Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR MODUL 3

NAMA : MARIA GORETI WUNU, S.Pd


NO Peserta PPG : 19161002010163
PRODI : GURU KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ingatan dan berpikir termasuk salah satu faktor yang erat hubungannya dengan proses
belajar. Jika proses belajar berjalan dengan baik maka hasil belajar juga akan baik. Mengingat
adalah salah satu perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui untuk
dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali. Mengingat sering diasosiakan dengan
aktivitas mental dalam memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah. Ingatan atau
memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi.
Jika kita tidak dapat mengingat apa pun mengenai pengalaman kita maka tidak ada satu hal
pun yang dapat dipelajari.
Kemampuan mengingat peserta didik erat kaitannya dengan kegiatan belajar. Pada saat
belajar peserta didik menggunakan kemampuan mengingat untuk memahami pengetahuan
dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Tanpa ingatan, sulit bagi kita untuk
merefleksikan diri karena pemahaman diri tergantung dari kesadaran dan hanya dapat
terlaksana dengan adanya ingatan.
Pengolahan informasi yang terjadi di dalam sistem koordinasi disimpan dalam memori
berupa sebuah pengalaman belajar. Informasi terus memasuki pikiran melalui panca indera
kita, sebagian ada yang di simpan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian
dilupakan. Pentingnya pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia agar
mempermudah kegiatan belajar dan tetap konsisten dalam sistem penyelesaian masalah tiap
individu. Tanpa adanya pengolahan informasi dari pengalaman yang ada maka sulit bagi
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan belajar sebab tidak semua informasi yang kita
peroleh dapat tersimpan dalam waktu lama di dalam ingatan.
Dalam makalah ini penulis bermaksud menjabarkan tentang pentingnya
pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengorganisasian informasi/ pengetahuan dalam ingatan manusia?
2. Bagaimana hubungan antara belajar terhadap pentingnya pengorganisasian informasi/
pengetahuan dalam ingatan manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang:
1. Pengorganisasian informasi/ pengetahuan dalam ingatan manusia
2. Hubungan antara belajar terhadap pentingnya pengorganisasian informasi/ pengetahuan
dalam ingatan manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemrosesan Informasi dalam Memori


Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori yaitu,
encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk
yang dapat diproses dan digunakan oleh otak. Tahap ini melibatkan alat indera untuk
mempersepsi stimulus yang masuk. Dalam proses ini dibutuhkan perhatian. Seseorang
bisa memasukkan pengalamannya baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pengalaman
yang sengaja misalnya ilmu pengetahuan, sedangkan pengalaman yang tidak disengaja
misalnya pengalaman yang terjadi sehari-hari.
Tahap kedua adalah storage, yaitu menyimpan pengalaman yang telah dipersepsikan,
sehingga suatu saat dapat ditimbulkan kembali. Pengalaman yang sudah dipersepsikan
tadi akan meninggalkan jejak dimemori sebagai memory traces yang disimpan dalam
ingatan. Memory traces bisa hilang ataupun rusak karena proses lupa. Sehingga memory
traces tidak sepenuhnya bisa bertahan dalam ingatan.
Tahap ketiga adalah retrieval. Menimbulkan kembali pengalaman yang sudah
disimpan dalam memori sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Proses
ini bisa dilakukan dengan mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognize).
Mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mengingat kembali.
Mengingat kembali menuntut seseorang untuk bekerja dua kali, yaitu membangkitkan
kembali informasi yang mungkin sesuai, atau mengenalinya sebagai informasi yang
sebelumnya sudah disimpan. Sedangkan mengenal kembali, informasi yang akan
dipanggil akan langsung dikenali melalui penelusuran isyarat terhadap pilihan item yang
disajikan.

B. Tingkat Pemrosesan Informasi


Informasi akan lebih cepat terlupakan jika diproses pada tingkat yang dangkal, tapi
akan lebih lama diingat jika diproses pada tingkat yang lebih dalam.
1. Tingkat Pemrosesan Informasi Dangkal
Dalam pemrosesan informasi tingkat dangkal, informasi yang diterima
didasarkan pada kualitas tampilan fisik sesuatu hal. Infromasi hanya disimpan pada
ingatan jangka pendek.
2. Tingkat pemrosesan Informasi Mendalam
Dalam Pemrosesan informasi tingkat yang lebih dalam, informasi yang diterima
didasarkan pada pemahaman terhadap arti dari sebuah kata dan makna dari kata yang
diucapkan. Informasi pada tingkat ini akan disimpan pada ingatan jangka panjang.
Tingkat pemprosesan informasi mendalam juga membantu proses recall.

C. Faktor yang mempengaruhi Ingatan


Faktor yang mempengaruhi ingatan :
1. Mood dan emosi
Ada tiga hal dimana mood dan emosi dapat mempengaruhi ingatan, antara lain :
a. Manusia akan mengingat stimulus yang menyenangkan lebi akurat dari stimulus lain.
b. Proses recall akan lebih akurat jika mood seseorang cocok dengan mood alamiah
sesuatu hal.
c. Proses recall akan lebih mudah jika mood selama proses encoding cocok dengan
mood selama retrieval.
2. Atensi
Atensi merupakan sebuah konsentrasi dari aktifitas mental. Ketika indera
menerima stimulus, tidak semua akan dipertahankan. Stimulus yang dipilih akan
diproses lebih detil. Stimulus yang tidak mendapat perhatian akan dibuang dan tidak
akan di proses.
3. Kesamaan Semantik
Arti dari kata-kata akan mempengaruhi jumlah kata yang akan tersimpan pada
short term memory. Selain itu ada juga proactive interference bahwa orang akan
kesulitan belajar hal yang baru karena hal yang lama akan mengganggu hal yang baru
dipelajari.
4. Prinsip pengkodean spesifik
Bahwa recall akan lebih baik jika konten dalam retrieval sama dengan konten encoding.
5. Umur
Umur dapat mempengaruhi ingatan seseorang. Anak-anak tidak dapat mengingat
peristiwa sebelum umur 2 atau 3 tahun. Orang yang lebi tua akan lebih baik dalam
mengingat ketika mereka memiliki kemampuan verbal yang tinggi dan berpendidikan
tinggi. Orang yang lebih tua juga akan lebih akurat dalam mengingat dibanding orang
yang lebih muda.
6. Metamemory
Metamemory akan membantu seseorang untuk menggunakan strategi yang efektif
untuk dipakai karena tidak semua strategi mengingat itu sama.

D. Pengorganisasian Informasi/ Pengetahuan dalam Ingatan Manusia


Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan
informasi dapat dikatakan sebagai bentuk respon individu terhadap informasi yang di
berikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang,
akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya
mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke
rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan belajar lebih
bermakna bagi siswa.
Kita dapat mencatat bahwa karakteristik penting dari proses belajar manusia dan
pengorganisasian memori. Pendekatan kognitif untuk belajar memberikan peran penting
untuk proses organisasi dan menekankan peran aktif dari peserta didik. Pelajar aktif
dipandang sebagai pengolahan informasi yang akan dipelajari, bukan hanya pasif
mendaftarkan informasi. Pendekatan organisasi untuk belajar dan memori mengasumsikan
bahwa kita mencoba untuk mengorganisir informasi ke dalam beberapa pola yang
bermakna, dan merancang strategi, rencana dan merumuskan hipotesis tentang informasi
yang dikodekan dan strored dalam memori. Informasi yang disimpan dalam memori jangka
panjang diasumsikan sangat terorganisir untuk memanfaatkan kapasitas penyimpanan
yang tersedia dan membantu dalam pencarian dan pengambilan informasi. Akibatnya,
informasi yang masuk biasanya hati-hati mengatur kembali sehingga informasi baru yang
terintegrasi dan dibuat kompatibel dengan organisasi yang ada di memori jangka panjang.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang
ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam,
benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Ketika individu belajar,
berlangsung proses mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam long- term
memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi
kreativitas).
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam
memori jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap
pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana
pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi
terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan
seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video.
Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam
dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang
mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam
pendesainan multimedia instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia
berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen
pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi.
Antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh
individu tersebut (peserta didik).
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori
manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan
mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya
untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan suatu penyleksian, pengorganisasian danpengubahan
terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk
memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam
hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada
stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran
adalah
a. Membimbing untuk menerima stimulus
b. Memperlancar pengkodean
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival
BAB III
SIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat disimpulkan:
1. Penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap
informasi yang diberikan oleh lingkungan di sekitarnya.
2. Tahap pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi.
3. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
4. Dengan adanya pengorganisasian informasi atau pengetahuan akan memudahkan
individu untuk menjalani proses pembelajaran secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai