Oleh :
Kelompok 4 B
Nabila 11171040000070
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami daat menyelesaikan makalah
Discovery Learning kami yang bertema Tuberculosis.
Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari bahwa makalah ini sangat
kurang dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangatlah mengharapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca agar makalah yang kami buat ini dapat lebih baik lagi kedepannya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, karena pada
sebagian besar negara di dunia penyakit TBC tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya
penderita yang tidak berhasil disembuhkan terutama penderita menular (BTA positif). Pada
tahun 1995 diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan
kematian 3 juta orang (WHO ,Treatment Of Tuberculosis, Guidelines For National
Programmes,1997). Di Negara-negara berkembang kematian TBC merupakan 25% dari
seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TBC ada di
negara berkembang, 75% adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia, diperkirakan akan memicu peningkatan jumlah penderita TBC.
4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui patofisiologi dari tuberkulosis paru
2. Mengetahui manifestasi klinis dari tuberculosis paru
3. Mengetahui terapi tuberculosis paru
4. Mengetahui asuhan keperawatan tuberculosis paru
5. Mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam kontrak keluarga (peran
keluarga)
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Patofisiologi TBC Pada Anak
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC
anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak
terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk
keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini
yang biasanya terhisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru
Penularan kuman yang dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara ini dapat menetap 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
berhari – hari sampai berbulan – bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru – paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah
bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil
menempati saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan
peradangan yang kuat. Reaksi ini mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam), terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan proses difusi terganggu, dan produksi sputum yang menyebabkan akumulasi
jalan napas terganggu.
Karena basil Mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk mengepung
dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respon seluler melibatkan sel T dan
makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus
kompleks makrofag – basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T, dan jaringan parut
disebut tuberkel. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau mengalami kalsifikasi dan disebut
kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X thoraks atau terjadi nekrosis
dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat
berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia,
lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan
lesi di organ-organ lainnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan menjadi fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar
6
regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Kerusakan pada paru akibat infeksi
adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstitium
dan pembentukan jaringan parut permanent di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi
oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut
dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga
kapasitas difusi paru menurun.
Timbul kelainan V/Q yang apabila penyakitnya cukup luas, dapat menimbulkan
vasokonstriksi hipoksik arteriol paru dan hipertensi paru. Jaringan parut juga dapat
menurunkan compliance paru.
Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar,
membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2 – 10 minggu ( 6 – 8 minggu ) setelah
infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi. Kompleks primer ini selanjutnya
dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis – garis fibrotic
komplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya.
c. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
Pada anak-anak, umumnya gejala tuberkulosis terbagi menjadi dua, yaitu gejala umum
dan gejala khusus. Gejala umum meliputi :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak
kunjung naik dalam 1 bulan meskipun telah melakukan penanganan gizi yang baik
2. Demam dalam waktu lama ataupun berulang yang juga tanpa sebab yang kelas (bukan
karena typhoid, malaria, maupun infeksi saluran napas akut) yang dapat disertai
dengan keringat pada malam hari.
7
3. Pembesaran kelenjar limfa superfasialis yang tidak nyeri. Paling sering terjadi di
daerah leher, ketiak, dan lipatan paha.
4. Gejala dari saluran napas meliputi batuk lebih dari 30 hari (setelah menyingkirkan
sebab lain dari batuk), terdapat tanda cairan di dada, dan nyeri dada.
5. Gejala dari saluran cerna, seperti diare yang berulang dan tidak sembuh dengan
pengobatan diare, terdapat benjolan atau massa di abdomen, dan tanda-tanda terdapat
cairan dalam abdomen
6. Kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk, serta benjolan dipunggung merupakan tanda
bahaya yang wajib dicurigai (Safithri, 2011).
8
Reaksi pleura dan atau efusi pleura
Kalsifikasi
Bronkiektasis
Kavitas
Destroyed lung
Bila ada diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai
TBC.
Bila dijumpai 3 atau lebih dari hal-hal yang mencurigakan atau gejala-gejala klinis umum
diatas, maka anak tersebut harus dianggap terinfeksi tuberkulosis dan diberikan pengobatan
dengan OAT sambil di observasi selama 2 bulan .
Tuberkulosis pada anak cenderung sulit untuk di diagnosis, oleh sebab itu Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan
menggunakan system scoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai (Safithri, 2011).
9
Untuk mendiagnosis Tuberlulosis dengan system scoring, diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang, antara lain :
a. Pemeriksaan mikroskopis dahak BTA untuk anak yang dapat mengeluarkan dahak
b. PA : sitologik dan histopatologik kelenjar getah bening
c. Pencitraan : USG, Radiologi dan CT Scan termasuk foto tulang dan sendi.
Adapun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penegaoan diagnosis
tuberkulosis (Safithri, 2011), yaitu :
1. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan system scoring Tuberkulosis anak
2. Anak yang di diagnosis Tuberkulosis, jika jumlah skor ³ 6 (skor maksimal 13), maka
harus diberikan penanganan sebagai pasien Tuberkulosis dan mendapat OAT (Obat
Anti Tuberkulosis)
3. Pasien usia balita yang mendapat skor <6 tapi secara klinis dicurigai Tuberkulosis,
maka perlu dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut.
Tipe Penderita
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (Relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Kasus setelah putus berobat (Default) adalah pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus pasca gagal (Failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TBC lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus kronis. Kasus kronis adalah pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori II dengan pengawasan yang baik.
10
2.3 Terapi
Hal – hal yang mencurigakan TB
11
Dalam terapi pengobatan TB pada anak terdapata masalah pada sediaan obat di pasaran
umumnya untuk orang dewasa. Rifampisin dapat dibuat suspensi yang stabil tetapi isoniazide
dan pyraminazide sebaiknya diberikan dalam bentuk tablet atau puyer. Rifampisin,
pyrazinamide, dan isoniazide tidak boleh dibuat jadi satu suspense karena mengganggu
biovailabilan rifampisin.
Hal terpenting adalah kepatuhan anak dalam meminum obat maka diperlukan
lingkungan, keluarga dan pengertian lebih mengenai obat yang harus diminum secara rutin.
Dengan DOT atau Directly observed therapy (DOTS) dimana mengharuskan petugas
kesehatan atau orang yang bertanggung jawab mengawasi pasien minum obat. Selain petugas
kesehatan bisa juga dengan orang yang disegani di lingkungannya atau pada guru sekolah, dan
unit kesehatan sekolah.
12
Pencegahan TB pada anak menggunakan kemoprofilaksis primer yang akan diberikan
pada anak yang kontak erat dengan pasien tuberculosis yang menular, terutama sputum BTA
(+), tetapi belum terinfeksi, jadi uji tuberculin negative. Bebeda dengan kemoprofilaksis
primer, kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan infeksi tuberculosis, jadi uji
tuberculin positif, tetapi tidak sakit tuberculosis, yaitu klinis dan radiologis baik, tetapi
mempunyai resiko sakit tuberculosis.
Identitas data
1) Riwayat keperawatan sekarang
Keluhan Utama
Keluhan penyerta : tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan atau
bisul pada tempat-tempat kelenjar.
Subjektif : rasa lemah Cepat lelah, aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek),
demam, menggigil
3) Pola nutrisi
Objektif : turgor kulit jelek, kulit kering atau bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
4) Respirasi
Subjektif : batuk produktif atau non produktif sesak nafas, sakit dada.
Objektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronki
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu, sesak nafas, pengembangan
13
pernapasan tidak simetris atau efusi pleura, perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural), deviasi trakea (penyebaran bronkogenik).
Objektif : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bias
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
Tanda vital : Sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat
lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas
biasanya tekanan nadi anak menjadi takikardi.
C. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
d. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan kurang
sumber informasi
e. Ketidak patuhan berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang
lama.
D. Intervensi Keperawatan
14
Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan pertukaran Kriteria hasil : Berikan oksigen humidifier bagi
gas b.d Proses infeksi 1. anak akan mengalami anak dengan dyspnea
pengurangan batuk Tinggikan bagian kepala tempat
2. Untuk meningkatkan pertukaran tidur
gas yang adekuat. Berikan obat batuk ekspektoran
sesuai dengan kebutuhan
15
pengobatan (contoh/ antibiotik),
berapa lama terapi pengobatan
harus dijalani, dan apa yang
terjadi jira anak tidak manjelani
tuntas pengobatannya
Pada saat anak diperbolehkan
pulang, berikan discharge
planning atau perencanaan pulang
mengenai :
1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis,
efek camping, lama pemberian terapi dan
cara minum obat
2. Melakukan immunisasi jika
immunisasi Belem lengkap sesuai dengan
prosedur!:)
3. Menekankan pentingnya control ulang
sesuai jadwal
4. informasikan jika terdapat tanda-tanda
terjadinya kekambuhan.
16
1.) Mengenal Masalah Kesehatan yang Ada di dalam Keluarga
Kesadaran dan keinginan keluarga agar penderita TB dapat sembuh dari penyakitnya
merupakan factor yang berpengaruh terhadap kemampuan mengenal masalah kesehatan.
Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model yaitu pada kerentanan yang dirasakan
agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit ( Glanz, Karen 2008 ).
a. Memberi dukungan, kasih sayang dan perhatian sebagai dorongan psikologis dan
social. Hal ini karena keluarga adalah pihak terdekat dari klien sekaligus menjadi
sumber kekuatan klien ( International Union Against TB and Lung Disease, 2008 ).
b. Membantu dalam pengawasan penggunaan obat. Hal ini sangat penting mengingat
obat-obat TB termasuk obat yang bersifat jangka panjang dan harus senantiasa rutin
dikonsumsi untuk menghindari Medication Error.
c. Membantu dalam mengatur dan mengelola kunjungan serta pengecekan status
kesehatan dengan memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan setiap dua minggu
sekali untuk melihat perkembangan penyakit.
d. Bersifat terbuka dan mampu memahami serta menghargai perasaan klien, sehingga
klien terbebas dari rasa stress dan mampu tuk optimis melawan penyakitnya.
e. Menjaga kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi seperti makanan tinggi kalori
untuk menguatkan dan meningkatkan daya tahan tubuh klien.
f. Menjaga kebersihan lingkungan rumah, termasuk pengaturan ventilasi yang cukup,
pencahayaan, kepadatan dan kebersihan lantai rumah.
17
g. Memutus mata rantai penyebaran penyakit dengan kewaspadaan akan kesehatan dan
mampu mengetahui alur penyebaran ( BPN, 2007 ).
18
BAB III
PENUTUP
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat
mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strainmikrobakteria, umumnya
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang
dengan infeksi tuberkulosis aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka
melalui udara.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika
Glanz, Karen. 2008. Health Behavior and Health Education Theory, Research and
Practice. America : Jossey Bass.
20