Anda di halaman 1dari 4

2.

Model penentuan harga opsi nyata


Model penentuan harga opsi nyata (real options pricing models-ROPM) menggunakan
konsep dari penilaian opsi yang dipinjam dari industri keuangan. Opsi pada dasarnya adalah
hak, bukan kewajiban, untuk melakukan tindakan di masa depan. Misalnya , opsi call adalah
opsi keuangan di mana seseorang membeli hak (tetapi bukan kewajiban) untuk membeli aset
(biasanya saham) pada harga tertentu (strike price) pada atau sebelum tanggal tertentu. Opsi
saham memungkinkan bagi pemilik untuk mendapatkan manfaat dari peluang kenaikan yang
potensial, sementara itu membatasi sisi negatif dari risiko.
ROPM menilai proyek-proyek sistem informasi mirip dengan opsi saham, di mana
pengeluaran awal pada teknologi menciptakan hak, tetapi bukan kewajiban, untuk memperoleh
keuntungan yang terkait dengan pengembangan dan pelaksanaan teknologi tersebut di masa
depan selama manajemen bebas untuk membatalkan, menunda, mengulangi, atau memperluas
proyek tersebut. ROPM memberikan fleksibilitas kepada manajer untuk menentukan tahapan-
tahapan pada investasi TI atau mengujinya terlebih dulu dengan proyek percontohan atau
prototipe kecil untuk mendapatkan pengetahuan lebih mengenai risiko proyek sebelum
berinvestasi dalam implementasinya secara keseluruhan.
3. Keterbatasan dari model keuangan
Banyak keputusan atas investasi dalam sistem informasi perusahaan yang tidak cukup
mempertimbangkan biaya dari gangguan organisasi yang diciptakan oleh sistem yang baru,
seperti biaya untuk melatih para pengguna akhir, dampak dari kurva pembelajaran yang
dimiliki oleh para pengguna bagi suatu sistem yang baru terhadap produktivitas, atau waktu
yang diperlukan para manajer untuk menghabiskan waktu guna mengawasi perubahan yang
terkait dengan sistem yang baru.
D. Mengelola risiko proyek
1. Dimensi risiko proyek
Sistem berbeda secara dramatis dalam ukuran mereka, ruang lingkup, tingkat
kerumitan, serta komponen-komponen organisasi dan teknis. Tingkat risiko atas proyek
dipengaruhi oleh ukuran proyek, struktur proyek, dan tingkat keahlian teknis dari staf sistem
informasi serta tim proyek.
 Ukuran proyek
Semakin besar proyek akan semakin besar risikonya, sebagaimana
diindikasikan dengan jumlah uang yang dikeluarkan, besaran dari implementasi staf,
waktu yang dialokasikan untuk implementasi, dan jumlah unit organisasi yang
dipengaruhi.
 Struktur proyek
Beberapa proyek jauh lebih terstruktur daripada yang lainnya. Kebutuhan
mereka jelas dan mudah sehingga output dan proses dapat ditentukan dengan mudah.
Para pengguna mengetahui dengan jelas apa yang mereka inginkan dan apa yang harus
dilakukan oleh sistem dan tidak terdapat kemungkinan para pengguna akan mengubah
pemikiran-pemikiran mereka.
 Pengalaman dengan teknologi
Risiko suatu proyek akan meningkat jika tim proyek dan staf sistem informasi
kekurangan keahlian teknis yang dibutuhkan. Jika tim tidak akrab dengan perangkat
keras, perangkat lunak sistem, perangkat lunak aplikasi, atau sistem manajemen
database yang diusulkan untuk proyek tersebut, maka sangat mungkin bahwa proyek
akan mengalami permasalahan teknis atau memerlukan lebih banyak waktu untuk
menyelesaikannya karena kebutuhan untuk menguasai keterampilan-keterampilan
yang baru.
2. Manajemen perubahan dan konsep implementasi
Sebagian besar proyek sistem informasi terhambat karena proses perubahan
organisasional di seputar pembuatan sistemnya tidak ditangani dengan baik. Pembuatan sistem
yang sukses membutuhkan adanya manajemen perubahan yang cermat.
 Konsep implementasi
Implementasi adalah semua aktivitas organisasional yang berhubungan dengan
penggunaan, manajemen, dan rutinitas dari sebuah inovasi, misalnya sistem informasi
baru. Dalam proses implementasi, analis sistem adalah seorang agen perubahan. Agen
perubahan berkomunikasi dengan pengguna, menghubungkan berbagai pihak yang
berkepentingan yang saling bersaing, dan memastikan bahwa penyesuaian
organisasional terhadap perubahan tersebut sempurna.
 Peran pengguna akhir
Implementasi sistem secara umum lebih baik jika keterlibatan penggunanya
tinggi dan dukungan manajemennya juga tinggi. Partisipasi pengguna dalam
perancangan dan operasi dari sistem informasi membawa beberapa hasil positif.
Proyek-proyek pengembalian sistem membawa risiko kegagalan yang sangat tinggi
ketika terdapat jurang yang besar antara pengguna dan spesialis teknis, dan ketika
kelompok-kelompok ini terus memiliki sasaran yang berbeda.
 Dukungan dan komitmen
Apabila sebuah proyek sistem informasi mendapatkan dukungan dan komitmen
manajemen pada berbagai tingkatan, ini akan cenderung dipahami positif baik oleh
pengguna maupun oleh staf layanan informasi teknis. Apabila seorang manajer
memprioritaskan sistem baru, sistem ini akan cenderung diperlakukan demikian oleh
bawahannya.
 Tantangan manajemen perubahan untuk rekayasa ulang proses bisnis, aplikasi
perusahaan, serta merger dan akuisisi
Sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa 70 persen proyek rekayasa ulang
proses bisnis gagal memberikan manfaat yang dijanjikan. Terdapat persentase cukup
tinggi dari aplikasi perusahaan yang gagal diimplementasikan sepenuhnya atau untuk
mencapai sasaran dari penggunanya, bahkan setelah beroperasi tiga tahun. Proyek-
proyek yang berhubungan dengan merger dan akuisisi mempunyai tingkat kegagalan
yang juga tinggi. Merger dan akuisisi sangat dipengaruhi oleh karakteristik
organisasional dari perusahaan yang melakukannya, dan juga infrastruktur TI-nya.
3. Mengendalikan faktor risiko
Berbagai metode manajemen proyek, pengumpulan kebutuhan, dan perencanaan telah
dikembangkan untuk kategori-kategori masalah implementasi yang spesifik. Para pelaku
implementasi kemudian dapat mengendalikan setiap proyek dengan perangkat dan pendekatan
manajemen risiko yang sesuai dengan tingkat risikonya.

