi.
2.4 SOLUSI TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

2.4.1 Peningkatan Pendapat per Kapita

upaya untuk menaikkan pendapatan perkapita, pemerintah melakukan


usaha, antara lain:
a. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
b. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri
sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
c. Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan
program KB dan peningkatan pendidikan.
d. Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan)
e. Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu
berkurang.

2.4.2 Bidang Pendidikan

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia


yaitu:

a. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi.


b. Menambah jumlah guru (tenaga kependidikan) di semua jenjang
pendidikan.
c. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah
dimulai tahun ajaran 1994/1995.
d. Pemberian bea siswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi
berprestasi di sekolahnya.
e. Membangun perpustakaan dan laboratorium di sekolah-sekolah.
f. Menambah sarana pendidikan seperti alat ketrampilan dan olah raga.
g. Meningkatkan pengetahuan para pendidik (guru/dosen) dengan penataran
dan pelatihan.
h. Penyempurnaan kurikulum sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan.
i. Menggalakkan partisipasi pihak swasta untuk mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan ketrampilan.

2.4.3 Memberikan Pendidikan Kependudukan Kepada Remaja

Dengan pendidikan kependudukan dipastikan para remaja akan memiliki


4 (empat) sikap peduli, yakni:

a. Peduli terhadap manusia dan kebutuhannya


b. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan ekonominya
c. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan
agama
d. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan lingkungan hidup.

2.4.4 Bidang Kesehatan

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan


penduduk Indonesia yaitu:

a. Melaksanakan program perbaikan gizi.


b. Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat
penduduk, serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan.
c. Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
e. Pembangunan Puskesmas dan rumah sakit.
f. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
g. Penyediaan air bersih.
h. Pembentukan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

2.4.5 Pemerataan penyebaran Penduduk

Untuk mengatasi masalah pemerataan penduduk, program pemerintah


yang terkenal dalam upaya mengatasi masalah tersebut adalah transmigrasi,
yaitu pemindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke daerah yang
belum padat penduduk.
Program pemerintah tersebut dilaksanakan sekitar tahun 1980 -1990 an.
Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu:

a. Meratakan persebaran penduduk di Indonesia


b. Peningkatan taraf hidup transmigran.
c. Pengolahan sumber daya alam.
d. Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
e. Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran.
f. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
g. Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.

Beberapa solusi lain upaya lain yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengadaan rumah vertikal atau rusun


b. Mengatur jarak kelahiran
c. Menambah pengetahuan tentang kependudukan
d. Meningkatkan usaha ekonomi keluarga
e. Para transmigran yang sukses bisa kembali membangun daerah asalnya
2.4.6 Mengatasi usia perkawinan muda

Salah satu program kependudukan yang dapat mengendalikan jumlah


penduduk dan langsung sasarannya terhadap perkawinan pertama pada
perempuan adalah program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
Program PUP ini adalah upaya untuk meningkatkan usia perkawinan
pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan usia 20 tahun
bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.
Program ini bisa terlaksana dengan baik apabila semua pihak yang terkait
mendukung. Salah satu kendala dalam pelaksanaan program PUP di lapangan
adalah belum direvisinya Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 yang
membolehkan perkawinan pada usia 16 tahun untuk wanita dan 18 tahun untuk
pria.

2.4.7 partisipasi pria dalam ber-KB

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya


partisipasi pria dalam ber-KB antara lain:

a. Perlunya peningkatan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang


partisipasi pria dalam KB kepada pasangan usia subur sehingga mereka
bisa memahami bahwa bukan hanya perempuan saja yang ber-KB tapi pria
juga penting untuk ber-KB.
b. Perlunya peningkatan KIE melalui paguyuban atau kelompok KB pria
tentang alat kontrasepsi pria yaitu kondom untuk meningkatkan
pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi kondom.
c. Perlunya peningkatan KIE kepada calon pengantin pria dan wanita tentang
partisipasi pria dalam KB.
d. Perlunya bantuan biaya pelayanan KB dan penyelenggaraan safari KB
selain alat kontrasepsi vasektomi atau MOP.
e. Perlunya peningkatan pemberian kondom gratis untuk pasangan usia
subur.
f. Perlunya pengadaan metode kontrasepsi baru bagi pria selain kondom dan
vasektomi.
g. Perlunya peningkatan KIE mengenai partisipasi pria dalam KB melalui
media elektronik seperti televisi, radio dan media massa sepeti majalah dan
Koran.

2.4.8 Database dan administrasi kependudukan

Solusi dari masalah database dan administrasi kependudukan antara lain


dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
bertujuan untuk menciptakan sistem pengenal tunggal berupa Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang akan menjadi identitas tunggal penduduk.
NIK menjadi prasyarat utama bagi database kependudukan nasional
yang berbasis registrasi dan menjadi instrumen dan validasi jati diri seseorang
yang dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan. DPR-RI mendukung
langkah pemerintah menerbitkan single identity number (SIN) yang akan
menjadi nomor identitas tunggal bagi setiap penduduk di seluruh Indonesia.
Dengan adanya KTP nasional berbasis NIK, tidak akan ada seorang warga
yang mempunyai KTP lebih dari satu dengan NIK yang berbeda.

Hal ini dikarenakan adanya proses otentifikasi yang berjenjang, mulai


dari kelurahan hingga pusat. Selain itu, sanksi tegas akan diberikan kepada
warga yang memiliki KTP lebih dari satu.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut jumlah


penduduknya, Indonesia termasuk negara yang besar dan menduduki urutan
terbesar ke tiga di antara negara-negara berkembang setelah Cina dan India.
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain
secara terus menerus. Sedangkan Warga negara adalah Mereka yang
berdasarkan hukum tertentu dan merupakan anggota dari suatu Negara
tersebut.
Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja tampak masih rendah dari
seluruh penduduk Indonesia yang bekerja. Hal tersebut menyebabkan
ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja dengan penawaran
tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu.
Ledakan penduduk terjadi apabila tingkat kelahiran yang tinggi sedang
tingkat kematian menurun secara tajam, sehingga laju pertumbuhan penduduk
cepat. Masalah yang akan di timbulkan dengan pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat seperti banyaknya pengangguran disebabkan oleh kurangnya
lapangan pekerjaan,banyak terjadinya tindakan kriminal, angka kemiskinan
menjadi lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA

• Rachmaningtyas,Ayu. 2013. Angka Kematian Ibu Melonjak. Diakses pada


tanggal 28 Desember 2013 dari http://nasional.sindonews.com

• Ziaul,Muhammad. 2012. Masalah Kependudukan Di Indonesia. Diakses pada


tanggal 28 Desember 2013 dari http://ziaulmuhammad.blogspot.com

• BKKBN. 2011. Perkawinan Muda di Kalangan Perempuan: Mengapa?. Jakarta.

• Mutia. 2013. Masalah Kependudukan Dan Upaya Penanggulangan. Diakses


pada tanggal 28 Desember 2013 dari http://mutiahand.blogspot.com

• Anwar ,Andi. 2013. Kondisi Penduduk Indonesia .Diakses pada tanggal 28


Desember 2013 dari http://gesco03.blogspot.com

• Akel . 2013. Permasalahan Penduduk dan Dampaknya. Diakses pada tanggal 28


Desember 2013 dari http://ak3lvan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai