I. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana manusia untuk berpikir yang merupakan sumber awal
manusia memperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan, sebagai simbol sebuah pemahaman,
bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada disekitarnya, dan
mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian. Sedangkan bahasa menurut
Kridalaksana (1985:12) adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi
oleh kelompok manusia. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah
alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai
sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi. Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status
dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan seharihari yang di dalamnya
selalu ada nilainilai dan status bahasa tidak dapat ditinggalkan.
2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar setiap mahasiswa mampu memahami
bagaimana bahasa indonesia yang baik dan benar di perkembangan zaman yang sudah lebih
modern dan penggunaannya di kehidupan sehari-hari.
1
BAB II PEMBAHASAN
Yus Rusyana mengatakan bahasa baku (standar) adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas. Gorys
Keraf mengatakan bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan
umum untuk seluruh penutur bahasa itu.
Badudu, mengatakan bahasa pokok, bahasa utama, bahasa standar, yaitu bahasa yang
tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan (pemakaian
dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan tanda baca), tatabahasa,
kosa kata, dan pemakaian istilah.
Dari pengertian para ahli di atas tentang bahasa baku dapat disimpulkan bahwa
bahasa baku itu adalah salah satu ragam bahasa dari berbagai ragam bahasa yang telah
dikodifikasikan, diterima dan dijadikan model bagi masyarakat luas. Dalam pengertian
bahasa baku ini, ada tiga aspek yang saling menyatu, yaitu:
1. aspek kodifikasi
2. aspek keberterimaan
3. aspek model
Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa
bahasa baku atau standar berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa
baku agar efisien, kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi yang demikian
diistilahkan oleh Moeliono sebagai kodifikasi bahasa menurut struktur bahasa sebagai suatu
sistem komunikasi.
2
Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi
pemakai dan pemakaian (Moeliono). Kodifikasi kebahasaan ini akan menghasilkan ragam
bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis.
Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak di dalam pemakaian
bahasa ragam baku. Bahasa baku atau standar diterima oleh masyarakat bahasa. Penerimaan
ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa itu. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai
kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku. Bahasa baku
dijadikan sebagai acuan oleh masyarakat baku. Acuan ini dijadikan sebagai ukuran yang
disepakati secara umum tentang kode bahasa baku dan kode pemakaian bahasa tertentu.
Bahasa baku itu berkesatuan utuh dan saling berkait, baik dalam menentukan kode
kebahasaan maupun ukuran pemakaian kode bahasa.
Istilah bahasa non-baku tetap dipergunakan agar lebih dekat dengan istilah yang
diterjemahkan dari bahasa Inggris.
Suharianto mengatakan bahasa non-standar atau tidak baku adalah salah satu variasi
bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian
bahasa tidak resmi. Alwasilah mengatakan bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang
biasa memakai kata-kata atau ungkapan-ungkapan struktur kalimat, ejaan, dan pengucapan
yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan.
Dari pengertian bahasa non-baku yang dipaparkan di atas dan dibagian sebelumnya,
tergambar jelas bahwa bahasa non-baku adalah ragam bahasa yang berkode bahasa yang
berbeda dengan kode bahasa dalam bahasa baku, dan dipergunakan dalam lingkungan atau
situasi tidak resmi, dengan kata lain bahasa non-baku adalah salah satu ragam bahasa yang
dipergunakan dalam pertemuan tidak resmi dengan kode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa ragam bahasa baku
Jadi, bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang telah dikodifikasikan,
diterima dan tidak dijadikan model oleh masyarakat. Jika pengertian itu dikaitkan dengan
bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa, bahasa
Indonesia yang telah dikodifikasi, diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas.
Bahasa non-baku adalah salah satu ragam bahasa yang tidak dikodifikasi, tidak
diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas. Jika pengertian ini dikaitkan dengan
3
bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak
dijadikan model oleh masyarakat luas.
4. Kerangkaacuan
6. tidak rancu
7. tidak pleonasme
8. tidak hiperkorek
4
BAB III PEMBAHASAN
Gagasan Ide
Dalam kehidupan yang sudah semakin maju membuat penggunaan bahasa indonesia
susah semakin memudar yang menyebabkan setiap generasi muda kehilangan bahasa ibunya.
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sudah dibekukan. Pembakuan itu terjadi
sejak dilaksanakannya Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di Jakarta
tahun 1975. Berdasarkan hasil seminar itu disebutkan maka Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional secara resmi dimulai tahun 1928, yaitu sejak Sumpah Pemuda. Sejak
itulah bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional oleh seluruh bangsa Indonesia.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan
5
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Keputusan-keputusan,
dokumendokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-
lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau
dalam rangka menunaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa
Indonesia. Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanakkanak sampai dengan perguruan tinggi.
Selain itu melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,
perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan.
Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk yang
mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi
penggunaan bahasa alay yang berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di
halaman-halaman sosial media atau aplikasi-aplikasi situs web juga dapat dilakukan agar
bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa internet, sehingga bahasa nasional
Republik Indonesia ini dapat menjadi bagian dari globalisasi, bukan menjadi “korban” dari
globalisasi. Perkembangan globalisasi di abad 21 sangat pesat dibandingkan abad-abad
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang juga sangat cepat,
sehingga komunikasi antar manusia di negara-negara yang terpisah jauh pun dapat dilakukan
dengan praktis tanpa perlu memakan waktu lama.
Kemudahan ini membuat informasi dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain
dengan waktu yang relatif singkat. Percepatan perpindahan informasi ini kemudian juga
6
mempercepat proses keterkaitan dan ketergantungan antar manusia di dunia. Hubungan-
hubungan langsung seperti perdagangan pun dipererat dengan adanya berbagai metode untuk
berinteraksi, misalnya dengan menggunakan jaringan internet, telepon, ataupun surat
elektronik. Hal-hal tersebut berperan penting dalam menyebarkan globalisasi ke seluruh
dunia. Kemunculan teknologi komputer dan internet di abad ini sebagai bukti perkembangan
globalisasi sudah menjuru ke semua aspek Salah satu faktor pendukung perkembangan
internet yang sangat pesat diantaranya adalah kemudahan aksesnya dan kecepatan
perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Inovasi-inovasi baru diperkenalkan hampir
setiap tahun dan langsung diimplementasikan kedalam gadget-gadget yang dirilis di tahun
berikutnya. Hal ini semakin mendukung keterbukaan informasi bagi semua orang.
Fenomena globalisasi yang makin gencar dengan adanya teknologi informasi dan
tren-tren bahasa yang berkembang di dalam maupun luar negeri dapat langsung berkembang
dan menjadi bahasa sehari-hari masyarakat. Ini tentu tidak dapat dihindari, karena bahasa-
bahasa lain dunia pun banyak yang dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa slang dari
negara mereka sendiri. Meskipun demikian, perkembangan globalisasi tidak akan mampu
menghilangkan eksistensi penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut ST. Alisjahbana dalam
PELLBA 5 (1992:7) stardisasi dan modernisasi bahasa Indonesia itu amat penting
kedudukannya dalam pendidikansebagai bahasa pengantar untuk segala mata pelaaran. Hal
ini membuktikan bahwa meskipun globalissi mempengaruhiaspek bahasa namun bahasa
Indonesia tetap dijadikan bahasa utama untuk dunia pendidikan.
7
Indonesia. Ini semua menyangkut kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi semua
kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia. Dengan disiplin berbahasa Indonesia akan
membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas
kepribadiannya sendiri.
Untuk itu, peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus
dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan
ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Untuk
menyemarakkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah
menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.
Namun, jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia
belum difungsikan secara baik dan benar. Banyak para penuturnya masih dihinggapi sikap
inferior (rendah diri), sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam
peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk
istilah asing. Walaupun sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
8
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Diperlukan adanya kesadaran penuh dari kita semua agar menggunakan logika
dalam berbahasa. Dengan demikian kita telah memelihara dan melestarikan bahasa yang baik
dan benar, sehingga tidak ada lagi bahasa yang rancu, kalimat mubazir dan yang tidak sesuai
dengan logika. Apabila seluruh masyarakat telah menyadari perannya sebagai pengawal
bahasa tentunya cita-cita penggunaan bahasa yang baik dan benar akan tercapai.