 Mengelola kerumitan teknis


Perangkat integrasi internal sangat membantu dalam mengerjakan proyek-
proyek dengan teknologi yang rumit dan menantang. Kesuksesan dari proyek semacam
itu bergantung pada seberapa baik pengelolaan kerumitan teknisnya. Keahlian atau
kemampuan teknis yang penting tidak tersedia secara internal sebaiknya diperoleh dari
luar organisasi.
 Perangkat perencanaan dan pengendalian formal
Perangkat perencanaan formal dan perangkat pengendalian formal, jika
digunakan dengan benar akan membantu proyek-proyek besar mendokumentasi dan
mengawasi rencana proyek. Dua metode yang paling umum digunakan untuk
dokumentasi rencana proyek adalah diagram Gantt dan diagram PERT. Diagram Gantt
mencantumkan daftar aktivitas proyek berikut waktu mulai dan waktu penyelesaiannya.
Diagram PERT mencantumkan aktivitas-aktivitas yang menyusun suatu proyek dan
aktivitas-aktivitas yang harus diselesaikan sebelum aktivitas tertentu dapat dimulai.
 Meningkatkan keterlibatan pengguna dan mengatasi penolakan dari pengguna
Perangkat integrasi eksternal memuat cara-cara menghubungkan pekerjaan tim
implementasi kepada para pengguna dalam semua tingkat organisasional. Tim
implementasi dapat menunjukkan ketanggapannya kepada pengguna, menjawab
pertanyaan secara tepat, memasukkan umpan balik dari pengguna ke dalam sistem, dan
menunjukkan itikad baik mereka untuk membantu. Untuk itu, strategi implementasi
tidak hanya harus mendukung partisipasi dan keterlibatan pengguna, tetapi juga harus
menangani masalah kontraimplementasi. Kontraimplementasi adalah strategi untuk
menghalangi implementasi sistem informasi atau inovasi dalam sebuah organisasi.
4. Merancang untuk perusahaan
Karena tujuan sistem baru adalah meningkatkan kinerja perusahaan, proyek sistem
informasi harus secara eksplisit menyebutkan apa saja perubahan dalam organisasi yang akan
terjadi ketika sistem baru tersebut terpasang, termasuk pemasangan internet, ekstranet, dan
aplikasi web. Bidang-bidang di mana pengguna berantarmuka dengan sistem membutuhkan
perhatian khusus, dengan sensitivitasnya pada isu-isu ergonomi. Ergonomi
mempertimbangkan rancangan pekerjaan, isu-isu kesehatan, dan antarmuka pengguna akhir
dari sistem informasi. Analisis dampak organisasional menjelaskan bagaimana sistem yang
diusulkan akan mempengaruhi struktur organisasi, sikap, pengambilan keputusan, dan operasi.
 Desain sosioteknis
Salah satu cara dalam menangani permasalahan manusia dan organisasi adalah
dengan memadukan pelaksanaan desain sosioteknis ke proyek sistem informasi. Hasil
rancangan sosioteknis ini diharapkan menghasilkan suatu sistem informasi yang
menggabungkan efisiensi teknis dengan sensitivitas pada kebutuhan organisasional dan
manusia, yang mengarah pada kepuasan kerja dan produktivitas yang lebih tinggi.
5. Alat bantu perangkat lunak manajemen proyek
Alat bantu perangkat lunak komersial yang mengotomatisasi banyak aspek dari
manajemen proyek akan memfasilitasi proses manajemen proyek. Perangkat lunak manajemen
proyek biasanya menampilkan kemampuan untuk menentukan dan memerintahkan tugas,
menugaskan sumber daya pada tugas, menetapkan tanggal permulaan dan penyelesaian atas
tugas, menelusuri perkembangan, serta memfasilitasi modifikasi pada tugas dan sumber daya.
Perangkat lunak manajemen proyek membantu organisasi untuk menelusuri proyek
individual, sumber daya yang dialokasikan kepada mereka dan biaya mereka, perangkat lunak
manajemen portofolio proyek akan membantu mengelola portofolio proyek dan
ketergantungan antara mereka. Perangkat lunak manajemen portofolio proyek membantu
manajer untuk membandingkan proposal dan proyek terhadap anggaran dan level kapasitas
sumber daya untuk menentukan bauran yang optimal dan mengurutkan proyek yang terbaik
mencapai tujuan strategis organisasi.

Anda mungkin juga menyukai