BAB IV p3
BAB IV p3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
100
90
80
70
Jumlah Koloni
Starter A
60
Starter B
50
40 Starter C
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Hari
22
P3
Bila hal tersebut dibandingkan dengan percobaan maka hasil percobaan telah
sesuai dengan teori. Starter C dengan penambahan ragi paling banyak menghasilkan
koloni dengan jumlah paling banyak, sedangkan Starter A dengan penambahan ragi
paling sedikit menghasilkan koloni dengan jumlah paling sedikit pula. Namun, pada hari
ke 1 didapatkan Starter C dengan hasil koloni terendah. Menurut Kusmiati (2010)
Saccharomyces cerevisiae sedang mengalami fase adaptasi, pada fase ini
pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae tidak mengalami pertumbuhan yang
berarti.
1 2x109 7x109
2 4x1010 1,15x1011
3 8,5x1010 1,31x1011
140
Starter B
120
Starter D
100
Jumlah Koloni
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Hari
Dari data diatas dapat kita lihat perbandingan jumlah koloni pada starter B
yang diberi lubang aerasi sedangkan starter D tanpa dilubangi. Perbandingan
antara starter B dan starter D sangat mencolok yang mana starter D yang tanpa
dilubangi memiliki jumlah koloni yang sangat besar dibandingkan dengan starter
B yang dilubangi.
Menurut Roosdiana Muin (2015) Saccharomyses cerevisiae bersifat
fermentatif kuat dan dapat hidup dalam kondisi aerob maupun anaerob (anaerob
fakultatif), memiliki sifat yang stabil dan seragam, memiliki pertumbuhan yang
cepat dalam proses fermentasi sehingga proses fermentasi dapat berlangsung
23
P3
dengan cepat pula serta mampu memproduksi alkohol dengan jumlah banyak.
Menurut Afrianti (2005) di dalam Muin (2015) fermentasi aerob adalah fermentasi
yang memerlukan oksigen karena dengan adanya oksigen mikroba dapat
mencerna glukosa menjadi air, CO2, dan sejumlah energi. Fermentasi anaerob
adalah fermentasi yang tidak memerlukan oksigen dan hanya memecah sebagian
dari bahan energi.
Berdasarkan teori diatas menunjukkan bahwa hasil percobaan telah sesuai
dengan teori. Saccharomyses cerevisiae akan lebih cepat melakukan pembelahan
atau pertumbuhan pada saat kondisi tertutup rapat (anaerob). Menurut Satriyo
(2011) Saccharomyses cerevisiae akan bekerja maksimum pada jam ke-24 hingga
jam ke-72, selanjutnya Saccharomyses cerevisiae kebanyakan akan mati.
100
90
80
70
Jumlah Koloni
60
Starter A
50
40 Starter C
30 Starter B
20
10
0
1 1.05 1.1 1.15 1.2
Densitas
24
P3
Starter A dengan densitas awal 1.1631 gr/L turun hingga 1.0932 gr/L, Starter B
dengan densitas awal 1.124 gr/L turun hingga 1.015 gr/L, Starter C dengan
densitas awal 1.187 gr/L turun hingga 1.0995 gr/L.
Menurut Khodijah (2015) penurunan densitas seiring bertambahnya waktu
dikarenakan semakin lama waktu fermentasi aktivitas mikroba mengalami
pertumbuhan dengan berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan
semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin banyak pula jumlah
karbohidrat yang terurai menjadi alkohol. Dengan meningkatnya jumlah alcohol,
maka berat atau densitas daripada campuran air-alkohol akan semakin rendah.
Menurut Dicka (2009) semakin hari jumlah koloni akan semakin naik karena
Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh dengan baik pada pH 3-6 dan pada suhu
ruang, pada kondisi tersebut fase lag akan berkurang dan aktivitas fermentasi akan
naik.
Hasil percobaan yang telah kami lakukan telah sesuai dengan teori yang
disebutkan oleh Siti Khodijak yang mana semakin bertambahnya waktu maka
jumlah koloni akan semakin banyak, sehingga laju konversi glukosa menjadi
alkohol akan semakin tinggi dan dibuktikan dengan penurunan densitas.
25
P3
1.2
0.8
Konversi
0.6 Volume 8%
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Konversi
0.5 Volume 8%
0.4 Volume 12%
0.3 Volume 16%
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
1.2
0.8
Konversi
0.6 Volume 8%
Volume 12%
0.4
Volume 16%
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6
Hari
26
P3
Dari table dan grafik diatas dapat kita lihat terjadi fluktuasi dari data yang
didapatkan. Namun pada hari pertama dapat kita lihat terjadi kenaikan tertinggi
pada penambahan volume 8% pada starter A,starter B dan starter C. setelah itu
terjadi penurunan pada hari berikutnya sedangkan pada penambahan starter dengan
%volume 12 dan 16% tetap terjadi kenaikan pada hari pertama namun tetap hasil
yang dihasilkan tidak lebih tinggi dari volume 8% starter.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan kultur murni atau starter.
Banyaknya mikroba (starter/linokulum) yang ditambahkan berkisar antara 3-10 %
dari volume medium fermentasi. Penggunaan inokulum yang bervariasi ini dapat
dapat menyebabkan proses fermentasi dan mutu produk selalu berubah-ubah.
Inokolum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke dalam medium fermentasi
pada saat kultur mikroba tersebut berada pada fase pertumbuhan eksponensial
(Wijaningsih,2008).
Oleh karena itu, pada percobaan didapatkan hasil yang optimal pada
penambahan persen volume 8% pada starter A,B dan C sehingga hal ini sejalan
dengan penelitian wijaningsih yang mana persen volume optimal yang digunakan
adalah 3-10% dari volume medium fermentasi.
27
P3
1.12
1.1 Variabel 1
1.08 Variabel 2
1.06 Variabel 3
Densitas 1.04
Variabel 4
1.02
Variabel 5
1
0.98 Variabel 6
0.96 Variabel 7
0.94 Variabel 8
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari Variabel 9
28