I. PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya peran guru/pendidik dan peserta
didik. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru pasti berhadapan dengan
berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, mata pelajaran, maupun
metode pembelajaran. Sebagai guru professional, guru harus mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang didasarkan pada data sekaligus
teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu
pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal
disertai dengan kepuasan yang tinggi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dan mendorong agar guru mampu melakukan
penelitian khususnya penelitian tindakan kelas, guru perlu memahami dan
mengerti konsep PTK dan pentingnya PTK bagi peningkatan mutu pembelajaran
di kelas. Sehingga, dalam makalah ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan
kelas (PTK) sebagai salah satu sarana yang dapat diterapkan oleh para guru dalam
pengembangan profesinya. Terkait hal tersebut, dengan membaca Artikel
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan guru mampu mamahami dan mengerti
manfaat PTK yang akhirnya dapat melakukan PTK di kelasnya.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
II. PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan classroom
action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti Inggris,
Australia dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap PTK. Mengapa demikian? Karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan
melihat indikator keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini McNift (1992:
1) seperti dikutip Suyanto (1997: 2) memandang PTK sebagai bentuk penelitian
reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, sekolah, pengembangan dalam
proses belajar mengajar, dll.
Dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dengan PTK, guru dapat melakukan
penelitian terhadap siswa dari berbagai aspek selama proses pembelajaran
berlangsung. Melalui PTK ini, guru dapat melakukan penelitian terhadap proses
atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas, sehingga hasil penelitian dapat
diapakai untuk memperbaiki praktek pembelajarannya.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjebatani kesenjangan antara teori dan
praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setelah seseorang
melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan
melibatkan siswanya sendiri, melalui suatu tindakan yang direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang
4
sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan
pembelajarannya. Dengan demikian, guru dapat membuktikan apakah suatu teori
pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimilikinya. Jika
sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru
dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk
pembelajaran yang lebih efektif.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas. Secara
singkat PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Sebagai contoh, jika guru merasa bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran
sejarah rendah, keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran,
maka guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat
belajar sejarah siswa. Dalam penelitian tindakan kelas yg dilakukannya, guru
dapat mencoba tindakan-tindakan tertentu misalnya memanfaatkan media gambar,
radio, televisi, menggunakan metode-metode inovatif yang mampu
membangkitkan minat belajar. Dengan tindakan-tindakan tersebut guru akan
memperoleh umpan balik yang lebih berarti dan dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerjanya.
Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Penelitian ini
seharusnya dilakukan oleh para guru, karena para guru adalah orang yang secara
langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara strategis bagi guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelas. Hal ini didukung oleh pernyataan Mc.Niff (1992)
dalam Suyanto (1997: 5) yang menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah perbaikan. Perbaikan di sini
terkait dan memiliki konteks dengan proses pembelajaran.
5
Selain tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan
atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada tujuan penyerta yang dapat
dicapai sekaligus berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses
penelitian tindakan kelas berlangsung. Hal ini terjadi karena tujuan utama
penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan dalam proses
pembelajaran. Dengan strategi ini guru akan lebih banyak berlatih
mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan
layanan pembelajaran Dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan yang dapat digenaralisasikan (Suyanto, 1997: 8).
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas mencakup (a)
inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
(c) peningkatan professional guru. Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu
6
mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya
mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap
tahun. Oleh sebab itu, kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat
dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap
masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah
melakukan inovasi pembelajaran.
Dilihat dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggung jawab
terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas,
penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber
masukan. Dilihat dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran
memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak enggan
melakukan perubahan-perubahan dalam praktek pembelajarannya sesuai dengan
kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang
dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk
selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.
Guru profesional menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri secara
kritis terhadap parktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya
sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan mendapatkan
otonomi secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan adalah selalu
adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pemebalajarnnya. Hal
ini terjadi karena guru mau melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan profesionalismenya.
7
D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian pada
umumnya. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:
1. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah,
tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.
2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir
kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian
teoretik dan atau penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya
permasalahan nyata dan aktual dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan dan tindakan (action) .
6. PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen
untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan
(d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan
masalah.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan penelitian pada
umumnya. Adapun ciri khas penelitian tindakan kelas adalah :
1. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3. Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan
pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Setiap penelitian tentu ada subyek dan obyek penelitian. Dalam PTK, yang
menjadi obyek penelitian adalah sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas,
bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
10
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam
kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika
guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa,
penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam
pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak
boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru
tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup
merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan
dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di
lapangan.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik,
mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
7. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena
tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan
sepanjang waktu.
11
8. Meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun
tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata
pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa
penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya
melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen,
widyaiswara, dan pengawas sekolah.
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut
dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini
peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar
penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di
suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah
apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan.
Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat,
selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK
partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di
atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya
proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan
pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
12
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik
atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-
mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan
terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai
suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti
dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai
tujuan pengajaran.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Debora South.
PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses
spiral yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a. Perencanaan (planning),
b. aksi atau tindakan (acting),
c. Observasi (observing),
d. refleksi(reflecting).
Langkah di atas dilakukan secara berurutan seperti spiral dan dilakukan dalam
siklus. Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh
Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer (1996) dielaborasi lagi menjadi: (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian
(evaluating). Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan
diagram sebagai berikut.
