PENDAHULUAN
Di Indonesia, ubijalar sudah dikenal dan dibudidayakan secara turun menurun oleh
sebagian masyarakat. Sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar merupakan tanaman bahan makanan
yang sering dimanfaatkan sebagai pengganti beras. Selain sebagai bahan pangan, ubijalar
berpeluang untuk digunakan bahan industri dan pakan ternak.
Hingga saat ini sebagian besar produksi ubi jalar digunakan untuk memenuhi kebutuhan
di dalam negeri sebagai bahan pangan, dan dalam jumlah yang kecil juga dimanfaatkan sebagai
pakan maupun bahan baku industri. Di daerah sentra produksi seperti Magetan, Mojokerto,
Karanganyar, Majalengka dan Kuningan sebagian besar dari produksinya digunakan sebagai
bahan baku industri makanan seperti saos dan makanan tambahan (Harnowo dan Widodo 1993).
Pada tahun 2008, luas panen ubijalar di Indonesia mencapai 174.561 ha dengan total
produksi 1.881.761 ton dan rata-rata hasil 10,78 t/ha (BPS 2009). Sentra produksi ubijalar antara
lain provinsi Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara
Timur.
Dari tahun ke tahun kebutuhan jagung terus meningkat dengan meni ngkatnya jumlah
penduduk, Penggunaan jagung sebagai bahan pangan non beras terjadi peningkatan secara
signifikan, jagung merupakan tanaman pangan penghasil karbohidrat dan protein yang
penggunaannya sangat luas. Jagung merupakan tanaman pangan penghasil karbohidrat dan
protein yang penggunaannya sangat luas, seperti bahan pangan, bahan baku industry, dan
pakan ternak (Ummi Kalsum,2013).
1.2 Tujuan
- mengetahui hama yang ada pada tanaman jagung dan ubijalar di lahan kering
universits nusa cendana
- mengetahui penyebab kerusakan tanaman oleh hama pada tanaman jagung dan ubi
jalar di lahan kering universitas nusa cendana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb) merupakan tanaman sebagai sumber
karbohidrat, vitamin A, C dan Mineral yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Selain sebagai sumber bahan pangan, ubi jalar juga merupakan sumber bahan baku industri
dan pakan ternak. Luas lahan dan panen ubi jalar di Indonesia diperkirakan sekitar 230.000
Ha dengan produktifitas sekitar 10 ton/Ha (Sarwono, 2011). Sedangkan dengan teknologi maju,
melalui penggunaan varitas unggul, ubi jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi
basah/Ha (Anonim, 2009; Rukmana, 1997; Duryatmo, 2010). Sulawesi Utara umumnya
memiliki lahan yang baik untuk pengembangan tanaman ubi jalar seperti Kabupaten Minut,
Kota Tomohon, kabupaten Minahasa, Sangihe, Talaud, dan Bolaang Mongondow. Prospek
pengembangan tanaman ini sebagai sumber makanan alternative penganti beras bagi
masyarakat Sulawesi Utara begitu terbuka lebar mengingat manfaat tanaman ubi jalar cukup
baik kandungan gizinya.
.Kalshoven (1981) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis hama penting yang
menyerang Tanaman ubi jalar yaitu perusak daun adalah ulat Agrius sp., Heliothis armigera,
Spodoptera litura, Tabidia sp. dan kumbang Aspidomorpha sp. Perusak Umbi adalah
kumbang Cylas formicarius dan kumbang Leucopholis sp dan ulat Omphisa sp. (Anonim, 2009,
2010, Pracaya, 1993). Saat ini dilaporkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman
ubi jalar di Sulawesi Utara secara Khusus di wilayah Kota Tomohon telah diserang oleh
beberapa organism penganggu tanaman terutama serangga hama dan penyakit tanaman. Tetapi
upaya berupa pendekatan pengendalian belum banyak dilakukan melalui penelitian-penelitian
yang dapat menunjang penerapan pengendalian menjadi lebih baik, terencana dan teraplikasi
dan terevaluasi.
Kalshoven (1981) dan Pracaya (1993) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis
hama penting yang menyerang tanaman ubi jalar yaitu : 1) Perusak daun adalah ulat Agrius
sp., Heliothis armigera, Spodoptera litura, Tabidia sp dan kumbang Aspidomorpha sp., 2)
Perusak batang, akar dan Umbi adalah kumbang Cylas formicarius, kumbang Leucopholis sp
dan ulat Omphisa sp. Serta hama tikus yaitu Rattus spp.
2.1 Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting
selain gandum dan padi, karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, juga
menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Beberapa daerah di Indonesia
seperti Madura dan Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok
(Rukmana,1997)
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di Daerah Madura, jagung
banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin
meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:
- Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
- Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goring
- Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau
bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu,
warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur
putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu
memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung.
(2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama
tidak menyebar.
(3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan
terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara
kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC,
Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat
mengikuti aturan pakai.
- Ulat pemotong
(1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman.
(2) dengan mencari dan membun uh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah
(3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
BAB III
METODE PENELITIA
- alat dan bahan : alat yang di gunakan adalah alat tulis, dan kamera
- menyiapakan alat dan bahan, kemudian mengamati hama pada tanaman jagung
dan ubi jalar.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
hama pada tanaman ubi jalar sangat lah bermacam - macam, namun yang kami amati
pada lahan kering universitas nusa cendana yaitu tedapat hama belalang. Spesies belalang
merupakan serangga polifagus, mempunyai bentuk muka yang menceng, bentuk kepala
seperti kerucut, mempunyai antena yang pendek dan berwarna hijau cerah. Belalang
berukuran 30–40 mm, ciri ciri ini dapat di lihat pada gambar berikut ini
tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah
yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang
masih muda itu roboh di atas tanah.
2. Penggerek Tongkol
Penggerek tongkol Helicoverpa armigera mulai muncul di pertanaman pada fase
generatif 43-70 hari setelah tanam. Ngengat H. armigera aktif pada malam hari,ngengat betina
meletakkan telurnya secara tunggal pada umur tanaman 45-56 hari setelah tanam bersamaan
dengan munculnya rambut tongkol, dan mampu bertelur 600-1000 butir. Telur baru menetas
setelah 4-7 hari. Stadia pupa ada di dalam tongkol, siklus hidupnya berkisar 36-45 hari
(Kalshoven,1981). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan H. armigera dapat mencapai 10%
perkembangan ciri – ciri serangan dapat dilihat pada gambar berikut
Gejala serangannya Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung dan
sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji
yang sedang mengalami perkembangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat hama pada tanaman ubi jalar dan jagung yang kami amati yaitu Belalang pada
ubi jalar, pengerek batang dan penggerek tongkol pada tanaman jagung dengan gejala serangan
yang berbeda beda dengan kerusakan yang cukup tinggi
5.1 Saran
Saran saya perlu di lakukan pengamatan mengenai populasi dan intensitas penyerangan
yang lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Dominasi dan Tingkat Serangan Hama Kedelai. Risalah Lokakarya
Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang: Balittan.
Duryatmo, S., 2010. Menanti Laba dari Satsumaino – Trubus. No. 384- Nopember 2001.
Harnowo dan Widodo 1993. 2000. Pengendalian Hama Penyakit Padi Bandung Penebar
Swadaya.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar baru. Jakarta
OLEH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
2019