KELOMPOK 2
MUHAMMAT TAUFIQ NUR
I KADEK MARYANA
SRI RAHMATIA
ERVINA APRIANI
RAMONA NINTIAS R.ABAS
NAFIS AHYANI
JURUSAN KIMIA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah menjadi suri tauladan umat islam di dunia.
Dengan terwujudnya makalah ini yang membahas tentang “Identifikasi Barang Bukti
dan Toksikologi Keracunan”. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah berikut.
Penulis
Kelompok 2
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
2.1 Identifikasi Barang Bukti .............................................................................................................. 2
2.1.1 Bukti Fisik dalam Ilmu Forensik .......................................................................................... 3
2.1.2 Macam-macam Bukti FisIk ................................................................................................... 4
2.1.3 Teknik Pengumpulan Bukti Fisik.......................................................................................... 5
2.2 Toksikologi Keracunan ................................................................................................................. 6
2.2.1. Klasifikasi Racun ........................................................................................................................ 8
2.2.2 Mekanisme Kerja Racun .............................................................................................................. 8
2.2.3 Pemeriksaan kedokteran forensik ................................................................................................ 9
2.2.4 Pembedahan Jenazah.................................................................................................................. 10
2.2.5 Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologik ........................................................................ 12
2.2.6 Jenis-Jenis Keracunan ................................................................................................................ 13
2.2.1 Prinsip Dasar Dalam Investigasi Toksikologi ................................................................................ 14
BAB III....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pinada :tindak melawan hukum;. 0alam
buku-buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan.
0alam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari
hasil analisis pengujian barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut.
Dalam pembuktian dan pemeriksaan secara ilmiah, kita mengenal istilah ilmu forensik
dan kriminologi. pada umumnya suatu laboratorium kriminalistik mencangkup bidang ilmu
kedokteran forensik, kimia forensik dan ilmu fisika forensik. Bidang kimia forensik
mencangkup juga analisa racun (toksikologi forensik).
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui identifikasi barang bukti
1.3.2 Mengetahui bukti fisik dalam ilmu forensik
1.3.3 Mengetahui macam-macam bukti fisik
1.3.4 Mengetahui teknik pengambilan bukti fisik
1.3.5 Mengetahui toksikologi keracunan
1.3.6 Mengetahui pengambilan bahan toksikologi
1.3.7 Mengetahui prinsip dasar dalam investigasi toksikologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Barang Bukti
Menurut Lilik Mulyadi kata “Bukti” berarti suatu peristiwa yang cukup untuk
memperlihatkan kebenaran suatu peristiwa tersebut. Secara terminologi dalam hukum
pidana bukti adalah hal yang dapat menunjukan kebenaran, yang diajukan oleh penuntut
umum, atau terdakwa untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan. Kata bukti
sering digabungkan dengan istilah/kata lain seperti barang bukti dan alat bukti.
Barang bukti merupakan benda yang untuk sementara oleh pejabat yang
berwenang diambil alih dan atau disimpan di bawah penguasaannya, karena diduga
terkait dalam suatu tindak pidana. $ujuan penguasaan sementara benda tersebut adalah
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pembuktian di sidang pengadilan.
Meskipun barang bukti mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pidana, namun jika kita perhatikan tidak ada peraturan perundang-undangan yang
memberikan definisi tentang barang bukti. Akan tetapi bila dihubungkan dengan pasal-
pasal yang ada kaitannya dengan barang bukti maka secara tersirat akan dipahami apa
sebenarnya barang bukti itu.
Pengertian alat bukti juga tidak diatur dalam KUHP, yang diatur hanyalah
macam-macamnya. sehingga bentuk maupun si atnya alat bukti telah ditentukan secara
limitati . Akan tetapi barang bukti ataupun alat bukti keduanya sama-sama dipergunakan
pada waktu pembuktian di persidangan, yang membedakan antara alat bukti dan barang
bukti adalah:
a. Alat bukti merupakan bukti yang sah dalam persidangan, sedangkan barang
bukti tidak.
b. Kehadiran alat bukti mutlak harus ada dalam persidangan, sedangkan barang bukti
tidak.
c. Barang bukti merupakan sebuah benda atau barang, sedangkan alat bukti
tidak selalu berupa benda atau barang
Sebagaimana yang telah diatur 185 Ayat (1) KUHP, alat-alat bukti yang sah dalam
persidangan, yaitu:
1. Keterangan saksi
Kengertian keterangan saksi menurut KUHP adalah salah satu alat bukti dalam
perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang
2
didengar, dilihat sendiri, dan dia alami sendiri oleh saksi dan dengan menyebutkan
alasan dari pengetahuannya tersebut. Keterangan saksi tidak boleh berupa pendapat
atau hasil rekaan saksi, ataupun keterangan dari orang lain (KUHP pasal 185).
2. Keterangan Ahli
Perngertian umum keterangan ahli, sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHP
adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlakukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
3. Surat
Pasal 187 memuat ketentuan tentang surat sebagaimana tersebutkan pada pasal
185 hurup c, surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah.
4. Petunjuk
Petunjuk menurut KUHP adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang
karena persuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana
itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
5. Keterangan terdakwa
Alat yang paling terakhir menurut KUHP adalah keteranganterdakwa,
merupakan keterangan dari terdakwa tentang apa yang dilakukan, diketahui sendiri,
atau dialami sendiri oleh terdakwa.
3
2.1.2 Macam-macam Bukti Fisk
Bukti fisik yang diketemukan di TKPdapat dikelompokkan menjadi 4
yaitu:
a. Bukti transient
Bukti ini sesuai dengan sifatnya hanya sementara dan akan dengan mudah
hilang atau berubah. Sebagai contoh buah-buahan, suhu, imprints dan indentation
(tanda-tanda yang ditimbulkan akibat tekanan, seperti tanda jejak sepatu, atau
tapak ban mobil pada kasus kecelakaan bermotor;, tanda-tanda seperti lembam
mayat, jejak bibir di puntung rokok, bercak darah di pakaian yang akan dicuci, dll.
'ukti seperti ini diketemukan oleh penyidik di TKP, dan harus segera dicatat dan
didokumentasikan.
b. Bukti pola
Seperti percikan bercak darah, pola pecahan kaca atau gelas, pola
kebakaran, pola posisi furnitur, trayektori proyektil, dan posisi mayat, dll.
c. Bukti kondisional
Seperti derajat kekakuan mayat, distribusi lembam mayat, apakah pintu
terkunci, apakah lampu menyala, ketebalan dan arah geraknya asap.
d. Bukti yang dipindahkan (transfer)
Bukti yang dipindahkan (transfer) merupakan bukti fisik yang paling
klasik. Bukti transfer terjadi karena kontak antara orang-orang atau benda-benda,
atau antar orang dengan benda.
Setelah bukti potensial ditangani dan didokumentasikan, langkah
berikutnya adalah untuk mengumpulkan dan mengemas barang bukti dengan cara
mencegah kehilangan, kontaminasi, dan perubahan yang merusak. 'ukti biologis
membutuhkan perawatan untuk mencegah dari kontaminasi silang baik oleh
penyidik maupun spesimen biologi lainnya di lokasi kejadian. Jenis peralatan
yang digunakan dalam mencegah kontaminasi silang antara lain yaitu:
Tyvek kertas putih tubuh setelan
Topeng kertas yang mencakup hidung dan mulut
Pelindung mata
Sarung tangan berbahan lateks atau nitril
Pelindung lengan
Sepatu
4
Penutup kepala atau net rambut
5
Metode ini sangat jarang digunakan karena rentan terhadap resiko terkontaminasi
silang jika alat tidak dibersihkan dengan baik.
c. Pengemasan dan penyimpanan
Bukti biologis harus dikeringkan sebelum dikemas untuk meminimalkan
degradasi. kemasan yang paling sering digunakanadalah kertas, dan menggunakan
kemasan plastik apabila sampel benar-benar kering. Pada sampel cair harus
didokumentasikan terlebih dahulu dan ditempatkan pada gelas steril atau plastik
dan didinginkan sesegera mungkin.
d. Dokumentasi
Cara dokumentasi yang sering digunakan di TKP adalah fotografi.
Fotografer harus dapat bersaksi bahwa foto itu adalah representasi yang benar dan
akurat dari aegan pada saat foto itu diambil. Sketsa foto mungkin tidak selalu
menggambarkan hubungan spesial antara objek, sketsa digunakan untuk
melengkapif oto. Sketsa dapat lebih mudah menggambarkan keseluruhan kejadian
dan hubungan antara objek. Penyidik biasanya membuat sketsa kasar di TKP yang
berisi semua informasi yang diperlukan untuk penyidik menyelesaikan sketsa
secara keseluruhan.
7
2.2.1. Klasifikasi Racun
Berdasarkan sumber dan tempat dimana racun tersebut mudah didapat maka racun
dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
- Racun yang terdapat dalam rumah tangga
Misalnya : desinfektan, detergen, insektisida dan sebagainya
- Racun yang banyak digunakan dalam lapangan pertanian dan perkebunan
Misalnya : pestisida dan herbisida
- Racun yang banyak dipakai dalam bidang kedokteran/pengobatan
Misalnya : sedatif hipnotis, analgetika, obat penenang, anti depresan dan lain lain.
- Racun yang banyak dipakai dalam industri/laboratorium
Misalnya : asam dan basa kuat, logam berat, dan lain-lain
- Racun-racun yang terdapat di alam bebas
Misalnya : opium, ganja, racun singkong, racun jamur dan lain sebagainya.
9
tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida
hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.
Kuku. Keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal yang
tidak teratur. Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan trofik pada
kuku.
Rambut. Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen,
ari raksa dan boraks.
Sklera. Tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor,
karbon tetraklorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bias
ular.
10
dengan sendok dan disimpan secara terpisah untuk mencegah disintegrasi tablet/kapsul. Pada
kasus-kasus non-toksikologik hendaknya pembukaan lambung ditunda sampai saat akhir
otopsi atau sampai pemeriksa telah menemukan penyebab kematian. Hal ini penting karena
umumnya pemeriksa baru teringat pada keracunan setelah pada akhir autopsi ia tidak dapat
menemukan penyebab kematian.
---- Pemeriksaan usus diperlukan pada kematian yang terjadi beberapa jam setelah korban
menelan zat beracun dan ini ingin diketahui berapa lama waktu tersebut. Pada hati apakah
terdapat degenerasi lemak atau nekrosis. Degenerasi lemak sering ditemukan pada peminum
alcohol. Nekrosis dapat ditemukan pada keracunan fosfor, karbon tetraklorida, klorform dan
trinitro toulena.
---- Pada ginjal terjadi perubahan degeneratif, pada kortek ginjal dapat disebabkan oleh
racun yang meransang. Ginjal agak membesar, korteks membengkak, gambaran tidak jelas
dan berwarna suram kelabu kuning. Perubahan ini dapat dijumpai pada keracunan dengan
persenyawaan bismuth, air raksa, sulfonamide, fenol, lisol, karbon tetraklorida. Umumnya
analisis toksikologik ginjal terbatas pada kasus-kasus keracunan logam berat atau pada
pencarian racun secara umum atau pada pemeriksaan histologik ditemukan Kristal-kristal Ca-
oksalat atau sulfonamide.
---- Pemeriksaan urin dilakukan dengan semprit dan jarum yang bersih, seluruh urin
diambil dari kandung kemih. Bila bahan akan dikirim ke kota lain untuk dilakukan
pemeriksaan maka urin dibiarkan berada dalam kandung kemih dan dikirim dengan cara
intoto, prostat dan kedua ureter diikat dengan tali. Walaupun kandung kemih dalam keadaan
kosong, kandung kemih harus tetap diambil untuk pemriksaan toksikologik.
---- Pemeriksaan otak biasanya tidak ditemukan adanya edema otak pada kasus kematian
yangcepat, misalnya pada kematian akibat barbiturat, eter dan juga pada keracunan kronik
arsenatau timah hitam. Perdarahan kecil-kecil dalam otak dapat ditemukan pada keracunan
karbonmonoksida,barbiturat, nitrogen oksida, dan logam berat seperti air raksa air raksa,
arsen dantimah hitam. Obat-obat yang bekerja pada otak tidak selalu terdapat dalam
konsentrasi tinggidalam jaringan otak.
---- Pada pemeriksaan jantung dengan kasus keracunan karbon monoksida bila korban
hidupselama 48 jam atau lebih dapat ditemukan perdarahan berbercak dalam otot
septuminterventrikel bagian ventrikel kiri atau perdarahan bergaris pada muskulus papilaris
ventrikelkiri dengan garis menyebar radier dari ujung otot tersebut sehingga tampak
gambaran sepertikipas.
11
---- Pada pemeriksaan limpa selain pembendungan akut limpa tidak menunjukkan
kelainanpatologik. Pada keracunan sianida, limpa diambil karena karena kadar sianida dalam
limpabeberapa kali lebih besar daripada kadar dalam darah. Empedu merupakan bahan yang
baikuntuk penentuan glutetimida, quabaina, morfin dan heroin. Pada keracunan karena
inhalasigas atau uap beracun, paru-paru diambil, dalam botol kedap udara.
