Anda di halaman 1dari 15

PATOFISIOLOGI PROSES INFEKSI DENGAN AGEN INFEKSIUS

OLEH :

ANDI FADILLAH ARFAN (R011181335)


PUTU DITA LESTARI (R011181047)
RANDIANA WINDRIRIANTI (R011181009)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


Maha Kuasa Atas Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya serta shalawat hanya tercurah
pada Nabi Muhammad SAW. Melalui tangan dan pikiran kami, Insya Allah
dengan izin-Nya kami dapat menyelasaikan tugas Makalah kami yang berjudul
“Patofisiologi proses infeksi dengan agen infeksius” walaupun masih sangat
sederhana.

Dengan selesainya tugas makalah ini, banyak hambatan dan pengalaman


yang kami dapatkan. Berkat kerja keras dan bimbingan dari para pihak terutama
pada orang tua kami yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan do’a-Nya.
Dengan selesainya tugas makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen yang telah membimbing dan mengajari kami,
serta teman-teman seperjuangan yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari pihak
pembimbing maupun dari pihak-pihak lain yang bersifat membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca.

Makassar, 8 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 4
C. TUJUAN ..................................................................................................... 4
D. MANFAAT ................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN PATOFISIOLOGIS DAN INFEKSI ............................ 5
B. CARA ORGANISME MASUK KE DALAM TUBUH .......................... 5
C. INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH AGEN INFEKSIUS ............. 6
1. Penyakit infeksi virus ............................................................................. 6
2. Penyakit infeksi bakteri ......................................................................... 9
3. Penyakit infeksi parasite ...................................................................... 10
4. Infeksi penyakit jamur ......................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
SIMPULAN ...................................................................................................... 14
SARAN ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan
dimana ia tinggal. Padahal kesehatan seseorang juga sangat tergantung pada lingkungan.
Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh,khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat
akibat metabolisme kompetitif,toksin,replikasi intraseluler, atau reaksi antigen-antibodi.
Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa factor yang saling berkaitan dalam rantai
infeksi. Adanya pathogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri,virus,dan
parasit), radiasi matahari dan polusi, stress emosional dan fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh terutama makrifag dan cukup lengkap
kebuthan gizi untuk menjaga kesehatan.
Sistem kekebalan atau imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai pelindung
terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,terutama virus, bakteri,
protozoa, dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam melawan sel yang teraaberasi
menjadi tumor. Berdasarkan hal itu kelompok kami tertarik untuk membahas lebih lanjut
tentang mikroorganisme penyebab infeksi serta proses terjadinya infeksi mikroorganisme
pada manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan patofisiologis dan infeksi ?
2. Bagaimana cara organisme masuk ke dalam tubuh ?
3. Apa saja infeksi yang disebabkan oleh agen infeksius ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari patofisiologis dan infeksi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara organisme masuk ke dalam tubuh
3. Untuk mengetahui apa saja infeksi yang disebabkan oleh agen infeksius
D. MANFAAT
Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Patofisiologi proses infeksi
dengan agen infeksius.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PATOFISIOLOGIS DAN INFEKSI

Patofisiologi adalah konvergensi patologi dengan fisiologi. Secara


harfiah,Patologi adalah ilmu (lagos) tentang penderitaan (panthos). Patologi adalah
disiplin ilmu yang menjebatani praktik klinis dan ilmu dasar, dan mencakup penelitian
tentang penyebab suatu penyakit serta mekanisme yang menyebabkan munculnya tanda
dan gejala pada pasien. Sedangkan fisiologis adalah disiplin biologis yang
menggambarkan kondisi abnormal atau tidak diinginkan. Jadi , patofisiologi adalah
perubahan fungsional yang terjadi dalam diri seseorang karena penyakit atau keadaan
patologis. Patofisiologi juga berarti perubahan fungsional yang terkait dengan atau akibat
dari penyakit atau cedera.

Infeksi adalah proses invasive oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam


tubuh yang menyebabkan sakit (Potter&Perry,2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh
organisme dan berpoliferasi dalam jaringan tubuh (Kozier,et al,25). Dalam kamus besar
keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invansi dan multiplikasi mikroorganisme
dalam jaringan tubuh,khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetetif,toksin,replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi.

B. CARA ORGANISME MASUK KE DALAM TUBUH


Pada dasarnya, tubuh dilintasi suatu tabung, saluran cerna, dengan diverticula
buntu yaitu saluran nafas, dan saluran urogenital.Permukaan kulit tertutup kulit
tanduk.Kulit yang kering dan bersifat melindungi tidak menutupi semua permukaan
tubuh.Dimata, kulit diganti oleh suatu lapis sel hidup transparan, konjungtiva.Bahan
makanan harus dimakan dan produk idigestinya siabsorpsi dank arena itu saluran
cerna, kontak dengan dunia kuar harus dipermuadah lapisannya terdiri dari1 atau lebih
urogenital, dimana urin dan produk sex sekresi dan dikeluarkan ke dunia luar.
Konjungtiva, saluran cerna, saluran napas, dan saluran urogenital merupakan
jalan masuk oerganisme.Penetrasi melaluinya lebih mudah daripada melalui
kulit.Agar dapat mengadakan kolonisasi atau penetrasi, mula-mula mikroorganisme
harus mengadakan penempelan.

C. INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH AGEN INFEKSIUS


1. Penyakit infeksi virus
Virus yang menyebabkan infeksi transien secara structural bersifat heterogen kendari
setiap virus akan memicu respoans imun yang secara efektif mengeliminasi virus
tersebut.

Campak
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri
dari tiga stadium yangmasing-masing mempunyai ciri khusus:
a. Stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari
b. Stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkatkan dan
ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan
mukosa konjongtiva
c. Stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar
ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu bdan
yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.

Di Negara berkembang, campak merupakan penyakit endemis. Di Indonesia,


penyakit campak sudah dikenal lama. Masa lampau, penyakit campak dianggap
sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena
penyakit campak dapat sembuh sendiri tanpa perlu diobati, mereka beranggapan
bahwa penaykit campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada yang
beranggapan bahwa jika ruam pada kulit semakin banyak akan semakin baik. Bahkan
ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan
bahwa penyakit campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam
akan muncul di dalam rongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut atau
usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan akan sesak napas atau diare, yang dapat
menyebabkan kematian.

Secara biologic, campak mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vector), adanya
siklus musiman denga periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap,
hanya memiliki satu serotype virus dan adanya vaksin campak yang efektif.

Sifat-sifat biologic campak ini serupa dengan cacar.Hal ini menimbulkan


optimisme kemungkinan campak dapat diedarikasi dari muka bumi sebgaimana yang
dapat dilakukakn terhadap penyakit cacar. Cakupan imunisasi campak lebih dari 90%
akan menghasilkan daerah bebas campak, seperti halnya di Amerika Serikat.

Virus campak berada di sekrat nasofarings dan di dalam darah, minaml selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dlam pengawetan beku,
minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35°𝑐, dan beberapa hari pada suhu
0°𝑐. Virus tidak aktif pada pH rendah.

Virus campak termasuk golunga paramyxovirus berbentuk bulat dengan tipe yang
dasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari
lemak dan protein.Didalam terdapat nuklekoaspid yang berbentuk bulat lonjing,
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asa nukleat (RNA) yang merupakan
struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus.Pada selubung luar seringkali terdapat
tonjolan pendek.Salah satu protein yang berasa di selubung luar berfungsi sebagai
hemaglutinin.

Virus campak ini merupakan organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi.Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaanya tidak kekal. Pada
temperature kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada
suhu 37°𝑐 waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56℃ hanya satu jam.
Sebaliknya virus ini dapat bertahan dalam keadaan dingin.

Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk isolasi
primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus campak
lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada fase larutan
setelah 7-10 hari.

Penularan virus ini sangat efektif, dengan sedikit virus infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang.Penularan campak terjadi secara droplet melalui
udara, sejak 1-2 haari sebelum timbul gejala klinis 4 hari setelah timbul ruam.di
tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jaarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk kedalam limfatik local, bebas maupun berhubungan dnegan sel
mononuclear, kemudian mencapai kelenjer getah benig regional. Di sini virus
memperbanyak diri ddnrgan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel
ajringan limforektikular seperti limpa.Sel mononuclear yang terinfekdi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyal (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk
T-suppresot dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui scara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalm pembuluh darah dan menyeabar ke permukaan epitek orofsring,
kunjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke-9-10, focus infeksi yanf beradi diepitel saluran nafas dan kunjungtiva,
akan menyababkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu
virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembulih darah dan menimbulkan
manifestasi klinis daari system saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradanagan epitel pada system saluran pernapasan diukiti dengan manifestasi
klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi disebut bercak Koplikm yang dapt tandaa pasti untuk menegakkan
diagnose.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebgai akibat respons delayed


hypersensitivity terhadapa agen antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari
ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu anti bodi humoral dapat dideteksi pada
kulit. Kejadian ini ridak tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-T.

