02 - PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR-070119 mwkoOKE PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN
PENYAKIT MENULAR DAN
RUANG ISOLASI

i
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA KAUMAN
NOMOR: 038/PER.DIR/RSIA.MWK/VI/2018

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN RUANG ISOLASI


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA KAUMAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA KAUMAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mewujudkan visi dan misi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Mardi Waloeja Kauman maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko tinggi
yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien, terkhusus
untuk pasien penyakit menular dan ruang isolasi;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a perlu ditetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Mardi Waloeja Kauman tentang Panduan Pelayanan Pasien
Penyakit Menular dan Ruang Isolasi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
90/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mardi Waloeja Kauman
Tentang Panduan Pelayanan Pasien Penyakit Menular Dan Ruang Isolasi
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mardi Waloeja Kauman
Kedua : Pimpinan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waloeja Kauman bersepakat
untuk memberikan pelayanan pasien penyakit menular dan ruang isolasi.
Ketiga : Pimpinan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waloeja Kauman
menetapkan Panduan Pelayanan Pasien Penyakit Menular dan Ruang
Isolasi.
Keempat : Peraturan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan dan apabila
ii
dikemudian hari ternyata terdapat kekurangan dan kekeliruan akan
diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya
Kelima : Salinan Peraturan Direktur ini disampaikan kepada yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

Ditetapkan di : Malang
Tanggal : 18 Juni 2018
Direktur RSIA Mardi Waloeja Kauman

dr. Susilowati

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
...................................................................................................................................................... Er
ror! Bookmark not defined.
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA
KAUMAN .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Pengertian ............................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................................ 3
2.1. CARA-CARA PENULARAN PENYAKIT ........................................................... 3
2.2. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED........................................................................ 4
2.3. JENIS PENYAKIT MENULAR YANG MEMERLUKAN PENANGANAN
KHUSUS ................................................................................................................ 4
2.4. UNIT KERJA YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT MENULAR ...................................................................... 5
BAB III KEBIJAKAN ................................................................................................................. 6
BAB IV TATA LAKSANA ......................................................................................................... 7
4.1. TATALAKSANA PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI ..................... 7
4.2. TATA LAKSANA PENANGANAN LIMBAH PASIEN
DENGAN PENYAKIT MENULAR ...................................................................... 7
4.3. TATA LAKSANA PENGGUNAAN PERALATAN MAKAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT SALURAN CERNA YANG MENULAR ....................... 8
4.4. TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS ................. 8
4.5. TATA LAKSANA PENGATURAN RUANG PERAWATAN PASIEN TB ....... 8
4.6. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C ............................ 9
4.7. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN
BERBASIS TRANSMISI AIRBORNE (UDARA) ................................................. 9
4.8. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN
BERBASIS TRANSMISI KONTAK ..................................................................... 10
4.9. PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI
UDARA .................................................................................................................. 10
4.10. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS
TRANSMISI DROPLET (PERCIKAN) ................................................................ 11
4.11. TATA LAKSANA EDUKASI PASIEN TENTANG ETIKA BATUK ................ 11
BAB V DOKUMENTASI ........................................................................................................... 12

iv
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA
KAUMAN
NOMOR: 038/PER.DIR/RSIA.MWK/VI/2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN RUANG ISOLASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan, yang ditandai dengan adanya
agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan ini disebabkan proses
infeksi oleh kuman. Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen yang mampu menyebabkan
sakit.
Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya
penyakit karena infeksi dari mulai yang ringan sampai yang berat. Hal ini dapat menyebabkan
resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya.
Tenaga medis yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang
secara potensial membahayakan jiwanya, karena tenaga medis dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat
menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian
menularkan infeksi dari satu pasien ke pasien yang lain.
Seluruh masyarakat yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap
penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh yang relatif menurun. Penularan penyakit
terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan
penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat di rumah sakit.
Penularannya dapat melalui cairan tubuh, makanan dan sebagainya.
Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas kesehatan atau
pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya suatu langkah pencegahan
sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. Salah satu upaya adalah menyediakan
fasilitas isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien dengan penyakit infeksi yang dianggap
berbahaya di suatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien yang lain, dan memiliki aturan khusus
dalam prosedur pelayanannya.

