Hahah
Hahah
PENDAHULUAN
1
2. Mempelajari pengaruh penambahan MgSO4 terhadap pertumbuhan yeast pada
pembuatan starter.
3. Mempelajari pengaruh konsentrasi sari buah melon terhadap konversi
pembuatan alkohol.
1.4. Manfaat Percobaan
1. Praktikan mampu membuat alkohol dari sari buah melon.
2. Praktikan memahami pengaruh penambahan MgSO4 terhadap pertumbuhan
yeast pada pembuatan starter.
3. Praktikan memahami pengaruh konsentrasi sari buah melon terhadap konversi
pembuatan alkohol.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dikotiledoneae
Subklas : Sympetalae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Species : Cucumis melo L.
(Wirahma, 2008)
Tabel 2.1 Kandungan zat gizi buah melon per 100 gram
Komposisi Gizi Banyaknya (jumlah)
Energi 22,00 kal
Protein 0,60 g
Lemak 0,10 g
Karbohidrat 5,30 g
Serat 0,30 g
Abu 0,50 g
Kalsium 12,00 mg
Fosfor 30,00 mg
Kalium 183,00 mg
Zat Besi 0,50 mg
Natrium 6,00 mg
Vitamin A 2.140,00 S.I
Vitamin B1 0,03 mg
Vitamin B2 0,02 mg
Vitamin C 35,00 mg
Niacin 0,80 mg
Air 93,50 g
(Wirahma, 2008)
2.2. Alkohol
2.2.1 Pengertian alkohol
Alkohol atau sering disebut dengan etanol dalam kehidupan sehari-hari
dikenal sebagai pelarut, bahan antiseptik dan bahan bakar alternatif
pengganti bensin. Alkohol komersial diperoleh dari destilasi yang hanya
menghasilkan 95% etanol karena etanol dan air dapat membentuk azeotrop
yang mendidih pada temperatur 78,1°C, sedangkan kemurnian etanol
sebagai bahan bakar harus 99% (Fibriari dkk., 2012). Alkohol (C2H5OH)
4
merupakan cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang mudah bergerak,
mudah menguap, setra dapat bercampur dengan air, eter, dan kloroform.
1. Tahap hidrolisa
Hidrolisis yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Prinsip dari
hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati
menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara
enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya dan dipengaruhi oleh
beberapa kondisi seperti pH, suhu dan waktu ( Rahmayanti, 2010 ).
2. Tahap fermentasi
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa
menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Proses yang terjadi
yaitu piruvat diubah menjadi etanol dalam dua langkah. Langkah
pertama, menghidrolisis piruvat dengan molekul air sehingga
melepaskan karbondioksida dari piruvat dan mengubahnya menjadi
asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua, asetaldehida
direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi NAD+
5
yang dibutuhkan untuk glikolisis. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau
minuman keras. (Sadimo, 2016)
Asam piruvat
dekarboksilase
Glukosa Asam piruvat Asetaldehid
CO2
Etanol Alkohol
dehidrogenase
NAD+ NaDH
6
membuat bir dan beverage malt, dari larutan yang mengandung yeast propagator.
Selama proses, gula maupun nutrient ditambahkan sedikit demi sedikit dengan
teratur. Nutrient yang paling menentukan terhadap hasil yeast adalah senyawa
nitrogen terutama dalam bentuk (NH4)2SO4 dan NH4OH. Penambahan NH4OH
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
b. Fermentasi
c. Analisis gula
Mengukur kadar glukosa sari
Analisis gula standar: buah melon: Analisa densitas:
1. Mencari densitas
1. Pembuatan gula standar 1. Mengukur densitas
dengan piknometer
2. Standarisasi kadar glukosa 2. Titrasi untuk mencari
kebutuhan titran
B. Variabel Proses
Variabel tetap
a. Starter
- 200 ml sari buah melon
- 3 gr/l KH2PO4
- 3 gr/l MgSO4
- PH 4
- Waktu 0,1,2 hari
- Ditutup dengan menggunakan aluminium foil
b. Fermentasi
- 200 ml sari buah melon
- PH 4
- Waktu 0,1,2,3,4,5 hari
Variabel berubah
a. Starter
- Var.1 : Ragi 2 gr/l (aluminium foil dilubangi )
- Var.2 : Ragi 3 gr/l (aluminium foil dilubangi )
- Var.3 : Ragi 4 gr/l (aluminium foil dilubangi )
- Var.4 : Ragi 3 gr/l (aluminium foil tidak dilubangi )
8
b. Fermentasi
- Var.1 : Starter I 8%
- Var.2 : Starter II 8%
- Var.3 : Starter III 8%
- Var.4 : Starter IV 12%
- Var.5 : Starter V 12%
- Var.6 : Starter VI 12%
- Var.7 : Starter VII 16%
- Var.8 : Starter VIII 16%
- Var.9 : Starter IX 16%
Variabel respon
- Starter : Densitas dan jumlah koloni
- Fermentasi : Densitas dan kadar gula
3.2.2 Alat
1. Erlenmeyer
2. Buret, statif, dan klem
3. Gelas ukur
4. Pengaduk
5. Pipet tetes
6. Kompor listrik
7. Beaker glass
8. Autoclave
9
3.2.3. Gambar Alat
10
5. Ragi/fermipan sesuai dengan variable yang diinginkan ditambahkan ke
dalam larutan tersebut
6. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2 hari
sampai dengan konstan.