Focus infeksi tidak menybar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbul di kulit.Penelitian dengan
imunofluoresens dan histologic menunjukkan adanya antigen campak dan diduga
terjadi seuatu reaksi Arthus.Daerah epitel yang nekrotik di nasfaring dan saluran
pernapasan memberikan kesempatan infeksi bakteri selunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain.Dalam keadaan tertentu pneumonia juga
dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebablan gizi kurang.
2. Penyakit infeksi bakteri
Bakteri yang sering ditemukan di lingkungan ini menyebabkan infeksi yang meybar
luas (ditandai oleh mikroorganisme tahan-asam yang berlimpah) pada hospes dengan
gangguan kekebalan.

Demam Tifoid
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella thypi.Penyakit ini ditandai olehpanas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel agosit mononuclear dari hati,
limpa, kelenjer limfe usus dan Peyer’s patch.
Demam tifoid masih meruapakan maslah kesehatan yang penting di beragai
negara sedang berkembang.Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat
sukar ditentuakn, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum
klinismya sangat luas.
Salmonella thypi diperkirakan dapat hidup di dalam tubuh manusia.Manusia
yang terinfeksi Salmonella thypi dapat mengekresikannya melalui secret saluran nafas,
urin dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.Salmonella thypi yang
berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di
dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian.Tetapi S.thypi
hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan
dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp 63℃).
Terjadinya penularan S.thypi sebagian besar melalui minuman/makanan yang
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral-fekal = jalur oro-fekal).
Dapat juga terjadi transmisi transplasentral dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bekteremia kepada bayinya.Ada juga penah ditemukan pembawa kuman
berasal dari laboratorium penlitian.

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti


organisme, yaitu :
a. Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch
b. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyer’s pacth,
nodus ;imfatikus mesentrikus, dan orga-organ ekstra intestinal system
retikuloendotelial
c. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah
d. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadarcAMP didalam kripta usus dan
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.

Bakteri S.thypi bersama makanan/minuman masuk ke dalam tubuh melalui


mulut.Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH< 2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklohidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor hastimin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah
besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudia menginvasu
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan yeyenum. Sel-sel M, sel
epitel khusus yang melapisi Peyer’s pacth, merupakan tempat internalisasi S.thypi.
bakteri mencapai folikel limfe usus halus, menghikuti aliran ke kelenjer limfe
mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sitemik sampai jaringa RES di organ
hati dan limpa. Salmonella thypi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
menonuklear di dalam folikel limfe, kelenjer limfe mesentrika, hati, dan limfe.

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi), yang lamanya


ditentukan oleh jumalah dan virulensi kuman serta respons imun penjamu pada
Salmonella thypi akan ke luar habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun,
akan tetapi tempat yang disukai oleh S.thypi adalah hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu, dan Peyer’s pacth dari ileum internal. Invasi kandung empedu
dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran retrograde dari empedu.
Eksresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan
melalui tinja.

3. Penyakit infeksi parasite


Protozoa merupakan organisme eukariotik uniseluler.Protozoa bersifat parisitik ini
ditularkan oleh serangga atau lewat jalur fekal-oral. Pada manusia, protozoa
terutama hidup dalam usus atau darah (ekstrasel dan intrasel)
Malaria
Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan malarian masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa
dan Bali, oleh karena di daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal
dari endemis dan nonendemis malaria.Malaria merupakan penyakit infeksi akut
atau kronis yang disebabkan oleh Plasmoduim, ditandai dengan gejala demam
rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium.Pada manusia
Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae.Plasmodiuam falciparum
menyebabkan penyakit malaria yang berat, tiga spesies Plasmodium lainnya
(vivax, ovalem, dan malariae) menyebabkan malaria yang lebih ringan.Semua
spesies ditularkan oleh nyamuk Anopholes.
Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan non alamiah.
1) Penularan secara alamiah (natural infection), melalui nyamuk Anopheles.
2) Penularan bukan ilmiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu :
a) Malaria bawaan (kongenital), disebabakan adanya kelaianan pada
sawar plesenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada
bayi kandungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu kepada
bayi melalui tali pusar
b) Penularan secara mekanik melalui transfuse darah atau jarum suntuik.
Penularan melalui jarum suntik banyak sekali terjadi pada para
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
Infeksi malaria melalui tranfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer
karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga
dapat diobati dengan mudah.
c) Penularan secara oral

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain
yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung


parasite.Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh
pirogen endogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi
perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasite.
Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah eritrosit yang
terinfeksi parasite, teraktivasinay system retikuloedotelial untuk memfagositosis
eritrosit yang terinfeksi parasite dan sisa eritrosit akibat hemolisis.Juga terjadi
penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrophil. Terjadinya kongesti pada orrang
lain meningkatkan resiko terjadinya ruptir limpa.

Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan


karena sel darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, sehingga
perjalanannya dalam kapiler terganggu dan mudah melekat pada endotel lapiler
karena adanya penonjolan membran eritrosit.Setelah terjadi penumpukan sel dan
bahan pevahan sel, maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksi jaringan, terjadi
ganggyan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bahkan
pendarahan ke jaringa sekitarnya.Rangkaian kelainan patologis ini dapat
menimbulkan mainfestasu klinis sebagai malaria serebral, edema paru, gagal ginjal,
malabsorpsi usus.

Pertahanan tubuh individu terhadap malaria dapat beruap factor yang


diturunkan maupun yang didapat.Pertahanan terhadap malaria yang diturunkan
terutama penting untuk melindungi anak kecil/bayi karena sifat khusus eritrosit yang
rekatif residen terhadap masuk dan berkembangbiaknya parasite malaria.Masuknya
parasite tergantung pada interaksi antara organel spesifik pada merozoit dan struktur
khusus pada permukaan eritrosit.

Imunitas homoral dan seluler terhadap malaria didapat sejalan dengan infeksi
ulangan.Namun, imnitas ini tidak mutlak dapat mengurangi gambaran klinis infeksi
ataupun dapt menyebabkan asimptomatik dalam periode panjang.Pada individu
dengan malaria dapat dijumpai hipergamaglobukinemia poliklonal, yang merupakn
suatu antibody spesifik uang diproduksi untuk melengkapi beberapa aktivitas opsonin
terhadap eritrosit yang terinfeksi, tetapi proteksi ini tidak lengkap dan hanya bersifat
sementara bilamana tanpa disertai infeksi ulanagan.Tendensi malaria untuk
menginduksi imunosupresi, dapat diterangkan sebagian oleh tidak adekuatnya respon
ini.Antigen yang heterogen terhadap Plasmodium mungkin juga merupakan salah satu
factor.Monosit/makrofag merupakan partisipan selular yang terpenting dalam
fagositosis eritrosit yang terinfeksi.
4. Infeksi penyakit jamur

Histoplamosis
Histoplamosis adalah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum atau Histoplasma duboisii.Jamur H.capsulatum
pertamkali dilapaorkan oleh Darling pada tahun 1905 di Panama sedangkan
H.duboisii dilaporkan oleh Blancard dan lefrou pada tahun 1922 di Afrika.
Histoplasmosis capsulatum ditemukan secara endemic di banyak Negara
termasuk Indonesia.Jamur ini dapat diisolasi dari tanah yang mengandung kotoran
ayam, kelelawar, dan burung, membentuk makrokonidia yang khas.Di tanah
H.capsulatum tumbuh dalam bentk spora dengan makronidia, tetapi pada suhu
tubuh sekitar 37℃ berubah menjadi bentuk ragi.
Infeksi terjadi melalui inhalasi spora /konidia. Jumlah spora yang terhisap,
verulensi jamur, san status imunologi pasien akan berbepngaruh terhadap derajt
penyakit. Infeksi ulang dapat terjadi hanya dengan menghirup spora yang cukup
banyak.Penularan antara manusa tidak terjadi.Masa inkuabasi sekitar 1-3 minggu
sejak terpajan dengan spora Histoplasma.
Infeksi terjadi akrena inhalasi spora, yang selanjutnya di dalam alveoli, spora
berkembang biak dan tumbuh menjadi jamur, membentuk inflitrat dan
menyebabkan pembesaran kelenjer saerah hilus. Inhalasi spora dalam jumlah
besar dapat menimbulkan gambaran seruap tuberculosis milier.Keadaan ini
biasanya sembuh dengan/tanpa meninggalkan pengkapuran dalam paru.Ada
kemungkinan timbul infeksi yang lebih buruk hingga sebagian/seluruh paru
terinfenksi.Infeksi kedua dapat menyebabkan jaringan yang lebih kuat dengan
menimbulkan rongga sehingga menyebabkan batuk berdarah. Dari paru, jamur
dapat menyebar secara hematogen ke organ ali khususnya sitem
retikuloemdotelial yang berakibat pembengkakan hati, limpa dan kelenjar getah
bening.
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN
Penyebaran infeksi oleh agen infeksi dapat melalui berbagai jalur, bisa dari
kulit, saluran nafas, saluran cerna, konjungtiva, dan urogenital.infeksi ada yang
bersifat menular dan juga ada yang bersifat tidak menular.

SARAN
Sebagai manusia yang tiap harinya berhubungan dengan duniar luar.Sebaiknya
terus menjaga personal hygenie.Karena infeksi bisa datang darimana saja.Manusia
harus sadar bahwa kesehatan sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA

Mitchell, Kumar, Abbas, dkk. 2008. Robbins dan Cotran Buku Saku Dasar Patologis
Penyakit. Jakarta : EGC.

Seodarmo S, Herry, Sri R, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai