Anda di halaman 1dari 7

Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong di Pedesaan

dan Strategi Pengembangannya


(Livestock production system of beef cattle in the village and their development strategies)
Akhmad Sodiq1, Suwarno1, Farida Rizki Fauziyah2, Yusmi Nur Wakhidati1
dan Pambudi Yuwono1
1
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman
2
Fakultas Peternakan, Universitas Nahdlatul Ulama
ABSTRAK Pendekatan penelitian pada peternakan pembiakan. Penampilan produksi sapi PO, Sumba
rakyat Livestock On-Farm Trials ditujukan untuk Ongole dan Persilangan Simmental untuk tujuan
mengidentifikasi sistem produksi peternakan sapi penggemukan memperlihatkan hasil BCS sedang
potong di pedesaan wilayah kabupaten yaitu sampai tinggi, tetapi produktivitas sapi Brahman
Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Cross cenderung rendah. Diperlukan perbaikan
Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah pada feeding system and good farming practices
mendokumentasikan karakteristik sistem produksi untuk meningkatkan produktivitas sapi. Kebijakan
peternakan sapi potong, strategi pengembangan untuk meningkatkan akses pembiayaan kredit,
untuk meningkatkan produktivitas serta dukungan meliputi (i) Penguatan dinamika kelompok dan
pembiayaan dari bank. Hasil penelitian penerapan teknologi untuk memperbaiki
memperlihatkan pola yang diterapkan berupa produktivitas sapi potong, (ii) pendampingan
peternakan tradisional berlahan terbatas (traditional pemerintah mengenai aspek penjaminan dan subsidi
rural landless) yang terintegrasi dengan sistem kredit, penyediaan bantuan untuk revitalisasi
pertanian utamanya tanaman padi. Sapi Peranakan pertanian yang dikelola pemerintah dan perbankan,
Ongole (PO) sangat dominan ditemukan dan (iii) bekerjasama dengan mitra yang sesuai seperti
merupakan sapi lokal yang tersebar di lima perbankan dan BUMN untuk program Kredit
kabupaten. Pada wilayah penelitian juga ditemukan Kemitraan dan Corporate Social Responsibility.
Sapi Brahman Cross yang ditujukan untuk
Kata kunci : Sistem produksi peternakan, sapi potong, produktivitas, strategi pengembangan

ABSTRACT Livestock On-Farm Trials addressed Peranakan Ongole, Sumba Ongole, and Simental
to identify livestock system of beef cattle Cross for fattening purposes were moderate to high
production in the villages of Cilacap, Banyumas, of BCS, but low reproductive for Brahman Cross.
Purbalingga, Banjarnegara and Kebumen Improving feeding system and good farming
regencies. This study was designed to documenting practices could be done to increase beef cattle
the production system characteristics of beef cattle productivity. Policies to improve access to credit
and development strategic of livestock production financing, including (i) Strengthening of group
system in order to increase their productivity and dynamics and application of technology to improve
financial support from bank. Beef cattle production the productivity of beef cattle,(ii) government
systems characterize by traditional rural landless assistance on the aspects of credit guarantee and
and integrated with crops especially rice. Ongole subsidies, provision of assistance for agricultural
Cross (Peranakan Ongole) are the predominant of revitalization managed by the government and
the local cattle and are widely distributed over the banking,(iii) working with appropriate partners such
five regencies. Brahman Cross also found that are as banks and BUMN for Partnership Credit and
raising for cow calf operation. Performance of Corporate Social Responsibility programs.
Keywords: Livestock production system, beef cattle, productivity, development strategies
2017 Agripet : Vol (17) No.1 : 60-66
PENDAHULUAN1 fikasikan dua tipe utama yaitu sistem
Kajian sistem produksi peternakan tradisional dan modern. Beberapa pola sistem
(Livestock Production System) mengklasi- produksi melalui kombinasi dengan usaha
pertanian lain telah diterapkan dan
Corresponding author : sodiq_akhmad@hotmail.com memberikan peningkatan pendapatan. Dari sisi
DOI : https://doi.org/10.17969/agripet.v17i1.7643

Agripet Vol 17, No. 1, April 2017


60
pengembangan usaha, peternakan sapi potong produksi peternakan Sapi Potong untuk
di pedesaan termasuk dikategorikan Usaha peningkatan produktivitas dan aksesibilitas
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). pembiayaan usaha.
Pengembangan UMKM termasuk pada
subsektor peternakan sapi potong di pedesaan,
MATERI DAN METODE
dewasa ini dirasakan semakin penting dan
memiliki peranan yang sangat strategis, apalagi Penelitian lapang melalui pendekatan
disaat pemerintah belum sepenuhnya mampu Livestock On Farm Trials dilaksanakan pada
mengatasi berbagai dampak krisis ekonomi lima kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
seperti terbatasnya kesempatan kerja serta Tengah bagian selatan. Penelitian dilakukan
masih rendahnya pendapatan masyarakat. pada 27 kelompok tani ternak di wilayah 5
Berbagai masalah yang dihadapi kabupaten yaitu Banyumas, Purbalingga,
peternak sapi potong selama ini dalam Banjarnegara dan Kebumen. Sasaran utama
mendapatkan modal yang berasal dari lembaga penelitian ini adalah peternakan rakyat sapi
keuangan formal, menyebabkan terhambatnya potong dan masuk kategori Usaha Mikro Kecil
akselerasi penguatan skala usaha dan tidak Menengah (UMKM). Sapi potong yang
berkembangnya sektor riil usaha peternakan dipelihara adalah sapi lokal (Sapi Peranakan
sapi potong. Diperlukan skim pembiayaan Ongole, Persilangan Sumba Ongole,
(kredit) yang mampu mengakomodasi Persilangan Simmental) dan sapi impor
keperluan UMKM peternakan sapi potong (Brahman Cross). Sapi potong dipelihara
yang memiliki karakteristik spesifik, seperti secara intensif dikandangkan setiap hari,
adanya siklus produksi yang menuntut diberikan pakan hijauan, jerami padi dan
kebijakan tenggang waktu angsuran awal dan tambahan konsentrat jumlah terbatas. Sapi
penjadwalan angsuran kredit. Ketersediaan dan dipelihara pada kandang kawasan berlokasi di
kemudahan pembiayaan dari perbankan akan pinggiran desa berjarak berkisar 300-700 meter
sangat memacu percepatan sektor riil pada dari desa. Variabel penelitian yang diamati
UMKM peternakan sapi potong sehingga akan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: variabel
meningkatkan populasi sapi potong dan sistem produksi peternakan sapi potong, skim
menciptakan pemberdayaan ekonomi pembiayaan, dan variabel berkaitan dengan
masyarakat di pedesaan. strategi pengembangan. Data penelitian
Peningkatan produktivitas dan diperoleh melalui studi catatan, wawancara.
aksesibilitas pembiayaan dari perbankan untuk Diskusi Kelompok Terfokus. Data dianalisis
usaha peternakan sapi potong membutuhkan menggunakan analisis deskriptif.
pengkajian karakteristik sistem produksi yang
berbasis sumberdaya lokal bercirikan spesifik HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasi. Dokumentasi karakteristik sistem
produksi peternakan sapi potong pada masing- Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong
masing daerah akan sangat bermanfaat dalam Sistem produksi peternakan (Livestock
menentukan skim pembiayaan (kredit) Production System) dapat diklasifikasikan
perbankan untuk pengembangan usaha. menjadi dua tipe utama yaitu sistem tradisional
Identifikasi sistem produksi peternakan sapi dan modern. Pengembangan sistem tersebut
potong beserta rumusan strategi sangat potensial melalui penerapan sistem
pengembangannya untuk peningkatan integrasi dengan memanfaatkan berbagai
produktivitas dan aksesibilitas pembiayaan interaksi menguntungkan dari berbagai
perbankan sangat dibutuhkan dalam upaya subsistem akan menghasilkan nilai tambah
peningkatan pemberdayaan ekonomi produk (Devendra, 2007). Sistem produksi di
masyarakat di pedesaan. Tujuan penelitian ini Indonesia dapat diklasifikasikan kepada satu
adalah mendokumentasikan karakteristik dari tiga kategori yaitu (i). Lahan terbatas
sistem produksi peternakan di pedesaan dan (landless), (ii). Berbasis tanaman budidaya
merumuskan strategi pengembangan sistem (crop-based); dan (iii). Berbasis lahan

Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong di Pedesaan dan Strategi Pengembangannya (Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr, et al)
61
penggembalaan (rangeland-based). Hasil (traditional rural landless) dengan jumlah
pengamatan memperlihatkan bahwa secara kepemilikan ternak sedikit (smallholders) serta
umum sistem produksi peternakan Sapi Potong terintegrasi dengan tanaman (crop-livestock)
di wilayah Kabupaten Cilacap, Banyumas, utamanya tanaman padi. Karakteristik sistem
Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen produksi peternakan dan strategi
berupa peternakan tradisional berlahan terbatas pengembangan sistem disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik sistem produksi peternakan sapi potong pada lokasi penelitian
a. Karakteristik Sistem
1. Type (klasifikasi) Sub-tipe : Mixed farming (crop livestock), minimum land Traditional, landless, smallholders,
2. Ketersediaan lahan, tenaga kerja, dan modal : Land (integrated), tenaga kerja (household), modal (low-input, LEISA).
3. Orientasi produksi : Business, marketing, subsistence, Calf-crop, dung
4. Produksi tanaman, fertilizer : Padi, jagung, kotoran ternak.
b. Subsistem Produksi Peternakan
1. Bangsa ternak Adaptasi Produktivitas : Peranakan Ongole, Peranakan Sumba Ongole, Persilangan Simmental, Brahman Cross Lokal
dan bangsa impor.
: Reproduksi sangat rendah utamanya pada partus kedua untuk bangsa impor (Brahman Cross)
2. Fungsi dalam sistem : Subsistence, cash-income, security, investment
3. Pengelolaan Perkandangan : Sistem pemberian pakan (cut-and-carry, integration into crop).
: Kandang kawasan, integrasi dengan lahan rumput
4. Interaksi dengan produksi tanaman : Saling mendukung (pupuk kandang)
5. Hambatan: pakan dan penyakit : Pakan (kualitas dan keberlanjutan/ketersediaan) Prolapsus uteri, bload dan parasit
c. Strategi Pengembangan Sistem
1. Upaya perbaikan produksi ternak : Pemilihan bibit (orientasi penggemukan, perbibitan, cow calf operation, persilangan dan
seleksi, inseminasi buatan dengan bangsa sapi yang produktivitas tinggi.
2. Upaya sistem integrasi untuk perbaikan pakan : Crop-livestock system, LEISA, Forest margin, aplikasi teknologi pakan (amoniasi, silase,
starbio).
3. Pemasaran dan Stratifikasi : Perakitan asosiasi/koperasi, penguatan dinamika kelompok, perkuat jaringan pemasaran.
4. Aksesibilitas kepada bank : Perkuat kelembagaan kelompok, koperasi/asosiasi, model kemitraan inti plasma.

Peternakan memainkan peran banyak semi-intensif sangat umum dijumpai di Pulau


fungsi dan sangat berarti bagi usaha petani Jawa termasuk wilayah Kabupaten Cilacap,
kecil. Sistem pertanian integrasi tanaman dan Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan
ternak (crop-livestock systems) merupakan Kebumen. Peternak yang tergabung pada
bagian integral dari usaha pertanian secara kelembagaan kelompok tani ternak umumnya
umum (Devendra, 2002). Sistem pertanian memiliki kandang kelompok dalam suatu
tanaman dan ternak sangat mendominasi di kawasan di pinggiran desa. Keunggulan
wilayah Asia Tenggara, dan diharapkan untuk pemeliharaan pada kandang kawasan adalah
waktu ke depan pemenuhan daging dan susu aspek pengendalian kebersihan lingkungan
asal ternak ruminansia berasal dari peningkatan lebih baik. Pada wilayah penelitian,
produktivitas ternak pada sistem integrasi pemeliharaan sapi potong untuk tujuan
(Thomas et al., 2002). Sistem pertanian seperti menghasilkan pedet dilakukan pengandangan
ini akan menjadi utama pada intensifikasi terpisah antar umur fisiologis ternak.
proses produksi pangan, dengan beberapa Pemeliharaan sapi potong juga untuk
spesialisasi pada kegiatan bercocok tanam menghasilkan kotoran yang digunakan sebagai
maupun kegiatan peternakan. Ternak akan pupuk.
mengubah sumber daya alam berkualitas Hasil penelitian ini memperlihatkan
rendah menjadi produk yang sangat berkualitas bahwa pada sistem produksi peternakan sapi
berupa daging dan telur, berkontribusi potong sudah memanfaatkan sumber daya
mengontrol pertumbuhan gulma, dan pakan lokal dan sebagian besar memelihara
menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lokal (Sapi PO dan SO) dengan
tanaman melalui produksi pupuk untuk menerapkan integrasi antara usaha peternakan
meningkatkan kesuburan tanah (Devendra and dan pertanian yang saling menguntungkan.
Thomas, 2002). Keterkaitan usaha peternakan sapi potong
Sistem pemeliharaan sapi potong pada dengan tanaman padi pada sistem tersebut
wilayah dengan lahan sangat terbatas (landless adalah limbah tanaman padi (berupa jerami
system) menerapkan pola intensif maupun padi) langsung digunakan untuk pakan sapi,

Agripet Vol 17, No. 1, April 2017


62
sedangkan kotoran ternak (dung) dikembalikan (3) tingkat mortalitas pedet prasapih relatif
ke sawah sebagai pupuk tanaman padi. Oltjen tinggi mencapai 50%. Inefisiensi produktivitas
dan Beckett (1996) melaporkan bahwa ternak sapi potong di Indonesia penyebab utamanya
ruminansia akan memberikan jaminan adalah keterlambatan estrus pertama post-
pelayanan keberlanjutan sistem pertanian. partum. Hubungan antara kandungan nutrisi
Ternak ruminansia sangat membantu dalam ransum dan cadangan energi tubuh induk
mengubah secara cepat sumber-sumber hayati mempengaruhi munculnya estrus (Winugroho,
berasal dari padang gembala, sisa-sisa limbah 2002), dan dapat dievaluasi melalui Body
pertanian dan by products menjadi produk Condition Score (BSC) (Moraes, et al., 2007;
pangan yang bernilai tinggi dikonsumsi Bridges and Lemenager, 2007; Drennan and
manusia. Melalui ternak ruminasi seperti sapi Berry, 2006). BCS juga berkorelasi dengan
potong, lahan yang tandus menjadi subur dan efisiensi perkawinan berulang (Selk, 2007),
produktif. Demikian pula, kotoran dari limbah untuk optimalisasi produksi, evaluasi
pertanian maupun limbah agroindustri tidak kesehatan dan juga mengevaluasi status nutrisi
lagi menjadi persoalan lingkungan. (Neary, 2007; Clay et al., 2007; Lamb, 1999).
Disarankan oleh Winugroho (2002) bahwa
Produktivitas dan Strategi Peningkatan waktu pemberian pakan tambahan ditentukan
Produktivitas Sapi Potong oleh kondisi tubuh induk. Pakan tambahan
Usaha sapi potong pada lokasi penelitian sebaiknya diberikan dua bulan "pre"- dan
ditujukan kepada (1) usaha penggemukan, dan "post-partum" bila kondisi induk pada standar
(2) usaha menghasilkan pedet (cow calf atau di bawahnya. Disarankan pakan tambahan
operation). Di lapangan, cow calf operation "post-partum" bila kondisi induk di atas
sering dipahami sebagai usaha perbibitan. standar. Hubungan antara kandungan nutrisi
Secara umum, basis pembibitan ternak ransum dan cadangan energi tubuh induk
dilakukan oleh pembibitan rakyat (VBC) yang mempengaruhi munculnya estrus ini
saat ini bercirikan: tidak terstruktur, skala (Winugroho, 2002). Lebih lanjut
usaha kecil, manajemen sederhana, direkomendasikan agar setiap induk dapat
pemanfaatan teknologi seadanya. Peran "partus" setiap tahun maka ternak tersebut
pemerintah dimaksudkan untuk mendorong harus bunting dalam 90 hari "post-partum".
usaha pembibitan rakyat dan sebaiknya usaha Estrus pertama "post-partum" harus sekitar
pembibitan VBC diarahkan pada pembibitan 35 hari sehingga induk mempunyai
(Samariyanto, 2004). Pada lokasi penelitian kesempatan kawin dua kali sebelum bunting.
ditemukan program pengembangan sapi Hasil pengamatan memperlihatkan
Brahman Cross (BX) berasal dari Direktorat bahwa pengembangan sapi potong untuk
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tujuan penggemukan relatif berhasil dengan
Kementerian Pertanian. kondisi BCS relatif tinggi yaitu 46% (BCS 6),
Kinerja produksi dan reproduksi sapi 42% (BCS 7), 11,7% (BCS 5) dan tidak
Brahman Cross pada wilayah penelitian ditemukan BCS kurang dari 3. Penilaian BSC
memperlihatkan bahwa tingkat produksi pedet dengan rentang skor 1 (kurus) sampai
hasil beranak kedua sangat rendah yaitu 9 (gemuk) merujuk kepada Parish and
6,1 persen untuk kelompok sapi potong pada Rhinehart (2008). Sapi potong yang dipelihara
kelompok. Tingkat mortalitas pedet juga sangat adalah Peranakan Ongole, Sumba Ongole, dan
tinggi yaitu 32,5 persen. Keberhasilan Persilangan Simmental. Penampilan BCS sapi
kebuntingan sapi relatif sulit dengan angka pada wilayah penelitian relatif sama dengan
Service per Conception (R/C) berkisar 1-7 laporan terdahulu oleh Sodiq dan Hidayat
dengan rataan 3,1. Hasil ini memperkuat (2014). Hal serupa juga dilaporkan oleh Sodiq
pernyataan Hadi dan Ilham (2002) bahwa dan Pambudi (2016) yang mengamati pada
permasalahan dalam industri perbibitan sapi Kelompok Sapi Potong di Gandrungmangu dan
potong antara lain (1) angka service per Sumbang, yaitu kondisi medium dan tinggi
conception (S/C) cukup tinggi, mencapai 2,60; (score 5-7) pada menjelang penjualan. Hasil ini
(2) calving interval terlalu panjang, dan

Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong di Pedesaan dan Strategi Pengembangannya (Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr, et al)
63
relati lebih tinggi dari laporan sebelumnya dan (iv) ancaman: impor daging, impor sapi
(Sodiq dan Budiono, 2012) yaitu BCS berkisar potong dari Australia.
dari 3 sampai 6 dengan modus 4 (sapi Akses peternak kepada permodalan
Peranakan Ongole dan Sumba Ongole) dan selama ini masih menjadi salah satu kendala
5 (untuk sapi Persilangan Simmental dan untuk meningkatkan usaha peternak, sehingga
Charolois). Kondisi ideal BCS dipacu secara umum mempengaruhi produktivitas
mencapai skor tinggi 7-9, sehingga memiliki nasional. Lemahnya struktur modal peternak
konformasi perdagingan lebih tinggi dan diakibatkan tidak adanya aset yang dapat
potensi akan menghasilkan nilai jual lebih dijadikan agunan, untuk itu revitalisasi
mahal (Sodiq dan Yuwono, 2016). pembiayaan perlu dilakukan melalui kerja
Indikator BCS sangat penting untuk sama dengan berbagai pihak, meliputi:
mengevaluasi pengelolaan dan dapat (a) pemerintah pusat dan daerah melalui
digunakan sebagai alat untuk mengoptimasikan kementerian, departemen/direktorat maupun
produksi, mengevaluasi kesehatan dan status dinas teknis terkait (b) lembaga perbankan,
nutrisi (Neary, 2007). Petani sapi potong untuk (c) lembaga perguruan tinggi dan institusi
tujuan penggemukan sangat memperhatikan penelitian, dan (d) lembaga asuransi, serta
pentingnya pemberian pakan konsentrat. Pakan (e) lembaga kemasyarakatan. Sodiq (2008,
konsentrat dapat berasal dari pencampuran 2009) merumuskan constraints akses kepada
bahan-bahan yang bersumber dari lokal perbankan antara lain: (i) persyaratan jaminan,
setempat, serta memanfaatkan limbah pada umumnya tidak memiliki sertifikat dan
pertanian maupun hasil agroindustri seperti BPKB, (ii) suku bunga (rate) atau margin
dedak padi, dedak jagung, dan ampas tahu. masih relatif tinggi, (iii) siklus produksi
Disarankan oleh Huyen et al. (2011) bahwa, (gestation period), (iv) analisis kelayakan,
pakan yang berkualitas baik dan diberikan pada umumnya sangat lemah, dan
dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan (v) kelembagaan kelompok relatif belum solid.
produktivitas ternak. Pengembangan sistem produksi
peternakan harus memperhatikan beberapa
Pengembangan Sistem Produksi untuk aspek sebagai berikut: (1) bangsa ternak,
Pengembangan Usaha (2) sumber daya manusia peternak dan
Hasil kajian melalui studi catatan, kelembagaan peternakan, (3) lahan sebagai
wawancara dan Diskusi Kelompok Terfokus basis ekologis budidaya ternak, dan
dirumuskan berbagai kekuatan, kelemahan, (4) teknologi peternakan. Strategi perbaikan
peluang dan ancaman yang dirumuskan sistem produksi untuk peningkatan
sebagai berikut: (i) kekuatan: tersedia lahan aksesibilitas terhadap lembaga perbankan
sebagai basis budidaya, tersedia agroekosistem, dirumuskan dalam road map sebagai berikut:
tersedia berbagai bangsa ternak, tersedia (i) potensi peternak individu ditingkatkan
teknologi, tersedia pasar (lokal, regional dan pengetahuan dan keterampilannya,
nasional), tersedia skim pembiayaan untuk (ii) peternak dihimpun dalam kelembagaan
UMKM (KKPE, KUR, KUPS, CSR) dan kelompok yang solid, (iii) fasilitasi teknologi
program nasional (ketahanan pangan dan terapan yang proven mencakup breeding
pengentasan kemiskinan dana APBN/APBD management, housing, feeding system, good
seperti PNPM, SMD, Dana Pembantuan, farming practices (untuk meningkatkan
Penyelamatan Betina Produktif, Dana Insentif fisibilitas usaha), dan (iv) mediasi kepada
Sapi Bunting); (ii) kelemahan: kelembagaan lembaga perbankan (fasilitasi informasi dan
kelompok belum solid, beberapa teknologi akses pembiayaan kepada perbankan). Pada
belum diterapkan (utamanya breeding dan usaha peternakan yang sudah feasible tetapi
pakan), Usaha belum feasible dan bankable. belum bankable difasilitasi akses pada lembaga
Koordinasi dan sinergi berbagai pihak sangat keuangan dengan penjaminan kredit maupun
kurang; (iii) peluang: market demand termasuk model tanggung bersama-sama dalam wadah
pasar ekspor, beragam produk (daging, pupuk); kelembagaan kelompok.

Agripet Vol 17, No. 1, April 2017


64
KESIMPULAN Devendra, C., Thomas, D., 2002. Crop-animal
interactions in mixed farming systems in
Secara umum sistem produksi
Asia. Agricultural Systems. 71(1-2):27-
peternakan sapi potong di wilayah Kabupaten
40.
Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara
dan Kebumen berupa peternakan tradisional Drennan, M.J., Berry, D.P., 2006. Factors
berlahan terbatas (traditional rural landless) affecting body condition score, live
yang terintegrasi dengan sistem pertanian weight and reproductive performance in
utamanya tanaman padi. Bangsa sapi yang spring-calving suckler cows. Irish
dipelihara adalah PO, Peranakan Sumba Journal of Agricultural and Food
Ongole, dan Peranakan Simmental untuk Research. 45: 25-38, 2006.
tujuan penggemukan. Kinerja produksi sapi
Hadi, P.U dan Ilham, N. 2002. Problem dan
untuk tujuan penggemukan relatif bagus
Prospek Pengembangan Usaha
dengan proporsi BCS 6 dan 7 masing-masing
Pembibitan Sapi Potong di Indonesia.
46 dan 41 persen.
Jurnal Litbang Pertanian 21 (4).
Untuk meningkatkan fisibilitas usaha
dan daya saing direkomendasikan untuk Huyen, L.T.T., Herold, P., Markeman, A.,
menerapkan teknologi terapan yang proven Zarate, A.V., 2011. Resource use, cattle
terutama pada feeding system dan good performance and output patterns on
farming practices melalui pemanfaatan sumber different farm types in a mountainous
daya pakan lokal spesifik lokasi bersumber dari province of Northern Vietnam. Anim.
limbah pertanian maupun agroindustri. Untuk Prod. Sci. 51:650-661.
meningkatkan akses pembiayaan kepada Lamb, G.C. 1999. Influence of Nutrion on
perbankan diperlukan sinergi berbagai pihak Reproduction in the Beef Cow Herd.
(pemerintah, akademisi, pebisnis, perbankan Issue 48 November 1999. Beef Cattle
dan kelompok masyarakat) serta penguatan Management Update. University of
kelembagaan kelompok tani ternak sapi Minnesota, North Central Research and
potong. Outreach Center.
Moraes, J.C.F., Jaume, C.M., Souza, C.J.H.,
DAFTAR PUSTAKA
2007. Body condition score to predict
Bridges, A. and Lemenager, L. 2007. Impact of the postpartum fertility of crossbred beef
Body Condition at Calving on cows Pesq. agropec. bras., Brasília, v.42,
Reproductive Productivity in Beef n.5, p.741-746.
Cattle. Dept. Anim. Sci., Purdue
Neary, M. 2007. Body Condition Scoring in
University, USA.
Farm Animals. Department of Animal
Clay P., Mathis, Jason, E., Sawyer and Parker, Sciences, Purdue University.
R. 2007. Managing and Feeding Beef
Oltjen, J.W., Beckett, J.L., 1996. Role of
Cows Using Body Condition Scores.
ruminant livestock in sustainable
Department of Extension Animal
agricultural systems. Journal of Animal
Resources, New Mexico State
Science, 74:1406-1409.
University, Las Cruces, New Mexico.
Parish J.A. and Rhinehart, J.D. 2008. Body
Devendra, C., 2007. Perspectives on animal
Condition Scoring Beef Cattle.
production systems in Asia. Livestock
Publication 2508. Extension Service of
Science, 106 (2007): 1-18.
Mississippi State University, cooperating
Devendra, C. 2002. Crop–animal systems in with U.S. Department of Agriculture.
Asia: future perspectives. Agric. Syst.
Samariyanto. 2004. Alternatif Kebijakan
71, 179-186.
Perbibitan Sapi Potong dalam Era

Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong di Pedesaan dan Strategi Pengembangannya (Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr, et al)
65
Otonomi Daerah. Lokakarya Nasional Sodiq, A., Hidayat, N., 2014. Kinerja dan
Sapi Potong, Jakarta. Perbaikan Sistem Produksi Peternakan
Sapi Potong Berbasis Kelompok di
Selk, G. 2007. Body Condition Scoring of Beef
Pedesaan. Jurnal Agripet, 14(1):56-64.
Cows. Oklahoma Cooperative Extension
Fact Sheets. Sodiq, A., Yuwono, P., 2016. Pola
Pengembangan dan Produktivitas Sapi
Sodiq, A. 2008. Penguatan Usaha Kambing PE
Potong Program Kemitraan Bina
Sebagai Ternak Dwiguna dan Pola
Lingkungan di Kabupaten Banyumas dan
Integrasi Kambing PE dengan Penderes
Cilacap Propinsi Jawa-Tengah. Jurnal
Gula Kelapa. Final Report. Program
Agripet, 16(1):56-61.
Pemberdayaan Ekonomi Daerah, Kantor
Bank Indonesia. Thomas, D., Zerbini, E., Rao, P.P.,
Vaidyanathan, A., 2002. Increasing
Sodiq, A. 2009. Aksesibilitas terhadap
animal productivity on small mixed
Perbankan dalam Mendukung
farms in South Asia: a systems
Pembangunan Peternakan. Makalah
perspective. Agricultural Systems, 71(1-
Utama Sidang Pleno. Pertemuan Teknis
2): 41-57.
Fungsi-Fungsi Pembangunan Peter-
nakan, di Indonesia, Mataram NTB, 23- Winugroho, M., 2002. Strategi Pemberian
25 April 2009. Pakan Tambahan untuk Memperbaiki
Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal
Sodiq, A., Budiono, M., 2012. Produktivitas
Litbang Pertanian, 21(1): 19-23.
Sapi Potong pada Kelompok Tani
Ternak di Pedesaan. Jurnal Agripet,
12(1): 28-33

Agripet Vol 17, No. 1, April 2017


66

Anda mungkin juga menyukai