BAB I
DEFINISI
Rumah Sakit Musi Medika Cendikia Palembang adalah organisasi yang berkiprah
dalam bidang jasa pelayanan kesehatan perorangan. Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan
pada pasien rumah sakit didukung oleh banyak jenis keterampilan SDM baik yang berbentuk
profesi maupun non profesi.
Dalam menjalankan kegiatannya Rumah Sakit Musi Medika Cendikia Palembang
menyadari bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam bentuk bermacam - macam
asuhan yang merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional di bidang pelayanan kesehatan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan Rumah
Sakit Musi Medika Cendikia Palembang dapat menerapkan model pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan, menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan
pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatnya mutu
asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit Musi Medika Cendikia Palembang harus
dijamin aksesnya untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas
pelayanan yang didapat, serta mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi
dari berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga diharapkan hasil
pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien, yang akhirnya bermuara
pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali dengan
baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit, mengatur pemberian
pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan ke pelayanan yang tepat baik
di dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
Rumah Sakit Musi Medika Cendikia Palembang, adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan pada unit unit gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan dan ruang
perawatan khusus. Penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok
profesi . Para profesional utama yang memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit
adalah staf medis baik dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan
bidan), nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan
tetapi tidak kalah pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang
berupa analis laboratorium, penata rontgen, fisioterapis.
2
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung jalannya rumah sakit
yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan medis, kelompok keperawatan
memberikan pelayanan asuhan keperawatan, serta kelompok keteknisian medis yang
memberikan pelayanan penunjang medis, dan akhirnya adalah kelompok administrasi yang
memberikan pelayanan administrasi manajemen.
Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu dibuat di
rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai pasien dipulangkan
kerumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain. Standar tersebut disebut standar pelayanan
berfokus pasien, yang di antaranya adalah Assesmen pasien.
Assesmen pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan
pasien akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis pelayanan yang paling tepat
untuk pasien, bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan pemeriksaan penunjang
diagnostik yang paling tepat, sampai penanganan perawatan, gizi, psikologis dan aspek lain
dalam penanganan pasien di rumah sakit merupakan keputusan yang diambil berdasarkan
assesmen.
Untuk itu, Rumah Sakit Musi Medika Cendikia Palembang membuat kebijakan
mengenai proses assesmen pasien sebagai acuan standar dalam proses assesmen. Untuk
mencapai ini, rumah sakit menetapkan isi minimal dari assesmen awal medis dan
keperawatan serta assesmen lain. Juga ditetapkan kerangka waktu yang disyaratkan untuk
menyelesaikan assesmen dan pendokumentasi assesmen awal tersebut.
Selain assesmen awal medis dan keperawatan adalah penting untuk instalasi pelayanan,
kemungkinan diperlukan assesmen tambahan dari praktisi pelayanan kesehatan lain termasuk
assesmen khusus dan assesmen individual.
Semua assesmen ini harus terintegrasi dan kebutuhan pelayanan yang paling urgen
harus di identifikasi / ditetapkan. Rencana asuhan pasien harus dibuat berdasarkan data
assesmen awal ini.
Juga pada keadaan gawat darurat, assesmen awal medis dan keperawatan, dapat
dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata. Juga apabila tidak ada waktu untuk mencatat
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dari seorang pasien gawat darurat
yang perlu dioperasi, dibuat catatan pada diagnosis praoperatif sebelum tindakan
dilaksanakan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Acuan
Pada pelaksanaannya dalam mengasesmen awal pasien dirumah Rumah Sakit
Musi Medika Cendikia Palembang mengacu pada :
4
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III / 2008 / tentang
Rekam Medis.
Tujuan
Tujuan utama dari assesmen pasien adalah :
1. Untuk menetapkan alasan kenapa pasien perlu datang berobat kerumah sakit.
2. Mengumpulkan informasi tentang identitas pasien, keluhan utama dan riwayat
perjalanan penyakit sekarang.
