A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk
cair atau setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum,
2008). Menurut WHO (2014), Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3
x sehari dan diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut
dan kronis.
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g
per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. Klasifikasi Diare
1. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan
umur < 5 tahun, dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan
kira-kira pada 400 anak tiap tahun di Amerika Serikat (Nagiga, 2009).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lebih banyak
dari atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak
dari pada biasanya lebih dari200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif, 2013).
2. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih (Nagiga, 2009).
C. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan derajat dehidrasi .
1. Diare dengan dehidrasi ringan
a. Kehilangan cairan 5% berat badan.
b. Kesadaran baik (somnolen).
c. Mata agak cekung.
d. Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.
e. Berak cair 1-2 kali perhari.
f. Lemah dan haus.
g. Ubun-ubun besar agak cekung.
2. Diare dengan dehidrasi sedang
a. Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.
b. Keadaan umum gelisah.\
c. Rasa haus (++)
d. Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.
e. Mata cekung
f. Turgor dan tonus otot agak berkurang.
g. Ubun-ubun besar cekung.
h. Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
i. Selaput lendir agak kering.
3. Diare dengan dehidrasi berat
a. Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
b. Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.
c. Denyut nadi cepat sekali.
d. Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).
e. Ubun-ubun besar cekung sekali.
f. Mata cekung sekali.
g. Turgor/tonus kurang sekali.
h. Selaput lendir kurang/asidosis.
Kategori dehidrasi :
Penilaian A B C
Rasa Haus Minum biasa, tidak Haus, ingin minum Malas minum,
haus banyak tidak bisa
minum
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya pada
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya juga akan timbul diare.
F. Pathway
Kurang
pengetahuan
Makanan atau zat tidak Menimbulkan Menimbulkan
dapat diserap rangsangan tertentu mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan
toksin
Peningkatan sekresi
Tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi
air dan elektrolit
Peningkatan gerakan
usus (peristaltik) Inflamasi pada
Pergeseran air dan usus halus
elektrolit ke rongga Diare
usus
Berkurangnya kesempatan nyeri
Isi rongga usus yang usus menyerap makanan
berlebihan
Gangguan
anoreksia
nutrisi kurang Gangguan rasa
dari kebutuhan nyaman
Kurang volume
cairan dari
kebutuhan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
a. Tinja Rutin
Makroskopis: pada pemeriksaan feses ini dilihat warna feses biasanya
warna coklat muda sampai kuning yang bercampur dengan lendir atau
darah yang mana konsistensinya encer.
Mikroskopis: adanya jumlah sel epitel leukosit dan eritrosiit
meningkat.
b. Tinja Kultur
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
2. Pemeriksaan Darah
a. Darah Lengkap: Hb, Ht, Leukosit
b. Elektrolit: Na, K, Ca dan Protein serum pada diare yang disertai
kejang.
c. Ph, cadangan alkali dan elektrolit untuk menemukan gangguan
keseimbangan asam basa.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pertolongan Pertama Diare
Pertolongan pertama bila ada orang disekitar anda mengalami Diare,
sebagai berikut:
a. Berikan banyak air minum (Oral Rehidration Solution/ORS/Oralit)
untuk mengganti cairan dan zat kimia tubuh yang hilang. Hal ini
bertujuan agar penderita tidak mengalami dehidrasi.
2. Pengobatan Simtomatis
a. Rehidrasi: oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dextrose 5%,
Dekstrose dalam Saline.
b. Antispasmodik, anti kholinergik (antagonis stimulus kolinergik pada
reseptor muskorinik). Misalnya: pepaverin, mebeverine, propantelin
bromid.
c. Obat antidiare
1) Obat anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid, difenoksilat,
kodeinfosfat.
a) Loperamid
b) Difenoksilat.
c) Kodein fosfat.
2) Oktretoid (sanostatin).
3) Obat antidiare yagn mensekresikan tinja dan absorpsi zat toksik.
d. Antiemetik (metoklopramid, proklorprazin, domperidon).
e. Vitamin B12, asam folat, vitamin A dan K.
f. Obat ekstrak enzim pankreas.
g. Aluminium hidroksida.
h. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
3. Pengobatan Kausal
Diberikan pada infeksi maupun noninfeksi pada diare kronik dengan
penyebab infeksinya obat diberikan berdasarkan etiologi.
4. Diet
Dalam fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada pasien
dianjurkan untuk minum gula, makan telur asin/ikan asin sebagai
pengganti elektrolit yang hilang lewat diare. Biasanya penderita tidak
boleh minum susu selama diare. (Nursalam, 2008).
I. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase.
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (muntah dan diare, jika lama/kronik).
(Ngastiyah, 2008)
2. Pemeriksaan Fisik
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik menurut Behrman, Richard E, 1998:
a. Keluhan utama diare, harus ditentukan terlebih dahulu akan
kebenaran dan ketepatannya (peningkatan jumlah, volume dan
keenceran tinja yang dikeluarkan).
b. Riwayat adanya darah atau lendir dalam tinja.
2. Perasaan nyeri dalam abdomen tenesmus
a. Demam
b. Massa di abdomen
c. Penurunan berat badan
d. Mengkonsumsi produk dari susu, daging atau air yang tercemar.
e. Tingkat dehidrasi yang dialami dan derajat kesadaran penderita
harus digambarkan secara spesifik.
3. Ada tidaknya artralgia, artritis, ruam-ruam kulit dan bradikardia juga
dapat memberi petunjuk tentang diagnosis, etioogi. Temuan-temuan
ini yang digabungkan dengan riwayat pemasukan cairan, frekuensi
pengeluaran tinja dan penilaian pengeluaran urine menentukan apakah
penderita memerlukan perawatan di rumah sakit atau tidak.
3. Diagnosa
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
intake dan output.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan proses terjadinya infeksi.
4. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan intake dan output
1) Tujuan : defisit volume cairan teratasi
2) Kriteria Hasil :
a) Asupan (intake) seimbang dengan output
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal
c) Membran mukosa kulit lembab
d) Capillary refill < 3 detik
e) Berat badan seimbang
3) Intervensi
a) Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan, yakni urine
dan feses (jumlah, konsistensi, dan warna).
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
dan merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b) Observasi tanda-tanda vital (TTV)
Rasional : hipotensi, takikardia, dan demam dapat menunjukan
respons terhadap kehilangan cairan.
c) Observasi adanya kulit kering dan membran mukosa, kulit yang
kering, penurunan turgor kulit, dan pengisian kapiler yang
lambat.
Rasional : menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.
d) Ukur berat badan setiap hari.
Rasional : indikator cairan dan status nutrisi.
e) Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, dan hindari
beraktivitas.
Rasional : untuk mengistirahatkan kolon dengan tujuan untuk
proses penyembuhan dan menurunkan kehilangan cairan usus.