Anda di halaman 1dari 32

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya peran guru/pendidik dan peserta
didik. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru pasti berhadapan dengan
berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, mata pelajaran, maupun
metode pembelajaran. Sebagai guru professional, guru harus mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang didasarkan pada data sekaligus
teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu
pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal
disertai dengan kepuasan yang tinggi.

Dalam peningkatan mutu pembelajaran, guru perlu melakukan penelitian untuk


mengetahui hal-hal yang perlu ditingkatkan dari pembelajaran yang ada. Untuk
mewujudkan hal tersebut guru harus mempunyai kemampuan meneliti, khususnya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun kenyataannya banyak guru yang belum
mampu melakukan penelitian, penelitian masih merupakan kegiatan yang
dirasakan sangat sulit bagi guru.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dan mendorong agar guru mampu melakukan
penelitian khususnya penelitian tindakan kelas, guru perlu memahami dan
mengerti konsep PTK dan pentingnya PTK bagi peningkatan mutu pembelajaran
di kelas. Sehingga, dalam makalah ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan
kelas (PTK) sebagai salah satu sarana yang dapat diterapkan oleh para guru dalam
pengembangan profesinya. Terkait hal tersebut, dengan membaca Artikel
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan guru mampu mamahami dan mengerti
manfaat PTK yang akhirnya dapat melakukan PTK di kelasnya.
2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah sebagai


berikut:
1. Apa pengertian penelitian tindakan kelas?
2. Apa saja tujuan dari penelitian tindakan kelas?
3. Apa saja manfaat dari penelitian tindakan kelas?
4. Bagaimana karakteristik penelitian tindakan kelas?
5. Bagaimana ciri-ciri penelitian tindakan kelas?
6. Apa prinsip dari penelitian tindakan kelas?
7. Apa saja jenis-jenis penelitian tindakan kelas?
8. Apa saja model-model penelitian tindakan kelas?
9. Bagaimana desain penelitian tindakan kelas?
10. Bagaimana prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah, untuk:


1. Mengetahui pengertian penelitian tindakan kelas.
2. Mengetahui tujuan dari penelitian tindakan kelas.
3. Mengetahui manfaat dari penelitian tindakan kelas.
4. Memahami karakteristik penelitian tindakan kelas.
5. Mengetahui ciri-ciri penelitian tindakan kelas.
6. Mengetahui prinsip dari penelitian tindakan kelas.
7. Mengetahui jenis penelitian tindakan kelas.
8. Mengetahui model-model penelitian tindakan kelas.
9. Mengetahui desain penelitian tindakan kelas.
10. Mengetahui prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
3

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan classroom
action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti Inggris,
Australia dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap PTK. Mengapa demikian? Karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan
melihat indikator keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini McNift (1992:
1) seperti dikutip Suyanto (1997: 2) memandang PTK sebagai bentuk penelitian
reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, sekolah, pengembangan dalam
proses belajar mengajar, dll.

Dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dengan PTK, guru dapat melakukan
penelitian terhadap siswa dari berbagai aspek selama proses pembelajaran
berlangsung. Melalui PTK ini, guru dapat melakukan penelitian terhadap proses
atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas, sehingga hasil penelitian dapat
diapakai untuk memperbaiki praktek pembelajarannya.

Penelitian tindakan kelas juga dapat menjebatani kesenjangan antara teori dan
praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setelah seseorang
melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan
melibatkan siswanya sendiri, melalui suatu tindakan yang direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang
4
sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan
pembelajarannya. Dengan demikian, guru dapat membuktikan apakah suatu teori
pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimilikinya. Jika
sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru
dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk
pembelajaran yang lebih efektif.

Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas. Secara
singkat PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Sebagai contoh, jika guru merasa bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran
sejarah rendah, keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran,
maka guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat
belajar sejarah siswa. Dalam penelitian tindakan kelas yg dilakukannya, guru
dapat mencoba tindakan-tindakan tertentu misalnya memanfaatkan media gambar,
radio, televisi, menggunakan metode-metode inovatif yang mampu
membangkitkan minat belajar. Dengan tindakan-tindakan tersebut guru akan
memperoleh umpan balik yang lebih berarti dan dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerjanya.