13
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Taggart tampak masih
begitu dekat dengan model Lewin. Karena didalam satu siklus atau putara terdiri
dari empat komponen seperti yang hanya dilaksanakan oleh Lewin yaitu meliputi
: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Namun setelah suatu siklus
selesai dilaksanakan, khususnya sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi siklus sebelaumnya.
Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK bisa dilakukan dengan beberapa
kali siklus.
Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot
ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap
siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan).
Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara
terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih
tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan
sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di
lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan
John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua
model sebelumnya.
Menurut Dave model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh
Elliot, Kemmis dan Taggart dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam
model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat dan
perlu adanya pembenahan. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan
yang diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa
interpretasi Elliot mengenai karya Kemmis. Ebbutt mengatakan bahwa bentuk
spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang
15
terbaik untuk menggambarkan proses refleksi-aksi (action-reflection).
Berdasarkan beberapa model PTK di atas yang paling sering dipakai dalam dunia
pendidikan adalah model PTK yang dikemukakan oleh John Elliot. PTK model
Elliot lebih mudah dipahami dalam pelaksanaanya dengan menekankan pada
model spiral yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Tahapan yang dilakukan oleh PTK adalah terdiri dari empat tahap yaitu :
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan merupakan
bagian yang tidak bisa dihilangkan dalam PTK.
5. Debora South
1. Penyusunan Program
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun dan dari segi
definisi harus prospektif pada tindakan. Rencana itu harus memandang ke depan.
16
Rencana itu harus mengakui bahwa semua tindakan sosial dalam batas tertentu
tidak dapat diramalkan, dan oleh sebab itu agak mengandung resiko.
Rencana harus bersifat fleksibel untuk dapat diadabtasikan dengan pengaruh yang
tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang
telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan
harus mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial di kelas dan
mengakui kendala nyata baik yang bersifat material maupun psikologis. Kedua,
tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena menungkinkan peserta
didik untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih
bijaksana dan hati-hati (Suwarsih Madya, 1994).
Kendala itu hendaknya (1) membantu peneliti (guru) untuk mengatasi kendala
yang ada dan memberikan kewenangan untuk bertindak lebih tepat guna dalam
situasi terkait dan lebih berhasil guna sebagai pendidik, pelaksana dan pimpinan
di kelas, dan (2) membantu para guru sebagai peneliti menyadari potensi baru
mereka untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka.
Sebagai bagian dari proses perencanaan, praktisi penelitian harus berkolaborasi
dalam diskusi untuk mengembangkan bahasa yang dipakainya dalam
menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan mereka dalam situasi
terkait.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana.
Sehubungan dengan hal itu, praktek diakui sebagai gagasan dalam tindakan, dan
tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan dalam arti bahwa rencana hendaknya diacu
dalam hal dasar pemikirannya, namun demikian perlu diingat bahwa tindakan itu
tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan itu secara mendasar
17
mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan dengan
kendala-kendala di kelas maupun lingkungannya, yang secara tiba-tiba dan tak
terduga. Oleh karena itu, rencana tindakan harus selalu bersifat tentatif dan
sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.
Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah bahwa
penelitian tindakan diamati. Pelakunya bertujuan mengumpulkan bukti tentang
tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk mempersiapkan
evaluasi, sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan
untuk mengevaluasi tindakannya secara kritis.
3. Observasi
4. Refleksi
J. Prosedur Pelaksanaan
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah
sebagai berikut.
a. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru
merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk
mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas
untuk melaksanakan PTK.
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk
menentukan alternatif solusi.
c. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut
melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah
yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi
keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model
tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih
antara lain seperti di bawah ini.
a. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan
dengan benar?
b. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
c. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan
praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
2. Perencanaan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa naan
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila
ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar
observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara
obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas
siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-
petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk
keperluan refleksi. Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data
seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan
jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c)
hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
27
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai
instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan
selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang
diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
5. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang
dihadapi dapat teratasi.
28
III. PENUTUP
Kesimpulan
PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Tujuan penelitian
tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk meningkatkan dan
atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Tujuan penelitian tindakan kelas
dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan
berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Selain itu, tujuannya adalah untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas yaitu: inovasi
pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, serta
peningkatan professional guru. PTK juga memiliki karakteristik diantaranya yaitu:
1. PTK merupakan kegiatan mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah.
2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari permasalahan nyata
dan aktual dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
6. PTK dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk
pengembangan.
29
Selain karakteristik, penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda
dengan penelitian pada umumnya. Ciri-ciri PTK diantaranya yaitu:
1. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3. Penelitian dilakukan di dalam kelas
4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Adapun prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan
PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya
dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik,
mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
7. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
8. Tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata
pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah.
Selanjutnya pada penyusunan desain dan prosedur penelitian tindakan kelas perlu
dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap
dan lebih kritis. Ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yang
harus diperhatikan yaitu penyusunan program, tindakan, observasi dan refleksi.
31
Penelitian tindakan kelas juga memiliki prosedur pelaksanaanya, diantaranya
yaitu:
1. Penetapan fokus permasalahan,
2. Perencanaan tindakan,
3. Pelaksanaan tindakan,
4. Pengumpulan data (pengamatan/observasi),
5. Refleksi (analisis, dan interpretasi), dan
6. Perencanaan tindak lanjut.
32
DAFTAR PUSTAKA