3. Untuk mengevaluasi hasil asesmen awal di rawat jalan / UGD / rawat inap
4. Untuk menentukan diagnosis awal pasien.
5. Untuk menentukan kebutuhan pelayanan medis terhadap pasien sehingga
pelayanan dan pengobatan dapat dimulai.
1. Assesmen Awal
Adalah proses pengidentifikasian kebutuhan dan jenis pelayanan pasien
untuk memahami kebutuhan pelayanan medis dan pelayanan keperawatan
sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai.
Assesmen awal dari seorang pasien, rawat jalan pengobatan dan rawat inap,
sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan untuk memulai
proses pelayanan. Assesmen awal memberikan informasi untuk : (1) memahami
pelayanan apa yang dicari pasien, (2) memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi
pasien, (3) menetapkan diagnosis awal, (4) memahami respon pasien terhadap
pengobatan sebelumnya.
Untuk mendapatkan informasi ini, assesmen awal termasuk evaluasi kondisi
medis pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya. Kemudian
dokter menetapkan diagnosis, rencana penatalaksanaan (pengobatan dan
5
2. Assesmen Ulang
Assesmen ulang didokumentasikan pada lembar CPPT ( Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi dengan menggunakan metode SOAP
( Subyektif, Obyektif, Assesmen, Planning ).
a) Bagian Subyektif berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang
diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang dianggap penting,
atau yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi :
1) Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien dating ke RS,
menggunakan kata – katanya sendiri ( keluhan utama )
2) Riwayat penyakit saat ini yang berkenan dengan gejala – gejala
( riwayat penyakit saat ini )
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping
( dari pasien, bukan dari profil obat yang terkomputerisasi )
5) Alergi
6) Riwayat sosial/keluarga
b) Bagian obyektif berisi infomasi tentang pemeriksaan fisik, tes – tes diagnostik
dan laboratorium, terapi obat
c) Bagian Assesmen menilai kondisi pasien untuk diterapi
d) Bagian Planing berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan,
rencana terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan
dilakukan untuk menilai perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentsi yang sistematik, konsisten, dan seragam
tersebut maka lembar SOAP akan menjadi rencana berbagai asuhan pasien
menjadi lebih efisien.catatan SOAP adalah format yang akan digunakan pada
keseluruhan tindakan medis, keperawatan, dalam rencana terapi/terapeutik serta
asuhan pasien.
3. Pemeriksaan Penunjang
6
4. Assesmen Tambahan
Apabila pada assesmen awal ditemukan kebutuhan akan diagnosis lain selain
diagnosis utama, maka diperlukan assesmen tambahan dan perlu dikonsultasikan
ke bagian lain atau ke RS lain yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
Apabila didapatkan assesmen tambahan, maka diperlukan persetujuan dari pasien
atau keluarganya tentang rencana konsultasi ke bagian lain. Bila keluarga pasien
atau pasien menolak maka harus dicatat dalam lembar pengkajian.
5. Assesmen Khusus
Pada assesmen awal terdapat pula pengkajian tentang assesmen khusus, yaitu :
a. Skrinning nyeri d. Status Psikologis
b. Skrinning gizi e. Status sosial ekonomi
c. Risiko jatuh f. Kebutuhan fungsional
6. Assesmen Individual
Pasien dengan kondisi khusus di RS Musi Medika Cendikia
Palembang yaitu : anak-anak, Dewasa Muda, Sakit terminal, obgyn, psikiatri, pasien
dengan infeksi atau penyakit menular.