B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Penelitian ini
seharusnya dilakukan oleh para guru, karena para guru adalah orang yang secara
langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara strategis bagi guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelas. Hal ini didukung oleh pernyataan Mc.Niff (1992)
dalam Suyanto (1997: 5) yang menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah perbaikan. Perbaikan di sini
terkait dan memiliki konteks dengan proses pembelajaran.
5

Terkait dengan penelitian tindakan kelas sebagai sarana strategis layanan


pendidikan bagi dalam konteks pembelajaran guru muncul pertanyaan bagaimana
tujuan penelitian dapat dicapai? Tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas
adalah terletak pada tindakana-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru,
kemudian dicobakan, dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif yang
dilakukan dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang
sedang dihadapi guru.

Selain tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan
atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada tujuan penyerta yang dapat
dicapai sekaligus berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses
penelitian tindakan kelas berlangsung. Hal ini terjadi karena tujuan utama
penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan dalam proses
pembelajaran. Dengan strategi ini guru akan lebih banyak berlatih
mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan
layanan pembelajaran Dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan yang dapat digenaralisasikan (Suyanto, 1997: 8).

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Keberhasilan


suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian juga dengan
penelitian tindakan kelas, selain bertujuan meningkatkan dan atau memperbaiki
proses pembelajaran di kelas keberhasilannya diukur dari kemanfaatan tindakan
alternatif bagi perbaikan tersebut.

Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas mencakup (a)
inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
(c) peningkatan professional guru. Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu
6
mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya
mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap
tahun. Oleh sebab itu, kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat
dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap
masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah
melakukan inovasi pembelajaran.

Dilihat dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggung jawab
terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas,
penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber
masukan. Dilihat dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran
memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak enggan
melakukan perubahan-perubahan dalam praktek pembelajarannya sesuai dengan
kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang
dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk
selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.

Guru profesional menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri secara
kritis terhadap parktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya
sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan mendapatkan
otonomi secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan adalah selalu
adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pemebalajarnnya. Hal
ini terjadi karena guru mau melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan profesionalismenya.
7
D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

PTK mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian pada
umumnya. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:
1. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah,
tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.
2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir
kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian
teoretik dan atau penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya
permasalahan nyata dan aktual dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan dan tindakan (action) .
6. PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen
untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan
(d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan
masalah.

Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau


widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka
bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru
dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas
diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif,
kedudukan peneliti/kolaborator setara dengan guru, dalam arti masing-masing
mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling
melengkapi.
8
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa
kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini, guru berperan sebagai peneliti sekaigus
sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya mampu mengajar
sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru melakukan pengamatan
terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2002).

E. Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan penelitian pada
umumnya. Adapun ciri khas penelitian tindakan kelas adalah :
1. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3. Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan
pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsai untuk


memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas secara langsung.
Dengan kata lain, PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas serta membantu
memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Dalam penyusunan PTK syarat yang harus dilakukan adalah:
1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menuntut
dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil
pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang
harus diambil segera oleh peneliti.
2. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
3. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti
tidak mengubah jadwal yang berlaku.
9
4. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-
pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan
dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
5. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran
tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
Tabel.1 Perbandingan PTK dan Non PTK
No Aspek PTK Non PTK
1 Peneliti Guru Orang luar
2 Rencana Oleh guru Oleh peneliti
peneliti
3 Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang luar
masalah
4 Sifat Adanya tindakan untuk Belum tentu ada tindakan
Perbaikan Perbaikan
5 Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai obyek penelitian
6 Tempat Kelas Kelas
7 Pengumpulan Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
Data bantuan orang lain
8 Hasil Langsung dimanfaatkan Menjadi milik peneliti dan
penelitian guru dan dirasakan oleh belum tentu dimanfaatkan
Kelas oleh guru

9 Pendekatan Menggunakan penelitian Menggunakan penelitian


kualitatif menggambarkan kualitatif dan kuantitatif
apa yang sedang berjalan dengan menguji
dan ditujukan untuk untuk signifkansi statistik,
mengetahui dampak dari hubungan sebab akibat
kegiatan yang dilakukan antar variable

Setiap penelitian tentu ada subyek dan obyek penelitian. Dalam PTK, yang
menjadi obyek penelitian adalah sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas,
bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
10
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam
kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika
guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa,
penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.

F. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam
pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak
boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru
tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup
merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan
dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di
lapangan.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik,
mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
7. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena
tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan
sepanjang waktu.
11
8. Meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun
tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata
pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa
penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya
melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen,
widyaiswara, dan pengawas sekolah.

G. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut
dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini
peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar
penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di
suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah
apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan.
Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat,
selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK
partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di
atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya
proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan
pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
12
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik
atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-
mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan
terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai
suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti
dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai
tujuan pengajaran.

H. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Debora South.

1. Model Kurt Lewin

PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses
spiral yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a. Perencanaan (planning),
b. aksi atau tindakan (acting),
c. Observasi (observing),
d. refleksi(reflecting).

Langkah di atas dilakukan secara berurutan seperti spiral dan dilakukan dalam
siklus. Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh
Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer (1996) dielaborasi lagi menjadi: (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian
(evaluating). Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan
diagram sebagai berikut.
13

2. Model Kemmis dan Mc Taggart

Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Taggart tampak masih
begitu dekat dengan model Lewin. Karena didalam satu siklus atau putara terdiri
dari empat komponen seperti yang hanya dilaksanakan oleh Lewin yaitu meliputi
: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Namun setelah suatu siklus
selesai dilaksanakan, khususnya sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi siklus sebelaumnya.
Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK bisa dilakukan dengan beberapa
kali siklus.

Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar


yang diperkenalkan olej Kurt Lewin, hanya perbedaanya pada tahap acting
(tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal
ini karena kedua tahap tersebut oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi
acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
14
(Rochiati, 2008: 66). PTK model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya
berupa perangkat- perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri
dari empat tahap yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat tahap meruapakan satu kesatuan dalam siklus.

3. Model John Elliot;

Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot
ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap
siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan).
Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara
terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih
tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan
sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di
lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan
John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua
model sebelumnya.

4. Model Dave Ebbutt

Menurut Dave model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh
Elliot, Kemmis dan Taggart dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam
model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat dan
perlu adanya pembenahan. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan
yang diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa
interpretasi Elliot mengenai karya Kemmis. Ebbutt mengatakan bahwa bentuk
spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang
15
terbaik untuk menggambarkan proses refleksi-aksi (action-reflection).

Berdasarkan beberapa model PTK di atas yang paling sering dipakai dalam dunia
pendidikan adalah model PTK yang dikemukakan oleh John Elliot. PTK model
Elliot lebih mudah dipahami dalam pelaksanaanya dengan menekankan pada
model spiral yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Tahapan yang dilakukan oleh PTK adalah terdiri dari empat tahap yaitu :
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan merupakan
bagian yang tidak bisa dihilangkan dalam PTK.

5. Debora South

Menyebutkan langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian tindakan dialektik


(dialetic action research) yang terdiri dari empat langkah yaitu identifikasi suatu
daerah fokus masalah, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data,
perencanaan tindakan. (Syaodih, 2013:146) dalam penelitian tindakan Debora
menekankan pada identifikasi masalah sebelum melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

I. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Dalam penyusunan desain dan prosedur penelitian tindakan kelas perlu


dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap
dan lebih kritis. Ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yang
harus diperhatikan yaitu penyusunan program, tindakan, observasi dan refleksi,
selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut.

1. Penyusunan Program

Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun dan dari segi
definisi harus prospektif pada tindakan. Rencana itu harus memandang ke depan.
16
Rencana itu harus mengakui bahwa semua tindakan sosial dalam batas tertentu
tidak dapat diramalkan, dan oleh sebab itu agak mengandung resiko.

Rencana harus bersifat fleksibel untuk dapat diadabtasikan dengan pengaruh yang
tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang
telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan
harus mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial di kelas dan
mengakui kendala nyata baik yang bersifat material maupun psikologis. Kedua,
tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena menungkinkan peserta
didik untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih
bijaksana dan hati-hati (Suwarsih Madya, 1994).

Kendala itu hendaknya (1) membantu peneliti (guru) untuk mengatasi kendala
yang ada dan memberikan kewenangan untuk bertindak lebih tepat guna dalam
situasi terkait dan lebih berhasil guna sebagai pendidik, pelaksana dan pimpinan
di kelas, dan (2) membantu para guru sebagai peneliti menyadari potensi baru
mereka untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka.
Sebagai bagian dari proses perencanaan, praktisi penelitian harus berkolaborasi
dalam diskusi untuk mengembangkan bahasa yang dipakainya dalam
menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan mereka dalam situasi
terkait.