1.2. Pengertian
Penyakit Menular adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi
(seperti virus, bakteri atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia
(seperti keracunan)
Imunosupresi mengacu pada peredaman dari respon imun dengan sistem kekebalan tubuh
yang normal terhadap stimulasi antigenik, baik sengaja, atau sebagai efek samping dari agen
terapi seperti kemoterapi anti-neoplastik. Definisi lain dari imunosupresi adalah gangguan respon
imun sistemik yang meningkatkan risiko infeksi.
Ruang Isolasi adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi
medic tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka menerima perawatan medik. Pengertian
lain dari ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit
resiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-penyakit infeksi antara lain
HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain. Tujuan disediakannya ruang isolasi
adalah untuk mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko

1
terhadap pemberi layanan kesehatan serta memutus siklus penularan penyakit. Dengan adanya
ruang isolasi, diharapkan dapat merawat pasien yang memerlukan perawatan isolasi mulai
pemeriksaan awal sampai perawatan lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu
tempat (satu pintu) serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dari kontaminasi bagi
seluruh komponen.

1.3. Tujuan
1. Memberikan pengertian kepada staf mengenai jenis penyakit menular serta cara
penularannya
2. Memberikan gambaran kepada staf pentingnya pengetahuan mengenai ruang isolasi.
3. Memberikan pengetahuan kepada staf mengenai pentingnya kewaspadaan umum
(universal precaution) terhadap infeksi nosokomial di ruang isolasi.

2
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1. CARA-CARA PENULARAN PENYAKIT
1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
a. Penyakit kelamin
b. Rabies
c. Trakoma
d. Skabies
e. Erisipelas
f. Antraks
g. Gas-gangren
h. Infeksi luka aerobik
i. Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV,
agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain
melalui hubungan intim.

2. Melalui Media Udara


Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung
melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain:
a. TBC Paru
b. Varicella
c. Difteri
d. Influenza
e. Variola
f. Morbili
g. Meningitis
h. Demam skarlet
i. Mumps
j. Rubella
k. Pertussis

3. Melalui Media Air


Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui
air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water borne disease
atau water related disease.
Agen Penyakit:
a. Virus : hepatitis virus, poliomielitis
b. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
c. Protozoa : amubiasis, giardiasis
d. Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
e. Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :
 Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vektor keong)
 Tidak bermultiplikasi : Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor cyclop)

4. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4


kelompok menurut cara penularannya, yaitu :
a. Waterborne mechanism

3
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh kolera, tifoid,
hepatitis virus, disentri basiler dan poliomielitis.
b. Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan
individu dan umum dapat berupa :
 Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
 Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma.
 Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.

c. Water based mechanism


Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di
dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air.
Contoh skistosomiasis, Dracunculus medinensis.
d. Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).

2.2. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED


Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel
fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat diklasifikasikan
sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen
yang terkena pada sistem imun tersebut adalah sbb :
1. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik
dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil. Gejala biasanya timbul pada
awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. Tanpa terapi,
bayi dan anak-anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai
usia dewasa. Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai dibandingkan defisiensi primer dan
kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarinya atau akibat
dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi sekunder adalah
malnutrisi, stres kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus, kelainan autoimun
tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan imonodefisiensi sekunder yang
paling sering ditemukan. Penderita imonosupresi sering disebut sebagai hospes yang
terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Intervensi untuk mengatasi
imunodefisiensi sekunder mencakup upaya menghilangkan faktor penyebab,
mengatasi keadaan yang mendasari dan menggunakan prinsip-prinsip pengendalian
infeksi yang nyaman.

2.3. JENIS PENYAKIT MENULAR YANG MEMERLUKAN PENANGANAN


KHUSUS
Tidak semua penyakit menular memerlukan penanganan khusus selama dirawat di ruma
hsakit. Penyakit menular yang penularannya berpotensi untuk menular kepada pasien lain
dan atau petugas selama dirawat di rumah sakit yang memerlukan penanganan khusus.
Beberapa penyakit tersebut yang perlu diwaspadai meliputi:
1. Penularan melalui darah:
- Penyakit HIV/AIDS
- Penyakit Hepatitis Bdan C
2. Penularan melalui droplet
4
- Pertusis
- Rubella
- Mumps
- Influenza
3. Penularan melalui airbone
- Tuberkulosis paru
- Campak
- Mump
- Cacar air
4. Penyakit saluran pencernaan : Hepatitis A
5. Penyakit Respiratory: SARS
6. Infeksi kulit: Varicella, Herpes Zoster
2.4. UNIT KERJA YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN PASIEN DENGAN
PENYAKIT MENULAR
1. Unit Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Rawat Jalan
4. Kamar Operasi
5. Unit Gizi
6. Urusan Sanitasi
7. Tim PPI

5
BAB III
KEBIJAKAN
1. Semua pasien dengan penyakit menular dan atau daya tahan tubuh yang direndahkan
(immunosupressed) ditempatkan di ruang pasien tersendiri (ruang isolasi) dengan alat
pelindung diri yang ditetapkan.
2. Prinsip secara umum, RSIA Mardi Waloeja Kauman tidak melayani pengobatan pasien
dengan HIV/AIDS. Jika ada pasien dengan HIV/ AIDS maka untuk pengobatannya RSIA
Mardi Waluyo Kauman merujuk ke RSU dr. Saiful Anwar
3. Menempatkan pasien dengan sistem kohorting tetapi bila tidak memungkinkan, tempatkan
pasien di tempat paling pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar tempat tidur.

6
BAB IV
TATA LAKSANA
4.1. TATALAKSANA PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI
Syarat–syarat Ruang Isolasi
1. Pencahayaan
Pencahayaan untuk ruang isolasi harus cukup mendapatkan paparan sinar matahari.
2. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip
pengaturan sirkulasi/ alur udara. Dengan penempatan ekshauser, kipas angin, dan
penempatan jendela pada ruang isolasi.

4.2. TATA LAKSANA PENANGANAN LIMBAH PASIEN DENGAN PENYAKIT


MENULAR
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah
medic infeksius yang umumnya terdiri dari penampungan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan.
1. Pemisahan dan Pengurangan
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu,
yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan: kelancaran penanganan dan
penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah.
a. Alkes bekas pasien, seperti diapers, kasa pembalut, perban gulung, alkohol
swab, underpad, handscoon, NGT, kateter, dimasukkan ke dalam sampah
infeksius.
b. Alkes benda tajam seperti tranfusi set, infusset, spuit masuk ke dalam safety
box.
c. Linen kotor dimasukkan ke dalam pastik kuning kemudian dimasukkan ke
dalam kotak linen kotor infeksius
2. Penampungan
Penampungan sampah menggunakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medik dilakukan perlakuan
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong dengan 2
macam warna yakni kantong plastik kuning untuk sampah infeksius dan kantong
plastik warna hitam untuk sampah non infeksius.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal.
a. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incinerator (pengolahan non-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya menggunakan kereta dorong. Tempat pengangkutan sampah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
b. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medic ke tempat
pembuangan diluar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat.

Jika ada muntahan di lantai atau di meja, yang harus dilakukan adalah:
a. Memberi tanda cairan tersebut, bias dengan tanda “awas lantai licin” dengan tujuan
tidak tersentuh orang lain.
b. Bubuhkan pasir
c. Berikan cairan clorin, biarkan selama 2 menit

7
d. Dengan menggunakan APD, masukkan muntahan tadi ke dalam kantong plastic
warna kuning
e. Masukkan ke dalam sampah infeksius warna kuning
f. Jika pasien muntah ditampung dengan bengkok maka muntahan ataupun cairan
tubuh pasien yang lain dimasukkan ke dalam kantong warna kuning dan dimasukan
ke dalam kotak sampah infeksius.
g. Edukasi pasien untuk tidak membuang di kamar mandi atau kloset.

4.3. TATA LAKSANA PENGGUNAAN PERALATAN MAKAN PASIEN DENGAN


PENYAKIT SALURAN CERNA YANG MENULAR
Pengelolaan alat makan pada pasien dengan penyakit menular adalah menggunakan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi. Peralatan makan dan minum pasien menular yang
telah digunakan dicuci dengan sabun pencuci piring dan direndam dalam air panas dengan
suhu minimal 80°c selama2 (dua) menit.

4.4. TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS


1. Pasien dengan HIV/AIDS
Prinsip secara umum, RSIA Mardi Waloeja Kauman tidak melayani pengobatan
pasien dengan HIV/AIDS. Jika ada pasien dengan HIV/AIDS maka untuk
pengobatannya RSIA Mardi Waloeja Kauman merujuk ke RSU dr. Saiful Anwar.
Akan tetapi proses keseluruhan dari pelayanan pasien HIV-AIDS tertuang dalam
Pedoaman Pelayanan Penanggulangan HIV-AIDS
2. Petugas kesehatan (dokter dan perawat) perlu menggunakan pakaian dan
perlengkapan pelindung diri:
- Masker
- Baju pelindung dari plastik (skort plastik)
- Sarung tangan rangkap dua
- Sarung tangan dan masker yang telah dipergunakan langsung dibuang di
sampah infeksius
- Penyuntikan atau tindakan invasif lainnya harus dilakukan oleh perawat terlatih
di bidang pencegahan dan penatalaksanaan infeksi. Apabila terjadi luka tusuk
karena jarum suntik yang telah dipakai untuk pasien, maka petugas harus segera
melapor kepada TimPPI untuk dilakukan penanganan pajanan sesuai dengan
kebijakan yangberlaku.
- Jarum suntik dan benda tajam lainnya harus langsung dimasukkan ke dalam
safety box yang ditempatkan di ruang perawatan pasien.

4.5. TATA LAKSANA PENGATURAN RUANG PERAWATAN PASIEN TB


Prinsip secara umum :
1. Ruang pemeriksaan dan perawatan pasien TB paru harus mempunyai ventilasi
alami maupun ventilasi mekanik; serta memiliki jendela yang memungkinkan sinar
matahari dapat masuk.
2. Setiap pasien TB wajib menggunakan masker. Begitu juga keluarga yang masuk ke
dalam ruangan pasien wajib menggunakan masker. Bagi perawat dan dokter yang
merawat menggunakan masker N95(masker warna putih)
3. Ventilasi alami
a. Pintu dan jendela harus selalu terbuka
b. Dapat menggunakan kipas angin untuk aliran udara
4. Petugas kesehatan harus duduk dekat dengan sumber udara bersih, untuk mencegah
penyebaran penyakit melalui droplet nuclei

8
Akan tetapi proses keseluruhan dari pelayanan pasien TB tertuang dalam panduan
serta standar prosedur operasional pelayanan TB

4.6. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C


1. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B atau C;
2. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
a. Lakukan hand hygiene
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
 Sarung tangan digunakan :
- Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
- Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau
cairan tubuh pasien
- Bila melakukan tindakan invasif.
 Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa,
mulut, hidung dan mata.
 Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau
tumpahan darah atau cairan.
Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :
1. Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas dengan
clorine 0.5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2. Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen infeksius
3. Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi dengan
clorine 0.5%
4. Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5. Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk
pasien lain
6. Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.

4.7. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


AIRBORNE (UDARA)
1. Tempatkan pasien di ruang isolasi / kamar tersendiri jika tidak memungkinkan
kohorting dengan jarak antar tempat tidur ≥ 1 meter.
2. Tekanan negatife atau ventilasi alamiah.
3. Pintu kamar selalu tertutup.

9
4. Alur transfer pasien dari UGD ke ruang isolasi dengan melewati koridor tengah ruang
yordan dengan syarat pasien dan petugas menggunakan masker
5. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan masker
bedah
6. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan.
7. Petugas pakai N95 jika melakukan tindakan menghasilkan aerosol.
8. Batasi jumlah pengunjung.
9. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan
masuk ruangan pasien
10. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) masker bedah
11. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
12. Goggle (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol
13. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
a. Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
b. Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang kontak
dengan petugas dan pasien
c. Bersihkan exhaust fan
d. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak
terkontamionasi dengan cairan tubuh pasien
e. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif
setelah pelaksanaan selesai.

4.8. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


KONTAK
1. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling
pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
2. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
3. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
4. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
5. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan
drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
6. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan
antiseptik
7. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak
pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien. Lepaskan
gaun sebelum ke luar dari ruang pasien
8. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
9. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama
10. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.

4.9. PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI UDARA


1. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini.
2. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
3. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi
secara terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau sedang didiagnosis. Bila
ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 (dua)
meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau
sekat.

10
4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang
dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan
sistem pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisien
tinggi (filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di
rumah sakit.
5. Jaga pintu tertutup setiap saat.
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu
masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung
tangan.
7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di
dalam ruangan.
9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
10. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.

4.10. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


DROPLET (PERCIKAN)
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir/pojok, bila
tidak mungkin kohorting
2. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan
ventilasi
3. Batasi gerak dan transportasi pasien
4. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien
5. Anjurkan pasien untuk menerapkan Etika Batuk dengan benar
6. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
7. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba
tidak bergerak jarak jauh

4.11. TATA LAKSANA EDUKASI PASIEN TENTANG ETIKA BATUK


Perawat wajib memberikan edukasi kepada pasien mengenai etika batuk selama di dalam
ruang perawatan pasien, selama berada di lingkungan rumah sakit maupun di rumah.
Penjelasan perawat mengenai cara dan etika batuk yang baik dan benar meliputi:
1. Saat batuk, tutup mulut dan hidung dengan tisu.
2. Jika tidak ada tisu, tutuplah mulut dan hidung dengan tangan dan lengan baju pasien.
3. Cucilah tangan setelah batuk atau bersin dengan air mengalir atau dengan larutan yang
mengandung alkohol.
4. Buanglah tisu pada tempat sampah yang tersedia.

11
BAB V
DOKUMENTASI
Semua kegiatan dicatat dan didokumentasikan dalam catatan rekam medis dan digunakan
sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.

Direktur,

dr. Susilowati

12

Anda mungkin juga menyukai