7
BAB III
TATA LAKSANA
Agar assesmen kebutuhan pasien menjadi konsisten ,maka rumah sakit menentukan
isi minimal asesmen pasien sesuai dengan disiplin dalam lingkup praktek / profesi, perizinan ,
undang – undang dan peraturan terkait. Isi minimal dari assesmen, harus dilaksanakan oleh
dokter dan perawat dan staf disiplin klinis lainya.
assemen awal pasien rawat inap harus di kaji maksimal dalam waktu 1x 24 jam
setelah pasien masuk rawat inap, bila kondisi pasien mengharuskan maka assesmen
awal medis dan keperawatan dilaksanakan lebih cepat / dini.
jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap assesmen awal sudah lebih dari
30 hari, maka dokter atau perawat harus mereviu pengkajian awal terdahulu dan
memutuskan apakah perlu pengkajian awal di ulangi secara lengkap atau hanya
mencatat perubahan yang terjadi menyangkut keluhan dan pemeriksaan fisik di buat
dalam lembar assesmen awal rawat inap.
Pengkajian Keperawatan pasien rawat jalan maksimal 15 menit sejak pasien datang ke
poli.
Pengkajian medis pasien rawat jalan maksimal 10 menit sejak ditangani oleh tenaga
medis
assesmen awal yang di lakukan di luar rumah sakit atau praktek pribadi dokter tidak
boleh lebih dari 30 hari. Apabila lebih dari 30 hari, maka riwayat kesehatan harus di
perbaharui dan pemeriksaan fisik harus di ulangi.
assesmen awal saat penerimaan pasien rawat jalan sudah lebih dari 30 hari, maka
dokter harus meriviu atau mememeriksa ulang.
jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat jalan assesmen awal kurang dari 30
hari, maka perubahan signifikan yang terjadi di catat dalam lembar CPPT (Catatan
perkembangan pasien terintegrasi)
c. PASIEN UGD
apabila pasien dalam kondisi tidak stabil, maka waktu assesmen di UGD maksimal 6
jam.
2. Semua assesmen yang berasal dari luar rumah sakit harus dinilai ulang dan diverifikasi
pada saat pasien masuk UGD
3. Assesmen yang berasal dari luar rumah sakit dapat dilengkapi atau diulang di UGD sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. ASSESMEN MEDIS
DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalah kesehatan pasien
dengan melakukan :
a. Anamnesis : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
Pemeriksaan fisik (Keadaan umum,Kesadaran,Tanda-tanda Vital)
b. Status generalis ( kepala leher, Thorak, abdomen)
c. Status Lokalis
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Diferensial Diagnosis
f. Diagnosa Kerja
g. Pengobatan dan Tindakan
h. Rekonsiliasi Obat
i. Discharge Planning
Assesmen ulang medis dilakukan setiap hari pada :
9
4. ASSESMEN KEPERAWATAN
Assesmen awal dan assesmen ulang keperawatan dilakukan oleh perawat di unit
kerjanya masing – masing sesuai dengan kompetensi dan tanggung jawabnya yang
ditetapkan secara tertulis, termasuk assesmen gawat darurat.
Pendokumentasian hasil assesmen keperawatan :
a. Untuk assesmen awal keperawatan rawat jalan didokumentasikan pada lembar
pengkajian awal rawat jalan dengan menggunakan ball-point tinta biru.
b. Untuk assesmen awal keperawatan UGD didokumentasikan pada lembar
assesmen awal Keperawatan UGD dengan menggunakan ball-point tinta biru.
c. Untuk assesmen awal dan ulang keperawatan rawat inap didokumentasikan
pada lembar asuhan keperawatan dan lembar terintegrasi dengan
menggunakan ball-point tinta biru.
d. Perawat mendokumentasikan assesmen ulang setiap harinya. Semua instruksi
dokter dan perubahan yang signifikan pada pasien didokumentasikan pada
lembar terintegrasi dan asuhan keperawatan dibubuhi nama dan
tandatangan/paraf perawat pemeriksa.
10
Assesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan segera setelah pasien masuk
perawatan dalam kerangka waktu 30 menit.
Assesmen ulang keperawatan rawat jalan (pengisian form assesmen keperawatan)
1. Untuk pasien baru : Dilakukan assesmen kembali saat pasien kontrol pertama
kali. Untuk kontrol berikutnya, assesmen keperawatan menilai keluhan pasien,
tanda – tanda vital, tinggi badan dan berat badan. Hasil assesmen
didokumentasikan dilembar terintegrasi.
2. Untuk pasien lama / kronis : Assesmen dilakukan setiap 30 hari saat pasien
kontrol berikutnya.
3. Apabila pasien mendapat pelayanan lebih dari satu poliklinik, maka tiap – tiap
perawat poliklinik melakukan assesmen dibagiannya masing – masing.
Assesmen ulang keperawatan rawat inap dilakukan setiap hari oleh perawat dan
diulang kembali setiap shift pergantian jaga perawat. Hasil assesmen
didokumentasikan dilembar integrasi, apabila ada hal-hal khusus misalnya
perburukan, harus dilakukan assesmen segera dan dilaporkan kepada dokter ruangan
untuk tindakan lebih lanjut.
Perawat memberikan pelayanan lain baik kepada pasien ataupun kepada keluarganya,
diantaranya kebutuhan edukasi tentang:
Terdapat hambatan dalam pembelajaran, pendengaran, penglihatan, kognitif,
fisik, budaya, agama, emosi, bahasa (butuh penerjemah atau tidak).
Menjelaskan diagnosis dan manajemen penyakit
Obat – obatan
Diet nutrisi
Tindakan keperawatan
Rehabilitasi manajemen nyeri.
Dalam melakukan tindakan, perawat harus menjelaskan indikasi dilakukannya
tindakan dan kemungkinan timbulnya efek samping (misalnya, pemasangan infus,
NGT, penyuntikan, pemberian obat dan tindakan lainnya).
Assesmen awal gawat darurat dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit Musi
vital yang meliputi tekanan darah, nadi, dan pernapasan. Untuk Assesmen di
DARURAT.
6. ASSESMEN RAWAT JALAN
Dilakukan oleh dokter spesialis dan perawat di unit rawat jalan Rumah Sakit
TK II dr.AK.Gani atau dokter UGD dan perawat UGD jika diluar jadwal
pemeriksaan (tanggal dan jam), dan minimal menuliskan hasil anamnesis dan
kebijakan rekam medik, dan minimal terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik (dan penunjang jika ada) yang relevan untuk justifikasi diagnosis dan
terapi.
Assesmen ulang keperawatan pasien rawat inap dilakukan minimal 3 kali
sehari di mana masing-masing shift dilakukan sekali, kecuali ada perubahan
kondisi pasien. Assesmen ulang didokumentasikan dalam CPPT.
Assesmen keperawatan pasien intensif dan semi intensif dilakukan secara
kontinyu, dan didokumentasikan dalam chart minimal setiap interval satu jam.
Assesmen awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan untuk
pemulangan pasien (Discharge Planning). Pada kondisi tertentu, pasien
memerlukan perencanaan pemulangan sedini mungkin, demi kepentingan
12
Pasien tidak dilakukan tindakan anestesi & sedasi bilamana Assesmen pasien
belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses
untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah atau unit lain yang melakukan
sedasi.
KEPERAWATAN.
Assesmen resiko jatuh dilakukan oleh perawat ketika pasien pertama datang
ke rumah sakit di unit rawat inap, unit gawat darurat dan unit-unit ambulatory
lainnya.
15
Assesmen ini dilanjutkan dengan tindak lanjut yang sesuai dengan tingkat
Etiologi jatuh :
a) Ketidaksengajaaan: 31%
b) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%
c) Vertigo: 13%
d) Serangan jatuh (drop attack): 10%
e) Gangguan kognitif: 4%
f) Hipotensi postural: 3%
g) Gangguan visus: 3%
h) Tidak diketahui: 18%
16
a. Assessmen resiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse Fall Scale
(Skala Jatuh Morse) sebagai berikut :
SKOR
FAKTOR RESIKO SKALA POINT
PASIEN
Ya 25
Riwayat Jatuh
Tidak 0
Ya 15
Diagnosis sekunder
Tidak 0
Meja/kursi 30
Bantuan Ambulasi Kruk/Tongkat/alat bantu berjalan 15
Tidak ada/bed rest/bantuan perawat 2
Ya 20
Terpasang infus
Tidak 0
Terganggu 20
Gaya berjalan Lemah 10
Normal/bed/rest/kursi roda 0
Sering lupa akan keterbatasan yang 15
Status Mental dimiliki
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Kategori :
Resiko tinggi = lebih dari 45
Resiko sedang = 25 – 44
Resiko rendah = 0 – 24
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat kategori risiko jatuh tiga kali sehari, saat
transfer ke unit lain, dan saat terdapat perubahan kondisi pasien.
Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
a.Pencegahan resiko jatuh:
1.Pasang identitas berupa chip berwarna kuning dan gambar resiko jatuh di area yang
mudah dilihat.
2.Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
3.Sediakan pencahayaan yang adekuat
4.Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
9.Pasang beside rel dan pastikan roda tempat tidur terkunci serta upayakan
menggunakan tempat tidur yang rendah.
10.Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh.
11.Upayakan kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat.
12.Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat
kesadaran.
13.Pastikan pasien yang diangkut dengan brandoard/tempat tidur posisi beside rel
dalam keadaan terpasang.
14.Pastikan bahwa jalur kekamar kecil bebas dari hambatan dan terang.
FAKTOR
SKALA POINT
RESIKO
<3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia
7-13 tahun 2
Laki-laki 2
Jenis kelamin
Perempuan 1
Ada diagnosis neurologi 4
Gangguan oksigenasi (respiratorik, dehidrasi, anemia, 3
Diagnosis anoreksia, sinkop).
Gangguan prilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Tidak menyadari keterbatasan 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Kognitif Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh / bayi diletakkan ditempat tidur dewasa 4
Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam 3
Faktor
tempat tidur bayi / perabot rumah
Lingkungan
Pasien diletakkan ditempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Respon Dalam 24 jam 3
Dalam 48 jam 2
terhadap
1.Pembedahan 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi / 1
sedasi/Anestesi anestesi
Penggunaan multiple : sedatif, obat Hipnosis, Barbiturat, 3
2.Penggunaan
anti pencahar, Diuretik, Narkose
Medisa/Mentosa Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada medikasi 1
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat pada rekam medis saat setiap dilakukan
pemeriksaan fisik ,saat transfer ke unit lain,dan saat terdapat perubahan kondisi
pasien.
1..Resiko Rendah
a. lakukan orientasi kamar inap kepada pasien.
b. Pastikan roda tempat tidur terkunci,kedua sisi pagar tempat tidur terpasang
19
baik.
c. Ruangan rapi.
d. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan.
e. Pencahayaan yang adekuat
f. Alat bantu berada dalam jangkauan
g. Optimalisasipenggunaan kacamata dan alat bantu dengar
h. Pantau efek obat-obatan
i. Pantau status mental pasien
j. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2.Resiko Sedang
Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
Pasanglah gelang khusus (pin kuning)tanda resiko jatuh.
Tempatkan tanda resiko jatuh pada tempat tidur pasien(warna kuning)
Sandal anti licin
Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot
3.ResikoTinggi
Lakukan semua pedoman pencegahan resiko rendah dan sedang
Libatkan keluarga
Kunjungi dan monitoring pasien setiap jam
Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station bila
memungkinkan
Nilai kebutuhan akan fisioterapi dan terapi okupasi.
C. Assesmen jatuh pada pasien gawat darurat, kamar bersalin, rawat jalan menggunakan
Time Up And Go Test
Persiapan : Pasien harus menggunakan alat bantu yang biasa dipakai ( kacamata, walker,
dll.)
2. Minta pasien untuk berdiri jika ada aba-aba mulai, dan mulailah menghitung waktu
dengan jam / stopwatch.
5. Setelah berjalan 3 meter ( 6 langkah), pasien kembaali laagi dan duduk kembali.
Tidak menangis 0
Bergumam 1
Menangis Menangis keras 2
Tenang 0
Lengan Fleksi/ektensi 1
Tenang 0
Kaki Fleksi /ekstensi 1
Tertidur /tenang 0
Keadaan Tidak nyaman 1
rangsangan
Interpretasi :
0 -1 = tidak nyeri
2-4 = nyeri ringan-sedang ( intervensi non farmakologis dilakukan + asesmen ulang
30 menit kemudian)
>4 = nyeri berat ( intervensi farmakologis + non farmakologis dilakukan + asesmen
ulang 30 menit kemudian)
b. Pada pasien usia 7 bulan - 6 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau
pasien yang tidak dapat dinilai dengan skala lain, dapat digunakan assesmen
nyeri menggunakan FLACCS (Face Lage Activity Cry Consolability Scale)
Parameter
Katagori
0 1 2
Wajah Tidak ada Menyeringai, mengerutkan Dagu
ekspresi dahi,tampak tidak tertarik gemetar,Gerutu
khusus,senyum (kadang-kadang) berulang
(sering)
Normal posisi Tidak nyaman,gelisah,tegang Menendang atau
Kaki
atau santai kaki tertekuk
22
inap.
c. Pada pasien dewasa dan anak > 7 tahun , gunakan assesmen Wong Baker
FACES Pain Scale (gambar wajah tersenyum - cemberut - menangis) .
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang,
assesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon
berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien mulai masuk rawat inap diruang
intensive care. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan pada pasien, antara lain :
1. Pernapasan
a. Irama Napas
b. Suara napas tambahan
c. Sesak napas
d. Batuk, sputum
e. Alat bantu napas
2. Kardiovascular
a. Irama jantung
b. Akral
c. Perdarahan
d. Tekanan darah, MAP, suhu
3. Persyarafan
a. GCS
b. Kesadaran
c. ICP
d. Tanda-tanda peningkatan TIK
e. Konjunctiva
f. Lain-lain
4. Perkemihan
a. Kebersihan area genetalia
b. Jumlah cairan masuk
c. BAK
d. Produksi urine
5. Pencernaan
a. Nafsu makan
b. NGT
c. Porsi makan
d. Minum
e. Mulut
f. Mual, muntah
g. BAB
h. Lain-lain
6. Musculoskeletal/integument
a. Kemampuan pergerakan sendi
b. Warna kulit
c. Oedema
d. Decubitus dengan Norton Scale
BAB IV
DOKUMENTASI
Ditetapkan di Palembang
DAFTAR PUSTAKA
1) Lucas County Emergency Medical Services. Tab 600: pre hospital patient assessment.
Ohio Toledo; 2010
2) Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessment policy; 2009
3) Patient assessment definitions.
4) San Mateo County EMS Agency. Patient assessment, routine medical care,
primaryand secondary survey; 2009
5) Denver Paramedic Division. Pre-hospital protocols; 2012
6) Malnutrition Advisory Group: a Standing Commitees of BAPEN. Malnutrition
Universal Screening Tool (MUST); 2010
7) Sizewise Understanding fall risk, prevention, and protection. USA: Kansas
8) Sentara Williamsburg Community Hospital Pain assessment and management policy:
2006
9) National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Centre. Pain intensity
instrument: numeric rating scale; 2003
10) Pain management. (diakses tanggal 23 Februari 2012).
11) Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakkovich P, Nursing assessment, plan of care, and
patient education: the foundation of patient care USA: HCPro, Inc; 2006
12) Yudiyanta, dkk, Assessment Nyeri,CDK-266/ vol.42 no.3,2015