2. Tindakan

Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana.
Sehubungan dengan hal itu, praktek diakui sebagai gagasan dalam tindakan, dan
tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan dalam arti bahwa rencana hendaknya diacu
dalam hal dasar pemikirannya, namun demikian perlu diingat bahwa tindakan itu
tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan itu secara mendasar
17
mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan dengan
kendala-kendala di kelas maupun lingkungannya, yang secara tiba-tiba dan tak
terduga. Oleh karena itu, rencana tindakan harus selalu bersifat tentatif dan
sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.

Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah bahwa
penelitian tindakan diamati. Pelakunya bertujuan mengumpulkan bukti tentang
tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk mempersiapkan
evaluasi, sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan
untuk mengevaluasi tindakannya secara kritis.

3. Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.


Observasi berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi
sekarang, terlebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan. Observasi yang cermat
diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas, dan semua
kendala itu belum pernah dapat dlihat dengan jelas di masa lalu. Observasi harus
direncanakan, sehingga akan ada dokumen untuk refleksi berikutnya. Rencana
observasi harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga.
Peneliti tindakan kelas harus selalu memiliki jurnal untuk mencatat hal-hal yang
luput dari observasi dalam kategori observasi yang direncanakan (Depdiknas,
2005).

Peneliti tindakan kelas harus mengamati proses tindakannya, pengaruh


tindakannya (yang disengaja atau tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan,
cara keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan
yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang
muncul. Observasi harus selalu dituntun oleh niat yang sehat bagi refleksi diri
yang kritis. Observasi memberikan tanda tentang pencapaian refleksi. Dengan
cara, observasi dapat memberikan andil pada perbaikan praktek melalui
pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang secara lebih kritis dipikirkan.
18
Akan tetapi bahan pokok yang diobservasikan akan selalu berupa tindakan
pengaruhnya dan konteks situasi tempat tindakan itu harus dilakukan.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis


seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan
memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persolan itu. Refleksi
biasanya dibantu dengan diskusi di antara peserta. Melalui diskusi, refleksi
kelompok sampai pada rekonstruksi makna dan memberikan dasar perbaikan
rencana.

Refleksi memiliki aspek evaluatif. Dengan refleksi peneliti diminta untuk


menimbang-nimbang pengalamannya, untuk menilai apakah persoalan yang
timbul memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk
meneruskan pekerjaan. Ada pula pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, yaitu
memungkinkan dilakukan peninjauan, pengembangan gambaran yang lebih
penting lagi adalah tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk
kelompok dan untuk tiap-tiap anggota bertanggung jawab dalam rangka mencapai
tujuan.

Penelitian tindakan kelas merupakan proses dinamis yang didalamnya terdapat


empat momen yang harus dipahami bukan sebagai langkah statis yang komplit,
tetapi sebagai momen dalam spiral perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Peningkatan pemahaman pertama-tama akan muncul sebagai dasar pemikiran bagi
prakteknya. Dasar pemikiran itu dikembangkan dengan diuji oleh kelompok
dalam praktek, setiap proposisi dalam dasar pemikiran dapat dicocokkan dengan
praktek dan dengan bagian lain dari dasar pemikiran itu. Dalam jangka panjang,
proposisi ini akan berkembang menjadi perspektif kritis tentang praktek dan
tentang bidang yang terkait itu sendiri seperti pendidikan, dan menjadi teori kritis
19
yang mencakup pertimbangan tentang masalah-masalah seperti bagaimana siswa
oleh sistem penyampaian pesan sekolah terkait (kurikulum, kegiatan belajar
mengajar dan pelaksanaan penilaian).

J. Prosedur Pelaksanaan

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai


permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam
pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid
guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang
terjadi.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).

Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus


berikutnya adalah sebagai berikut: (1) Penetapan fokus permasalahan, (2)
Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4) Pengumpulan data
(pengamatan/observasi), (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi), (6) Perencanaan
tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat
dilihat pada gambar 3.1 berikut.
20

1. Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan


keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan
ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
a. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
b. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
c. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
21
d. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
e. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah
sebagai berikut.
a. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru
merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk
mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas
untuk melaksanakan PTK.
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk
menentukan alternatif solusi.
c. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut
melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.

Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah
yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi
keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model
tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih
antara lain seperti di bawah ini.
a. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan
dengan benar?
b. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
c. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan
praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik


perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan
awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini
22
disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara
lain sebagai berikut.
a. Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan
mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran.
b. Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenis/bidangnya,
jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah
tersebut.
c. Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang
mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
d. Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting
untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian
dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis
maupun teoretis.

Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan


dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga
dimaksudkan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan
yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah disini ialah
kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat
diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
b. Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
c. Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
d. Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
e. Bagaimana ketepatan waktu, lama atau durasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah?

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk


spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator
keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait
lainya dengan pemecahan yang diajukan.
23

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan


dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas
memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan
masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai
berikut :
a. Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
b. Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran?
c. Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
d. Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa


ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot
atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti
nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru,
kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
b. Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan
model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan
guru sebelumnya.
c. Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti
eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan
yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
d. Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang
dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran,
24
penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran,
kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh
karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan
sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang
berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka
pengembangan keprofesionalannya.

2. Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif


tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat
dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai
perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan
memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang
diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk
umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian
formal.

Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang


diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan
sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di
bawah ini.
a. Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
b. Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
c. Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPS.
25
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
a. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang
paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
b. Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul
data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
c. Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;
(1) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (2) Merancang strategi
dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (3)
Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul
data.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterapkan.


Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada
PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam
waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat
menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut
disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK.
a. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B, C, dan D.
b. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih
ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan
untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
c. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota
kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam
OHP/PPt untuk persiapan presentasi.
26
d. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil
kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
e. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang
dilaksanakan sebelum (pre tes) dan setelah (post tes) tindakan dilaksanakan.

4. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa naan
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila
ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar
observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara
obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas
siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-
petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk
keperluan refleksi. Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data
seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan
jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c)
hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
27
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai
instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan
selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang
diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.

Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya.


Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi
dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria
tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul
memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam
penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat
digunakan.

5. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang
dihadapi dapat teratasi.
28

III. PENUTUP

Kesimpulan

PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Tujuan penelitian
tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk meningkatkan dan
atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Tujuan penelitian tindakan kelas
dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan
berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Selain itu, tujuannya adalah untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas yaitu: inovasi
pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, serta
peningkatan professional guru. PTK juga memiliki karakteristik diantaranya yaitu:
1. PTK merupakan kegiatan mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah.
2. PTK merupakan upaya pengembangan profesi guru
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari permasalahan nyata
dan aktual dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
6. PTK dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk
pengembangan.
29
Selain karakteristik, penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda
dengan penelitian pada umumnya. Ciri-ciri PTK diantaranya yaitu:
1. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3. Penelitian dilakukan di dalam kelas
4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Adapun prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan
PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya
dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik,
mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
7. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
8. Tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata
pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah.

Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas (PTK) juga memiliki jenis-jenis,


diantaranya:
1. PTK Diagnostik, yaitu penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan.
30
2. PTK Partisipan, yaitu apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus
terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian berupa laporan.
3. PTK Empiris, yaitu apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan
atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama
aksi berlangsung.
4. PTK Eksperimental, yaitu apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya
menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam
suatu kegiatam belajar- mengajar.

Ada beberapa model PTK yang digunakan di dalam dunia pendidikan, di


antaranya:
1. Model Kurt Lewin (penelitian tindakan sebagai suatu proses spiral yang
meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi).
2. Model Kemmis dan Mc Taggart (pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan olej Kurt Lewin,).
3. Model John Elliot (siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara
3-5 aksi/tindakan, setiap aksi terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar).
4. Model Dave Ebbutt (setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan Kemmis
dan Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa interpretasi Elliot
mengenai karya Kemmis).
5. Model Debora South (langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian
tindakan dialektik (dialetic action research) yang terdiri dari empat langkah
yaitu identifikasi suatu daerah fokus masalah, pengumpulan data, analisis dan
interpretasi data, perencanaan tindakan).

Selanjutnya pada penyusunan desain dan prosedur penelitian tindakan kelas perlu
dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap
dan lebih kritis. Ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yang
harus diperhatikan yaitu penyusunan program, tindakan, observasi dan refleksi.
31
Penelitian tindakan kelas juga memiliki prosedur pelaksanaanya, diantaranya
yaitu:
1. Penetapan fokus permasalahan,
2. Perencanaan tindakan,
3. Pelaksanaan tindakan,
4. Pengumpulan data (pengamatan/observasi),
5. Refleksi (analisis, dan interpretasi), dan
6. Perencanaan tindak lanjut.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai