Diare Akut
Diare Akut
PUSKESMAS,
No. ID dan Nama Peserta :
No. ID dan Nama Wahana :
Tanggal (kasus) : Presenter :
Nama Pasien : An . E No. RM : 108043
Tanggal Presentasi : Pendamping :
Tempat Presentasi :
Topik: Diare Akut Dehidrasi Sedang
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
1. Subyektif
Anak laki-laki dengan usia 4 tahun 7 bulan datang ke puskesmas Air Saga bersama ayah dan
ibungan dengan keluhan buang air besar lebih dari 10 kali sejak semalam. Buang air besar yang
dialami oleh pasien memiliki ciri , konsitensi nya cair, disertai ampas berwarna kehijauan , lender
dan darah tidak ada.
Nafsu makan pasien turun sejak keluhan pertama dirasakan dan pasien terlihat sangat lemas
dan tidak mau beraktifitas. Pasien terlihat haus dan ingin minum terus menerus. Ibu pasien juga
mengeluhkan demam pada pasien yang dirasakan sejak subuh sebelum dibawsa ke puskesmas.
Orang tua pasien belum pernah membawa pasien berobat ke dokter atau meminum obat
sebelum pasien dibawa ke puskesmas. Riwayat makan makanan tertentu sebelum keluhan
dirasakan disangkal oleh orang tua pasien. Pasien memiliki kebiasaan memasukan barang-
barang kedalam mulut. Riwayat imunisasi dasar lengkap, riwayat tumbuh kembang pasien sesuai
dengan usia. Riwayat social ekonomi keluarga pasien tergolong cukup.
2. Objektif
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos mentis, Status gizi kurang. Nadi 120x/menit,
nafas 24 x/menit, suhu 38 derajat celcius. Pada pemeriksaan abdomen didapat perut tampak
cembung, turgor kulit melambat, bising usus meningkat , akral dingin dan CRT> 2 detik.
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.
3. Assesment
1,2,3
Diare Akut
Definisi
Diare adalah buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam konsistensi cair dengan
frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi > 3 kali/hari, atau dengan perkiraan volume tinja
> 200 gr/hari. Durasi diare sangat menentukan diagnosis, diare akut jika durasinya kurang dari 2
minggu, diare persistent jika durasinya antara 2-4 minggu, dan diare kronis jika durasi lebih dari
4 minggu.
Patofisiologi
Patofisiologis diare dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu diare sekresi dan diare osmotic .
pada diare sekresi , infeksi oleh kuman menyebabkan adhesi kuman ke mukosa usu . kuman
kemudian mengeluarkan enterotoksin yang menyebabkan heiperksekresi dari mukosa usus. Diare
osmotic atau juga disebut diare invasive, dapat terjadi karen invasi kuman ke mukosa usu /
intoksikasi / alergi yang menyebabkan radang pada mukosa usus. Hali ini akan menyebabkan
malabsorbsi sehingga terjadi atrofi dari mukosa usus. Akibatnya , terjadilah degradasi makanan
intraluminal yang tidak terserap sehingga terjadi peningkatan tekanan osmotic intraluminal yang
menyebabkan cairan tubuh tertarik ke dalam lumen usus.
Bentuk Klinis
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare berbeda-beda tergantung dari jenis dan bentuk klinis diarenya. Tanda utama
dari diare adalah keadaan umum gelisah / cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit
abdomen menurun. Tanda tambahan adalah perubahan pada ubun-ubun besar, kelopak mata, air
mata , mukosa bibir, mulut dan lidah.
Pemeriksaan Penunjang
Pada diare akut , pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan kecuali jika didapatkan tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Beberapa hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan elektrolit dan analisis
gas darah jika curiga secara klinis adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Langkah Diagnosis
Berdasarkan Tatalaksana Diare oleh Depkes RI, secara singkat tatalaksana diare dirangkum dalam
LINTAS diare yaitu:
Cairan secukupnya yaitu oralit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
Pemberian zinc selama 10 hari dengan dosis: uia kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg
perhari, usia diatas 6 bulan 20 mg per hari
Pemberian nutrisi adekuat , jika masih ASI , pemberian ASI sesuai keinginan
Permberian antibiotika yang tepat dan tidak memberikan antidiare
Edukasi orang tua atau pengasuh dalam pemberian ciaran, zinc, nutrisi, dan higienitas
Depkes RI membagi tatalaksana terapi diare berdasarkan derajat dehidrasi, yaitu rencana terapi
A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dehidrasi ringan-sedang, serta
rencana terapi C untuk diare dehidrasi berat.
Terapi lainnya yang dapat digunakan:
Terapi cairan intravena Kolera : loading 30 cc/kgBB/30 menit ( 15 tpm/kgBB) sampai nadi
teraba kemudian dilanjutkan dengan 120cc/KgBB/4jam.
Jika indikasi penggunaan antibiotika , pilihan yang dapat digunakan:
o Kloramfenikol 50mg/KgBB
o Ampisilin 50-100 mg/KgBB
o KOtrimoksazol 8-10 mg ™/kgBB
o Gentamisin 4mg/KgBB
o Asam Nalidixidat 55 mg/KgBB
o Untuk Kolera: Tetrasiklin 50 mg/KgBB selama 3 hari
o Untuk Amubiasis dan Giardiasis: Metronidazole 50 mg/KgBB
Terapi cairan intravena untuk dehidrasi berat : cairan 10-4-7 (NaCl 15% 10 cc+ KCl 10%
4cc + NaHCO3 7.5% 7cc) 60 cc/KgBB/4jam, 190cc/kgBB/20 jam
Terapi cairaan intravena untuk dehidrasi hipertonik: RL 15-60cc/KgBB per 1-4 jam,
dilanjutkan cairan 10-4-7 190 cc/KgBB/20 jam + Ca Gluconas 10% 5-10 cc secara IV 3 kali
sehari
Hindari makanan yang merangsang atau terlalu banyak serat
Terapi untuk meteorismus berat: stop makanan peroral, dekompresi dengan schoorstein
dan sonde Miller. Antibiotic yang dapat digunakan
o Ampisilin 100mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis
o Gentamisin 4mg/KgBB dibagi dalam 2 dosis
Jika terjadi asidosis: Bicnat 0.3 Meq /KgBB/deficit base excess, diberikan setengahnya
kemudian dinilai
Hipokalemia : K+ 20 MEq/L (8cc KCl 10% kolf)
Jika terjadi hiponatremia dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus kebutuhan
Na+ dalam Meq = 0.6 xBB ( 140- kadar plasma Na) . cairan yang dapat digunakan adalah
Nacl 3% (1cc mengandung 513 Na+)
Hipokalsemia : berikan glukonas kalsikus secara intravena 5-10 cc per kali
Berikan oksigen jika terjadi hipoksia
Pasien diperbolehkan pulang jika dehidrasi sudah teratasi , tidak ada tanda infeksi sistemik dan tidak
ada muntah.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya diare, yaitu
Plan