B. Pengukuran Variabel Respon
1. Metode Perhitungan Yeast
Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer
a. Sampel sebanyak 1 ml diencerkan 100x.
b. Sampel diteteskan pada meja hemositometer.
c. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
d. Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran.
e. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.
f. Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan factor
pengenceran.
2. Analisis Densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
11
C. Fermentasi
1. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah untuk bahan starter. Dengan
mempersiapkan sari buah yang telah bebas dari ampas sesuai variabel.
b. Sari buah disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH 4.
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula)
Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.
Bila %SB > % sari buah yang diperlukan perlu diencerkan:
%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵
%𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = (𝑉𝑎𝑞 𝑥 𝜌 𝑎𝑞)+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌𝑆𝐵)
𝑥 100%
Bila %SB < % sari buah yang diinginkan perlu ditambah sukrosa:
180𝑋+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)
%𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
342𝑋+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)
12
2. Mengukur kadar glukosa sari buah
a. Ukur densitas sari buah
b. Cari M
1. 5 ml sari buah, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5 ml dan
dinetralkan pH-nya.
2. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, ditambahkan
5 ml glukosa standar yang telah diencerkan.
3. Larutan dipanaskan hinga 60°C s.d.70°C.
4. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°Cs.d.
70°C, sampai warna biru hampir hilang, lalu ditambahkan 2 tetes MB.
5. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C
s.d. 70°C sampai warna biru menjadi merah bata.
6. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
M = V titran
7. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
( 𝐹−𝑀)× ×
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑉𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
%SB = × 100% × 0,0025
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝜌
3. Analisis Densitas
1. Timbang berat piknometer kosong.
2. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
3. Timbang piknometer berisi sampel.
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5E+11
4E+11
3.5E+11
3E+11
Jumlah koloni
2.5E+11
Starter A
2E+11
Starter B
1.5E+11
Starter C
1E+11
5E+10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari
14
ruang, pada kondisi tersebut fase lag akan berkurang dan aktivitas fermentasi akan
naik.
Bila hal tersebut dibandingkan dengan percobaan maka hasil percobaan telah sesuai
dengan teori. Starter C dengan penambahan ragi paling banyak menghasilkan koloni
dengan jumlah paling banyak, sedangkan Starter A dengan penambahan ragi paling sedikit
menghasilkan koloni dengan jumlah paling sedikit pula. Namun, pada hari ke 1 didapatkan
Starter C dengan hasil koloni terendah. Menurut Kusmiati (2010) Saccharomyces
cerevisiae sedang mengalami fase adaptasi, pada fase ini pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae tidak mengalami pertumbuhan yang berarti.
4E+11
3.5E+11
3E+11
Jumlah Koloni
2.5E+11
2E+11
Starter B
1.5E+11
Starter D
1E+11
5E+10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari
Dari data diatas dapat kita lihat perbandingan jumlah koloni pada starter B
yang diberi lubang aerasi sedangkan starter D tanpa dilubangi. Perbandingan
antara starter B dan starter D sangat mencolok yang mana starter D yang tanpa
dilubangi memiliki jumlah koloni yang sangat besar dibandingkan dengan starter
B yang dilubangi.
Menurut Roosdiana Muin (2015) Saccharomyses cerevisiae bersifat
fermentatif kuat dan dapat hidup dalam kondisi aerob maupun anaerob (anaerob
fakultatif), memiliki sifat yang stabil dan seragam, memiliki pertumbuhan yang
15
cepat dalam proses fermentasi sehingga proses fermentasi dapat berlangsung
dengan cepat pula serta mampu memproduksi alkohol dengan jumlah banyak.
Menurut Afrianti (2005) di dalam Muin (2015) fermentasi aerob adalah fermentasi
yang memerlukan oksigen karena dengan adanya oksigen mikroba dapat mencerna
glukosa menjadi air, CO2, dan sejumlah energi. Fermentasi anaerob adalah
fermentasi yang tidak memerlukan oksigen dan hanya memecah sebagian dari
bahan energi.
Berdasarkan teori diatas menunjukkan bahwa hasil percobaan telah sesuai
dengan teori. Saccharomyses cerevisiae akan lebih cepat melakukan pembelahan
atau pertumbuhan pada saat kondisi tertutup rapat (anaerob). Menurut Satriyo
(2011) Saccharomyses cerevisiae akan bekerja maksimum pada jam ke-24 hingga
jam ke-72, selanjutnya Saccharomyses cerevisiae kebanyakan akan mati.
4.5E+11
4E+11
3.5E+11
3E+11
2.5E+11 Starter A
2E+11 Starter B
Starter C
1.5E+11
1E+11
5E+10
0
1.005 1.01 1.015 1.02 1.025
16
Hubungan densitas dengan jumlah koloni pada percobaan ini berbanding
terbalik. Semakin hari densitas masing masing starter mengalami penurunan.
Starter A dengan densitas awal 1.1631 gr/L turun hingga 1.0932 gr/L, Starter B
dengan densitas awal 1.124 gr/L turun hingga 1.015 gr/L, Starter C dengan
densitas awal 1.187 gr/L turun hingga 1.0995 gr/L.
Menurut Khodijah (2015) penurunan densitas seiring bertambahnya waktu
dikarenakan semakin lama waktu fermentasi aktivitas mikroba mengalami
pertumbuhan dengan berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan semakin
meningkatnya jumlah mikroba maka semakin banyak pula jumlah karbohidrat
yang terurai menjadi alkohol. Dengan meningkatnya jumlah alcohol, maka berat
atau densitas daripada campuran air-alkohol akan semakin rendah. Menurut Dicka
(2009) semakin hari jumlah koloni akan semakin naik karena Saccharomyces
cerevisiae akan tumbuh dengan baik pada pH 3-6 dan pada suhu ruang, pada
kondisi tersebut fase lag akan berkurang dan aktivitas fermentasi akan naik.
Hasil percobaan yang telah kami lakukan telah sesuai dengan teori yang
disebutkan oleh Siti Khodijak yang mana semakin bertambahnya waktu maka
jumlah koloni akan semakin banyak, sehingga laju konversi glukosa menjadi
alkohol akan semakin tinggi dan dibuktikan dengan penurunan densitas.
17
0 0 0
0
0,83125 0,87242 0,90156
3
0,843625 0,88225 0,908438
4
0,8575 0,89333 0,914375
5
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Konversi
0.5 8%SB
0.4 12%SB
0.3 16%SB
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Konversi
0.5 8%SB
0.4 12%SB
0.3 16%SB
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
18
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Konversi
0.5 8%SB
0.4 12%SB
0.3 16%SB
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
Dari table dan grafik diatas dapat kita lihat terjadi fluktuasi dari data yang
didapatkan. Namun pada hari pertama dapat kita lihat terjadi kenaikan tertinggi
pada penambahan volume 8% pada starter A,starter B dan starter C. setelah itu
terjadi penurunan pada hari berikutnya sedangkan pada penambahan starter dengan
%volume 12 dan 16% tetap terjadi kenaikan pada hari pertama namun tetap hasil
yang dihasilkan tidak lebih tinggi dari volume 8% starter.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan kultur murni atau starter.
Banyaknya mikroba (starter/linokulum) yang ditambahkan berkisar antara 3-10 %
dari volume medium fermentasi. Penggunaan inokulum yang bervariasi ini dapat
dapat menyebabkan proses fermentasi dan mutu produk selalu berubah-ubah.
Inokolum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke dalam medium fermentasi
pada saat kultur mikroba tersebut berada pada fase pertumbuhan eksponensial
(Wijaningsih,2008).
Oleh karena itu, pada percobaan didapatkan hasil yang optimal pada
penambahan persen volume 8% pada starter A,B dan C sehingga hal ini sejalan
dengan penelitian wijaningsih yang mana persen volume optimal yang digunakan
adalah 3-10% dari volume medium fermentasi.
19
16 1,065 1 0,996 0,987
1.14
1.12
Variabel 1
1.1
Variabel 2
1.08
Variabel 3
Densitas
1.06
Variabel 4
1.04
Variabel 5
1.02
Variabel 6
1
Variabel 7
0.98
Variabel 8
0.96 Variabel 9
0 1 2 3 4 5 6
Hari
20
yang terurai menjadi alkohol. Dengan meningkatnya jumlah alkohol, maka berat
atau densitas daripada campuran air-alkohol akan semakin rendah.
21
DAFTAR PUSTAKA