---- Jaring lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak bawah kulit daerah
perut.Beberapa racun cepat di absorpsi dalam jaringan lemak dan kemudian dengan
lambatdilepaskan kedalam darah. Jika terdapat persangkaan bahwa korban meninggal
akibatpenyuntikan jaringan di sekitar tempat suntikan diambil dalam radius 5-10 cm.
Pada dugaan keracunan arsen rambut kepala dan kuku harus diambil. Rambut diikat
terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, dan kemudian diberi label agar
ahli toksikologi dapat mengenali mana bagian yang proksimal dan bagian distal. Rambut
diambil kira-kira 10 gram tanpa menggunakan pengawet. Kadar arsen ditentukan dari setiap
bagian rambut yang telah digunting beberapa bagian yang dimulai dari bagian proksimal dan
setiap bagian panjangnya ½ inci atau 1 cm. terhadap setiap bagian itu ditentukan kadar
arsennya.
---- Kuku diambil sebanyak 10 gram, didalamnya selalu harus terdapat kuku-kuku kedua
ibu jari tangan dan ibu jari kaki. Kuku dicabut dan dikirim tanpa diawetkan. Ahli toksikologi
membagi kuku menjadi 3 bagian mulai dari proksimal. Kadar tertinggi ditemukan pada 1/3
bagian proksimal.
14
efek yang berlawanan (merugikan). Racun merupakan istilah untuk toksikan yang
dalam jumlah sedikit (dosis rendah) dapat menyebabkan kematian atau penyakit (efek
merugikan) yang secara tiba-tiba. Zat toksik dapat berada dalam bentuk fisik (seperti
radiasi), kimiawi (seperti arsen, sianida) maupun biologis (bisa ular). Juga terdapat
dalam beragam wujud (cair, padat, gas). Beberapa zat toksik mudah diidentifikasi dari
gejala yang ditimbulkannya, dan banyak zat toksik cenderung menyamarkan diri.
Contoh zat-zat toksik dan gejalanya :
Zat Toksik Gejala
Asam (nitrat, hidroklorat, sulfat) Luka bakar pada kulit, mulut, hidung,
membran mukosa
Anilin (hipnotik, notrobenzena) Kulit muka dan leher menghitam (gelap)
Arsenik (metal arsenic, tembaga, Diare parah
mercuri, dll)
Atropin Pelebaran pupil mata
Basa (kalium, hidroksida) Luka bakar pada kulit, mulut, hidung,
membran mukosa
Asam karbolat (atau fenol lainnya) Bau desinfektan
Karbon monoksida Kulit berwarna merah terang
Sianida Kematian cepat, kulit memerah
Keracunan makanan Muntah, nyeri perut
Senyawa logam Diare, muntah, nyeri perut
Nikotin Kejang
Asam oksalat Bau bawang putih
Natrium fluorida Kejang
Striknin Kejang, muka dan leher menghitam
(gelap
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi forensik merupakan ilmu investigasi kasus atau pencarian bukti
masalah keracunan. Toksikologi forensik merupakan bagian ilmu Toksikologi Modern
dalam mengkaji perilaku zat racun dan keberadaan zat racun dalam sistim mahluk hidup
serta perilaku dalam lingkungan. Secara umum tugas toksikolog forensik adalah
membantu penegak hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif
maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan
(surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan. Pengambilan sampel pada korban hidup dan yang sudah
meninggal akan berbeda. Pada korban yang sudah meninggal, seluruh organ akan diambil
sedikit jaringannya kemudian diperiksa melalui berbagai metode analisa secara kimiawi,
bologi, maupun secara histopatologi.
3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih mengerti dan
memahami tentang TKP dan bukti fisik dalan ilmu forensik agar nantinya dapat
menyelesaikan persoalan atau pun masalah yang berkenaan dengan materi di atas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, R.N. 1998. Barang Bukti dalam Proses Pidana. Jakarta : sinar Grafika
Bell, S.2006. Forensic Chemistry. Pearson Education Inc.
Casarett, L.J. and Doull, J.1991. Toxicology, the Basic Science of Poisons. McGraw-Hill
Companies, Inc., New York.
Eckert,W.,G., 1980. Introduction to Forensic Sciences. The C.V Mosby Company, St. Louis,
Missori
Hayes, W., (ed). 1982. Principles and Methods of Toxicology, Raven Press. New York.
Saferstein, B., 1995. Criminalistics, an Introduction to Forensic Science. 5th Ed., A Simon
dan Schuster Co., Englewood Cliffs, New Jersey